You are on page 1of 20

PERUBAHAN PSIKOLOGIS PADA MASA KEHAMILAN

Oleh: Eka Lusiandani Koncara

2009
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1


1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 1
1.3 Tujuan ........................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................. 2
2.1 Kondisi Psikologi Ibu Hamil ........................................................................ 2
2.2 Proses Kehamilan ...................................................................................... 5
2.3 Masa Kehamilan ........................................................................................ 5
2.3.1 Trimester Pertama.............................................................................. 5
2.3.2 Trimester Kedua ................................................................................. 6
2.3.3 Triemester Ketiga ............................................................................... 6
2.4 Beberapa Kiat untuk Menyeimbangkan Kondisi Psikologi Ibu Hamil ......... 6
2.5 Trauma Kehamilan dan Pengaruhnya pada Janin ..................................... 8
2.6 Janin Tidak Berkembang ........................................................................... 12
BAB III PENUTUP.......................................................................................................... 16
3.1 Kesimpulan ................................................................................................ 16
3.2 Saran ......................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA

i
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kehamilan adalah masa di mana seorang wanita membawa embrio atau fetus di
dalam tubuhnya. Dalam kehamilan dapat terjadi banyak gestasi (misalnya, dalam kasus
kembar, atau triplet).
Kehamilan manusia terjadi selama 40 minggu antara waktu menstruasi terakhir
dan kelahiran (38 minggu dari pembuahan). Istilah medis untuk wanita hamil adalah
gravida, sedangkan manusia di dalamnya disebut embrio (minggu-minggu awal) dan
kemudian janin (sampai kelahiran). Seorang wanita yang hamil untuk pertama kalinya
disebut primigravida atau gravida 1. Seorang wanita yang belum pernah hamil dikenal
sebagai gravida 0.
Dalam banyak masyarakat definisi medis dan legal kehamilan manusia dibagi
menjadi tiga periode triwulan, sebagai cara memudahkan tahap berbeda dari
perkembangan janin. Triwulan pertama membawa resiko tertinggi keguguran (kematian
alami embrio atau janin), sedangkan pada masa triwulan ke-2 perkembangan janin dapat
dimonitor dan didiagnosa. Triwulan ke-3 menandakan awal 'viabilitas', yang berarti janin
dapat tetap hidup bila terjadi kelahiran awal alami atau kelahiran dipaksakan.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah yang akan dibahas pada makalah ini antara lain:
a. Bagaimana gambaran tentang proses kehamilan?
b. Bagaimana kondisi psikologis ibu hamil pertama?
c. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi psikologisnya?

1.3 Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk:
a. Memperoleh gambaran tentang proses kehamilan.
b. Mengetahui kondisi psikologis ibu hamil pertama.
c. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi psikologisnya.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kondisi Psikologi Ibu Hamil


Kehamilan pertama yang dialami oleh setiap wanita pasti akan menimbulkan
banyak efektifitas baik fisik maupun psikologis. Bagi setiap wanita kehamilan yang
dialaminya merupakan suatu kebahagiaan tersendiri yang mana dengan kehamilan
tersebut secara psikologis memberikan kepercayaan diri yang kuat bahwa ia adalah
memang benar-benar telah menjadi wanita sejati. Secara sosial pun ia akan merasa lebih
percaya diri dalam kehidupan bermasyarakat. Tetapi di sisi lain kehamilan apalagi
kehamilan pertama membawa efektifitas yang tidak bisa begitu saja disepelekan. Secara
fisik ibu hamil akan merasa letih, lesu payah dan sebagainya. Sedang secara psikologis
ibu hamil akan dibayangi dan dihantui rasa cemas dan takut akan hal-hal yang mungkin
akan terjadi baik pada dirinya sendiri maupun pada bayinya.
Dra. Risa Kolopaking, Msi., seorang psikolog pada RSIA Hermina Bekasi
menjelaskan bahwa : “Selama hamil, sangat normal apabila calon ibu mengalami mood
swing, emosi dan suasana hati yang naik-turun secara fluktuatif. Sebagian besar ibu hamil
mengalaminya, hanya saja ada yang ringan, dan ada yang ekstrim. Penyebab secara
internal, perubahan tubuh dan hormonal ibu hamil. Di samping itu tentu ada faktor
psikologis yang juga bisa mencetus.
Meskipun mood swing adalah hal umum bagi sebagian besar ibu hamil, namun 1
dari 10 ibu hamil yang mengalaminya, dapat mengalami fluktuasi ekstrim dan mengalami
masalah yang signifikan.
Berikut beberapa tanda yang perlu dicermati:
Kehamilan tak diinginkan
Kehamilan berisiko
Jarak kehamilan yang terlalu dekat
Riwayat keguguran
Kehamilan normal tapi punya pengalaman anak pertama sakit berat atau
pengalaman mengasuh anak pertama sulit
Benarkah semakin calon ibu banyak tahu dan kritis dengan berbagai
perkembangan, prevalensi terjadinya pre-baby blues makin besar? “Memang belum ada

2
studi yang berkait dengan hal ini, tapi dari pengalaman saya di lapangan, ini banyak saya
temukan. Menariknya, ini khas ibu-ibu perkotaan. Sebab, pengetahuan yang diterima calon
ibu sebelum dan selama hamil banyak secara jumlah tapi sayangnya tidak utuh,” ungkap
Risa.
Akibat memiliki banyak pengetahuan, kesadaran ibu meningkat. Tetapi tanpa
informasi yang utuh, kesadaran yang awalnya merupakan hal baik berbalik menimbulkan
“tekanan” pada diri ibu. Ibu ingin agar anaknya mendapat stimulasi tepat, terhindar dari
penyakit, ingin segalanya serba sempurna. “Sudah begini, ibu sebaiknya banyak
berdiskusi dengan orang yang ahli di bidangnya, agar dapat gambaran yang utuh. Apabila
menyangkut penyakit anak, berdiskusilah dengan dokter anak, seputar gizi tanyalah pada
ahli gizi dan seterusnya.
Meskipun calon ibu tak menyadari adanya perubahan emosi yang fluktuatif
bahkan ketika telah terakumulasi menjadi depresi, setiap ayah dan ibu harus menerima
kenyataan bahwa perubahan yang dialami ibu hamil, tak hanya sebatas perubahan fisik.
Mood swing adalah perubahan pada tataran psikologis yang umum dialami sebagian besar
ibu hamil. Anda dan pasangan memang tak perlu membesar-besarkan masalah ini, namun
fenomena ini tak boleh diabaikan.
Masa trimester pertama, saat perubahan besar-besaran, calon ibu mengalami
morning sickness disertai mood swing yang cukup menyolok. Memasuki trimester kedua,
calon ibu biasanya sudah mulai beradaptasi. Memasuki trimester tiga,sekitar usia
kehamilan 7 – 8 bulan, mood swing hebat bisa menghinggapi calon ibu.
“Sebagian ibu hamil, justru baru mengalami mood swing di trimester terakhir. Di
antaranya, karena kelelahan fisik mencapai puncaknya, rasanya seperti “bisul” yang mau
pecah. Selain itu, muncul pula rasa bosan terhadap kondisi fisik yang serba kurang
nyaman ini. Apabila ibu hamil mengisi hari-harinya dengan kegiatan yang bisa
mengalihkan perhatiannya dari kondisi ini, mood swing parah bisa dihindari, bahkan
diminimalkan,” jelas Risa.
Memiliki bekal pengetahuan yang banyak ternyata tidaklah cukup. Belajar
menerima mengenali dan beradaptasi dengan perubahan adalah kunci sukses menjadi ibu
dan ayah baru. Sudah terlanjur kurang menyadarinya?! Tak perlu merasa bersalah.
Apapun pengalaman Anda selama bertransformasi jadi orang tua adalah “guru” terbaik
bagi Anda dan si kecil.

3
Tingkatan paling parah dari fluktuasi emosi dan psikologis ibu hamil ini disebut
sebagai gejala pre-baby blues atau mood disorder, yang apabila terakumulasi bisa menjadi
depresi. Bukan hanya karena memiliki ciri yang mirip dengan baby blues, yang dialami ibu
setelah melahirkan. Istilah ini juga mengacu pada hasil temuan para psikiater, apabila tak
terdeteksi dini dan ditangani dengan tuntas, bisa menjadi “akar” dari baby blues atau post
partum depression.
“Selama calon ibu mendapat cukup dukungan dari orang-orang sekitar, merasa
bahagia, memiliki pandangan positif terhadap kehamilan, didampingi orang-orang yang
berpandangan positif terhadap kehamilan, juga suami yang memberi ketenangan,
perhatian dan kasih sayang, ia akan survive. Yang tak boleh dilupakan adalah asupan zat
gizi dan istirahat yang cukup.
Bagaimana cara membedakan mood swing biasa dengan depresi kehamilan?
Tentu calon ibu dan ayah perlu teliti membaca beberapa tanda. Apabila Anda mengalami
beberapa hari suasana hati yang kelabu atau cemas, tak perlu terlalu khawatir. Ini masih
taraf normal. Tapi jika Anda mengalaminya lebih dari seminggu bahkan beberapa minggu
dan tak bisa mengendalikan diri, cepatlah cari bantuan.
Risa mengungkap checklist tanda “siaga satu” yang harus dicermati calon ibu dan
ayah, berikut:
Calon ibu tidak bisa berkonsentrasi, mengingat, atau mengambil keputusan
Mengganggu pekerjaan dan aktivitas sehari-hari
Mngganggu hubungan calon ibu dengan orang-orang sekitarnya
Calon ibu tak bisa mengurus diri sendiri, keluarga dan anak (apabila kehamilan kedua)
Kondisi calon ibu mengancam keselamatan janin (misalnya, menolak makan, atau
makan berlebihan, sampai keinginan untuk bunuh diri)
Bantuan bisa diperoleh dari dokter kandungan, psikolog dan apabila diperlukan,
ibu bisa konsultasi dengan psikiater. Biasanya konsultasi dengan psikolog sudah cukup.
Dari seorang psikolog, calon ibu bisa mendapatkan bimbingan perilaku, cara pandang dan
advis yang menenangkan agar ibu bisa berperasaan positif. Bedanya, konsultasi dengan
psikiater, selain advis, apabila diperlukan, ibu akan memperoleh antidepresan dalam dosis
rendah agar depresi ibu terkendali tetapi tak membahayakan janin.

4
2.2 Proses Kehamilan
Seorang wanita disebut hamil jika sel telur berhasil dibuahi oleh sel sperma. Hasil
pembuahan akan menghasilkan zigot, yang lalu berkembang (dengan cara pembelahan
sel secara besar-besaran) menjadi embrio. Pembuahan itu sendiri berlangsung setelah
terjadinya hubungan seksual (persetubuhan) antar lawan jenis, meskipun tidak semua
hubungan seksual akan menghasilkan pembuahan.
Pembuahan hanya dapat terjadi ketika wanita sedang berada dalam masa subur.
Pada masa itu, seorang wanita akan melepaskan sel telur yang sudah matang dan siap
untuk dibuahi.
Dalam keadaan normal, seorang pria akan mengeluarkan jutaan sperma saat
melakukan persetubuhan. Dari berjuta-juta sel sperma tersebut, hanya satu yang akan
berhasil membenamkan diri dalam dinding sel telur yang sudah masak, dan menyatukan
dua inti sel.
Sel yang telah dibuahi akan membelah diri. Mula-mula menjadi 2, lalu 4, 8, 16, 32,
64 dan seterusnya. Seminggu setelah pembuahan, kelompok sel yang terus tumbuh itu
telah sampai di dalam rongga rahim dan melekatkan diri di dinding rahim (uterus).
Bila berlangsung normal, proses kehamilan akan berjalan terus sampai janin siap
untuk dilahirkan ke dunia. Tahap-tahap kehamilan kita bagi menjadi 3 trimester, yaitu
trimester pertama, kedua dan ketiga. Trimester pertama adalah trimester yang sangat
menentukan karena pada saat inilah pembentukan organ yang vital telah dimulai,
termasuk pembentukan dan perkembangan otak. Tapi tentu saja trimester lain pun punya
peranan penting dan harus dijaga dengan baik.

2.3 Masa Kehamilan


Masa kehamilan dibagi menjadi tiga periode atau trimester, masing-masing
selama 13 miggu. Trimester membantu pengelompokan tahap perkembangan janin dan
tubuh Anda. Kehamilan itu unik pada setiap wanita. Jadi tidak usah cemas jika Anda
mengalami pengalaman sedikit berbeda dengan ibu hamil lainnya.
2.3.1 Trimester Pertama
Pada kehamilan trimester pertama, Anda akan melihat perubahan yang amat
kecil pada tubuh, meskipun janin yang Anda kandung tumbuh dan berubah amat
cepat. Anda bahkan mungkin tidak sadar tengah hamil hingga usia kehamilan

5
mencapai 12 minggu. Selama periode ini, hanya terjadi sedikit kenaikan berat badan,
kemungkinan tidak melebihi 2,25 kg selama 13 minggu. Perut akan berubah karena
pembesaran rahim 7,6 cm di bawah pusar. Janin belum bergerak di masa ini.
2.3.2 Trimester Kedua
Pada trimester kedua, mulai terjadi perubahan pada tubuh. Orang akan
mengenali Anda sedang hamil. Pada akhir trimester kedua, rahim akan membesar
sekira 7,6 cm di atas pusar. Pertambahan berat badan rata-rata 7,65-10,8 kg termasuk
pertambahan berat dari trimester pertama. Janin mulai aktif bergerak pada periode ini.
2.3.3 Trimester Ketiga
Anda akan mengalami banyak perubahan fisik selama trimester ini karena
bayi bertumbuh pesat. Menjelang persalinan, rahim membesar 16,5-20,3 cm di atas
pusar. Bobot bayi bertambah pesat pada trimester ketiga, meskipun kemungkinan
berat badan Anda stabil. Total berat badan Anda hingga semester ketiga antara 11,25-
15,75 kg.
Jika ini kehamilan pertama, mungkin butuh waktu lama melihat perubahan
nyata pada perut. Mungkin Anda tidak terlihat hamil hingga trimester kedua. Tidak
usah cemas, perut Anda akan membesar juga nantinya.
Bagi perempuan kehamilan adalah suatu anugrah yang ditunggu-tunggu
kehadirannya. Belum lengkap rasanya sebagai seorang perempuan jika Anda belum
dapat melahirkan seorang keturunan.

2.4 Beberapa Kiat untuk Menyeimbangkan Kondisi Psikologis Ibu Hamil


Ibu yang sedang hamil, pasti akan mengalami berbagai macam perubahan bukan
hanya perubahan secara fisik namun juga secara psikologis. Jangan heran jika ibu yang
hamil tiba-tiba menangis atau marah. Ini terjadi karena adanya perubahan hormonal yang
lazim dialami oleh ibu-ibu yang sedang hamil.
Untuk itu ibu-ibu yang kini sedang mengandung buah hati, harus selalu menjaga
kondisi psikologisnya agar tetap baik dan seimbang. Jika kondisi psikologis sang ibu baik
pastinya sang ibu akan lebih tenang atau rileks saat menjalani masa-masa kehamilannya.
Berikut beberapa kiat yang dapat menyeimbangkan kondisi psikologis saat ibu sedang
mengandung:

6
1. Informasi
Carilah informasi seputar kehamilan terutama mengenai perubahan yang terjadi
dalam diri ibu termasuk hal-hal yang perlu dihindari saat sedang mengandung
agar janin tumbuh sehat. Pengetahuan atau informasi yang tepat akan membuat
ibu merasa lebih yakin sekaligus bisa mengurangi rasa cemas yang sering muncul
karena ketidaktahuan mengenai perubahan yang terjadi.
Komunikasi dengan suami
Bicarakanlah perubahan yang terjadi pada diri Anda selama hamil dengan sang
suami, sehingga ia juga tahu dan dapat memaklumi perubahan yang terjadi pada
diri Anda. Tidak jarang jika Anda mengkomunikasikan hal ini, sang suami akan
memberikan dukungan psikologis yang dibutuhkan.
2. Rajin chek up
Periksakan kehamilan secara teratur. Cari informasi dari dokter atau bidan
terpercaya mengenai kehamilan yang sekarang Anda jalani. Jangan lupa, ajaklah
suami saat berkonsultasi ke dokter atau bidan.
3. Makan Sehat
Pahami benar pengetahuan mengenai asupan makanan yang sehat bagi
perkembangan janin. Hindarilah mengonsumsi bahan yang dapat membahayakan
janin, seperti makanan yang mengandung zat-zat aditif, alkohol, rokok, atau obat-
obatan yang tidak dianjurkan bagi ibu hamil. Jauhkan juga zat berbahaya seperti
gas buang kendaraan yang mengandung timah hitam yang berbahaya bagi
perkembangan kecerdasan otak janin.
4. Jaga Penampilan
Perhatikanlah penampilan fisik dengan menjaga kebersihan dan berpakaian yang
sesuai dengan kondisi badan Anda yang sedang berbadan dua. Jangan lupa
untuk melakukan latihan fisik ringan, seperti berenang atau jalan kaki ringan untuk
memperlancar persalinan.
5. Kurangi Kegiatan
Lakukanlah penyesuaian kegiatan dengan kondisi fisik saat hamil. Memasuki
masa persalinan, Anda dan suami harus sudah siap dengan berbagai perubahan
yang akan terjadi setelah kelahiran sang bayi.

7
6. Dengarkan Musik
Upayakan berbagai cara agar terhindar dari stres. Atasilah kecemasan maupun
emosi negatif lainnya dengan mendengarkan musik lembut, belajar memusatkan
perhatian, berzikir, yoga atau relaksasi lainnya.
7. Senam Hamil
Bergabunglah dengan kelompok senam hamil sejak usia kandungan menginjak
usia 5-6 bulan. Jangan lupa untuk berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter
kandungan. Senam hamil tidak hanya bermanfaat melatih otot-otot yang
diperlukan dalam proses persalinan, melainkan juga memberi manfaat psikologis.
Pertemuan sesama calon ibu biasanya diisi dengan acara berbagi pengalaman
yang dapat dijadikan pelajaran positif. Melalui kegiatan itu pula secara perlahan
kesiapan psikologis calon ibu dalam menghadapi persalinan menjadi semakin
mantap.
8. Latihan Pernafasan
Lakukanlah latihan relaksasi dan latihan pernapasan secara teratur. Latihan ini
bermanfaat untuk ketenangan dan kenyamanan sehingga kondisi psikologis bisa
lebih stabil.

2.5 Trauma Kehamilan dan Pengaruhnya pada Janin


Mengingat dampaknya yang dapat mempengaruhi pertumbuhan janin, sebisa
mungkin hindari trauma.
Beban fisik dan mental biasa dialami oleh ibu hamil karena perubahan fisik dan
hormonalnya, seperti bentuk tubuh yang melebar dan kondisi emosi yang naik turun.
Beban ini sering diperparah dengan munculnya trauma-trauma kehamilan, sehingga
masalah yang dihadapi ibu pun makin kompleks.
Trauma masa hamil, bisa datang dari banyak faktor. Hal sepele seperti
menyaksikan film horor bisa saja mendatangkan trauma padahal sebelumnya tidak
masalah bila ibu menyaksikan film jenis apa pun: horor, laga, atau thriller. Namun di saat
hamil, adegan yang menyeramkan, mengerikan, atau menyedihkan bisa sangat
membekas dan berujung menjadi trauma. Ibu jadi takut pergi ke kamar mandi sendirian,
takut menyetir mobil, khawatir bakal terjadi sesuatu yang mengancam jiwanya, cemas

8
kalau sendirian di malam hari, dan sebagainya. Ketakutan ini menjadi sangat berlebihan,
sehingga sangat mengganggu kondisi psikologisnya.
Menurut Dra. Shinto B. Adelaar MSc. dari RS Internasional Bintaro, Tangerang,
Banten, bila beban trauma ini terus berlanjut, dampaknya akan berbekas pada janin.
Terlebih jika ibu sampai mengalami stres. “Untuk itu, ibu hamil tidak boleh memperhatikan
kesehatan fisik saja, melainkan juga kesehatan psikologisnya. Salah satunya dengan
menghindari trauma masa hamil yang dapat berujung pada stres, yakni timbunan
permasalahan yang tidak bisa diatasi dengan baik.”
Tidak semua ibu menyadari bahwa aspek fisik dan psikis adalah dua hal yang
terkait erat, saling pengaruh-mempengaruhi, atau hampir tidak terpisahkan. Jika kondisi
fisiknya kurang baik, maka proses berpikir, suasana hati, kendali emosi dan tindakan yang
bersangkutan dalam kehidupan sehari-hari akan terkena imbas negatifnya. Antara lain,
suasana hati atau keadaan emosi cepat berubah, kepekaan meningkat, dan perubahan
pola atau pilihan makanan yang juga akan berpengaruh pada konsep diri sang ibu.
Kondisi psikologis yang dialami ibu selama hamil, kemudian akan kembali
mempengaruhi aktivitas fisiologis dalam dirinya. Suasana hati yang kelam dan emosi yang
meledak-ledak dapat mempengaruhi detak jantung, tekanan darah, produksi adrenalin,
aktivitas kelenjar keringat, sekresi asam lambung, dan lain-lain. Trauma, stres, atau
tekanan psikologis juga dapat memunculkan gejala fisik seperti letih, lesu, mudah marah,
gelisah, pening, mual atau merasa malas.
Karena perubahan yang terjadi pada fisik mempengaruhi aspek psikologis dan
sebaliknya, maka mudah bagi ibu hamil untuk mengalami trauma. Menurut Shinto, trauma
ini ternyata dapat dirasakan juga oleh janin. Bahkan, janin sudah menunjukkan reaksi
terhadap stimulasi yang berasal dari luar tubuh ibunya. Sementara dalam masa
perkembangan janin, ada masa-masa yang dianggap kritis yang menyangkut
pembentukan organ tubuh. Oleh karena itu, mau tidak mau ibu hamil harus menjaga
kondisi fisik maupun psikisnya agar bayinya dapat tumbuh sehat.
Biasanya, masa paling berat bagi beban psikis ibu hamil terjadi di trimester
pertama, yakni ketika perubahan aktivitas hormonal ibu sedang besar-besarnya.
Perubahan inilah yang dapat dengan mudah mempengaruhi stabilitas emosi ibu, selain
menyebabkan keluhan mual-muntah, terutama di pagi hari (morning sickness) selama dua

9
bulan pertama. Akibatnya, beban psikologis pun semakin bertambah. Makanya, wajar bila
di usia kehamilan ini banyak ibu rentan terhadap trauma.
Bukan cuma itu. Ibu hamil pun sering mengalami kecemasan berkaitan dengan
penampilan fisiknya. Bagi istri yang hubungannya dengan suami relatif rapuh atau memiliki
konsep diri rendah, kehamilan kerap dipersepsikan sebagai keadaan yang mengancam.
Cukup banyak ibu yang merasa khawatir bahwa kehamilan akan menurunkan daya
tariknya dan membuat pasangan melirik pada perempuan lain. Hal inilah yang terkadang
menambah beban trauma.
Apalagi semakin tua usia kehamilan, bentuk tubuh perempuan semakin jauh dari
patokan ideal. Bagi yang mendewakan keremajaan, kehamilan mereka dapat menjadi
sumber kecemasan terhadap berbagai perubahan atau “kerusakan” bagian tubuh sejalan
dengan perkembangan kehamilan. Berbagai upaya pun dilakukan untuk memperkecil
risiko agar tubuh dapat segera kembali ke kondisi sebelum hamil. “Hal ini menjadikan
kehamilan tidak selamanya disambut dengan rasa bahagia, cukup banyak juga yang
kurang percaya diri, sehingga dengan berbagai alasan dan cara berusaha
menyembunyikannya,” sesal Shinto.
Pengaruh trauma terhadap perkembangan janin, menurutnya, sangat terasa jika
kejadiannya berlangsung di trimester pertama. Pada masa ini pertumbuhan awal baru
dimulai, sehingga janin sangat rentan terhadap pengaruh dari luar, didukung susunan
syaraf pusat dan jantung yang sudah bertumbuh. Dari luar, pada janin juga sudah tampak
mata, hidung, mulut yang mini, dan tunas bakal tangan serta kaki. Kemudian, di akhir
trimester pertama, janin mulai bergerak, bernapas dan mencerna makanan. Itulah
mengapa fase ini rentan terhadap gangguan, apalagi yang bersifat traumatis.
Sebenarnya, beban trauma terhadap janin bisa ditepis jika ibu cepat
menenangkan diri. Justru yang lebih dikhawatirkan adalah bila trauma tersebut membuat
ibu tidak memperhatikan kehamilannya, jatuh sakit, minum obat-obatan sembarangan,
apalagi mengonsumsi zat berbahaya yang akan berdampak fatal pada janin.
Apabila ibu sudah sampai mengonsumsi zat berbahaya, terkadang kehamilan
tidak bisa dipertahankan. Bilapun dipertahankan, janin akan terpapar pada risiko tinggi
berupa kelainan pada susunan saraf pusat, jantung, panca indra dan anggota tubuh.
Menurut Shinto, janin yang dikandung oleh para ibu yang mengalami stres berat
dan tidak memperhatikan kehamilannya banyak yang mengalami kelainan perkembangan

10
pada kedua belahan otaknya. Misalnya, otak kiri tidak dapat memproses informasi lebih
cepat daripada belahan otak bagian kanan, sehingga mengakibatkan hambatan dalam
perkembangan kemampuan berbahasa anak di kemudian hari. Penelitian lain
menunjukkan, ibu hamil yang mengalami trauma dan stres berkepanjangan karena
masalah rumah tangga cenderung melahirkan anak hiperaktif. “Dampak yang terjadi pada
anak-anak memang tidak mudah diramalkan sebelumnya. Oleh karena itu, cara yang
terbaik adalah melakukan pemeliharaan diri secara fisik dan psikologis selama masa
kehamilan,” tandas Shinto.
Usai trimester pertama, biasanya beban kehamilan sudah bisa diantisipasi lebih
baik. Selain perubahan hormonal lebih stabil, ibu pun sudah mulai terbiasa dengan kondisi
tubuhnya. Sementara, janin pun sudah lebih kuat dari sebelumnya. Namun demikian, ibu
tetap perlu berhati-hati mengingat di akhir trimester kedua janin mulai mampu mendengar
dan dapat bereaksi terhadap sentuhan dari luar. Dia pun sudah bisa merasakan kondisi
psikologis orang tuanya. Kondisi ibu yang selalu menyenangkan bisa membuat
pertumbuhan janin optimal. Sedangkan bila tidak, mungkin saja ada gangguan-gangguan
yang nantinya bisa berpengaruh pada kondisi psikologis anak setelah lahir.
Direncanakan atau tidak, calon ibu perlu mempersiapkan diri secara psikologis
sejak sebelum, selama, dan sesudah kehamilan. Calon ayah dan ibu perlu bersiap-siap
menyesuaikan diri terhadap perubahan peran, tanggung jawab, pembagian waktu,
maupun perhatian yang berkaitan dengan kehadiran sang bayi 9 bulan mendatang.
“Di awal masa kehamilan, baik calon ibu maupun ayah, harus memiliki
pengetahuan mengenai perubahan yang terjadi di dalam diri ibu, hingga lebih percaya diri
dan tidak mudah mengalami kecemasan menghadapi gejala-gejala umum kehamilan,”
tutur Shinto.
Calon ayah perlu tahu bahwa ada kemungkinan sang isteri akan menunjukkan
tingkah laku yang “luar biasa” selama masa kehamilan. Dengan demikian calon ayah pun
harus belajar memahami dan meningkatkan toleransi terhadap “ketidaklaziman” tingkah
laku istrinya. Dengan kata lain, calon ayah juga mesti bersedia menyesuaikan diri terhadap
perubahan-perubahan yang terjadi pada sang istri, baik fisik maupun psikologis.

11
2.6 Janin Tidak Berkembang
Perempuan hamil yang menderita depresi klinis atau serangan stres yang ekstrim
membutuhkan perawatan medis ekstra. Sebab, kondisi psikologis ibu hamil sangat
mempengaruhi perkembangan janinnya. Demikian ungkap Dr. Miguel A. Diego, seorang
peneliti dari Fakultas Kedokteran Universitas Miami, Amerika Serikat.
"Hasil penelitian yang muat dalam Psychosomatic Medicine Journal ini
mengungkapkan bahwa ukuran bayi yang dilahirkan seorang ibu yang sedang stres atau
depresi cenderung lebih kecil, baik berat badan maupun panjang tubuhnya dibandingkan
bayi yang dilahirkan dari ibu yang tidak mengalami stres," demikian tulis reuters.com.
Dr. Miguel A. Diego dan timnya menemukan bahwa hormon kortisol yang
dihasilkan kelenjar adrenalin saat stres menjadi faktor penyebabnya. Dr. Miguel A. Diego
menggunakan alat ukur ultrasonografi (USG) untuk melihat perkembangan janin dalam
kandungan 98 perempuan pada usia kehamilan 16 hingga 29 minggu. Mereka mengukur
level hormon dan melakukan evaluasi keseluruhan untuk mengukur tingkat stres ibu.
Semakin berat tekanan yang dialami ibu hamil, semakin kecil kemungkinan bayi untuk
berkembang. Analisa statistik menunjukkan bahwa kadar hormon kortisol yang tinggi
sebanding dengan stres yang dialami dan berat tubuh yang turun.
Untuk mengatasi stres pada ibu hamil, dibutuhkan terapi psikologi atau dukungan
sosial yang baik. Sebab pengaruh penggunaan obat-obatan antistres untuk perempuan
hamil juga masih menimbulkan pro dan kontra di kalangan ahli kesehatan. "Selain Janin
tidak berkembang, stres pada perempuan hamil dapat memicu kelahiran prematur," ujar
Dr. Miguel A. Diego.
Ada dua jenis janin tidak berkembang, yaitu :
1. Janin yang dari awal tidak tampak. Hanya ada kantong kehamilan yang bahasa
medisnya disebut blighted ovum (kantong kosong). Tidak tampak janin sama
sekali, yang ada hanya semacam suatu rongga di dalam rahim. Pada USG akan
tampak gambaran hitam, berisi cairan, dan tidak tampak bayangan calon janin
sama sekali.
2. Sudah mulai tampak bayangan calon janin. Gambarannya biasanya pipih dan kecil
berada di dalam rahim. Disebut tidak berkembang kalau memang diameter dan
panjang janin tidak sesuai dengan usia kehamilan. Biasanya pemeriksaan
kehamilan ini dilakukan secara serial, yaitu minimal dua kali dengan jarak dua

12
minggu. Bilamana didapatkan ukuran janin tidak bertambah atau bertambah tetapi
sesuai dengan pertambahan usia kehamilan, itu yang disebut dengan janin tidak
berkembang.

Ada beberapa penyebab janin tidak berkembang, antara lain :


1. Genetik, bukan faktor keturunan, melainkan dari sperma atau sel telur. Dalam hal
ini kualitas dan kuantitas sperma serta sel telur tidak baik sehingga saat
penyatuan keduanya hasilnya tidak berkembang secara prima.
Menurut Anita, hal ini biasanya mengarah ke blighted ovum. “Yang jelas, kalau
bicara tentang blighted ovum, kita bicara juga tentang kualitas dan kuantitas.
Faktor ini bisa berulang dan bisa tidak, tergantung ada masalah produksi sperma
dan sel telur atau tidak,” ungkapnya. Penyebab kualitas sperma dan sel telur
macam-macam, tergantung dari produksi “pabriknya” (sel telur dari indung telur
dan sperma dari produksi spermanya).
Jadi, otomatis gangguan dari proses pembentukan itu bisa bermacam-macam dan
tidak bisa dipastikan, dari faktor higienis atau infeksi. Bisakah dicegah? “Susah.
Karena sel telur dan sperma sudah ada sejak kita di kandungan ibu. Gangguan-
gangguan itu muncul begitu kita lahir.”
2. Infeksi TORCH, yang disebabkan oleh toksoplasma, rubella, CMV atau cito
megalo virus, herpes simplex I dan simplex II. Dalam hal ini yang dilihat adalah
reflek di tubuh kita, yaitu terbentuknya antibodi terhadap kuman dan virus ini. Jika
diasumsikan bermasalah harus segera diterapi. Sebaiknya pemeriksaan ini
dilakukan sebelum hamil agar tidak menganggu kondisi si ibu. Jika sudah hamil
sebaiknya dilakukan terapi sepanjang kehamilan. Untuk faktor yang disebabkan
infeksi semua terapinya dengan oral atau obat yang diminum.
3. ACA (anticardiolipin) atau pembekuan yang menyumbat pembuluh-pembuluh
darah yang arahnya ke janin sehingga akhirnya pertumbuhan janin terhenti.
Penyebabnya karena faktor imun dimana tergantung pada sensitivitas masing-
masing orang. “Semisal, kakak kandung kita memiliki ACA tinggi, walaupun
bersaudara belum tentu kita memiliki ACA tinggi. Orang yang tadinya tidak
memiliki ACA tinggi, di kemudian hari bisa memiliki ACA tinggi,” jelas Anita.

13
Jadi, begitu ada kehamilan dia mengangap kehamilan ini musuhnya dan langsung
terbentuk pembekuan. Darah membeku dan menyumbat daerah-daerah yang
arahnya ke janin. Janin otomatis tidak mendapat suplai baik makanan, minuman,
maupun oksigen.
Jika terjadi seperti ini harus segera diterapi, yaitu dengan memberikan obat anti
pembekuan darah (bisa berupa obat minum atau suntik, tergantung seberapa
berat kasus).
Jika si ibu dikondisikan sudah normal kembali, pada saat hamil pun biasanya
dalam pengawasan ketat dan tetap diterapi sampai bayi lahir. Pasalnya, sewaktu-
waktu bisa terjadi pembekuan lagi yang menganggu suplai makanan sehingga
mengakibatkan janin tidak berkembang atau pertumbuhan bayi terhambat. Tidak
semua janin dapat berkembang dengan sempurna, ada kalanya terjadi kelainan-
kelainan pada janin.

Malformasi atau cacat dapat terjadi melalui tiga cara yaitu:


1. Pengaruh bahan berbahaya dari lingkungan luar selama periode awal
perkembangan.
2. Penerusan abnormalitas genetik dari induknya.
3. Aberasi kromosom yang terdapat pada salah satu gamet atau yang timbul pada
pembelahan pertama.

Kelainan-kelainan pada janin diantaranya adalah :


1. Teratoma, yaitu tumor yang mengandung jaringan derivat dua, tiga lapis benih.
Terjadi saat janin masih embrio. Terjadinya teratoma adalah karena embrio awal
(tingkat clivage, blastula, awal grastula) lepas dari kontrol organizer. Ia seperti
tubuh yang kembar tidak seimbang yang satu dapat tumbuh normal yang lain
hanya gumpalan jaringa yang tdak utuh atau tidak wajar. Teratoma disebut juga
fetus in fetu atau bayi dalam bayi.
2. Sindrom down, yaitu kelainan fisik janin dengan ciri ciori yang khas seperti retardsi
mental, kelainan jantung bawaan, otot-otot melemah (hypotonia), leukimia, hingga
gangguan penglihatan dan pendengaran. Kelainan ini terjadi karena kelainan pada

14
kromosom yaitu pada kromosom 21. Pada penderita ini memiliki tiga unting
kromosom 21 (Corebima, 1997).
3. Sindrom Edward, yaitu kelainan pada janin karena kromosom janin mengalami
kelainan. Kelainan ini terjadi karena kromosom 18nya mengalami kelebihan yaitu
terdapat tiga untai kromosom 18. ciri kelaian janin ini adalah retardasi mental
berat, gangguan pertumbuhan, ukuran kepala dan pinggul kecil, kelaianan pada
tangan dan kaki.
4. Sindrom Patau, nama lain dari trisomi 13. hal ini karena terjadi kelainan pada
kromosom ke13 dari pendeita tersebut, yaitu memiliki tiga untai kromosom 13. Ciri
dari kelainan ini adalah bibir sumbing, ganggaun berat pada perkembangan otak,
jantung, ginjal, tangan dan kaki.biasanya jika gejalanya sangat berat janin akan
mati setelah beberapa saat dari kelahiran.
5. Talasemia, yaitu salah satu kelainan pada janin. Talasemia ini memiliki ciri dimana
tubuh kekurangan salah satu zat pembentuk hemoglobin (Hb) sehingga penderita
mengalami anemia berat akibatnya harus transfusi darah seumur hidup
6. Fenilketinoria, yaitu gangguan metabolisme salah satu jenis asam amino
pembentuk protein yaitu fenilalanin yang menyebabkan hambatan atau radiasi
mental. Kelainan ini jika dideteksi sejak dini dapat diminimalkan dengan cara
memberi asupan fenilalanin yang banyak terdapat pada keju, susu, telur, ikan,
daging, pemberian obat atau vitamin tertentu.

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Proses kehamilan itu terjadi ketika sperma ( benih pria ) bertemu dengan sel telur (
benih wanita ), dan hal itu hanya bisa terjadi apabila hubungan kelamin dilakukan di sekitar
masa subur. Masa subur itu terjadi semenjak ovulasi ( keluarnya sel telur ) dari ovarium (
indung telur ) hingga akhir masa hidupnya ( kira kira 12-24 jam ). Sementara itu sel sperma
yang masuk hingga tuba fallopii bisa bertahan 1 hingga x 24 jam. Jadi hubungan seksual
yang dilakukan 1- 2 hari sebelum masa subur masih mungkin bisa terjadi kehamilan.
Dengan demikian meskipun hanya sekali saja melakukan hubungan seks, bisa saja terjadi
kehamilan kalau waktunya di sekitar masa ovulasi.
Dari pembahasan di atas, jelas sekali bahwa keadaan dan perubahan psikologis
ibu selama masa kehamilan dapat mempengaruhi keadaan dirinya serta janin yang
dikandungnya.Keadaan janin, baik fisik maupun mental akan terganggu dan akan
menyebabkan hal yang mengerikan nantinya.

3.2 Saran
Kehadiran anak biasanya dinantikan oleh pasangan muda, sebagai wujud buah
cinta. Satu hal yang paling penting adalah kesiapan kedua orang tua, terutama calon ibu,
yang meliputi kesiapan fisik, mental dan gizi. Generasi yang baik merupakan buah dari
kesiapan orang tua, yang dimulai sejak janin belum terbentuk.
Ketika seorang ibu hamil tidak siap untuk menerima kehamilan, maka secara fisik
ia semakin terasa berat. Ini akan menjadi suatu hal yang sangat tidak menyenangkan.
Penolakan terhadap kehamilan akan tercetus dalam ketidakstabilan emosi yang berlebih,
seperti perasaan dan suasana hati yang tidak menentu selama kehamilan.
Menurut penelitian di Amerika, 10% dari ibu hamil yang depresi akan menularkan
secara biokimia kesedihannya pada janinnya, yang akan meningkatkan hormon stress dan
aktivitas otak sang janin.
Untuk menghindarinya, ibu hamil harus mempersiapkan diri dalam hal berikut:
Kesiapan menghadapi perubahan bentuk fisik
Ibu hamil pastinya akan mengalami perubahan luar biasa terhadap bentuk
tubuhnya. Ia akan merasa tidak menarik dan tidak nyaman dengan bentuk

16
tubuhnya yang baru. Ini akan mempengaruhi suasana hati ibu hamil. Yakini,
perubahan ini sifatnya hanya sementara. Setiap ibu hamil pasti mengalaminya.
Kesiapan menghadapi perubahan peran
Seorang ibu akan menyandang peran yang sangat berbeda daripada sebelumnya.
Ini perlu dipersiapkan dengan baik, antara keinginan menggebu untuk segera
menimang bayi dan ketakutan luar biasa terhadap peran yang awam bagi dirinya.
Peninjauan kembali motivasi hamil
Sikap ibu hamil yang paling positif terhadap kehamilan adalah mereka yang
memandang peran orang tua sebagai kesiapan untuk mengembangkan diri.
Dengan sikap positif dan dukungan dari suami, maka ibu hamil akan lebih siap
menghadapi hari-hari sulit selama kehamilan.

Berikut beberapa saran bagi ibu hamil agar kehamilan menjadi optimal :
Menjalani konseling prahamil
Menyembuhkan penyakit yang ada
Menghentikan minum pil KB
Hindari rokok dan alcohol
Menjaga berat badan, usahakan berat badan normal.
Perhatikan lingkungan kerja, apakah berdampak negative atau tidak.
Sering berolahraga
Terus merawat diri dan menjaga kesehatan dengan baik, terutama pada periode 3
bulan pertama.
Perbanyak membaca, mempelajari segala sesuatu sesuatu tentang kehamilan,
melahirkan, bayi dan perawatan, serta proses pengasuhan anak.
Lakukan pemeriksaan secara berkala.
Hal lain yang perlu ibu hamil perhatikan adalah masalah gizi. Menurut penelitian,
seorang wanita yang sejak masa kanak-kanak, remaja, dewasa, dan selama hamil
keadaan gizinya selalu baik akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk melahirkan bayi
yang sehat, tanpa komplikasi.
Sedangkan ibu hamil yang berat badannya sebelum hamil di bawah batas normal,
maka akan melahirkan bayi yang berat badannya juga kurang, atau bahkan tidak berumur
panjang.

17
REFERENSI

http://id.wikipedia.org/
http://kuliahbidan.wordpress.com/
http://ibuanak.co.cc/pregnancy/
http://www.ayahbunda.co.id/
http://digilib.gunadarma.ac.id/
http://id.answers.yahoo.com/
http://www.dechacare.com/
http://www.hypno-birthing.web.id/
http://www.anneahira.com/

You might also like