You are on page 1of 9

PENDAHULUAN Bunga dapat dipandang sebagai suatu batang atau cabang pendek yang berdaun dan telah mengalami

perubahan bentuk. Bunga merupakan suatu cabang yang tumbuhnya terbatas, beruas pendek-pendek, dan daun-daunnya telah mengalami perubahan bentuk menjadi kelopak (calyx), tajuk (corolla), benang sari (stamen), dan putik (pistillum), yang tersusun melingkar rapat sehingga tampaknya seperti bertumpuk pada sebuah buku (nodus). Bunga berfungsi utama menghasilkan biji. Penyerbukan dan pembuahan berlangsung pada bunga. Setelah pembuahan, bunga akan berkembang menjadi buah. Buah adalah struktur yang membawa biji. Fungsi biologi bunga adalah sebagai wadah menyatunya gamet jantan (mikrospora) dan betina (makrospora) untuk menghasilkan biji. Proses dimulai dengan penyerbukan, yang diikuti dengan pembuahan, dan berlanjut dengan pembentukan biji. Penyerbukan adalah peristiwa menempelnya serbuk sari bunga pada kepala putik suatu bunga. Setiap proses penyerbukan tidak selalu menjamin berlangsungnya pembuahan pada bunga yang diserbuk, karena bergantung pada faktor-faktor penyerbukan tertentu. Berdasarkan asal serbuk sarinya, dikenal ada dua jenis penyerbukan, yaitu: 1. Penyerbukan sendiri (Autogami) terjadi jika serbuk sarinya berasal dari bunga yang sama. 2. Penyerbukan silang (Allogami) terjadi jika serbuk sarinya berasal dari bunga lainnya hingga terjadi pembuahan. Pengetahuan tentang morfologi bunga dapat mempermudah kita dalam menentukan metode pemuliaan yang dapat diterapkan serta dapat menentukan jenis penyerbukannya.. Proses penting dalam daur hidup suatu tanaman adalah penyerbukan dan pembuahan. Penyerbukan (pollination) merupakan peristiwa melekatnya serbuk sari ke kepala putik. Penyerbukan merupakan tahap awal dari terbentuknya individu atau tanaman baru. Penyerbukan dapat terjadi secara alami dengan bantuan angin, air, manusia, serangga atau hewan lainnya dan lain-lain.

Tinjauan Pustaka Alat perkembangbiakan generatif itu bentuk dan susunannya berbeda-beda menurut jenisnya tumbuhan, tetapi bagi tumbuhan yang berbiji, alat tersebut lazimnya merupakan bagian tumbuhan yang kita kenal sebagai bunga. Oleh sebab itu suatu tumbuhan berbiji, jika sudah tiba waktunya baginya akan mengeluarkan bunga. Pada bunga inilah terdapat bagian-bagian yang setelah terjadi peristiwa-peristiwa yang disebut penyerbukan dan pembuahan akan menghasilkan bagian tumbuhan yang kita sebut sebagai buah. (Tjitrosoepomo,G.1997) Kebanyakan tanaman yang saat pemasakan pollen dan tepungsari tidak bersamaan. Pada pollen umur reseptivenya dipengaruhi oleh temperatur dan kandungan uap lembab, umumnya pada suhu rendah dan kadar uap lembab akan meningkatkan umur pollen. Dalam jangka pendek membutuhkan temperatur yang rendah dan kelembapannya cukup tinggi, kelangsungan hidup pollen penting sebagai parameter unutk pemuliaan tanaman panjang usia pollen diperoleh dari nilai takaran kelangsungan hidupnya setelah penyimpanan pada kondisi yang telah ditetapkan (Astarini and Phoemer, 1997) Pembentukan calon (primordia) bunga menandai berakhirnya masa muda dan masa vegetatif tanaman. Pembungaan merupakan suatu prosees fisiologis dan morfologis dengan spektru yang luas. Diawali dengan masa kritis, yaitu diawali deangn perubahan primordial batang menjadi primordial bunga. Pada saat tersebut terjadi perubahan secara fisiologis-morfologis sebagai akibat metabolisme pada titik tumbuh yang mestinya mengalami diferensiasi menjadi calon daun, batang, atau tunas berubah menjadi jaringan calon organ reproduksi (Hidayat A. M. 2013). Pada kebanyakan tanaman buah-buahan, induksi bunga erat kaitannya dengan kandungan giberelin.Giberelin tinggi memacu pembelahan dan pemanjangan sel di apeks pucuk, terutama di bagian sel meristematik, sehingga memacu pertumbuhan vegetatif dan menghambat pembungaan. mengemukakan bahwa kandungan giberelin tinggi menyebabkan pertumbuhan vegetatif tanaman dominan, sehingga pembentukan calon bunga terhambat. (I Nyoman Rai et al. 2006) Persilangan buatan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan keragaman. Melalui peristiwa antar varietas/galur, kegiatan penggabungan sifat unggul dapat dilakuakan. Dari suatu persilangan dapat diharapkan keturunan yang mempunyai sifat lebih baik dari salah satu atau kedua induknya. Keberhasilan persilangan sangat dipengaruhi oleh kondisi tanaman, lingkungan, pelaksanaan emaskulasi dan polinasi serta jumlah polen yang diserbukan (Zarnadi 2012).

Untuk menunjang kegiatan pemuliaan, khususnya pekerjaan perkawinan buatan antar pohon induk, informasi mengenai perkembangan organ reproduktif suatu jenis sangat diperlukan. Keberhasilan reproduksi dapat diprediksi dengan mengetahui proses pembungaan seperti musim, waktu, periode, dan juga intensitas dari pembungaan dan pembuahan suatu species. Waktu, frekuensi dan intensitas pembungaan bervariasi menurut jenis. Adanya variasi pembungaan umumnya disebabkan oleh perbedaan genetik antar induk dan juga disebabkan oleh faktor-faktor biotik dan abiotik. Waktu, periode dan intensitas pembungaan pada genus Melaleuca sangat bervariasi antar species dan antar tempat tumbuh (Baskorowati et al. 2008).

PEMBAHASAN Di dalam ilmu budidaya dan pemuliaan tanaman, mempelajari biologi bunga merupakan salah satu hal yang sangat penting. Dengan mempelajari biologi bunga maka para pemulia tanaman akan dapat melakukan kegiatan pemuliaan tanaman karena dalam biologi bunga akan dipelajari berbagai macam struktur bunga, sehingga bisa diketahui kedudukan benang sari dan putik dari bunga yang bersangkutan. Selain itu juga dapat diketahui tipe persilangan yang terjadi pada tanaman, dan bagaimana sifat tanaman tersebut. Fungsi biologi bunga adalah sebagai wadah menyatunya gamet jantan (mikrospora) dan betina (makrospora) untuk menghasilkan biji. Proses dimulai dengan penyerbukan, yang diikuti dengan pembuahan, dan berlanjut dengan pembentukan biji (Etti 2006) Bunga merupakan bagian terpenting untuk kegiatan pemuliaan tanaman karena bunga adalah organ yang penting bagi tanaman terutama untuk proses perkembangbiakan secara seksual. Komponen dasar dari suatu bunga adalah kelopak, tajuk atau mahkota bunga, benang sari dan putik (Darjanto, 1982). Maka dari itu, untuk dapat menyelenggarakan kegiatan pemuliaan tanaman seperti penyerbukan silang buatan dengan hasil yang baik diperlukan pengetahuan tentang sifatsifat dari kedua jenis tanaman yang akan dipersilangkan dan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pembungaan, penyerbukan, serta pembentukan buah. Dengan metode pemuliaan tanaman diharapkan dapat menyelenggarakan penyerbukan silang yang baik (Mangoendidjojo, W. 2003) Bardasarkan alat-alat kelamin yang terdapat pada masing-masing bunga, orang membedakan (Tjitrosoepomo,2007: 146): a. Bunga banci atau berkelamin dua (hermaphroditus), yaitu bunga yang padanya terdapat benang sari (alat kelamin jantan) maupun putik (alat kelamin betina). Bunga ini seringkali dinamakan pula bunga sempurna atau bunga lengkap, kerena biasanya pun jelas mempunyai hiasan bunga yang terdiri atas kelopak dan mahkota, misalnya pada bunga terung (Solanum melongena L.) ditunjukkan dengan lambang . b. Bunga berkelamin tunggal (unisexualis), jika pada bunga hanya terdapat salh satu dari kedua macam alat kelaminnya. Berdasarkan alat kelamin yang ada padanya dapat dibedakan lagi dalam: 1. Bunga jantan (flos masculus), jika pada bunga hanya terdapat benang sari tanpa putik, misalnya bunga jagung yang terdapat di bagian atas tumbuhan. Bunga jantan seringkali ditunjukkan dengan lambang .

2. Bunga betina (flos feminieus), yaitu bunga yang tidak mempunyai banang sari, melainkan hanya putik saja, misalnya bunga jagung yang tersusun dalam tongkolnya. Bunga betina ditunjukkan dalam lambang . c. Bunga mandul atau tidak berkelamin, jika pada bunga tidak terdapat benang sari maupun putik. Misalnya bunga pinggir (Hellianthus annuus L.) (Tjitrosoepomo, 2007: 146). Pada tumbuhan juga dikenal berbagai jenis penyerbukan yaitu : a. Penyerbukan sendiri Jika penyerbukan terjadi antara bunga dari satu individu, baik yang berasal dari satu bunga (bunga banci) maupun dari bunga lain pada tumbuhan itu juga. Penyerbukan ini dibedakan : 1. 2. Autogami, jika serbuk sari suatu bunga menyerbuki putik bunga itu sendiri. Geitogami, jika serbuk sari suatu bunga menyerbuki putik lain bunga pada tumbuhan itu juga. b. Penyerbukan silang : 1. Alogami/xenogami, jika penyerbukan terjadi antara bunga-bunga tumbuhan yang berlainan tetapi masih sejenis. 2. Penyerbukan bastar, jika penyerbukan terjadi antara bunga-bunga tumbuhan yang berlainan dan berlainan pula jenisnya. Di dalam alam, terdapat bermacam-macam bentuk dan susunan bunga yang memperbesar kemungkinan terjadinya alogami. Pada praktikum kali ini, bunga-bunga yang diamati adalah : Hasil Pengamatan Cabai bunga cabai rawit tumbuh tunggal dari ketiak ketiak daun dan ujung ruas. struktur bunga mempunyai 5-6 helai mahkota bunga, 5 helai daun bunga, 1 putik (stigma) dengan kepala putik berbentuk bulat 5- helai benang sari dengan kepala sari berbentuk lonjong dan berwarna biru keungu-unguan. tepung sari berbentuk lonkong, terdiri atas tiga segmen berwarna kuning mengilap. dalam satu kotak sari berkembang 11.000- 1.000 butr tepung sari. Tanaman cabai rawit dapat menyebuk sendiri dan silang. penyerbukan silang di lapangan dilakukan oleh serangga dan angin. Bakal buah (ovarium) berbentuk hanpur bulat, tetapi kadang-kadang berubah mengikuti proses pembentukan buah. Dari proses penyerbukan akan dihasilkan buah (Rahmat 2002)

Hasil pengamatan papaya Pepaya termasuk golongan tumbuhan poligam (polygamus), karena pada satutumbuhan terdapat bunga jantan, bunga betina dan bunga sempurna.Biasanya poligam dimaksud untuk menunjukan sifat tumbuhan bertaliandengan sifat bunga tali yang memperlihatkan suatu kombinasi bukanberumah satu dan juga bukan berumah dua. Menurut Kalie (1996), bunga pepaya termasuk bunga majemuk yang tersusun pada sebuah tangkai (pedunculus). Kelopak bunga majemuk duduk pada tangkai daun. Tanaman pepaya memiliki 3 jenis bunga yaitu : 1. 2. 3. bunga jantan (masculus), adalah bunga yang hanya memiliki benang sari saja (uniseksual) bunga betina (femiculus) adalah bunga yang hanya memiliki putik saja. bunga sempurna (hermaprodit), adalah bunga yang memiliki putik dan benang sari

(biseksual). Merupakan bunga hermaprodit, aktinomorf, tetrasiklis pentamer. Kelopak berada dalam satu lingkaran dengan 5 sepala yang saling berlekatan. Mahkota dalam satu lingkaran dengan 5 petala yang saling berlepasan. Gynaecium dengan 5 pistillum saling berlekatan dan saling menumpang. Tandan bunga majemuk, pentasiklis primer dan simetri aktinomorf. Androecium berada dalam dua lingkaran yang saling berlepasan. Corolla dan androecium saling berlekatan dengan gynaecium yang tidak terbentuk (Rubatzky et.al., 1998). Hasil pengamatan Padi Bunga padi adalah bunga telanjang artinya tidak mempunyai perhiasan bunga. Secara keseluruhan bunga padi disebut malai. Tiap unit bunga pada malai dinamakan spikelet yang pada hakekatnya adalah bunga yang terdiri dari tangkai, bakal buah, lemma, palea, putik dan benang sari serta beberapa organ lainnya yang bersifat inferior (Hardjoridomo, 1982). Berkelamin 2 jenis dengan bakal buah yang di atas, jumlah benangsari ada 6 buah, tangkai sarinya pendek dan tipis, kepala sari besar serta mempunyai dua kandung serbuk. Putik mempunyai 2 tangkai putik dengan 2 kepala putik yang berbentuk malai dengan warna pada umumnya putih / ungu. Bunga padi mempunyai tipe persilangan menyerbuk sendiri Bunga padi berkelamin dua, pada tiap bunga terdapat 2 buah daun kelopak kecil dan 2 buah mahkota bunga yang disebut palea dan lemma. Pada proses penyerbukannya, apabila bunga hendak berkembang atau terbuka, ledicule menjadi tegang dan mendorong kelopak luar (lemma) dan kelopak dalam (palea) menjadi terpisah dan terbuka.

Hasil pengamatan Jagung Jagung merupakan tanaman berumah satu dimana bunga jantan terbentuk pada ujung batang, sedangkan bunga betina terletak pada pertengahan batang. Bunga jantan terletak dipucuk yang ditandai dengan adanya rambut atau tassel dan bunga betina terletak di ketiak daun dan akan mengeluarkan stil dan stigma (Idris et al. 1982). Bunga jagung tergolong bunga tidak lengkap karena struktur bunganya tidak mempunyai petal dan sepal dimana organ bunga jantan (staminate) dan organ bunga betina (pestilate) tidak terdapat dalam satu bunga disebut berumah satu (Idris, M. et al. 1991). Bunga jantan terdiri dari gluma, lodikula, palea, anther, filamen dan lemma. Adapun bagian dari bunga betina adalah tangkai tongkol, tunas, kelobot, calon biji, calon janggel, penutup kelobot dan rambut-rambut. Salah satu tahapan sebelum mengenal nama tumbuhan ialah melalui pencandraan terhadap tanaman seperti pencandran bunga, pencandraan meliputi pengamatan terhadap struktur morfologi organ vegetatif dan generatif dari bunga tumbuhan tersebut. Hasil dari pencandraan tersebut bisa dijadikan dasar untuk mendeskripsikan dan mengklasifikasikan suatu tumbuhan. Jika sudah diketahui klasifikasinya, maka manfaat dan fungsi dari suatu tumbuhan dapat diketahui. Melalui pengetahuan tentang manfaat suatu tumbuhan, maka dapat dimaksimalkan pemanfaatan dari tumbuhan tersebut.

DAPUS Astarini, L. A and Phoemer, J. A. 1997. Pollen viability study on 13 genotype of Boreria (Rutaceae). Jurnal of Biology : 55 - 56. Baskorowati, R., Umiyati, N., Kartikawati, A., Rimbawanto dan M. Susanto. 2008. Pembungaan dan Pembuahan Malaleuca Cajuputi SUBSP. Cajuputi Powell di Kebun Benih Semai Paliyan, Gunung Kidul, Yogyakarta. Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan Vol. 2 No. 2, hlm. 1-13 Darjanto dan Siti Satifah.1987. Pengetahuan Dasar Biologi Bunga Dan Teknik Penyerbukan Silang Buatan. Jakarta: PT Gramedia. Etti, Sartina Siregar. 2006. BIOLOGI BUNGA Licuala gracilis Bl. (Arecaceae). Jurnal Biologi Sumatera Vol 1 No 2, Hlm. 24-25 Hardjoridomo. 1982. Bertanam Padi. Bandung: Bina Cipta. Hidayat A. M. 2013. Biologi Bunga. http://www.anakagronomy.com. Diakses tanggal 20 April 2013 I Nyoman Rai, Roedhy Poerwanto, Latifah Kosim Darusman dan Bambang Sapta Purwoko. 2006. Perubahan Kandungan Giberelin dan Gula Total pada Fase-Fase Perkembangan Bunga Manggis.Journal Hayati, Vol. 13, No. 3, hlm. 101-106 Idris, M., Zainal, A., Mohammad., M, Lassim., Norman., B, Hashim, 1982. Tanaman Biji. Dewan Bahasa Pustaka, Kualalumpur. Hal. 49. Kalie, M. B. 1996. Bertanam Pepaya. Penebar Swadaya, Jakarta. Mangoendidjojo, W. 2003. Dasar-dasar Pemuliaan Tanaman. Kanisius, Yogyakarta. Rahmat, Rukmana. 2002 Usaha Tani Cabai Rawit. Yogyakarta: Kanisius. Rubatzky, V.E and M. Yamaguchi. 1998. World Vegetable . ITB, Bandung. Sudjana, A., A. Rifin., A.M, Sudjadi, 1991. Jagung. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Balai Penelitian Tanaman Pangan Bogor, Buletin Teknik Pertanian (3). Hal: 2-19.

Tjitrosoepomo, Gembong. 1997. Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada Zarnadi 2012. Bagian bagian bunga. http://zarnadi.blogspot.com. Diakses tanggal 20 April 2013

You might also like