You are on page 1of 13

LAPORAN PENDAHULUAN A ;

Konsep Dasar Post Seksio Caesarea Atas Indikasi hipertensi

Konsep dasar sectio caesarea 1 pengertian Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding uterus. (Sarwono , 2005) Sectio Caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina; atau Sectio Caesarea adalah suatu histerotomia untuk melahirkan janin dari dalam rahim, (Mochtar R, 2002: 117). Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding uterus atau vagina atau suatu histerotomi untuk melahirkan janin dari dalam rahim (Carpenito L. J, 2001). a. Sectio primer (efektif) yaitu sectio dari semula telah direncanakan karena tidak diharapkan lagi kelahiran biasa, misalnya panggul sempit conjugata vera (CV kurang 8 cm). b. Sectio sekunder, dalam hal ini kita bersikap mencoba menunggu kelahiran biasa (partus percobaan) dan bila tidak ada kemajuan atau partus percobaan gagal, baru dilakukan sectio. c. Sectio caesarea ulang (repeat caesarean section) ibu pada kehamilan yang lalu mengalami sectio caesarea (previos caesarean secton) dan pada kehamilan selanjutnya dilakukan sectio caesarea ulang. d. Sectio caesarea histerektomi (caesarean section hysterectomy) adalah suatu operasi dimana setelah janin dilahirkan dengan sectio caesarea, langsung dilakukan histerektomi oleh karena suatu indikasi. e. Operasi Porro (Porro operation) adalah suatu operasi tanpa mengeluarkan janin dari kavum uteri (tentunya janin sudah mati), dan langsung dilakukan histerektomi, misalnya pada keadaan infeksi rahim yang berat. 2 Indikasi Adapun indikasi untuk melakukan Sectio Caesarea menurut (Mochtar R, 2002: 118) adalahsebagai berikut : 1 a b c d e f g h Indikasi Ibu Plasenta previa sentralis dan lateralis (posterior) dan totalis. Panggul sempit. Disproporsi sefalo-pelvik: yaitu ketidakseimbangan antara ukuran kepala dengan panggul. Partus lama (prolonged labor). Ruptur uteri mengancam. Partus tak maju (obstructed labor). Distosia serviks. Pre-eklampsia dan hipertensi. 1

i j 2 a b c d

Disfungsi uterus. Distosia jaringan lunak. Indikasi janin dengan sectio caesarea: Letak lintang. Letak bokong. Presentasi rangkap bila reposisi tidak berhasil. Presentasi dahi dan muka (letak defleksi) bila reposisi dengan caracara lain tidak berhasil.

Klasifikasi Secara umum tindakan sectio caesarea dapat dibagi menjadi 3 (tiga) jenis (Mochtar R, 2002: 120), yaitu : 1 Sectio Transperitonealis Profunda Merupakan pembedahan yang paling banyak dilakukan dewasa ini dengan insisi di segmen bawah uterus. Keunggulan / kelebihan cara ini antara lain sebagai berikut : a Perdarahan luka insisi tidak banyakb). Penjahitan luka lebih mudah b Penutupan luka dengan reperitonial yang baik c Tumpang tindih dari peritonial Flap baik sekali untuk menahan penyebaran isi uterus ke rongga peritonium. d Perut pada uterus umumnya kuat, sehingga bahaya ruptur uteri tidak besar di kemudian hari. Kelemahan / kerugian adalah sebagai berikut : a Luka dapat menyebar ke kiri, kanan dan bawah, yang dapat menyebabkan b putusnya arteri uterina. c Keluhan pada kandung kemih post operasi tinggi. 2 Sectio Korporal atau Klasik Insisi di buat pada korpus uteri, pembedahan ini yang lebih mudah dilakukan, hanya diselenggarakan apabila ada halangan untuk melakukan sectio caesaria transperitonialis profunda misalnaya, melekat erat uterus pada dinding perut karena sectio yang sudah atau insisi segmen bawah uterus megandung bahaya perdarahan yang banyak. Kelebihan : a Mengeluarkan janin lebih cepat. b Tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik. c Sayatan bisa diperpanjang paroksimal atau distal. Kekurangan : a Infeksi mudah menyebar secara intra abdominal karena tidak ada reperitonealisasi yang baik. b Untuk persalinan berikutnya sering terjadi ruptur uteri spontan.

Sectio Caesarea Peritoneal Dilakukan tanpa membuka peritonium parietalis, dengan demikian tidak membuka kavum abdominal. Dulu dilakukan untuk mengurangi bahaya infeksi, akan tetapi dengan kemajuan pengobatan terhadap infeksi, pembedahan ini jarang di lakukan.

Manifestasi Klinik Menurut Prawirohardjo (2007) manifestasi klinis pada klien dengan post sectio caesarea, antara lain : a Kehilangan darah selama prosedur pembedahan 600-800 ml. b Terpasang kateter : urine jernih dan pucat. c Abdomen lunak dan tidak ada distensi. d Bising usus tidak ada. e Ketidakmampuan untuk menghadapi situasi baru. f Balutan abdomen tampak sedikit noda. g Aliran lokhia sedang dan bebas bekuan, berlebihan dan banyak.

Komplikasi Komplikasi yang sering terjadi pada ibu dengan sectio caesarea menurut (Mochtar R, 2002: 121) adalah sebagai berikut : 1 Infeksi puerperal (nifas) a Ringan dengan kenaikan suhu beberapa hari saja. b Sedang dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi disertai dehidrasi dan perut sedikit kembung. c Berat dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik. 2 Perdarahan disebabkan karena : a Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka. b Atonia uteri. c Perdarahan pada placental bed. 3 Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemihbila reperitonealisasi terlalu tinggi. 4 Kemungkinan ruptura uteri spontan pada kehamilan mendatang.

Penatalaksanaan Medis Penatalaksanaan medis dan perawatan setelah dilakukan sectio caesarea (Prawirohardjo, 2007), yaitu : a Perdarahan dari vagina harus dipantau dengan cermat. b Fundus uteri harus sering dipalpasi untuk memastikan bahwa uterus tetap c berkontraksi dengan kuat. d Pemberian analgetik dan antibiotik. e eriksa aliran darah uterus paling sedikit 30 ml/jam. f Pemberian cairan intra vaskuler, 3 liter cairan biasanya memadai untuk 24 jam g pertama setelah pembedahan. 3

Ambulasi satu hari setelah pembedahan klien dapat turun sebentar dari tempat tidur dengan bantuan orang lain. i Perawatan luka : insisi diperiksa setiap hari, jahitan kulit (klip) diangkat pada j hari ke empat setelah pembedahan. k Pemeriksaan laboratorium : hematokrit diukur pagi hari setelah pembedahan untuk memastikan perdarahan pasca operasi atau mengisyaratkan hipovolemia. ;
Konsep Dasar hipertensi 1. Pengertian Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi sebenarnya adalah suatu gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai kejaringan tubuh yang membutuhkannya, tubuh akan bereaksi lapar yang mengakibatkan jantung harus bekerja lebih keras untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Bila kondisi tersebut berlangsung lama dan menetap, timbullah gejala yang disebut tekanan darah tinggi. Hipertensi seringkali disebut sebagai pebunuh gelap (silent killer) karena termasuk penyakit yang mematikan, tanpa disertai dengan gejala-gejalanya terlebih dahulu sebagai peringatan bagi korbannya. Kalaupun muncul, gejala tersebut seringkali dianggap sebagai gangguan biasa, sehingga korbannya terlambat menyadari datangnya penyakit (HIPERTENSI) oleh tim redaksi Viya healt (Lanny, Syamsir alam, Iwan Hadibroto). Hipertensi adalah tekanan darah sistolik lebih besar dari 140 mmHg dan tekan darah diastolik lebih dari 90 mmHg (Mansjoer,1999 : 518). Hipertensi adalah tekanan darah persisten dimana tekanan darah sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg (Brunner & Suddarth, 2002 : 896). Hipertensi adalah tekanan darah darah tinggi yang bersifat abnormal dan diukur paling tidak pada kesempatan yang berbeda. Tekanan darah normal bervariasi sesuai usia, sehingga setiap diagnosis hipertensi harus bersifat spesifik-usia. Namun secara umum, seseorang dianggap mengalami hipertensi apabila tekanan darahnya lebih tinggi dari pada 140 mmHg sistolik atau 90 mmHg diastolik (Corwin,2001 :356).

2. Patofisiologi Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jarak syaraf simpatis, yang

berlanjut kebawah korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ke ganglia simpatis di toraks abdomen. Rangsangan pusat pasomotor dihantar dalam bentuk implus yang bergerak kebawah melalui system syaraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik yang ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut syaraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan kontriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respons pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitife terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal itu bisa terjadi. Pada saat bersamaan dimana syaraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medula adrenal mensekresi epunefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Konteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah, vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelapasan renin. Renin merangsang pembentukan angiotensi I yang kemudian diubah menjadi angotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang paa gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh konteks adrenal. Hormone ini menyebebkan retensi natrium dan timbulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. 3. Penyebab Hipertensi

Usia Bertambahnya usia dapat menyebabkan dinding pembuluh darah menjadi tebal, keras dan tidak elastis (kaku) karena adanya proses degenerasi, halini dapat menyebabkan gangguan aliran darah dalam tubuh.

b c d

Faktor genetic (keturunan) Banyak mengkonsumsi makanan yangmengandung tinggi lemak dang arm yang menyebabkan penyempitan pembuluh darah. Kebiasaan merokok yang berkaitan dengan jumlah rokok yang sihisap. Rokok mengandung nikotin yang membebaskan katekolamin yang berefek pada ujung syaraf adregenik yang menyebabkan peningkatan tekanan darah.

e f g h

Mengkonsumsi kopi yang berlebihan dapat menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah, karena kopi mengandung kafein. Menderita Diabetes Mellitus Stres emosional. Kurang gerak atau kurang olahraga.

Kegemukan (obesitas).

4. Klarifikasi Hipertensi Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi dua golongan, yaitu :

Hipertensi Primer Hipertensi primer belum diketahui scara pasti penyebabnya, kebanyakan penderita

hipertensi ini tidak menunjukan gejalanya. Tabel 2.2 Faktor Resiko Dari Hipertensi Primer
Faktor Usia Keterangan Paling tinggi kejadian pada usia 30-40 tahun, kejadian ini dua kali lebih besar pada orang kulit hitam, tiga kali lebih besar pada laki-laki kulit Jenis Kelamin Riwayat Keluarga Obesitas Diet hitam dan lima kali lebih besar pada wanita kulit hitam. Kompilasi hipertensi meningkat pada laki-laki 75% penderita hipertensi mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi Meningkatnya berat badan pada masa anak-anak atau usia pertengahan, resiko hipertensi meningkat. Meningkatnya resiko dengan dengan diet sodium tinggi, resiko meningkatnya pada masyarakat industri dengan tinggi lemak dan tinggi Merokok kalori. Resiko dihubungkan dengan jumlah rokok dan lamany merokok.

Sumber : Yasmin, Proses Keperawatan Pada Sistem Kardiovaskuler.

Hipertensi Sekunder Hipertensi ini dapat dapat diketahui penyebabnya, jika penyebabnya segera diketahui

dan diatasi, tekanan darah dapat normal kembali, biasanya hipertensi ini disertai dengan keluhan atau gejala dari penyakit yang menyebabkan hipertensi seperti kelainan ginjal, hormone atau kelainan neurologi. Kelainan tekanan darah yang cepat hingga menyebabkan kerusakan target oksigen, disebut krisis hipertensi. Dari hipertensi tersebut diatas, hipertensi primer adalah tipe paling umum dan termasuk 35%-95% dari penderita penyakit ini.

5. Tanda dan Gejalanya Peningkatan tekanan kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala hipertensi primer, gejala yang timbul dapt berbeda-beda, kadang hipertensi dapat terjadi tanpa gejaladan baru timbul pada saat setelah terjadi komplikasi. Gejala tersebut seperti sakit kepala, pusing, telinga berdengung, mimisan, rasa berat pada tengkuk, mudah lelah, mata berkunang-kunang merupakan gejala yang banyak dijumpai (Mansjoer, 1999 : 49).

6. Komplikasi Hipertensi Hipertensi sering kali menimbulkan beberapa komplikasi yaitu sebagai berikut :

Payah Jantung Perjalanan hipertensi sangat perlahan, tidak menunjukan gejala selama bertahun-tahun.

Fase ini menyelubungi perkembangan penyakit sampai terjadinya kerusakan organ vital. Mekanisme bagaimana hipertensi menimbulkan kelumbuhan atau kematian berkaitan langsung dengan pengaruh pada jantung pembuluh darah. Peningkatan darah sistematik meningkatkan resistensi terhadap pemompaan darah dari ventrikal kiri, akibat beban jantung yang bertambah, akan tetapi ulang pengetahuan ventrikal untuk mempertahankan curah jantung dengan hipertropi kompensasi akhirnya terlampaui dan terjadi dilatasi dan payah jantung.

Gagal Ginjal Dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan darah tinggi pada kapiler

ginjal, glomerulus. Dengan rusaknya glomerulus, darah akakn mengalir keunit-unit fungsional ginjal, nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksis dan kematian, dengan rusaknya membrane glomerulus protein akan keluar melalui urine sehingga tekanan osmotic koloid plasma berkurang menyebabkan oedema yang sering dijumpai pada hipertensi kronik.

Stroke Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan darah tinggi di otak, stroke dapat terjadi

pada hipertensi apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertropi dan menebal, sehingga aliran darah kedaerah-daerah yang diperdarahinya berkurang.

B 1

Asuhan Keperawatan Pengkajian Menurut Doenges (2001), data yang biasa ditemukan pada pengkajian kasus persalinan dengan tindakan sectio caesarea adalah sebagai berikut : a Sirkulasi Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600-800 ml. b Integritas Ego Klien dapat menunjukan labilitas emosional, dari kegembiraan sampai ketakutan, marah atau menarik diri. c Eliminasi Karakter urine, urine jernih, pucat. d Makanan / Cairan 1 Abdomen lunak dengan tidak ada distensi. 2 Bising usus tidak ada, samar atau jelas. e Neurosensori Kerusakan dan sensasi dibawah tingkat anastesia spinal epidural. f Nyeri / Ketidaknyamanan Klien mungkin mengeluh ketidaknyamanan dari berbagai sumber misalnya : trauma bedah / insisi, distensi kandung kemih / abdomen. g Pernapasan Bunyi paru jelas. h Keamanan Balutan abdomen tampak kering dan utuh. i Seksualitas 1 Fundus kontraksi kuat dan terletak di ambilikus. 2 Aliran lochia sedang dan bebas bekuan berlebihan. ; ; ;
Diagnosa Nyeri akut b.d agen injuri fisik jalan lahir

Risiko infeksi b.d tindakan invasif, paparan lingkungan patogen Kurang pengetahuan tentang perawatan ibu nifas dan perawatan post operasi b/d kurangnya sumber informasi

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN N O 1. DIAGNOSA KEPERAWATAN PERENCANAAN TUJUAN INTERVENSI Manajemen Nyeri Kaji secara komphrehensif tentang nyeri, meliputi: lokasi, karakteristik dan onset, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas/beratnya nyeri, dan faktor-faktor presipitasi observasi isyarat-isyarat non verbal dari ketidaknyamanan, khususnya dalam

Nyeri akut b.d agen NOC: Setelah dilakukan injuri fisik (luka asuhan keperawatan insisi operasi) selama 3x24 jam pasien mampu untuk Mengontrol nyeri dengan indikator: Mengenal factor-faktor penyebab nyeri Mengenal onset nyeri Melakukan tindakan 9

pertolongan non-analgetik ketidakmampuan untuk Menggunakan analgetik komunikasi secara efektif Melaporkan gejala-gejala Berikan analgetik sesuai kepada tim kesehatan dengan anjuran Mengontrol nyeri Gunakan komunikiasi terapeutik agar pasien dapat Keterangan: mengekspresikan nyeri 1 = tidak pernah dilakukan Kaji latar belakang budaya 2 = jarang dilakukan pasien 3 =kadang-kadang Tentukan dampak dari dilakukan ekspresi nyeri terhadap kualitas 4 =sering dilakukan hidup: pola tidur, nafsu makan, 5 = selalu dilakukan aktifitas kognisi, mood, pasien relationship, pekerjaan, tanggungjawab peran Kaji pengalaman individu Menunjukan tingkat terhadap nyeri, keluarga dengan nyeri nyeri kronis Indikator: Evaluasi tentang keefektifan Melaporkan nyeri dari tindakan mengontrol nyeri Melaporkan frekuensi nyeri yang telah digunakan Melaporkan lamanya Berikan dukungan terhadap episode nyeri pasien dan keluarga Mengekspresi nyeri: wajah Berikan informasi tentang Menunjukan posisi nyeri, seperti: penyebab, berapa melindungi tubuh lama terjadi, dan tindakan kegelisahan pencegahan perubahan respirasi rate kontrol faktor-faktor perubahan Heart Rate lingkungan yang dapat Perubahan tekanan Darah mempengaruhi respon pasien Perubahan ukuran Pupil terhadap ketidaknyamanan Perspirasi (seperti: temperatur ruangan, Kehilangan nafsu makan penyinaran, dll) Anjurkan pasien untuk Keterangan: memonitor sendiri nyeri 1 : Berat Ajarkan penggunaan teknik 2 : Agak berat non-farmakologi (seperti: 3 : Sedang relaksasi, guided imagery, terapi 4 : Sedikit musik, distraksi, aplikasi panas5 : Tidak ada dingin, massase) Evaluasi keefektifan dari tindakan mengontrol nyeri Modifikasi tindakan mengontrol nyeri berdasarkan respon pasien Tingkatkan tidur/istirahat yang cukup Anjurkan pasien untuk berdiskusi tentang pengalaman nyeri secara tepat 10

Beritahu dokter jika tindakan tidak berhasil atau terjadi keluhan Informasikan kepada tim kesehatan lainnya/anggota keluarga saat tindakan nonfarmakologi dilakukan, untuk pendekatan preventif Monitor kenyamanan pasien terhadap manajemen nyeri Pemberian Analgetik Tentukan lokasi nyeri, karakteristik, kualitas,dan keparahan sebelum pengobatan Berikan obat dengan prinsip 5 benar Cek riwayat alergi obat Libatkan pasien dalam pemilhan analgetik yang akan digunakan Pilih analgetik secara tepat /kombinasi lebih dari satu analgetik jika telah diresepkan Tentukan pilihan analgetik (narkotik, non narkotik, NSAID) berdasarkan tipe dan keparahan nyeri Monitor tanda-tanda vital, sebelum dan sesuadah pemberian analgetik Monitor reaksi obat dan efeksamping obat Dokumentasikan respon setelah pemberian analgetik dan efek sampingnya Lakukan tindakan-tindakan untuk menurunkan efek analgetik (konstipasi/iritasi lambung) 2. Risiko infeksi b.d tindakan invasif, paparan lingkungan patogen Setelah dilakuakan asuhan keperawatan selama 2x24 jam pasien dapat memperoleh 1.Pengetahuan:Kontrol infeksi Indikator: Menerangkan cara-cara penyebaran infeksi Menerangkan factor11 Kontrol Infeksi Bersikan lingkungan setelah digunakan oleh pasien Ganti peralatan pasien setiap selesai tindakan Batasi jumlah pengunjung Ajarkan cuci tangan untuk menjaga kesehatan individu Anjurkan pasien untuk cuci tangan dengan tepat

faktor yang berkontribusi dengan penyebaran Menjelaskan tanda-tanda dan gejala Menjelaskan aktivitas yang dapat meningkatkan resistensi terhadap infeksi Keterangan: 1 : tidak pernah 2 : terbatas 3 : sedang 4 : sering 5 : selalu 2.Status Nutrisi Asupan nutrisi Asupan makanan dan cairan Energi Masa tubuh Berat badan Keterangan: 1 : sangat bermasalah 2 : bermasalah 3 : sedang 4 : sedikit bermasalah 5 : tidak bemasalah

Gunakan sabun antimikrobial untuk cuci tangan Anjurkan pengunjung untuk mencuci tangan sebelum dan setelah meninggalkan ruangan pasien Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien Lakukan universal precautions Gunakan sarung tangan steril Lakukan perawatan aseptic pada semua jalur IV Lakukan teknik perawatan luka yang tepat Ajarkan pasien untuk pengambilan urin porsi tengah Tingkatkan asupan nutrisi Anjurkan asupan cairan yang cukup Anjurkan istirahat Berikan terapi antibiotik Ajarkan pasien dan keluarga tentang tanda-tanda dan gejala dari infeksi Ajarkan pasien dan anggota keluarga bagaimana mencegah infeksi Pembelajaran : proses penyakit Kaji tingkat pengetahuan klien tentang penyakit Jelaskan patofisiologi penyakit dan bagaimana kaitannya dengan anatomi dan fisiologi tubuh Deskripsikan tanda dan gejala umum penyakit Identifikasi kemingkinan penyebab Berikan informasi tentang kondisi klien Berikan informasi tentang hasil pemeriksaan diagnostik Diskusikan tentang pilihan terapi Instruksikan klien untuk melaporkan tanda dan gejala kepada petugas Pembelajaran :

3.

Kurang 1. Pengetahuan : proses 1. pengetahuan penyakit tentang perawatan - Mengenal nama penyakit ibu nifas dan - Deskripsi proses penyakit perawatan post - Deskripsi faktor penyebab operasi b/d atau faktor pencetus kurangnya sumber - Deskripsi tanda dan gejala informasi Deskripsi cara meminimalkan perkembangan penyakit Deskripsi komplikasi penyakit - Deskripsi tanda dan gejala komplikasi penyakit - Deskripsi cara mencegah komplikasi Skala : 1 : tidak ada 2 : sedikit 3 : sedang 4 : luas 5 : lengkap 2. 12

2. -

Pengetahuan : prosedur perawatan Deskripsi prosedur perawatan Penjelasan tujuan perawatan Deskripsi langkahlangkah prosedur Deskripsi adanya pembatasan sehubungan dengan prosedur Deskripsi alat-alat perawatan Skala : 1 : tidak ada 2 : sedikit 3 : sedang 4 : luas 5 : lengkap

prosedur/perawatan Informasikan klien waktu pelaksanaan prosedur/perawatan Informasikan klien lama waktu pelaksanaan prosedur/perawatan Kaji pengalaman klien dan tingkat pengetahuan klien tentang prosedur yang akan dilakukan Jelaskan tujuan prosedur/perawatan Instruksikan klien untuk berpartisipasi selama prosedur/perawatan Jelaskan hal-hal yang perlu dilakukan setelah prosedur/perawatan

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Bari Saifuddin,, 2001 , Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal, Penerbit Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta Abdul Bari Saifuddin,, 2002 , Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal, Penerbit Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta Hacher/Moore, 2001, Esensial Obstetric Dan Ginekologi, Hypokrates , Jakarta Iowa Outcome Project, 2000, Nursing Outcome Classification (NOC), Mosby-Year Book Iowa Intervention Project, 1996, Nursing Intervention Classification (NOC), Mosby-Year Book Manuaba,Ida Bagus Gede, 1998, Ilmu Kebidanan,Penyakit Kandungan Dan Keluarga Berencana, EGC, Jakarta Marlyn Doenges,Dkk, 2001,Rencana Perawatan Maternal/Bayi, EGC , Jakarta Sarwono, 1989, Ilmu Bedah Kebidanan, Yayasan Sarwono, Jakarta.

13

You might also like