You are on page 1of 20

MAKALAH PBL BLOK 25 SISTEM REPRODUKSI

Yenny 2007 10 126 Kelompok : A4

FakultasKedokteran UKRIDA Universitas Kristen KridaWacana Jakarta 2010

Mola Hidatidosa

A. Pemeriksaan
Anamnesis Biodata Mengkaji identitas pasienyang meliputi nama, umur, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan ke berapa, lamanya perkawinan dan alamat Keluhan utama Tanyakan apakah ada menstruasi tidak lancar dan perdarahan pervaginam berulang Riwayat kesehatan sekarang Keluhan sampai saat pasien pergi ke rumah sakit atau pada saat pengkajian seperti perdarahan pervaginam di luar siklus haid, pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan. Riwayat kesehatan masa lalu Riwayat pembedahan Tanyakan apakah ada pembedahan yang pernah dialami oleh pasien, jenis pembedahan , kapan , oleh siapa dan di mana tindakan tersebut berlangsung. Riwayat pen yakit yang pernah dialami Menanyakan apakah ada penyakit yang pernah dialami oleh pasien misalnya DM , jantung , hipertensi , masalah ginekologi/urinary , penyakit endokrin , dan penyakitpenyakit lainnya. Riwayat kesehatan keluarga Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari genogram tersebut dapat diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit menular yang terdapat dalam keluarga. Riwayat kesehatan reproduksi Menyakan tentang mennorhoe, siklus menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat darah, bau, warna dan adanya dismenorhoe serta kapan menopause terjadi, gejala serta keluahan yang menyertainya Riwayat kehamilan , persalinan dan Menanyakan bagaimana keadaan anak pasien mulai dari dalam kandungan hingga saat ini, bagaimana keadaan kesehatan anaknya.

Riwayat seksual Tanyakan mengenai aktivitas seksual pasien, jenis kontrasepsi yang digunakan serta keluahn yang menyertainya. Riwayat pemakaian obat Tanyakan riwayat pemakaian obat-obatankontrasepsi oral, obat digitalis dan jenis obat lainnya. Pola aktivitas sehari-hari Tanyakan mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi (BAB dan BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit. Biasanya pada anamnesis ditemukan: Gejala-gejala hamil muda yang kadang-kadang lebih nyata dari kehamilan biasa Kadang ada tanda toksemia gravidarum Perdarahan yang sedikit atau banyak, tidak teratur, bewarna tengguli tua atau kecoklatan Pembesaran uterus tidak sesuai dengan tuanya kehamilan seharusnya (lebih besar) Keluarnya jaringan mola seperti buah anggur atau mata ikan (tidak selalu ada) yang merupakan diagnosa pasti

Pemeriksaan fisik Inspeksi Muka dan kadang-kadang badan terlihat pucat kekuning-kuningan yang disebut muka mola (mola face) Kalau gelembung mola keluar dapat dilihat dengan jelas Palpasi Uterus lebih besar/membesar tidak sesuai dengan tuanya kehamilan, teraba lembek Tidak teraba bagian-bagian janin dan ballottement juga gerakan janin Adanya fenomena harmonica: darah dan gelembung mola keluar dan fundus uteri turun, lalu naik lagi karena terkumpulnya darah baru

Auskultasi Tidak terdengar bunyi denyut jantung janin Terdengar bising dan bunyi khas

Pemeriksaan Penunjang 1. PemeriksaanLaboratorium Kadar beta-HCG kuantitatif Kadar HCG lebih besar dari 100,000 /mL mengindikasikan pertumbuhan trophoblastik sehat dan meningkatkan kecurigaan bahwa diagnosis kehamilan mola dapat disingkirkan. Kehamilan mola memiliki kadar HCG yang normal. Penulis menemukan pada William Obstetric, terjadi peningkatan kadar HCG yang lebih dari biasanya daripada yang diperkirakan untuk tahap gestasinya Darah Rut in Anemia merupakan komplikasi medis yang umum, dapat juga terjadi koagulopati Waktu perdarahan Pemeriksaan fungsi ini untuk menyingkirkan diagnosis koagulopati dan mengatasinya jika ditemukan Pemeriksaan fungsi hati Pemeriksaan Blood urea nitrogen (BUN) dan kreatinin Thyroxin Walaupun wanita dengan kehamilan mola biasanya secara klinis euthyroid, kadar thyroxin plasma biasanya meningkat dari angka normal untuk kehamilan. Hyperthyroidisme dapat menjadi gejala utama Seruminhibin A dan activin A Serum inhibin A dan activin A telah memperlihatkan peningkatan 7 hingga 10 kali lebih besar pada kehamilan mola dibandingkan dari kehamilan normal pada usia kehamilan yang sama. Adanya penurunan inhibin A dan activin A setelah

pengangkatan mola dapat berguna untuk memonitor remisi

2. Gambaran Radiologi Ultrasonography merupakan baku emas untuk mengidentifikasi baik mola sempurna maupun parsial. Gambaran khas, dengan menggunakan teknologi USG pada umumnya, yaitu adanya pola badai salju (Snowstorm) mengindikasikan vilichorionik yang hydropic. USG resolusi tinggi memperlihatkan adanya massa kompleks intrauterin yang mengandung banyak kista-kista kecil Ketika kehamilan mola di diagnosa, pemeriksaan thorax x-ray sebaiknya dilakukan. Paru-paru merupakan tempat metastasis paling utama terjadinya tumor trophoblastik Foto rontgen abdomen : tidak terlihat tulang-tulang janin (pada kehamilan 3 4 bulan) 3. GambaranHistologik Mola Sempurna: Jaringan fetus tidak ditemukan dan proliferasi trophoblastik berat, hydropic villi, dan kromosom 46,XX or 46,XY didapatkan. Sebagai tambahan, mola sempurna memperlihatkan peningkatan ekspresi (dibandingkan dengan plasenta normal) dari beberapa faktor pertumbuhan termasuk c-myc, epidermal growth factor, dan c-erb B-2 Mola Parsial: Jaringan fetus biasanya ditemukan dalam bentuk amnion dan sel darah merah janin. Hydropic villi dan proliferasi trophoblastic juga ditemukan

4. Uji Sonde Sonde (penduga rahim) dimasukkan pelan-pelan dan hati-hati ke dalam kanalis servikalis dan kavum uteri. Bila tidak ada tahanan, sonde diputar setelah ditarik sedikit, bila tetap tidak ada tahanan, kemungkinan mola (cara Acosta-Sison)

B. Diagnosis
Working diagnose Mola hidatidosa Hamil anggur atau mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal berupa tumor jinak yang terjadi sebagai akibat kegagalan pembentukan bakal janin, sehingga terbentuk jaringan permukaan membran (vili) mirip gerombolan buah anggur.Tumor

jinak mirip anggur tersebut asalnya dari trofoblas, yakni sel bagian tepi ovum atau sel telur, yang telah dibuahi, yang nantinya melekat di dinding rahim dan menjadi plasenta (tembuni) serta membran yang memberi makan hasil pembuahan.

Mola hidatidosa dapat dibagi menjadi : Mola Hidatidosa Sempurna Villi korionik berubah menjadi suatu massa vesikel vesikel jernih. Ukuran vesikel bervariasi dari yang sulit dilihat, berdiameter sampai beberapa sentimeter dan sering berkelompok kelompok menggantung pada tangkai kecil. Temuan Histologik ditandai oleh: Degenerasi hidrofobik dan pembengkakan Stroma Vilus Tidak adanya pembuluh darah di vilus yang membengkak Proliferasi epitel tropoblas dengan derajat bervariasi Tidak adanya janin dan amnion.

Mola sempurna tidak memiliki jaringan fetus. 90% merupakan genotip 46XX dan sisanya 46XY. Vili korionik berubah menjadi suatu massa vesikel-vesikel jernih. Mola sempurna dapat dibagi atas 2 jenis, yaitu : 1. Sempurna androgenetic a. Homozygous Merupakan 80% dari kejadian mola sempurna. Dua komplemen kromosom paternal identik, didapatkan dari duplikasi kromosom haploid seluruhnya dari ayah. Selalu perempuan; 46,YY tidak pernah ditemukan

b. Heterozygous Merupakan 20% dari kejadian mola sempurna. Dapat laki-laki atau perempuan. Semua kromosom berasal dari kedua orang tua, kemungkinan besar terjadi karena pembuahan dua sperma.

2. Mola sempurna biparental Genotip ayah dan ibu terlihat namun gen maternal gagal mempengaruhi janin sehingga hanya gen paternal yang terekspresi. Mola sempurna biparental jarang ditemukan. Bentuk rekuren mola biparental (yang merupakan familial dan sepertinya diturunkan sebagai autosomal resesif) pernah ditemukan. Al-Hussaini menjelaskan seri 5 wanita dengan 9 kehamilan mola berturut-turut. Telah ditemukan daerah kromosom yang menjadi calon yaitu 19q13. Presentasi klinis yang tipikal pada kehamilan mola sempurna dapat di diagnosis pada trimester pertama sebelum onset gejala dan tanda muncul. Perdarahan vagina : Gejala yang paling sering terjadi pada mola sempurna yaitu perdarahan vagina. Jaringan mola terpisah dari desidua dan menyebabkan perdarahan. Uterus dapat menjadi membesar akibat darah yang jumlahnya besar dan cairan merah gelap dapat keluar dari vagina. Gejala ini terjadi pada 97% kasus Mola hidatidosa. Hiperemesis: Pasien juga melaporkan mual dan muntah yang hebat. Ini diakibatkan peningkatan kadar human chorionic gonadotropin (HCG). Hiperthyroidisme: Sekitar 7% pasien juga datang dengan takikardia, tremor, dan kulit hangat Mola Hidatidosa Parsial Apabila perubahan hidatidosa bersifat fokal dan kurang berkembang, dan mungkin tampak sebagai jaringan janin. Terjadi perkembangan hidatidosa yang berlangsung lambat pada sebagian villi yang biasanya avaskular, sementara villivilli berpembuluh lainnya dengan sirkulasi janin plasenta yang masih berfungsi tidak terkena. Pasien dengan mola parsial tidak memiliki manifestasi klinis yang sama pada mola sempurna. Pasien ini biasanya datang dengan tanda dan gejala yang mirip dengan aborsi inkomplit atau missed abortion yakni Perdarahan vagina dan hilangnya denyut jantung janin, Pada mola parsial, jaringan fetus biasanya didapatkan, eritrosit dan pembuluh darah fetus pada villi merupakan penemuan yang seringkali ada. Komplemen kromosomnya yaitu

XXX atau XXY. Ini diakibatkan dari fertilisasi ovum haploid dan duplikasi kromosom haploid paternal atau akibat pembuahan dua sperma. Tetraploidi juga biasa didapatkan. Seperti pada mola sempurna, ditemukan jaringan trofoblastik hyperplasia dan pembengkakan villi chorionic.

Differential Diagnose Kehamilan ganda Merupakan suatu kehamilan dengan dua janin atau lebih. Untuk mempertimbangkan ketepatan diagnosis, haruslah difikirkan kemungkinan kehamilan kembar bila didapatkan hal-hal berikut : (1) besarnya uterus melebihi lamanya amenore (2) uterus bertambah lebih cepat dari biasanya (3) penambahan berat badan ibu yang mencolok yang tidak disebabkan edema atau obesitas (4) banyak bagian kecil teraba (5) teraba bagian besar janin (6) teraba dua balotemen. Diagnosis pasti dapat ditentukan dengan (1) terabanya 2 kepala, 2 bokong dan satu atau dua punggung (2) terdengar dua denyut jantung yang letaknya berjauhan dengan perbedaan kecepatan paling sedikit 10 denyut permenit (3) sonogram dapat membuat diagnosis kehamilan kembar pada triwulan pertama (4) roentgen foto pada abdomen. Hidramnion Hidramnion atau kadang-kadang disebut juga polihidramnion adalah keadaan dimana banyaknya air ketuban melebihi 2000 cc. Sampai sekarang etiologi hidramnion belum jelas, tetapi diketahui bahwa hidramnion terjadi bila produksi air ketuban bertambah, bila pengeluaran air ketuban terganggu atau kedua-duanya. Gejala hidramnion terjadi semata-mata karena faktor mekanik sebagai akibat penekanan uterus yang besar kepada organ-organ sekitarnya. Uterus yang besar akan menekan diafragma sehingga si wanita merasa sesak. Penekanan vena-vena yang besar menyebabkan edem terutama pada kedua tungkai, vulva dan abdomen. Diagnosis hidramnion mudah ditegakkan apabila ditemukan uterus yang lebih besar dari tua kehamilan, bagian dan detak jantung janin sukar ditentukan. Bila meragukan dapat dilakukanpemeriksaan radiologik atau ultrasonografi. Abortus Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan dan sebagai batasan digunakan kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Abortus harus diduga bila seorang wanita dalam masa reproduksi mengeluh tentang perdarahan pervaginam setelah mengalami

haid terlambat, sering terdapat pula rasa mules. Kecurigaan tersebut diperkuat dengan ditemukannya kehamilan muda pada pemeriksaan bimanual dan dengan tes kehamilan. Pada pemeriksaan USG tampak daerah anekhoik didalam kavum uteri yang bentuknya kadang-kadang menyerupai kantong gestasi, sehingga dapat disalahtafsirkan sebagai kehamilan ganda. Derah anekhoik tersebut berasal dari perdarahan subkorionik. Gambaran USG pada abortus inkomplitus tidak spesifik. Tergantung dari usia gestasi dan banyaknya sisa jaringan konsepsi uterus mungkin masih memebesar, walaupun tidak sesuai lagi dengan usia kehamilan. Kavum uteri mungkin berisi kantong gestasi yang bentuknya tidak utuh lagi. Mola invasif dan choriocarcinoma Klasifikasi berbagai degenerasi maligna dari MH yang sederhana : Mola Hidatidosa Perubahan neoplastik derajat sedang : Invasif mole Mola destruktif Villous carcinoma Choriocarcinoma Mola Invasif dan Choriocarcinoma adalah keadaan yang jarang terjadi Gejala & Tanda sama dengan Mola Hidatidosa namun sering disertai dengan metastase lokal atau jauh ( paru : hemoptoe ; perdarahan serebral ) Gambaran histologi sangat bervariasi Semakin ganas maka iregularitas seluler semakin nyata dan terdapat aktivitas mitotik yang hebat Choriocarcinoma sering dijumpai pada kehamilan muda disertai dengan mola hidatidosa atau bahkan dengan kehamilan normal Perubahan keganasan mola 1 : 10 kasus biasanya dalam waktu 6 bulan Perubahan keganasan pasca abortus dan pasca persalinan normal = 1 : 5000 kasus Resiko tinggi mengalamai keganasan : Usia > 40 tahun Kadar hCG sangat tinggi > 100.000 IU / ml Ukuran kista Theca Lutein > 6 cm Terapi : kemoterapi dan follow-up

C. Etiologi
Mola hidatifosa berasal dari plasenta dan/atau jaringan janin sehingga hanya mungkin terjadi pada awal kehamilan. Massa biasanya terdiri dari bahan-bahan plasenta yang tumbuh tak terkendali. Sering tidak ditemukan janin sama sekali.

Penyebab mola hidatidosa tidak diketahui secara pasti, namun faktor penyebab yang paling mungkin adalah : 1. Faktor ovum Ovum memang sudah patologik sehingga mati , tetapi terlambat dikeluarkan. 2. Imunoselektif dari tropoblast Dengan kematian fetus, pembuluh darah pada stroma villi menjadi jarang dan stroma villi menjadi sembab dan akhirnya terjadi hyperplasia sel-sel trofoblast 3. Keadaan sosio-ekonomi yang rendah Keadaan sosial ekonomi akan berpengaruh terhadap pemenuhan gizi ibu yang pada akhirnya akan mempengaruhi pembentukan ovum abnormal yang mengarah pada terbentuknya mola hidatidosa 4. Paritas tinggi ibu Dengan paritas tinggi, memiliki kemungkinan terjadinya abnormalitas pada kehamilan berikutnya, sehingga ada kemungkinan kehamilan berkembang menjadi mola hidatidosa 5. Kekurangan protein Sesuai dengan fungsi protein untuk pembentukan jaringan atau fetus sehingga apabila terjadi kekurangan protein saat hamil menyebabkan gangguan pembentukan fetus secara sempurna yang menimbulkan jonjot-jonjot korion. 6. Infeksi virus 7. Sitogenetika Mola hidatidosa komplet berasal dari genom paternal (genotipe 46 xx sering, 46 xy jarang, tapi 46 xy nya berasal dari reduplikasi haploid sperma dan tanpa kromosom dari ovum). Mola parsial mempunyai 69 kromosom 2 haploid paternal dan 1 haploid

maternal (triploid, 69 xxx atau 69 xxy dari 1 haploid ovum dan lainnya reduplikasi haploid paternal dari satu sperma atau fertilisasi dispermia) 8. Usia Mola hidatidosa lebih umum terjadi pada usia reproduktif yaitu wanita di bawah usia 20 tahun atau pada usia perimenopause (di atas 34 tahun). Wanita yang berusia lebih dari 35 tahun memiliki peningkatan resiko 2 kali lipat, sedangkan wanita berusia lebih dari 40 tahun mengalami peningkatan resiko 7 kali lipat dibandingkan wanita yang lebih muda. 9. Riwayat kehamilan mola sebelumnya Beberapa peneliti mendapatkan bahwa resiko mola hidatidosa naik pada wanita yang pernah menderita kehamilan mola hidatidosa (4-5 kali resiko kehamilan mola hidatidosa pertama). 10. Kehamilan ganda Wanita yang hamil kembar meningkatkan resiko mola hidatidosa. 11. Golongan darah Berdasarkan klinis penelitian didapatkan pada golongan darah O (42,9 %), B (30,5 %), A (21,2 %) dan AB (5,4 %).

D. Epidemiologi
Di negara barat (USA), frekuensi mola hidatidosa mempengaruhi 1 per 1000-2000 kehamilan. Frekuensi mola umumnya pada wanita di Asia lebih tinggi (1 atas 120 kehamilan) daripada wanita di negara-negara barat (1 atas 2000). Secara internasional, di negara-negara Asia tingkat kejadiannya 15 kali lebih tinggi dibandingkan negara barat. Insidensi tertinggi mola hidatidosa ada di Asia tenggara, Indonesia, India dan Turki dengan rata-rata kejadian 2-12 insiden per 1000 kehamilan, di Amerika utara dan Eropa

insidensinya lebih rendah yakni 0,5-1 per 1000 kehamilan. Insidensi terendah terdapat di Jepang, Korea dan Taiwan. Laksmi Sintari dan kawan-kawan melakukan penelitian berdasarkan populasi di Malang dan menemukan angka untuk mola hidatidosa 2,47:1000 atau 1:405 persalinan. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan negara-negara barat, dimana insidensinya berkisar 1:1000 sampai 1:2500 kehamilan. Mola hidatidosa lebih sering terjadi pada puncak umur reproduktif. Wanita pada umur remaja muda atau premenopausal yang paling beresiko. Wanita dengan umur 35 tahun keatas memiliki peningkatan resiko 3 kali lipat. Wanita lebih tua dari 40 tahun mengalami peningkatan sebanyak 7 kali lipat dibandingkan wanita yang lebih mudah. Seberapa banyak partus sepertinya tidak mempengaruhi resiko. Pada pasien dengan mola hidatidosa, 20% kasus berkembang menjadi keganasan trophoblastik. Setelah mola sempurna berkembang, invasi uterus terjadi pada 15%pasien dan metastasis terjadi pada 4% kasus. Tidak ada kasus choriocarcinoma yang dilaporkan berasal dari mola parcial, walaupun pada 4% pasien dengan mola parsial dapat berkembang penyakit trofoblastik gestasional persisten nonmetastatik yang membutuhkan kemoterapi.

E. Patofisiologi
Mola hidatidosa dapat terbagi menjadi : 1. Mola hidatidosa komplet (klasik), jika tidak ditemukan janin 2. Mola hidatidosa inkomplet (parsial), jika disertai janin atau bagian janin. Ada beberapa teori yang diajukan untuk menerangkan patogenesis dari penyakit trofoblast : Teori missed abortion. Mudigah mati pada kehamilan 3 -5 minggu (missed abortion). Karena itu terjadi gangguan peredaran darah sehingga terjadi penimbunan cairan dalam jaringan mesenkim dari villi dan akhirnya terbentuklah gelembung-gelembung. Menurut Reynolds, kematian

mudigah itu disebabkan kekurangan gizi berupa asam folik dan histidine pada kehamilan hari ke 13 dan 21. Hal ini kemudian mengakibatkan gangguan angiogenesis. Teori neoplasma dari Park. Sel-sel trofoblast adalah abnormal dan memiliki fungsi yang abnormal dimana terjadi reabsorbsi cairan yang berlebihan ke dalam villi sehingga timbul gelembung. Hal ini menyebabkan gangguan peredaran darah dan kematian mudigah. Studi dari He\rtig Studi dari Hertig lebih menegaskan lagi bahwa mola hidatidosa semata-mata akibat akumulasi cairan yang menyertai degenerasi awal atau tiak adanya embrio komplit pada minggu ke tiga dan ke lima. Adanya sirkulasi maternal yang terus menerus dan tidak adanya fetus menyebabkan trofoblast berproliferasi dan melakukan fungsinya selama pembentukan cairan.

F. Manifestasi Klinis
Gejala yang dapat ditemukan pada mola hidatidosa adalah: 1. Adanya tanda-tanda kehamilan disertai dengan perdarahan pervaginam. Perdarahan timbul mulai kehamilan 8 minggu, berwarna merah segar karena berasal dari jaringan mola yang lepas dari dinding uterus. Kadang-kadang timbul bekuan darah yang tersimpan dalam kavum uterus yang kemudian akan mencair dan keluar berwarna merah ungu akibat proses oksidasi. Perdarahan biasanya intermitten, sedikit-sedikit atau sekaligus banyak sehingga menyebabkan syok atau kematian, oleh karena itu umumnya pasien mola hidatidosa masuk rumah sakit dalam keadaan anemia. Perdarahan uterus abnormal yang bervariasi dari spotting sampai perdarahan hebat merupakan gejala yang paling khas dari kehamilan mola dan pertama kali terlihat antara minggu keenam dan kedelapan setelah amenore. Sekret berdarah yang kontinyu atau intermitten dapat berkaitan dengan keluarnya vesikel-vesikel yang menyerupai buah anggur.

2. Hiperemesis gravidarum, yang ditandai dengan nausea dan vomiting yang berat. Keluhan hiperemesis terdapat pada 14-18% kasus pada kehamilan kurang dari 24 minggu dan keluhan mual muntah terdapat pada mola hidatidosa dengan tinggi fundus uteri lebih dari 24 minggu. 3. Tanda toksemia/ pre-eklampsia pada kehamilan trimester I Kejadian preeklampsia cukup tinggi yaitu 20-26% kasus. Pada kehamilan normal, preeklampsia timbul setelah kehamilan 20 minggu, namun pada mola hidatidosa dapat terjadi lebih dini. 4. Kista lutein unilateral/bilateral Mola hidatidosa sering disertai dengan kista lutein 15% kasus. Umumnya kista ini segera menghilang setelah jaringan mola dikeluarkan, tetapi ada juga kasus-kasus dimana kista lutein baru ditemukan pada waktu follow up. Kista lutein dapat menimbulkan gejala abdominal akut karena torsi atau pecah. Kista berisi cairan serosanguineous dan strukturnya multilokulare. Bila uterusnya besar, maka kista ini sukar diraba namun dapat diketahui dari pemeriksaan ultrasonografi. Kista menjadi normal dalam waktu 2-4 bulan setelah dievakuasi. Kasus mola dengan kista lutein mempunyai resiko 4 kali lebih besar untuk mendapatkan degenerasi keganasan dikemudian hari dari pada kasus-kasus tanpa kista. 5. Umumya uterus lebih besar dari usia kehamilan Lebih dari separuh penderita mola hidatidosa memiliki uterus yang lebih besar dari usia kehamilannya. Bila uterus diraba, akan terasa lembek karena miometrium teregang oleh gelembung-gelembung mola dan bekuan darah. 6. Tidak terdengar denyut jantung janin 7. Tidak dirasakan tanda-tanda adanya gerakan janin, tidak teraba bagian janin (balottement), kecuali pada mola parsial 8. Kadar gonadotropin korion tinggi dalam darah dan urin 9. Emboli paru. Penyulit lain yang mungkin terjadi ialah emboli sel trofoblas ke paru-paru. Sebetulnya pada tiap kehamilan selalu ada migrasi sel trofoblas ke peredaran darah kemudian ke paru-paru tanpa memberikan gejala apa-apa tetapi pada mola kadang-

kadang jumlah sel trofoblas ini demikian banyak sehingga dapat menimbulkan emboli paru-paru akut yang bisa menyebabkan kematian. 10. Keluar jaringan mola seperti buah anggur atau mata ikan (tidak selalu ada), yang merupakan diagnosa pasti. 11. Kadang-kadang disertai gejala lain yang tidak berhubungan dengan keluhan obstetri, seperti tirotoksikosis, perdarahan gastrointestinal, dekompensasi kordis, perdarahan intrakranial, perdarahan gastrointestinal, dan hemoptoe. Hipertiroidisme pada mola hidatidosa dapat berkembang dengan cepat menjadi tirotoksikosis. Berbeda dengan tirotoksikosis pada penyakit tiroid, tirotoksikosis pada mola hidatidosa muncul lebih cepat dan gambaran klinisnya berbeda. Mola yang disertai tirotoksikosis mempunyai prognosis yang lebih buruk, baik dari segi kematian maupun kemungkinan terjadinya keganasan. Biasanya penderita meninggal karena krisis tiroid. Pemicu tirotoksikosis pada mola hidatidosa adalah tingginya kadar hCG. Diagnosis tirotoksikosis pada mola hidatidosa sangat penting dan perlu ditanggulangi dahulu sebelum dilakukan evakuasi jaringan molanya karena bila tidak segera dilakukan, upaya evakuasi jaringan mola dapat menimbulkan kematian penderita akibat krisis tiroid dan payah jantung akut. Adanya tirotoksikosis pada penderita mola dapat diduga apabila terdapat gejala-gejala seperti nadi istirahat >100x/menit tanpa sebabsebab lain yang jelas. Tirotoksikosis merupakan salah satu penyebab kematian penderita mola. Kariadi menemukan bahwa kadar -hCG serum (RIA) > 300.000 ml pada penderita mola sebelum jaringan molanya dievakuasi. Hal ini merupakan faktor risiko yang sangat bermakna untuk terjadinya tirotoksikosis. Hipertiroid dapat diketahui secara klinis terutama bila tidak terdapat fasilitas pemeriksaan T3 dan T4, yaitu dengan menggunakan Indeks Wayne.

G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada mola hidatidosa terdiri atas 4 tahap, yaitu: Perbaikan keadaan umum Yang termasuk usaha ini misalnya pemberian transfuse darah untuk memperbaiki syok atau anemia dan menghilangkan atau mengurangi penyulit seperti preeklampsia atau tirotoksikosis, koreksi dehidrasi. Pengeluaran jaringan mola Ada 2 cara yaitu: 1. Vakum kuretase Setelah keadaan umum diperbaiki dilakukan vakum kuretase tanpa pembiusan. Untuk memperbaiki kontraksi diberikan pula uterotonika. Vakum kuretase dilanjutkan dengan kuretase dengan menggunakan sendok kuret biasa yang tumpul. Tindakan kuret cukup dilakukan 1 kali saja, asal bersih. Kuret kedua hanya dilakukan bila ada indikasi. 2. Histerektomi Tindakan ini dilakukan pada perempuan yang telah cukup umur dan cukup mempunyai anak. Alasan untuk melakukan histerektomi ialah karena umur tua dan paritas tinggi merupakan factor predisposisi untuk terjadinya keganasan. Batasan yang dipakai adalah umur 35 tahun dengan anak hidup tiga. Penanganan awal kehamilan mola : Jika diagnosa kehamilan mola telah ditegakkan, lakukan evaluasi uterus : 1. Jika dibutuhkan dilatasi serviks, gunakkan blok paraservikal. 2. Pengosongan dengan aspirasi vakum manuaal lebih aman daripada kuretase tajam. Resiko perforasi dengan menggunakan kuret tajam cukup tinggi. 3. Jika sumber vakum adalah tabung manual,, siapkan peralatan aspirasi vakum manual minimal 3 set agar dapat digunakan secara bergantian hingga

pengosongan kavum uteri selesai. Isi uterus cukup banyak tetapi penting untuk cepat dikosongkan. Penanganan selanjutnya kehamilan mola : 1. Pasien dianjurkan untuk menggunakan konntrasepsi hormonal (apabila masih ingin anak) atau tubektomi apabila ingin menghentikan fertilitas. 2. Lakukan pemantauan setiap 8 minggu selaama minimal 1 tahun pasca evakuasi dengan menggunakan tes kehamilan dengan urin karena adanya resiko timbulnya penyakit trofoblas yang menetap atau khoriokarsinoma. Jika tes kehamilan dengan urin tidak negatif setelah 8 minggu atau menjadi positif kembali dalam 2 tahun pertama, rujuk ke pusat kesehatan tersier untuk pemantauan dan penanganan lebih lanjut.

H. Komplikasi
1.

Perforasi uterus selama kuretase suction biasanya terjadi karena uterus besar dan tipis. Jika perforasi diketahui, prosedur sebaiknya diselesaikan dengan bantuan

laparoskopik
2.

Perdarahan merupakan komplikasi yang sering terjadi selama evakuasi kehamilan mola. Karena alasan ini, oxytocin intravena sebaiknya dilakukan sebelum memulai prosedur. Methergine dan/atau Hemabate sebaiknya tersedia. Golongan darah pasien sebaiknya telah diketahui untuk mempersiapkan sekiranya dibutuhkan transfuse.

3.

Penyakit trophoblastik malignan terjadi pada 20% kehamilan mola. Karena alasan ini, pemeriksaan hCG kuantitatif serial dilakukan selama 1 tahun pasca-evakuasi sampai hasilnya negative.

4.

Faktor pertumbuhan yang dilepaskan oleh jaringan molar memiliki aktifitas fibrinolytik. Semua pasien sebaiknya di-skrining untuk kemungkinan terjadinya disseminated intravascular coagulopathy (DIC).

5.

Emboli trophoblastic dipercaya merupakan penyebab dari insufisiensi pernapasan akut. Faktor resiko terbesar adalah uterus lebih besar daripada yang diharapkan untuk umur gestasi 16 minggu. Keadaan ini dapat fatal.

I. Pencegahan
Karena pengertian dan penyebab dari mola masih belum diketahui secara pasti maka kejadian mola hidatidosa sulit untuk dicegah. Bagaimanapun juga, nutrisi ibu yang baik dapat menurunkan risiko terjadinya mola.

J. Prognosis
1.

Karena diagnosis dini dan penatalaksanaan yang tepat, kematian dari mola hidatiformis pada saat ini belum dilaporkan. Sekitar 20% wanita dengan mola sempurna mengalami malignansi trophoblastik, Malignansi trophoblastik gestasional 100% dapat

disembuhkan.
2.

Faktor kinis yang dikaitkan dengan resiko malignansi yaitu umur tua pada saat kehamilan, kadar HCG yang meningkat (>100,000 mIU/mL), eklampsia, hiperthyroidisme, dan kista teka lutein bilateral5 Kebanyakan dari faktor ini mengindikasikan adanya proliferasi trophoblastik. Memprediksi siapa yang akan mendapatkan penyakit trofoblastik gestasional masih sulit dilakukan, dan

penatalaksanaan sebaiknya tidak hanya berdasarkan dari adanya faktor resiko tersebut.
3.

Hampir kira-kira 20% wanita dengan kehamilan mola komplet berkembang menjadi penyakit trofoblastik ganas. Penyakit trofoblas ganas saat ini 100% dapat diobati. Faktor klinis yang berhubungan dengan resiko keganasan seperti umur penderita yang tua, kadar hCG yang tinggi (>100.000mIU/mL),eclamsia,hipertiroidisme, dan kista teka lutein bilateral. Kebanyakan faktor-faktor ini muncul sebagai akibat dari jumlah proliferasi trofoblas. Untuk memprediksikan perkembangan mola hidatidosa menjadi PTG masih cukup sulit dan keputusan terapi sebaiknya tidak hanya berdasarkan ada atau tidaknya faktor-faktor risiko ini. Risiko terjadinya rekurensi adalah sangat sekitar 1-2%. Setelah 2 atau lebih kehamilan mola, maka risiko rekurensinya menjadi 1/6,5 sampai 1/17,5.

Daftar Pustaka

1. Lukas E, Djuanna AA. Mola hidatidosa. Dalam : Pedoman diagnosis dan terapi obstetric dan ginekologi. EditorManoe IMSM, Rauf S, Usmany H. Ujung Pandang : Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin ; 1999. p.108-11 2. Mansjoer. A. Dkk., Kelainan pada Kehamilan. Dalam Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ketiga, Jilid Pertama. Penerbit Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta., 2001. 265 67 3. Kampono N. Sjamsuddin S. Penyakit Trofoblastik Gestational (PTG).

http://www.geocities.com., last up dated Mei, 2004 4. Martaadisoebrata. Penyakit serta Kelainan Plasenta dan Selaput Janin dalam Wiknyosastro Saifuddin AB, Rachimhadhi T, eds. Ilmu Kebidanan. Ed. III. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo. 1991. 339-354. 5. Pengurus Besar POGI. Standar Pelayanan Medik Obstetri & Ginekologi. Bag. 1. Jakarta : Balai Penerbit FKUI 1995. 41-45. 6. Disaia PJ, Creasman WT, Gestational Trophoblastic Neoplasia. in : Clinical Gynecology Oncology 4th ed. Missouri : Mosby Year Book. 1993. 210-237. 7. Cunningham F, Mac. Donald PC, Gant NF. Disease and Abnormalities of the Placenta and Fetal Membranes. in : William's Obstetrics 18th ed. Connecticut : Appleton & Lange. 1989. 540-553. 8. Martaadisoebrata. Epidemiologi & Perkembangan Penanggulangan Penyakit

Trofoblas. Bandung : Kanwil Depkes Jawa Barat, Yayasan Kanker Indonesia. 1987. 11-40. 9. Budi A., Muin A., Lukas E., Djuanna A. Penatalaksanaan Penyakit Trofoblas Kehamilan. Makassar : Bagian Obstetri & Ginekologi FKUH UP. 1995. 10. Mola hidatosa diunduh dari http://www.klikdokter.com/illness/detail/132 (2008) 11. Askep Mola Hidatidosa diunduh dari http://hidayat2.wordpress.com/2009/04/07/askep-mola-hidatidosa/ (2009)

12. Mola Hidatidosa (Hamil Anggur) diunduh dari http://medicastore.com/penyakit/893/Mola_Hidatidosa_Hamil_Anggur.html (2007) 13. Mola Hidatidosa diunduh dari http://botefilia.com/index.php/archives/2009/01/11/mola-hidatidosa/ (2009) 14. Mola Hidatidosa diunduh dari http://yudhim.blogspot.com/2008/01/molahidatidosa.html (2008) 15. Mola Hidatidosa diunduh dari http://ezcobar.com/dokteronline/dokter15/index.php?option=com_content&view=article&id=213:molahidatidosa&catid=41:ibu-a-anak&Itemid=55 (2007) 16. Mola Hidatidosa diunduh dari http://cetrione.blogspot.com/2008/06/molahidatidosa.html (2008) 17. kehamilan mola hidatidosa diunduh dari http://www.medicalera.com/index.php?option=com_myblog&show=kehamilan-molahidatidosa.html&Itemid=314 (2010) 18. Mola Hidatidosa diunduh dari http://www.akbidnet.com/index.php?option=com_content&view=article&id=34:mola -hidatidosa&catid=32:genekologi&Itemid=86 (2006) 19. Mola Hidatidosa (Hamil Anggur) diunduh dari http://anugerahsehat.blogspot.com/2009/05/mola-hidatidosa-hamil-anggur.html (2009) 20. 24 MINGGU DENGAN MOLA HIDATIDOSA diunduh dari http://ayurai.wordpress.com/2009/03/14/giip10001-uk-24-minggu-dengan-molahidatidosa/ (2009) 21. mola hidatidosa diunduh dari http://theeyebrow.blogspot.com/2008/01/molahidatidosa.html (2008) 22. Mola hidatidosa (hamil anggur) diunduh dari http://sembiringjo.blogspot.com/2009/11/mola-hidatidosa-hamil-anggur.html (2009) 23. Mola Hidatidosa diunduh dari http://cahrun.blogspot.com/2009/10/mola-

hidatidosa.html (2009)

You might also like