You are on page 1of 14

SMF / Lab Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Umum Universitas Mulawarman TINJAUAN KEPUSTAKAAN

CARA ANAMNESA DAN EFLORESENSI KULIT

disusun oleh Ika Anggraini WS Ika Faoziawati Ratih Ekamawati Rima Novalia Fransiska A Sihotang 03.37504.00160.09 04.45378.00168.09 04.45423.00213.09 04.45411.00201.09 04.45415.00205.09

Pembimbing
dr. Daulat, Sp.KK

SMF/ Lab. Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Umum Universitas Mulawarman 2011

A. ANAMNESIS
Anamnesis yang baik merupakan tiang utama diagnosis. Anamnesis dimulai dengan memperoleh keterangan mengenai identitas penderita. Pertanyaan lanjutan yang sebaiknya diajukan adalah: 1. Kapan dimulai/onset/awitan (sifat penyakit: bawaan/didapat, akut/kronik, hilang timbul) 2. Apakah disertai rasa gatal, panas, nyeri, demam (keparahan penyakit) 3. Dimulai dari mana (predileksi) 4. Bagaimana penyebarannya (tanda khas penyakit) 5. Apakah ada perubahan pada lesi (tanda penyakit infeksi sekunder perjalanan penyakit) 6. Apakah ada faktor pencetus/sumber penularan/riwayat penyakit

keluarga (obat-obatan, penyakit alergi, penyakit kulit menular, pekerjaan, penyakit sistemik lainnya) 7. Sudah diobati/belum (untuk mengetahui perubahan gambaran klinis yang dapat berbeda dengan lesi awalnya, obat dari dokter maupun yang dibeli sendiri, sistemik dan topikal)

A. EFLORESENSI

1. Efloresensi primer a. Makula : kelainan kulit berbatas tegas, lesi datar, berbeda dengan kulit sekitarnya karena warnanya. Akibat hiperpigmentasi, pigmen melanin Akibat pigmentasi dermal Akibat dilatasi kapiler, eritema Akibat purpura, ekstravasasi eritrosit Contoh: melanoderma, leukoderma, purpura, petekie, ekimosis.

Gambar 1. Makula. A (hiperpigmentasi, pigmen melanin), B (biru, bayangan melanosit), C (eritema, vasodilatasi kapiler), D (purpura, ekstravasasi eritrosit) b. Papul : penonjolan di atas permukaan kulit, sirkumskrip, berukuran kecil ( < 1 cm), dan berisikan zat padat. Bentuk papul dapat bermacam-macam, misalnya setengah bola, contohnya pada eksem atau dermatitis, kerucut pada keratosis folikularis, datar pada veruka plana juvenillis, datar dan berdasar poligonal pada liken planus, berduri pada veruka vulgaris, bertangkai pada fibroma pendulans dan pada veruka filiformis. Warna papul dapat merah akibat peradangan, pucat, hiperkrom, putih, atau seperti kulit di sekitarnya. Beberapa infiltrat mempunyai warna sendiri yang biasanya baru terlihat setelah eritema yang timbul bersamaan ditekan dan hilang (lupus, sifilis). Letak papul dapat epidermal atau kutan.

Gambar 2. Papula. A ( deposit metabolik), B (sebukan sel radang), C (hiperplasi sel epidermis)

c. Plakat : peninggian kulit akibat perluasan atau menyatunya beberapa papul atau nodul. Contoh: psoriasis, granuloma annulare.

Gambar 3. Plakat d. Nodul : peninggian kulit berbatas jelas, lebih dalam dan lebih besar dari papula, terdapat di dermis atau subkutis. Contoh: eritema nodusum, furunkel.

Gambar 4. Nodul. A (Infiltrat sampai di subkutan), B ( Infiltrat di dermis)

e. Vesikel : peninggian kulit yang terbatas, beratap, mempunyai dasar, berdiameter < 0,5 cm, berisi cairan jernih di dalamnya (serum) dan biasanya terletak pada subcorneal. Jika berisi darah disebut vesikel hemoragik. Contoh: verisela, herpes simpleks.

Gambar 5. Vesikel. A (Subkorneal), B (Intra Epidermal)

f. Pustul : Vesikel yang berisi nanah, bila nanah mengendap di bagian bawah vesikel disebut vesikel hipopion. Contoh: pioderma, acne vulgaris

Gambar 6. Pustul

g. Bula : Vesikula yang berukuran lebih besar, nampak adanya cairan di dalamnya. Dikenal juga istilah bula hemoragik, bula purulen, dan bula hipopion. Dapat terletak intraepidermal-dermoepidermal-intradermal.

Contoh: impetigo vesikobulosa, eksantema bulosa, pemfigus.

Gambar 7. Bula

h. Urtika : peninggian kulit yang terbatas, disebabkan edema di dermis yang timbul mendadak dan hilang perlahan-lahan. Contoh: urtikaria, angioedema.

Gambar 8. Urtika

i. Kista : ruangan berdinding dan berisi cairan, sel maupun sisa sel. Kista terbentuk bukan akibat peradangan, walaupun kemudian dapat meradang. Dinding kista merupakan selaput yang terdiri atas jaringan ikat dan biasanya dilapisi sel epitel atau endotel. Kista terbentuk dari kelenjar yang melebar dan tertutup, saluran kelenjar, pembuluh darah, saluran getah bening, atau lapisan epidermis. Isi kista terdiri atas hasil dindingnya, yaitu serum, getah bening, keringat, sebum, sel-sel epitel, lapisan tanduk dan rambut.

Gambar 9. Kista j. Tumor : istilah umum untuk benjolan yang berdasarkan pertumbuhan sel maupun jaringan.

2. Efloresensi Sekunder Terdiri atas skuama, krusta, erosi, ekskoriasi, ulkus, sikatriks : a. Skuama Merupakan lapisan stratum korneum yang terlepas dari kulit. Skuama dapat halus sebagai taburan tepung, maupun lapisan tebal dan luas sebagai lembaran kertas. Dapat dibedakan misalnya pitiriasiformis (halus),

psoriasiformis (berlapis-lapis), iktiosiformis (seperti ikan), kutikular (tipis), lamelar (berlapis), membranosa atau ekfoliativa (lembaran-lembaran), dan keratotik (terdiri atas zat tanduk)

Gambar 10. Squama

b. Krusta Merupakan cairan badan yang mengering. Dapat bercampur dengan jaringan nekrotik, maupun benda asing (kotoran, obat, dan sebagainya). Warnanya ada beberapa macam: kuning muda berasal dari serum, kuning kehijauan berasal dari pus, dan kehitaman berasal dari darah.

Gambar 11. Krusta

c. Erosi Kelainan kulit yang disebabkan kehilangan jaringan yang tidak melampaui stratum basal. Contoh: bila kulit digaruk sampai stratum spinosum maka akan keluar cairan serous dari bekas garukan

Gambar 12. Erosi

d. Ekskoriasi Kelainan kulit yang disebabkan oleh hilangnya jaringan sampai dengan stratum papilare. Contoh: bila kulit digaruk lebih dalam sehingga tergores sampai ujung papil, maka akan terlihat darah yang keluar selain serum

e. Ulkus Kelainan kulit yang disebabkan oleh hilangnya jaringan yang lebih dalam dari ekskoriasi. Dengan demikian ulkus memiliki tepi, dinding, dasar, dan isi. Termasuk erosi dan ekskoriasi dengan bentuk linier adalah fisura (rhagades)

yaitu belahan kulit yang terjadi oleh tarikan jaringan di sekitarnya, terutama terlihat pada sendi dan batas kulit dengan selaput lendir

Gambar 13. Ulkus

f. Likenefikasi Penebalan kulit disertai dengan relief kulit

Gambar 14. Likenifikasi

g. Sikatriks Terdiri atas jaringan tidak utuh, relief kulit tidak normal, permukaan kulit licin dan tidak terdapat adneksa kulit. Sikatriks dapat atrofik, kulit mencekung dan dapat hipertrofik, yang secara klinis lebih menonjol karena kelebihan jaringan ikat. Bila sikatriks hipertrofik menjadi patologik, dengan pertumbuhan melampaui batas luka disebut keloid (sikatriks yang pertumbuhan selnya mengikuti pertumbuhan tumor), dan ada kecenderungan untuk terus membesar.

10

Gambar 15. Sikatriks

11

B. UKURAN, SUSUNAN KELAINAN / BENTUK SERTA PENYEBARAN DAN LOKALISASI

1. Susunan kelainan/bentuk (lihat gambar) : Liniar Sirisnar/anular Arsinar Polisiklik Korimbiformis : seperti garis lurus. : seperti lingkaran. : berbentuk bulan sabit. : bentuk pinggiran yang sambung menyambung. : susunan seperti induk ayam yang dikelilingi anaknya.

2. Bentuk lesi : Teratur Tidak teratur : misalnya bulat,lonjong, seperti ginjal dan sebagainya. : tidak memiliki bentuk yang teratur.

3. Penyebaran dan lokalisasi (distribusi) : Sirkumskrip : berbatas tegas Difus Regional Universalis Solitar Konfluens Diskret Serpiginosa Irisformis Simetrik Bilateral Unilateral : tidak berbatas tegas Generalisata : tersebar pada sebagian besar bagian tubuh : mengenai daerah tertentu badan : seluruh atau hampir seluruh tubuh (90-100 %) : hanya satu lesi

Herpetiformis : vesikel berkelompok seperti pada herpes zoster : dua atau lebih lesi yang menjadi satu. : terpisah satu dengan yang lain. : proses yang menjalar ke satu jurusan diikuti oleh penyembuhan pada bagian yang ditinggalkan. : eritema berbentuk bulat lonjong dengan vesikel warna yang lebih gelap di tengahnya. : mengenai kedua belahan badan yang sama. : mengenai kedua belah badan. : mengenai sebelah badan.

12

13

DAFTAR PUSTAKA

1. Djuanda A, Hamzah M,editor. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin ed.3. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2007. 2. Wolff, K, Johnson, R.A, and Suurmond, D. Fitzpatricks Color Atlas and
Synopsis of Clinical Dermatology. Fifth Edition. USA: The McGraw-Hill Companies.
2005.

3. Bag/Lab. Ilmu Kulit&Kelamin FK UNAIR. Atlas Kulit dan Kelamin. Surabaya; Airlangga University Press; 2007.

14

You might also like