Professional Documents
Culture Documents
Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan. (Al-Insan 8). Bagi orang-orang miskin ditentukan hak dalam zakat fitrah, supaya mereka turut ber-ied seperti lain-lain saudaranya. Demikian pula mereka ditentukan haknya dalam kurban yang dilakukan orang pada iedul-adh-ha dan dalam apa yang dihadiahkan kepada Kabah: Maka makanlah sebahagian daripadanya dan (sebahagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara dan fakir.(Al-Hajj 28). Dan pada ayat tentang kaffarah pun fakir miskin disebut: Maka kaffarat (melanggar) sumpah itu, ialah memberi Makan sepuluh orang miskin, Yaitu dari makanan yang biasa kamu berikan kepada keluargamu, atau memberi pakaian kepada mereka. (Al-Maidah 89). Juga pada ayat tentang kaffarahnya dzihar: Maka siapa yang tidak Kuasa (wajiblah atasnya) memberi Makan enam puluh orang miskin. (Al-Mujadalah 4). Dan ayat tentang fidyahnya puasa: Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi Makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan[114], Maka Itulah yang lebih baik baginya. (Al-Baqarah 184). Juga dalam ayat tentang haji: Jika kamu terkepung (terhalang oleh musuh atau karena sakit), Maka (sembelihlah) korban yang mudah didapat, dan jangan kamu mencukur kepalamu, sebelum korban sampai di tempat penyembelihannya. jika ada di antaramu yang sakit atau ada gangguan di kepalanya (lalu ia bercukur), Maka wajiblah atasnya berfid-yah, Yaitu: berpuasa atau bersedekah atau berkorban. (Al-Baqarah 196). Bahkan rahmat dan inayah Tuhan kepada orang-orang miskin demikian besarnya sampai-sampai Dia mengutus seorang wali daripada hamba-hamba pilihan-Nya untuk membantu menyelamatkan bahtera orang-orang miskin dari rampasan seorang raja yang dzalim, sebagaimana diceritakan dalam kisah Nabi Musa: Adapun bahtera itu adalah kepunyaan orang-orang miskin yang bekerja di laut, dan aku bertujuan merusakkan bahtera itu, karena di hadapan mereka ada seorang raja yang merampas tiap-tiap bahtera. (Al-Kahfi 79). Dan Allah menyebut pula betapa Dia telah membinasakan kebun-kebun orang-orang yang mengingkari haknya orang-orang miskin: Sesungguhnya Kami telah mencobai mereka (musyrikin Mekah) sebagaimana Kami telah mencobai pemilik-pemilik kebun, ketika mereka bersumpah bahwa mereka sungguh-sungguh akan memetik (hasil)nya di pagi hari, dan mereka tidak menyisihkan (hak fakir miskin), lalu kebun itu diliputi malapetaka (yang datang) dari Tuhanmu ketika mereka sedang tidur, Maka jadilah kebun itu hitam seperti malam yang gelap gulita, lalu mereka panggil memanggil di pagi hari: "Pergilah diwaktu pagi (ini) ke kebunmu jika kamu hendak memetik buahnya". Maka Pergilah mereka saling berbisik-bisik. "Pada hari ini janganlah ada seorang miskinpun masuk ke dalam kebunmu". Dan Berangkatlah mereka di pagi hari dengan niat menghalangi (orang-orang miskin) Padahal mereka (menolongnya). Tatkala mereka melihat kebun itu, mereka berkata: "Sesungguhnya kita benar-benar orang-orang yang sesat (jalan), bahkan kita dihalangi (dari memperoleh hasilnya)". Berkatalah seorang yang paling baik pikirannya di antara mereka: "Bukankah aku telah
mengatakan kepadamu, hendaklah kamu bertasbih (kepada Tuhanmu)?" Mereka mengucapkan: "Maha suci Tuhan Kami, Sesungguhnya Kami adalah orang-orang yang zalim". Lalu sebahagian mereka menghadapi sebahagian yang lain seraya cela mencela. Mereka berkata: "Aduhai celakalah kita; Sesungguhnya kita ini adalah orang-orang yang melampaui batas". Mudah-mudahan Tuhan kita memberikan ganti kepada kita dengan (kebun) yang lebih baik daripada itu; Sesungguhnya kita mengharapkan ampunan dati Tuhan kita. (Al-Qalam 17-32).
.
Barangsiapa tidak mengasihi orang, ia tidak dikasihi oleh Allah.
Maka barangsiapa mempunyai kelebihan makanan atau pakaian dan membiarkan sesama saudara muslimnya yang dia ketahui berada dalam keadaan lapar dan tidak berpakaian tidak ditolong, maka ia termasuk orang yang tidak mengasihi sesama manusianya. Berkata Ibnu Umar r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda:
Seorang muslim saudara bagi sesama muslim, tidak boleh menganiayanya atau membiarkannya (tidak ditolong). Artinya jika ia membiarkannya kelaparan atau tidak berpakaian padahal ia dapat menolongnya maka ia telah menyalahi maksud hadits tersebut. Berkata Abu Said Alkhudari bahwa Rasulullah saw. bersabda:
Barangsiapa mempunyai kelebihan kendaraan hendaklah memberikannya kepada orang yang tidak mempunyai kendaraan dan barangsiapa mempunyai kelebihan makanan bekal hendaklah memberikan kepada yang tidak mempunyai bekal. Seterusnya Rasulullah menyebut beberapa macam benda sehingga kita mengira bahwa kita tidak berhak lagi atas segala apa yang berupa sisa, kata Abu Said. Berkata Abu Musa Al-Asyari r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda:
Pada harta milik ada hak-hak lain di samping hak zakat. Berkata Asysyabi, Mujahid dan Thawus: Tidak halal-lah bagi seorang muslim dalam keadaan terpaksa memakan bangkai atau daging babi jika ia masih bisa mendapat sisa makanan pada sahabatnya yang muslim atau sahabatnya yang kafir dzimmi. Karena wajiblah orang yang masih mempunyai makanan itu memberi makan seorang yang lapar. Bahkan jika ia menolak untuk memberi makan, dalam keadaan yang demikian itu, dan sampai di bunuh oleh si lapar, maka ia termasuk golongan penganiayaan yang diizinkan oleh Allah untuk dibunuhnya, sebagaimana tercantum dalam ayat ini:
Berilah makan kepada orang yang lapar, jenguklah orang yang sakit dan lepaskanlah orang yang ditawan. Berkata Ali r.a.: Sesungguhnya Allah swt. telah menentukan haknya orangorang fakir dalam harta orang-orang kaya, maka jika orang-orang fakir itu sampai kelaparan atau tidak berpakaian atau hidup sengsara, dikarenakan penolakan orang-orang kaya memberi pertolongan dan penguluran tangan, menjadi haknya
Allah minta pertanggung jawab di hari kiamat serta mengazab mereka atas pelanggaran itu. Berkata Ibnu Umar r.a.: Kalau yang satu melanggar Perjanjian terhadap yang lain, hendaklah yang melanggar Perjanjian itu kamu perangi sampai surut kembali pada perintah Allah. (Al-Hujurat 9). Maka orang yang menolak menyerahkan hak kepada yang empunya, ia berarti memperkosa haknya sahibulhak dan karena itu ia termasuk golongan yang menganiaya yang diizinkan oleh Allah untuk diperangi. Dan dengan alasan itu pulalah Saiyidina Abubakar Assiddiq mengangkat senjata dan memerangi orangorang murtad yang menolak mengeluarkan zakat, setelah Rasulullah saw. wafat.
.
Barangsiapa bersedekah dengan senilai sebuah kurma, yang dikeluarkannya dari harta yang baik (halal) dan Allah tidak menerima melainkan barang yang baik, maka Allah akan menerima sedekah itu dengan kanan-Nya, lalu dipeliharanya seperti salah seorang daripada kamu memelihara anak ontanya sampai menjadi besar dan gunung. Sesungguhnya harta kekayaan itu adalah barang titipan yang dititipkan oleh Allah kepada orang-orang yang memilikinya dan yang sewaktu-waktu dapat dicabut daripadanya. Pemilik-pemilik itu adalah sebagai penguasa Allah atas harta milik itu untuk digunakannya bagi menutup kebutuhan orang-orang yang butuh dan
meringankan kesengsaraan orang-orang yang menderita serta membelanjakannya pada usaha-usaha sosial yang ada hubungannya dengan kepentingan umum dan hajat hidup orang banyak dan yang dapat memberi kehidupan yang layak dan tingkat kesejahteraan yang tinggi bagi umat dan negara. Tujuan agama Islam yang utama ialah membersihkan masyarakat dan pergaulan hidup umat manusia dari noda kemiskinan dan kemelaratan dengan menaruh perhatian yang cermat terhadap para fakir miskin dan memberi pelayanan dan pemeliharaan yang seksama kepada mereka sebagai sesama manusia yang wajib tolong menolong agar dapat hidup layak seabagai sesama warga masyarakat yang berguna dan berpotensi. Kebutuhan jasmani dan rohani mereka harus dicukupi agar tubuh-tubuh mereka tetap kuat dan bertenaga, hati mereka tetap berdenyut dan jiwa mereka tetap bebas tidak tertekan dan rasa harga diri mereka tidak tersentuh. Janganlah karena kemiskinan, mereka dipandang dan diperlakukan lebih rendah daripada warga masyarakat yang lain, karena mereka sebagai sesama manusia memiliki juga bakat, kecerdasan, kecakapan dan potensi yang dapat mengantar mereka mencapai puncak prestasi dalam bidang apa pun, asal saja mereka diberi kesempatan yang serupa dengan kesempatan yang diperoleh oleh warga-warga yang lain. Tiap bangsa dan tiap umat tidak sunyi dari warga-warga yang fakir dan miskin, warga-warga yang lumpuh badaniah atau rohaniah, dan biasanya merepa itu merupakan mayoritas, sehingga apabila ditinggalkan mereka hanya berserah diri kepada nasib dan tidak mendapat uluran tangan yang mengangkat mereka dari garis hidup mereka yang menyedihkan itu, maka niscaya mereka akan merupakan beban yang berat dan noda yang memalukan bagi umat dan bangsanya. Sesungguhnya agama Islam dengan ajaran-ajarannya yang diwahyukan oleh Allah swt. kepada Rasul-Nya, jauh telah mendahului ajaran-ajaran dan teori-teori yang diciptakan oleh manusia di bidang ketata-masyarakatan. Ajaran-ajaran Islam menjamin terciptanya kemakmuran yang merata dalam sesuatu masyarakat dan kerukunan yang harmonis di antara sesama warganya.