You are on page 1of 8

LAPORAN HOME VISIT PSIKIATRI

Disusun oleh: Lalu Zulhirsan H1A 006 024

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA DI BAG/SMF ILMU PENYAKIT JIWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI NTB 2013

LAPORAN HOME VISIT I. Nama Jenis kelamin Umur Agama Suku Pendidikan Pekerjaan Status perkawinan Alamat Tanggal home visit II. IDENTITAS PASIEN : Nn. WB : Laki-laki : 31 tahun : Islam : Sasak : Tidak Tamat SD : (-) : Bujang : Dusun cengok, Desa waringi,Kecamatan Suralaga, Lombok Timur : 17 Mei 2013

RIWAYAT PSIKIATRIK (Alloanamnesa dengan kakak kandung pasien) Melempar orang menggunakan batu.

a. Keluhan utama

b. Riwayat gangguan sekarang Pasien dipasung di dalam bangunan khusus sejak 9 bulan yang lalu. Alasannya adalah karena pasien sering melempar orang disekitar menggunakan batu, melempar rumah orang, mengejar orang, bicara sendiri, keluyuran, tertawa sendiri, dan kadang-kadang pasien mengamuk serta menangis. Hal ini dialami pasien sejak pulang merantau menjadi TKI malaysia. Awalnya pasien memiliki pengalaman menjadi TKI ke malaysia sebany ak 2 kali, yang pertama kurang lebih sekitar tahun 2001 pasien merantau selama kurang lebih 6 tahun, yang kedua kurang lebih tahun 2008 merantaunya kurang lebih 2 tahun. Setelah pulang merantau kedua pasien dikatakan sudah mengalami gangguan jiwa sejak di malaysia sehingga sempat mendapatkan suntikan disana namun tidak tahu berapa lama dia diterapi dan apakah sudah mendapatkan perawatan selayaknya orang sakit jiwa pada umumnya. Yang diketahui adalah alasan dia dupulangkan karena mengalami sakit seperti ini.

Pasien bersamaan berangkat ke malaysianya bersama kakaknya, namun beda wilayah kerja. Menurut cerita teman temannya, pasien saat merantau yg kedua kali di malaysia sempat mengalami sedih yang sedih sekali sampai pasien mengurung diri dan jarang sekali bergaul dengan teman-temannya, namun tidak diketahui berapa lama pasien mengalami seperti itu. Hal tersebut dikarenakan selama merantau di malaysia yg pertama kali hasilnya kurang memuaskan sehingga hal tersebut menjadi beban pikiran pasien. Setelah dipulangkan, beberapa hari setelahnya pasien sudah terlihat suka bicara sendiri, tertawa sendiri dan kadang-kadang mengamuk serta teriak-teriak dirumah sehingga pasien di bawa berobat jalan ke RSJ. Setelah mengonsumsi obat tersebut, pasien tampak lebih tenang dibanding sebelumnya. Rawat jalan ini dilakukan selama 3 kali, karena alasan transportasi dan biaya akhirnya keluarga tidak pergi berobat lagi ke RSJ PROV NTB. Usaha lain yang dilakukan ayah pasien adalah dengan membawa pasien ke prakter dokter dan Puskesmas, serta ke pengobatan tradisional. Namun tidak tampak adanya perbaikan gejala. Setelah putus obat, pasien menjadi kumat lagi penyakitnya dan makin parah dari sebelumnya. Pasien sekarang lebih suka mengganggu orang-orang yg disekitarnya, melempar mereka maupun rumah-rumah tetangga dengan batu, sering keluyuran sendiri, bicara sendiri, tertawa, kadang-kadang mengamuk, menangis dan teriak-teriak. Akhirnya karena mengganggu masyrakat sekitar pasien dipasung menggunakan rantai yang di ikatkan di tangan kanannya. Rantai tersebut di benamkan di lantai bangunan tempat pasien tinggal. Bangunan tersebut berukuran kurang lebih 3x3 m. Untuk keperluan sehari-harinya seperti makan dan minum, pasien selalu dilayani dengan baik oleh keluarganya dan pasien bisa melakukannya secara mandiri, biasanya pasien diberikan makan dan minum 3 kali sehari minimal namun untuk mandi pasien sudah sekali di ajak atau disuruh mandi sehingga saat kunjungan kami melihat pasien dalam keadaan kotor dan berantakan. Untuk BAB dan BAK, pasien bisa melakukannya secara mandiri karena dibangunan tersebut, disediakan tempat untuk BAB dan BAK.

Saat kunjungan pasien tampak tenang sambil duduk dan merokok menatap arah halaman rumahnya. Tampak diam dan sedih namun saat diajak berkomunkasi pasien hanya diam saja. c. Riwayat gangguan sebelumnya Riwayat kejang (-), riwayat hipertensi (-), diabetes mellitus (-), riwayat trauma kepala (-). Riwayat NAPZA (-), merokok (+), alkohol (-). d. Riwayat kehidupan pribadi Riwayat prenatal Menurut pengakuan ibu pasien, pasien memiliki 12 saudara kandung namun ibu pasien tidak ingat pasien anak yg keberapa. Pasien lahir di rumah secara normal ditolong dukun dengan umur kehamilan 9 bulan. Pasien mendapat ASI selama 2 tahun. Masa kanak-kanak awal (1-3 tahun) Pasien dikatakan tidak mengalami keterlambatan pertumbuhan. Riwayat sakit berat disangkal. Masa kanak-kanak pertengahan (3-11 tahun) Pasien adalah orang yang ramah dan mudah bergaul, memiliki banyak teman. Pasien merupakan murid yang tidak terlalu pandai sehingga malas menamatkan sekolahnya dahulu. Masa kanak akhir (11-18 tahun) Pasien bersekolah tidak tamat sekolah dasar dan tidak meneruskan pendidikannya karena tidak terlalu pandai dan masalah ekonomi keluarga. Dewasa Pasien belum pernah menikah.

e. Riwayat keluarga Riwayat gangguan jiwa pada keluarga, baik dari keturunan ayah atau ibu tidak ada. Pasien memiliki hubungan baik dengan keluarga dekat maupun jauh, sehingga tidak memiliki masalah dengan keluarganya.

Keterangan : = laki-laki = perempuan f. Situasi sosial sekarang Pasien tinggal di bangunan khusus yang sengaja dibuatkan oleh ibu dan kakak iparnya. Bangunan tersebut berukuran 3x3 m, berdinding tembok dengan lantai semen dan beratap genteng. Bangunan tersebut terpisah dengan rumah ibu dan kakak kandungnya namun masih dalam satu halaman. Bangunan tersebut digunakan sebagai tempat pasien menghabiskan sebagian besar harinya untuk duduk-duduk, merokok dan makan minum karena sekarang pasien sudah tidak bekerja seperti orang normal. Bangunan tersebut merupakan tempat tidur pasien dan tempat pasien BAB dan BAK. Kebutuhan sehari-hari dipenuhi oleh ibu, kakak kandung dan kakak iparnya yang bekerja sebagai peternak dan buruh bangunan. III. IDENTIFIKASI KELUARGA PASIEN Keluarga pasien adalah keluarga sederhana, seperti masyarakat Lombok pada umumnya. = meninggal = meninggal = pasien

IV. SOSIAL EKONOMI Pasien untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari pasien dipenuhi oleh ibu dan kakak kandungnya yang bekerja sebagai peternak dan buruh bangunan. Hasil beternak dan buruh tidak seberapa banyak namun cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga. V. DESKRIPSI PASIEN GANGGUAN JIWA OLEH MASYARAKAT YANG BERADA DALAM RADIUS 1 KM DARI DAERAH PASIEN Di lingkungan sekitar pasien tidak ada yang mengalami gangguan yang sama seperti pasien. Menurut tetangga pasien, orang yang memiliki gangguan jiwa adalah orang yang : a. Gemar keluyuran tanpa tujuan b. Mengganggu dan menyerang orang lain tanpa sebab yang jelas c. Berbicara dan tertawa sendiri, sering melamun serta marah-marah dan berteriak-teriak tanpa tahu waktu. d. Berpenampilan seperti tidak diperhatikan oleh keluarganya seperti bau, kotor, berewokan, hitam, kurus, telanjang depan umum. VI. SIKAP KELUARGA TERHADAP ANGGOTA KELUARGANYA

YANG DIPERSEPSIKAN MENDERITA GANGGUAN JIWA Ibu dan kakak kandung pasien mengetahui bahwa pasien mengalami gangguan jiwa dan berharap agar pasien bisa sembuh. Ibu dan kakak pasien menerima dan tidak malu dengan keadaan pasien saat ini. Pasien dipasung dengan tujuannya agar tidak membahyakan keselamatan orang lain dan tidak keluyuran. Terkadang setiap pasien keluyuran, pasien selalu membawa barang-barang yang tidak penting yang ditakutkan membahayakan pasien. Setiap hari ibu dan kakak pasien selalu berusaha membuat pasien merasa nyaman namun pasien terkadang memberontak. Untuk makan, BAB dan BAK, pasien bisa melakukannya secara mandiri di bangunan khusus yang dibuatkan oleh ibu dan kakak pasien.

VII. TANGGAPAN

KELUARGA

TERHADAP

PASIEN

YANG

MENGALAMI GANGGUAN JIWA DAN USAHA PENGOBATAN Menurut kakak kandung pasien, penderita gangguan jiwa harus tetap diperhatikan. Penderita gangguan jiwa bisa sembuh dan dapat seperti orang tanpa gangguan jiwa pada umumnya, dapat mengurus dirinya sendiri dan dapat bekerja. Kakak pasien beranggapan bahwa gangguan jiwa yang dialami pasien bisa disembuhkan secara medis karena berespon baik terhadap pengobatan yang diberikan dari RSJ. Pasien pernah mendapat pengobtan rawat jalan 3 kali ke RSJ (terakhir tahun kurang lebih tahun 2010)diberikan obat namun kakak pasien lupa jumlah obat yg diminum. Setelah mengonsumsi obat-obatan tersebut, pasien nampak lebih baik, bisa berinteraksi dengan baik. Namun karena beberapa hambatan, pasien tidak dibawa beroabat lagi ke RSJ. Usaha lain yang dilakukan untuk kesembuhan pasien adalah dengan membawa pasien berobat ke praktek dokter terdekat dan Puskesmas serta dukun kampung. Namun kondisi pasien masih seperti sedia kala sehingga keluarga sekarang pasrah dengan kondisi pasien. VIII. KENDALA DAN HAMBATAN YANG DIHADAPI KELUARGA TERKAIT PENANGANAN ANGGOTA KELUARGANYA YANG DIPERSEPSIKAN MENDERITA GANGGUAN JIWA Menurut pengakuan kakak pasien, yang menjadi kendala terkait pengobatan pasien adalah biaya dan transportasi. Dari segi biaya, terkait dengan pekerjaan ibu dan kakak pasien sebagai peternak dan buruh bangunan dengan penghasilan yang tak seberapa. Untuk sarana transportasi juga demikian, kakak pasien tidak memiliki kendaraan pribadi dan juga keterbatasan dana untuk menyewa kendaraan yang digunakan untuk membawa pasien berobat. Selain itu, pasien seringkali menolak untuk dibawa berobat. Dari segi kepatuhan minum obat, tidak ditemukan adanya kendala, karena pasien cukup taat untuk meminum obat sesuai jadwal pemberian.

IX. DOKUMENTASI PASIEN

Gambar 1. Rumah bangunan tempat pasien dipasung

Gambar 2. Kondisi kamar mandi yang digunakan

You might also like