You are on page 1of 25

KETAHANAN NASIONAL SEBAGAI GEOSTRATEGI INDONESIA

Disusun Oleh : Nama NPM Kelas Mata Kuliah Hari/ Tanggal : Hana Dwi Nur Utami : 13211171 : 2 EA27 : Kewarganegaraan : Kamis, 30 Mei 2013

UNIVERSITAS GUNADARMA BEKASI 2013

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada tuhan yang maha esa, karena atas berkat dan limpahan rahmatnyalah maka saya dapat menyelesaikan sebuah makalah sederhana ini dengan tepat waktu. Berikut ini saya mempersembahkan sebuah makalah tentang ekonomi koperasi, yang menurut saya dapat memberikan manfaat yang besar bagi kita untuk mempelajari sejarah mengenai ekonomi koperasi di Indonesia. Melalui kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan memohon permakluman bila mana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang saya buat kurang tepat atau menyinggung perasaan pembaca. Dengan ini saya mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima kasih dan semoga allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat.

ii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... KATA PENGANTAR ................................................................................... DAFTAR ISI .................................................................................................. KESIMPULAN............................................................................................... REFERENSI................................................................................................... BAB 3 KETAHANAN NASIONAL SEBAGAI GEOSTRATEGI INDONESIA 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 Pengertian Ketahanan Nasional.............................................. Perkembangan Ketahanan Nasional di Indonesia................... Unsur-Unsur Ketahanan Nasional.......................................... Pembelaan Negara.................................................................. Indonesia dan Perdamaian Dunia...........................................

i ii iii iv v

1 3 6 10 14

iii

BAB 3 KETAHANAN NASIONAL SEBAGAI GEOSTRATEGI INDONESIA

Setiap bangsa dalam rangka mempertahankan eksistensi dan mewujudkan cita-citanya perlu memiliki pemahaman mengenai geopolitik dan geostrategi. Geopolitik bangsa Indonesia diterjemahkan dalam konsep Wawasan Nusantara, sedangkan geostrategi bangsa Indonesia dirumuskan dalam konsepsi Ketahanan Nasional. Geostrategi adalah suatu cara atau pendekatan dalam memanfaatkan kondisi lingkungan untuk mewujudkan cita-cita proklamasi dan tujuan nasional. Ketahanan nasional sebagai geostrategi bangsa Indonesia memiliki pengertian bahwa konsep ketahanan nasional merupakan pendekatan yang digunakan bangsa Indonesia dalam melaksanakan pembangunan dalam rangka mencapai cita-cita dan tujuan nasionalnya. Ketahanan nasional sebagai suatu pendekatan merupakan salah satu pengertian dari konsepsi ketahanan nasional itu sendiri. Uraian selanjutnya tentang Ketahanan Nasional tersaji dalam urutan bah ini sebagai berikut. 1. 2. 3. 4. 5. Pengertian Ketahanan Nasional Perkembangan Konsep Ketahanan Nasional di Indonesia Unsur-Unsur Ketahanan Nasional Pembelaan Negara Indonesia dan Perdamaian Dunia

A. PENGERTIAN KETAHANAN NASIONAL Terdapat tiga perspektif atau sudut pandang terhadap konsepsi ketahanan nasional. Ketiga perspektif tersebut sebagai berikut. 1. Ketahanan nasional sebagai kondisi. Perspektif ini melihat ketahanan nasional sebagai suatu penggambaran atas keadaan yang seharusnya dipenuhi. 1

2. Ketahanan nasional sebagai sebuah pendekatan, metode atau cara dalam menjalankan suatu kegiatan khususnya pembangunan negara. Sebagai suatu pendekatan, ketahanan nasional menggambarkan pendekatan yang integral. Integral dalam arti pendekatan yang mencerminkan antara segala aspek/ isi, baik pada saat membangun maupun pemecahan masalah kehidupan. 3. Ketahanan nasional sebagai doktrin. Ketahanan nasional merupakan salah satu konsepsi khas Indonesia yang berupa ajaran konseptual tentang pengaturan dan penyelenggaraan bernegara. Sebagai doktrin dasar nasional, konsep ketahanan nasional dimasukkan dalam GBHN agar setiap orang, masyarakat, dan penyelenggara negara menerima dan menjalankannya. Berdasarkan ketiga pengertian ini, kita mengenal 3 (tiga) wujud atau wajah dari ketahanan nasional (Chaidir Basrie, 2002) yaitu 1) Ketahanan Nasional sebagai kondisi. 2) Ketahanan Nasional sebagai metode. 3) Ketahanan Nasional sebagai doktrin. Ketahanan nasional adalah konsepsi politik kenegaraan Republik Indonesia. Ketahanan nasional merupakan landasan konsepsional bagi pembangunan nasional di Indonesia. Sebagai konsepsi politik, ketahanan nasional terdapat dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) seperti halnya dengan Wawasan Nusantara. Terkait dengan konsep ketahanan nasional, dalam ilmu politik dikenal konsep kekuatan nasional (national power). Bahasan tentang kekuatan nasional termasuk dalam bidang kajian politik inteniasional. Ketahanan nasional Indonesia pada dasarnya bermula dari konsep kekuatan nasional yang selanjutnya dikembangkan termasuk penggunaan istilah ketahanan nasional. Oleh karena itu, ketahanan nasional tidak bisa terlepas dari konsep kekuatan nasional. Pada bahasan ini, kajian mengenai ketahanan nasional lebih menitikberatkan pada ketahanan nasional sebagai kondisi dan secara tidak langsung sebagai sebuah doktrin dasar nasional Indonesia serta pendekatan dalam pelaksanaan pembangunan.

2 B. PERKEMBANGAN KONSEP KETAHANAN NASIONAL DI INDONESIA 1. Sejarah Lahirnya Ketahanan Nasional Konsepsi ketahanan nasional memiliki latar belakang scjarah kelahirannya di Indonesia. Gagasan tentang ketahanan nasional bermula pada awal tahun mengadakan pengamatan atas kejadian tersebut, yaitu tidak adanya perlawanan yang gigih dan ulet di Indo Cina dalam menghadapi ekspansi komunis. Tahun 1960-an terjadi gerakan komunis di Filipina, Malaya, Singapura, dan Thailand. Bahkan, gerakan komunis Indonesia berhasil mengadakan pemberontakan pada 30 September 1965, namun akhirnya dapat diatasi. Pengembangan atas pemikiran awal di atas semakin kuat setelah berakhirnya gerakan G 30 S PKI. Pada tahun 1968, pemikiran di lingkungan SSKAD tersebut dilanjutkan oleh Lemhanas (Lembaga Pertahanan Nasional). Tantangan dan ancaman terhadap bangsa harus diwujudkan dalam bentuk ketahanan bangsa yang dimanifestasikan dalam bentuk tameng yang terdiri dari unsur-unsur ideologi, ekonomi, sosial, dan militer. Dalam pemikiran Lemhanas tahun 1968 tersebut telah ada kemajuan konseptual berupa ditemukannya unsur-unsur dari tata kehidupan nasional yang berupa ideologi, politik, ekonomi, sosial, dan militer. Pada tahun 1969, lahirlah istilah ketahanan nasional yang menjadi pertanda dari ditinggalkannya konsep kekuatan, meskipun dalam ketahanan nasional sendiri terdapat konsep kekuatan. Kesadaran akan spektrum ini diperluas pada tahun 1972 menjadi ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan (ATHG). Konsepsi ketahanan nasional tahun 1972 dirumuskan sebagai kondisi dinamis satu bangsa yang berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan untuk mengembangkan kekuatan nasional, di dalam menghadapi dan mengatasi segala tantangan, ancaman, hambatan dan gangguan baik yang datang dari luar maupun dalam, yang langsung maupuntidak langsung yang membahayakan identitas, integritas kelangsungan hidup bangsa dan negara serta perjuangan mengejar tujuan perjuangan nasional.

3 2. Ketahanan Nasional dalam GBHN Konsepsi ketahanan nasional untuk pertama kali dimasukkan dalam GBHN 1973 yaitu ketetapan MPR No. 1V/MPR/1 973. Rumusan ketahanan nasional dalam GBHN 1973 adalah sama dengan rumusan ketahanan nasional tahun 1972 dari lemhanas. Konsep ketahanan nasional berikut perumusan yang demikian berlanjut pada GBHN 1978, GBHN 1983, dan GBHN 1988. Pada GBHN 1993 terjadi perubahan perumusan mengenai konsep ketahanan nasional. Rumusan mengenai ketahanan nasional dalam GBHN 1998 adalah sebagai berikut. 1) Untuk tetap memungkinkan berjalannya pembangunan nasional yang selalu harus menuju ke tujuan yang ingin dicapai dan agar dapat secara efektif dielakkan dari hambatan, tantangan, ancaman, dan gangguan yang timbul baik dari luar maupun dari dalam maka pembangunan nasional diselenggarakan melalui pendekatan ketahanan nasional yang mencerminkan keterpaduan antara segala aspek kehidupan nasional bangsa secara utuh dan menyeluruh. 2) Ketahanan nasional adalah kondisi dinamis yang merupakan integrasi dari kondisi tiap aspek kehidupan bangsa dan negara. Pada hakikatnya ketahanan nasional adalah kemampuan dan ketangguhan suatu bangsa untuk dapat menjamin kelangsungan hidup menuju kejayaan bangsa dan negara. 3) Ketahanan nasional meliputi ketahanan ideologi, ketahanan p o l i t i k , ketahanan ekonomi, ketahanan sosial budaya, dan ketahanan pertahanan keamanan. a. Ketahanan ideologi adalah kondisi mental bangsa Indonesia yang berlandaskan keyakinan akan kebenaran ideologi Pancasila yang mengandung kemampuan untuk menggalang dan memelihara persatuan dan kesatuan nasional dan kemampuan menangkal penetrasi ideologi asing serta nilai-nilai yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa.

4
b.

Ketahanan politik adalah kondisi kehidupan politik bangsa Indonesia yang berlandaskan demokrasi p ol it ik berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 yang mengandung kemampuan memelihara sistem politik yang sehat dan dinamis serta kemampuan menerapkan politik luar negeri yang bebas dan aktif.

c. Ketahanan ekonomi adalah kondisi kehidupan perekonomian bangsa yang berlandaskan demokrasi ekonomi yang berdasarkan Pancasila yang mengandung kemampuan memelihara s tabilitas ekonomi yang sehat dan dinamis serta kemampuan menciptakan kemandirian ekonomi nasional dengan daya saing yang tinggi dan mewujudkan kemakmuran rakyat yang adil dan merata. d. Ketahanan sosial budaya adalah kondisi kehidupan sosial budaya bangsa yang dijiwai kepribadian nasional berdasarkan Pancasila yang mengandung kemampuan membentuk dan mengembangkan kehidupan sosial budaya manusia dan masyarakat Indonesia yang beriman dan bertakwa lerhadap Tuhan Yang Maha Esa, rukun, bersatu, cinta tanah air, berkualitas, maju dan sejahtera dalam kehidupan yang serba selaras, serasi seimbang, serta kemampuan menangkal penetrasi budaya asing yang tidak sesuai dengan kebudayaan nasional. e. Ketahanan pertahanan keamanan adalah kondisi daya tangkal bangsa yang dilandasi kesadaran bela negara seluruh rakyat yang mengandung kemampuan memelihara stabilitas pertahanan keamanan negara yang dinamis, mengamankan pembangunan dan hasil-hasilnya serta kemampuan mempertahankan kedaulatan negara dan menangkal segala bentuk ancaman. Menyimak rumusan mengenai konsepsi ketahanan nasional dalam GBHN tersebut, kita kembali mengetahui akan adanya tiga wujud atau wajah konsep ketahanan nasional, yaitu 1) ketahanan nasional sebagai metode pendekatan sebagainiana tereermin dari rumusan pertama;

2) ketahanan nasional sebagai kondisi sebagainiana tercermm dan rumusan kedua; 3) ketahanan nasional sebagai doktrin dasar nasional sebagainiana tereermin dari rumusan ketiga.

5 Pada wujud yang kedua, yaitu ketahanan nasional sebagai kondisi yang dimaksud adalah kondisi yang dinamis yang merupakan mtcgrasi dari tiap aspek kehidupan bangsa dan negara. Aspek kehidupan bangsa ini nantinya dicerminkan pada unsur-unsur ketahanan nasional Indonesia yang dikenal dengan istilah gatra, yaitu Tri Gatra, Panca Gatra, dan Asta Gatra. Pada wujud kedua ini, dalam ketahanan nasional tersebut. Integrasi dari kondisi setiap aspck atau unsur inilah yang nantinya akan menggambarkan kondisi ketahanan nasional Indonesia. C. UNSUR-UNSUR KETAHANAN NASIONAL 1. Gatra dalam Ketahanan Nasional Unsur, elemen atau faktor yang memengaruhi kekuatan/ketahanan nasional suatu negara terdiri atas beberapa aspek. Para ahli memberikan pendapatnya mengenai unsurunsur kekuatan nasional suatu negara. 1) Unsur kekuatan nasional menurut Hans J. Morgenthou Unsur kekuatan nasional negara terbagi menjadi dua faktor, yaitu a. faktor tetap {stable factors) terdiri atas geografi dan sumber daya alam; b. faktor berubah {dynamic factors) terdiri atas kemampuan industri, militer, demografi, karakter nasional, moral nasional, dan kualitas diplomasi; 2) Unsur kekuatan nasional menurut James Lee Ray Unsur kekuatan nasional negara terbagi menjadi dua faktor, yaitu a. tangible factors terdiri atas penduduk, kemampuan industri, dan milit er;

b. intangible factors terdiri atas karakter nasional, moral nasional, dan kualitas kepemimpinan. 3) Unsur kekuatan nasional menurut Palmer & Perkins Unsur-unsur kekuatan nasional terdiri atas tanah, sumber daya, penduduk, tcknologi, ideologi, moral, dan kepemimpinan. 4) Unsur kekuatan nasional menurut Parakhas Chandra Unsur-unsur kekuatan nasional terdiri atas tiga, yaitu a. alamiah terdiri atas geografi, sumber daya, dan penduduk; b. sosial terdiri atas perkembangan ekonomi, struktur politik, budaya dan moral nasional; c. Iain-lain: ide, inteligensi, dan diplomasi, kebijaksanaan kepemimpinan.
6

5) Unsur kekuatan nasional menurut Alfred T. Mahan Unsur-unsur kekuatan nasional terdiri atas letak geografi, wujud bumi, luas wilayah, jumlahpenduduk, watak nasional, dan si fat pemenntahan. 6) Unsur kekuatan nasional menurut Cline Unsur-unsur kekuatan nasional terdiri atas sinergi antara potensi demograii dan geografi, kemampuan ekonomi, militer, strategi nasional, dan kemauan nasional.

7) Unsur kekuatan nasional model Indonesia Unsur-unsur kekuatan nasional di Indonesia diistilahkan dengan gatra dalam ketahanan nasional Indonesia. Pemikiran tentang gatra dalam ketahanan nasional dirumuskan dan dikembangkan oleh Lemhanas. Unsur-unsur kekuatan nasional Indonesia dikenal dengan nama Astagatra yang terdiri atas Trigatra dan Pancagatra.

a. Trigatra adalah aspek alamiah {tangible) yang terdiri atas penduduk, sumber daya alam, dan wilayah. b. Pancagatra adalah aspek sosial {intangible) yang terdiri atas ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan. Dalam praktiknya kondisi ketahanan nasional dapat diketahui melalui pengamatan atas sejumlah gatra dalam suatu kurun waktu tertentu. Hasil pengamatan yang mendalam itu akan menggambarkan tingkat ketahanan nasional.

2. Penjelasan Atas Tiap Gatra dalam Ketahanan Nasional a. Unsur atau Gatra Penduduk Penduduk suatu negara menentukan kekuatan atau ketahanan nasional negara yang bersangkutan. Faktor yang berkaitan dengan penduduk Negara meliputi dua hal berikut. 1) Aspek kualitas mcncakup tingkat pendidikan, keterampilan, etos kerja, dan kepribadian. 2) Aspek kuantitas yang mencakup jumlah penduduk, pertumbuhan. persebaran, perataan, dan perimbangan penduduk di tiap wilayah negara. 7 b. Unsur atau Gatra Wilayah Wilayah turut pula menentukan kekuatan nasional negara. Hal yang terkait dengan wilayah negara meliputi: 1) bentuk wilayah negara dapat berupa negara pantai, negara kepulauan atau negara kontinental; 2) luas wilayah negara; ada negara dengan wilayah yang luas dan negara dengan wilayah yang sempit (kecil); 3) posisi geografis, astronomis, dan geologis negara;

4) Daya dukung wilayah negara; ada wilayah yang habitable dan ada wilayah yang unhabitable. c. Unsur atau Gatra Sumber Daya Alam Hal-hal yang berkaitan dengan unsur sumber daya alam sebagai elemen ketahanan nasional, meliputi: 1) potensi sumber daya alam wilayah yang bersangkutan mencakup sumber daya alam hewani, nabati, dan tambang; 2) kemampuan mengeksplorasi sumber daya alam; 3) pemanfaatan sumber daya alam dengan memperhitungkan masa depan dan lingkungan hidup; 4) kontrol atas sumber daya alam. d. Unsur atau Gatra di Bidang Ideologi Ideologi adalah seperangkat gagasan, ide, cita dari sebuah masyarakat tentang kebaikan bersama yang dirumuskan dalam bentuk tujuan yang harus dicapai dan caracara yang digunakan untuk mencapai tujuan itu. (Ramlan Surbakti, 1999). Tdeologi i t u berisikan serangkaian nilai (nonna) atau sistem dasar yang bersifat menyeluruh dan mendalam yang dimiliki dan dipegang oleh suatu masyarakat atau bangsa sebagai wawasan atau pandangan hidup mereka. 8 Ideologi mendukung ketahanan suatu bangsa oleh karena ideologi bagi suatu bangsa memiliki fungsi pokok, yaitu sebagai t u j u a n atau cita-cita dari kelompok masyarakat yang bersangkutan. e. Unsur atau Gatra di Bidang Politik Politik penyelenggaraan bernegara amat memengaruhi kekuatan nasional suatu negara. Penyelenggaraan bernegara dapat ditinjau dari beberapa aspek, seperti 1) sistem politik yang dipakai yaitu apakah sistem demokrasi atau non-demokrasi;

2) sistem pemerintahan yang dijalankan apakah sistem presidensiil atau parlementer; 3) bentuk pemerintahan yang dipilih apakah republik atau kerajaan; 4) susunan negara yang dibentuk apakah sebagai negara kesatuan atau negara serikat. f. Unsur atau Gatra di Bidang Ekonomi Ekonomi yang dijalankan oleh suatu negara merupakan kekuatan nasional negara yang bersangkutan terlebih di era global sekarang ini. Bidang ekonomi berperan langsung dalam upaya pemberian dan distribusi kebutuhan warga negara. g. Unsur atau Gatra di Bidang Sosial Budaya Unsur budaya di masyarakat juga menentukan kekuatan nasional suatu negara. Hal-hal yang dialami sebuah bangsa yang homogen tentu saja akan berbeda dengan yang dihadapi bangsa yang heterogen (phiral) dari segi sosial budaya masyarakatnya. h. Unsur atau Gatra di Bidang Pertahanan Keamanan Pertahanan keamanan suatu negara merupakan unsur pokok tcrutama dalam menghadapi ancaman militer negara lain. Oleh karena itu, unsur utania pertahanan keamanan bcrada di tangan tentara (militer). Negara dapat melibatkan rakyatnya dalam upaya pertahanan negara sebagai bentuk dari hak dan kewajiban warga negara dalam membela negara.

9 Bangsa Indonesia dewasa ini menetapkan politik pertahanan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara. Pertahanan negara Indonesia bersifat semesta dengan menempatkan tentara sebagai komponen utama pertalianan. Ketahanan Nasional Indonesia dikelola berdasarkan unsur Astagatra yang meliputi unsur-unsur (1) geografi. (2) kekayaan alam, (3) kependudukan, (4) ideologi, (5)politik, (6) ekonomi, (7) sosial budaya, dan (8) pertahanan keamanan. Unsur 1) geografi, (2) kekayaan alam, (3) kependudukan disebut Trigatra. Unsur

Ketahanan Nasional adalah suatu pengertian holistik, di mana terdapat saling hubungan antargatra dalam keseluruhan kehidupan nasional (Astagatra). Kualitas Pancagatra dalam kehidupan nasional Indonesia tersebut terintegrasi dan dalam integrasinya dengan Trigatra. Keadaan kedelapan unsur tersebut mencerminkan kondisi Ketahanan Nasional Indonesia, apakah ketahanan nasional kita kuat atau lemah. Kelemahan di salah satu gatra dapat mengakibatkan kelemahan di gatra lain dan memengaruhi kondisi seeara keseluruhan. D. PEMBELAAN NEGARA Terdapat hubungan antara ketahanan nasional suatu negara dengan pembelaan negara. Kegiatan pembelaan negara pada dasarnya merupakan usaha dari vvarga negara untuk mewujudkan ketahanan nasional. Bela negara biasanya selalu dikaitkan dengan militer atau militerisme, seolah-olah kevvajiban dan tanggung jawab untuk rnembela negara hanya terlctak pada Tcntara Nasional Indonesia. Padahal berdasarkan Pasal 27 dan 30 UUD 1945, masalah bela negara dan pertahanan negara merupakan hak dan kewajiban setiap warga negara Rcpublik Indonesia. 1. Makna Bela Negara Membela negara merupakan kewajiban sebagai warga negara. Membela negara ternyata bukan hanya kewajiban tetapi juga hak setiap warga negara terhadap negaranya. Setiap warga negara juga berhak dan w a j i b ikut serta dalam pertahanan negara. 10 Hal demikian sebagaimana tercantum dalam Pasal 30 UUD 1945 Perubahan Kedua bahwa "Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan clan keamanan negara." Berdasarkan Pasal 27 ayat (3) dan Pasal 30 ayat (1) UUD 1945 tersebut dapat disimpulkan bahwa usaha pembelaan dan pertahanan negara merupakan hak dan kevvajiban setiap negara Indonesia. Hal ini menimbulkan konsekuensi bahwa s etiap warga negara berhak dan wajib untuk turut serta dalam mencntukan kebijakan tcntang pembelaan negara

melalui lembaga-lembaga perwakilan sesuai dengan UUD 1945 dan perundang-undangan yang bcrlaku. Dalam Undang-Undang No. 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara Pasal 9 ayat (1) disebutkan pula bahwa "Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya bela negara yang diwujudkan dalam penyelenggaraan pertahanan negara". Konsep Bela Negara dapat diuraikan secara fisik maupun nonfisik. Secara fisik y a i t u dengan cara "memanggul bedil" menghadapi serangan atau agresi musuh.

2. Peraturan Perundang-undangan tentang Bela Negara Ketentuan atau landasan hukum mengenai bela negara seeara tersurat dapat kita ketahui dalam bagian pasal atau batang tubuh UUD 1945 yaitu sebagai berikut. a. Pasal 27 ayat (3) UUD 1945 Perubahan Kedua yang berbunyi "Setiap warga negara

berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara". b. Pasal 30 UUD 1945 Perubahan Kedua yang seeara lengkap sebagai berikut. (1) Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara. (2) Usaha pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui s is tcm pertahanan dan keamanan rakyat semesta oleh Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia, sebagai kekuatan 11 (3) Tentara Nasional Indonesia terdiri atas Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara sebagai alat negara bertugas mempertahankan, melindungi, dan memelihara keutuhan dan kedaulatan negara. (3) Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai alat negara yang menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat bertugas melindungi, mengayomi, melayani masyarakat, serta menegakkan hukum. (4) Susunan dan kedudukan Tentara Nasional Indonesia, Kepolisian Negara Republik

Indonesia, hubungan kewenangan Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia di dalam menjalankan tugasnya, syarat-syarat keikutsertaan warga negara dalam usaha pertahanan dan keamanan negara, serta hal-hal yang terkait dengan pertahanan dan keamanan diatur dengan undang-undang. Sampai saat ini undang-undang yang merupakan pelaksanaan dari Pasal 30 UUD 1945 terscbut adalah (1) Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia; (2) Undang-Undang No. 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara (3) Undang-Undang No. 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia. Mengenai peran warga negara dalam bela negara disebutkan dalam Pasal 9 UU No. 3 Tahun 2002, yaitu (1) Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya bela negara yang diwujudkan dalam penyelenggaraan pertahanan ncgara. (2) Keikutsertaan warga negara dalam upaya bela negara, sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), diselenggarakan melalui: a. pendidikan kewarganegaraan; b. pelatihan dasar kemiliteran secara wajib; c. pengabdian sebagai prajurit Tentara Nasional Indonesia secara sukarela atau secara wajib; dan d. pengabdian scsuai dengan profesi.

12 (3) Ketentuan mengenai pendidikan kewarganegaraan, pelatihan dasar kemiliteran secara wajib, dan pengabdian sesuai dengan profesi diatur dengan undang-undang.

3. Keikutsertaan Warga Negara dalam Bela Negara Keikutsertaan. warga negara dalam upaya menghadapi ancaman tentu saja dengan upaya bela ncgara. Uraian sebelumnya telah dikatakan bahwa bela negara mencakup pengertian bela negara secara fisik dan nonfisik. Bela negara secara fisik adalah memanggul senjata menghadapi musuh (secara mililer). a. Bela Negara secara Fisik Menurut Undang-Undang No. 3 Tahun 2002 tentang Pertalianan Negara, keikutsertaan warga negara dalam bela negara secara fisik dapat dilakukan dengan menjadi anggota Tentara Nasional Indonesia dan Pelatihan Dasar Kemiliteran. Rakyat Terlatih (Ratih) terdiri dari berbagai unsur, seperti Resimen Mahasisvva (Menwa), Perlawanan Rakyat (Wanra), Pertalianan Sipil (Hansip), Mitra Babinsa, dan Organisasi Kemasyarakatan Pemuda (ORP) yang telah rnengikuti Pendidikan Dasar Militer dan lainnya. Bila keadaan ekonomi dan keuangan negara memungkinkan, dapat pula dipertimbangkan kemungkinan untuk mengadakan Wajib M i l i t e r bagi warga negara yang memenuhi syarat seperti yang dilakukan di banyak negara maju di Barat. Berdasarkan hal itu, keterlibatan warga ncgara dalam bela ncgara secara nonfisik dapat dilakukan dengan berbagai bcntuk, sepanjang masa dan dalam segala situasi, misalnya dengan cara: a. meningkatkan kesadaran berbangsa dan bcrnegara, termasuk menghayati arti demokrasi dengan menghargai perbedaan pendapat dan tidak memaksakan kehendak; b. menanamkan kecintaan terhadap tanah air, melalui pengabdian yang tulus kepada masyarakat; c. berperan aktif dalam memajukan bangsa dan negara dcngan berkarya nyata (bukan retorika);

13

d. meningkatkan

kesadaran

dan

kepatuhan

terhadap

hukum/undang-undang

dan

menjunjung tinggi hak asasi manusia; e. pembekalan mental spiritual di kalangan masyarakat agar dapat menangkal pengaruhpengaruh budaya asing yang tidak sesuai dcngan norma-norma kehidupan bangsa Indonesia dcngan lebih bertakwa kepada Allah SWT, melalui ibadah scsuai agama/kepercayaan masing-masing.

4. Identifikasi Ancaman terhadap Bangsa dan Negara Ancaman dapat dikonsepsikan sebagai sctiap usaha dan kegiatan, baik dari dalam ncgeri maupun luar negeri yang dinilai membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara, dan keselamatan segenap bangsa. Konsep ancaman meneakup hal yang sangat luas dan spektrum yang senantiasa berkembang berubah dari waktu ke waktu. Ancaman i n i l a h yang pcrlu kita atasi melalui keikutsertaan warga dalam upaya bela Negara. Bentuk Ancaman Ancaman dibedakan menjadi dua yaitu ancaman militer dan ancaman non-militer. Ancaman militer adalah ancaman yang menggunakan kekuatan bersenjata yang terorganisasi yang dinilai mempunyai kemampuan yang membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara, dan keselamatan segenap bangsa.

E. INDONESIA DAN PERDAMAIAN DUNIA 1. Posisi Negara dalam Era Global Sebagai suatu pendekatan, kondisi dan sebuah doktrin dasar nasional, ketahanan nasional merupakan strategi pengembangan kemampuan nasional melalui penyelenggaraan kesejahteraan dan keamanan yang seimbang pada scluruh aspek kehidupan. Kemampuan nasional yang dikembangkan diharapkan mampu menghadapi ancaman yang dapat membahayakan kelangsungan hidup bangsa dan negara.

14 Dalam membahas ketahanan nasional, sckarang ini kita tidak dapat melepaskan diri dari pengaruh global serta perkembangan kehidupan internasional. 1 hal ini karena globalisasi dan pcrkembangan di luar negara turut memengaruhi kelangsungan hidup bangsa dan negara. Ada satu pemahaman yang sama tentang pengertian globalisasi dari para ahli. Beberapa pendapat meagenai global dan globalisasi sebagai berikul. 1) Kata globalisasi diambil dari kata global, yang maknanya ialah, universal atau internasional. Jadi, globalisasi maksudnya adalah universalisasi atau internasionalisasi. Dalam banyak hal, globalisasi mempunyai banyak karakteristik yang sama dengan internasionalisasi, dan is tilah ini sering dipertukarkan. 2) Globalisasi dalam arti literal adalah sebuah perubahan sosial, berupa bertambahnya keterkaitan di antara masyarakat dan elcmen-clemcnnya yang terjadi akibat transkulturasi dan perkembangan teknologi di bidang transportasi dan komunikasi yang memfasilitasi pertukaran budaya dan ekonomi internasional. 3) Beberapa pakar mengartikan era globalisasi adalah era yang tereipta berkat kemajuan teknologi informasi, telekomunikasi, dan transportasi yang semakin pesat dan canggih. 4) Istilah globalisasi dapat diterapkan dalam berbagai konteks sosial, budaya, ekonomi, dan sebagainya. Misalnya, globalisasi dapat berarti: pcmbcntukan desa global (global village), yang berarti kontak yang lebih erat antara manusia dari berbagai pelosok dunia, meningkatnya interaksi personal, saling kerja sama, dan persahabatan antara penduduk dunia. Globalisasi ekonomi berarti meningkatnya perdagangan bebas dan meningkatnya hubungan antara pelaku ekonomi di berbagai negara. 5) Sebagian pihak sering menggunakan istilah globalisasi yang dikaitkan dengan berkurangnya peran negara atau batas-batas negara. 6) Globalisasi scbagai sebuah gejala tctscbarnya nilai-nilai daa budaya tertentu ke seluruh dunia (sehingga menjadi budaya dunia atau world culture). 7) Global artinya sejagat. Era global berarti era kesejagatan.

15 8) Globalisasi menyangkut seluruh aspek kehidupan masyarakat dan individu anggota masyarakat. Globalisasi menyangkut kesadaran baru mengcnai dunia sebagai satu kesatuan. 9) Globalisasi didefinisikan sebagai fenomena yang menjadikan dunia mengecil dari segi perhubungan manusia disebabkan oleh perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Namun sebagai sebuah proses, globalisasi memiliki karakteristik sebagai berikut: a. terkait erat dengan kemajuan teknologi, arus informasi, dan komunikasi yang lintas batas negara; b. tidak dapat dilepaskan dari adanya akumulasi kapital, tingginya arus investasi, keuangan, dan perdagangan global; c. berkaitan dengan semakin tingginya intensitas perpindahan manusia, barang, jasa, dan pertukaran budaya yang lintas batas negara; d. ditandai dengan semakin meningkatnya tingkat keterkaitan dan ketergantungan tidak hanya antarbangsa/negara tetapi juga antar-masyarakat (Poppy S. Winanti, 2002). Dalam menghadapi globalisasi ini, bangsa-bangsa di dunia memberi respons atau tanggapan yang dapat dikategorikan sebagai berikut. a. Sebagian bangsa menyambut positif globalisasi karena dianggap sebagai

jalan keluar baru untuk perbaikan nasib umat manusia. b. Sebagian masyarakat yang kritis menolak globalisasi karena dianggap sebagai bcntuk baru penjajahan (kolonialisme) melalui cara-cara baru yang bersifat transnasional di bidang politik, ekonomi, dan budaya. c. Sebagian yang lain tetap menerima globalisasi sebagai sebuah keniscayaan akibat perkembangan teknologi informasi dan transportasi, tetapi tetap kritis terhadap akibat negatif globalisasi.

16 Globalisasi perlu diwaspadai dan dihadapi dengan sikap arif bijaksana. Salah satu sisi negatif dari globalisasi adalah semakin menguatnya m l a i - n i l a i materialistis pada masyarakat Indonesia. Di sisi lain nilai-nilai solidaritas sosial, kekeluargaan, keramahtamahan sosial, dan rasa cinta tanah air yang pernah dianggap sebagai kekuatan pemersatu dan eiri khas bangsa Indonesia, makin pudar. Kegiatan pokok yang akan ditempuh antara lain adalah : 1) aktualisasi nilai moral dan agama, 2) revitalisasi dan reaktualisasi budaya lokal yang bernilai luhur termasuk di dalamnya pengembangan budaya maritim, dan 3) transfomiasi budaya melalui adopsi dan adaptasi nilai-nilai baru yang positif untuk memperkaya dan memperkokoh khazanah budaya bangsa, seperti orientasi pada peningkatan kinerja, budaya kritis, akuntabilitas dan penerapan iptek. 2. Partisipasi Indonesia bagi Perdamaian Dunia Peran serta Indonesia dalam operasi pemeliharaan perdamaian merupakan amanat Pcmbukaan UUD 1945, yaitu dalam rangka mewujudkan pcrdamaian dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Harapan untuk hidup damai tampaknya masih menjadi impian yang sulit bagi sebagian bangsa di berbagai kawasan. Berakhirnya Perang Dunia II dan perang dingin yang ditandai pembubaran Uni Sovyet tahun 1991, ternyata tidak membuat dunia bebas dari konflik bersenjata. Mohtar menggambarkan Mas'oed dalam dunia Ichlasul Amal dan dingin Armaidy sebagai Arinawi kaca (1998) Kita

fenomena

pascaperang

retak.

membayangkan apa yang terjadi pada selembar kaca yang ditindaskan pada lembar peta dunia dan dari bawahnya diberi tekanan yang kuat u n t u k meretakkan kaca itu.

Berdasarkan hal di atas, maka perdamaian menjadi impian sekaligus upaya yang sccara serins diharapkan oleh banyak negara.

17 Oleh karena itulah (perserikatan bangsa-bangsa) sebagai organisasi internasional terbesar saat ini memiliki alat kelengkapan yang dinamakan Dewan Keamanan. Keikutsertaan Indonesia dalam upaya perdamaian dunia adalah dengan menjadi anggota pasukan perdamaian. Keikutsertaan Indonesia adalam operasi pemeliharaan perdamaian sudah dimulai sejak tahun 1957. Pasukan pemeliharaan perdamaian dari Indonesia dikenal dengan nama Kontingen Garuda atau Konga. Sejak tahun 1967 sampai saat ini pasukan Garuda Indonesia telah diterjunkan ke berbagai kawasan konflik bergabung dengan pasukan perdamaian PBB. Selain keikutsertaan melalui Kontingen Garuda dalam operasi pemeliharaan perdamaian PBB, Indonesia tercatat sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB. Sampai saat ini, Indonesia sudah 3 (tiga) kali menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB, yaitu a. keanggotaan pertama periode 1973-1974; b. keanggotaan kedua periode 19951996; c. keanggotaan ketiga periode 20072008.

18

KESIMPULAN Sesuai dengan baganparadigma ketatanegaraan Negara Republik Indonesia, maka Ketahanan Nasional (Tannas) merupakan salah satu konsepsi politik dari Negara Republik Indonesia. Ketahanan Nasional dapat dikatakan sebagai konsep geostrateginya bangsa Indonesia. Drngan kata lain, geostrategi bangsa Indonesia diwujudkan melalui konsep ketahanan nasional. Ketahanan Nasional adalah suatu pengertian holistik,dimana terdapat saling hubungan antar negara dalam keseluruhan kehidupan nasional (Astagatra). Kualitas pancagatra dalam ketahanan nasional Indonesia disebut terintegrasi dan dalam integrasinya dengan Trigatra, keadaan kedelapan unsur tersebut mencerminkan tingkat Ketahanan Nasional Indonesia. Kelemahan disalah satu gatra dapat mengakibatkan kelemahan di gatra lain dan mempengaruhi kondisi secara keseluruhan. Ketahanan Nasional Indonesia bukanlah merupakan suatu penjumlahan ketahanan segenap gatranya, melainkan suatu resultante keterkaitan yang integratif dan kondisi dinamik kehidupan bangsa diseluruh aspek kehidupannya.

iv

REFERENSI Winarmo, S.Pd., M.Si. Paradigma Baru PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Edisi Kedua

DAFTAR PUSTAKA Achmad Fauzi. 2003. Pancasila, Tinjauan Konteks Sejarah, Filsafat Ideologi Nasional dan Ketatanegaraan Republik Indonesia. Malang: PT. Danar Jaya Brawijaya University Press. Endang Zaelani Zukaya, dkk. 2000. Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi. Yogyakarta: Paradigma Hamdan Mansoer. 2005. Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi, sebagai dasar nilai dan pedoman berkarya bagi lulusan. Jakarta: Dirjen Dikti. Kaelan. 2000. Filsafat Pancasila, Pandangan Hidup Bangsa Indonesia. Yogyakarta: Paradigma Ermayana Suradinata. Geopolitik dan Geostrategi dalam mewujudkan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam jurnal Ketahanan Nasional No. VI, Agustus 2001.

You might also like