Professional Documents
Culture Documents
dilakukan melalui dua pendekatan yaitu pendekatan fitofarmakologi dan pendekatan skrining fitokimia (Fransworth, 1966). Pendekatan fitofarmakologi meliputi uji berbagai efek farmakologi terhadap hewan percobaan dengan ekstrak tumbuhan atau bagian tumbuhan. Pendekatan skrining fitokimia meliputi analisis kualitatif kandungan kimia dalam tumbuhan atau bagian tumbuhan (akar, batang, daun, bunga, buah, biji), terutama kandungan metabolit sekunder yang bioaktif, yaitu alkaloid, antrakinon, flavonoid, glikosida jantung, kumarin, saponin (steroid dan triterpenoid), tanin (polifenolat), minyak atsiri (terpenoid), iridoid, dan sebagainya. tujuan utama dari pendekatan skrining fitokimia adalah mengetahui kandungan bioaktif atau kandungan yang berguna pada tumbuhan yang digunakan untuk pengobatan. Metode yang digunakan untuk melakukan skrining fitokimia harus memenuhi beberapa persyaratan antara lain : a. sederhana, b. cepat, c. dirancang untuk peralatan minimal, d. bersifat selektif untuk golongan senyawa yang dipelajari, e. bersifat semi kuantitatif sebegitu jauh dapat diketahui batas terendah dari golongan senyawa yang dipelajari, f. dapat memberikan keterangan tambahan adaatau tidaknya senyawa tertentu dari golongan senyawa yang dipelajari. Skrining fitokimia dilakukan dengan dua macam uji, yaitu uji tabung dan uji kromatografi. Uji tabung digunakan sebagai uji pendahuluan untuk mengetahui macam senyawa yang terdapat dalam serbuk tumbuhan yang belum diketahui. Sedangkan uji kromatografi digunakan sebagai penegas jenis senyawa dari uji tabung yang dilakukan sebelumnya. Secara umum, senyawa yang terkandung dalam bahan alam hayati dikelompokkan berdasarkan sifat dan reaksi khas terhadap pereaksi tertentu. Atas dasar ini, kandungan metabolit sekunder dapat dikelompokkan sebagai berikut : 1. Alkaloid 2. Triterpenoid/ steroid 3. Flavonoid 4. Fenolik 5. Saponin 6. Kumarin 7. Zat warna kuinon