You are on page 1of 48

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Halusinasi merupakan bentuk yang paling sering dari gangguan persepsi.

Bentuk halusinasi ini bisa berupa suara-suara yang bising atau mendengung, tapi yang paling sering berupa kata-kata yang tersusun dalam bentuk kalimat yang agak sempurna. Biasanya kalimat tadi membicarakan mengenai keadaan pasien sedih atau yang dialamatkan pada pasien itu. Akibatnya pasien bisa bertengkar atau bicara dengan suara halusinasi itu. Bisa pula pasien terlihat seperti bersikap dalam mendengar atau bicara keras-keras seperti bila ia menjawab pertanyaan seseorang atau bibirnya bergerak-gerak. Kadang-kadang pasien menganggap halusinasi datang dari setiap tubuh atau diluar tubuhnya. Halusinasi ini kadangkadang menyenangkan misalnya bersifat tiduran, ancaman dan lain-lain. Persepsi merupakan respon dari reseptor sensoris terhadap stimulus esksternal ,juga pengenalan dan pemahaman terhadap sensoris yang

diinterpretasikan oleh stimulus yang diterima. Jika diliputi rasa kecemasan yang berat maka kemampuan untuk menilai realita dapat terganggu. Persepsi mengacu pada respon reseptor sensoris terhadap stimulus. Persepsi juga melibatkan kognitif dan pengertian emosional akan objek yang dirasakan. Gangguan persepsi dapat terjadi pada proses sensori penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan dan pengecapan.

Menurut May Durant Thomas (1991) halusinasi secara umum dapat ditemukan pada pasien gangguan jiwa seperti: Skizoprenia, Depresi, Delirium dan kondisi yang berhubungan dengan penggunaan alcohol dan substansi lingkungan. (Siti Saidah Nasution S.Kp, 2003) Hasil penelitian menyatakan 15 persen dari populasi penduduk di Indonesia terdeteksi mengalami gangguan kesehatan jiwa atau sekitar 34.350.000 jiwa dan persentase itu juga berlaku di semua daerah," kata Gerald, (dalam symposium dan workshop tentang deteksi dini gangguan jiwa khusus para

dokter, yang digelar di Mataram tahun 2008) Diperkirakan jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2008 berjumlah 229 juta. jiwa. Gangguan jiwa

mengakibatkan bukan saja kerugian ekonomis, material dan tenaga kerja , akan tetapi juga penderitaan yang sukar dapat digambarkan besarnya bagi penderitanya, maupun bagi keluarganya dan orang yang dicintainya, yaitu seperti kegelisahan, kecemasan, keputus-asaan, kekecewaan, kekhawatiran dan

kesedihan yang mendalam.

(www.cpddokter.com).

Halusinasi merupakan bentuk yang paling sering dari gangguan persepsi. Bentuk halusinasi ini bisa berupa suara-suara yang bising atau mendengung, tapi yang paling sering berupa kata-kata yang tersusun dalam bentuk kalimat yang agak sempurna. Biasanya kalimat tadi membicarakan mengenai keadaan pasien sedih atau yang dialamatkan pada pasien itu. Akibatnya pasien bisa bertengkar atau bicara dengan suara halusinasi itu. Bisa pula pasien terlihat seperti bersikap dalam mendengar atau bicara keras-keras seperti bila ia menjawab pertanyaan

seseorang atau bibirnya bergerak-gerak. Kadang-kadang pasien menganggap halusinasi datang dari setiap tubuh atau diluar tubuhnya. Halusinasi ini kadangkadang menyenangkan misalnya bersifat tiduran, ancaman dan lain-lain. Halusinasi dapat terjadi pada salah satu dari 5 modalitas sensori utama penglihatan, pendengaran, bau, rasa, dan perabaan persepsi terhadap stimulus eksternal dimana stimulus tersebut sebenarnya tidak ada. (Rowling & Heacock, 1993) Rumah Sakit jiwa Pusat kendari adalah satu-satunya Rumah Sakit Jiwa yang ada di kendari. Berdasarkan data pada tahun 2008 jumlah pasien dengan gangguan jiwa sebanyak 205 orang dengan kriteria laki-laki sebanyak 149 orang (72,68%) perempuan sebanyak 56(27,31%) orang sedangkan jumlah klien halusinasi 70 orang dengan kriteria laki-laki 55 (78,57%) perempuan 15 (21,42%) (sumber buku registrasi ruangan rekam medik). B. Batasan Masalah Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti secara empiris, mengenai Karakteristik penderita halusinasi dirumah

sakit jiwa pusat kendari. C. Rumusan Masalah Halusinasi merupakan keadaan yang sering ditemukan pada klien dengan gangguan kejiwaaan, halusinasi timbul melalui keadaan seseorang mengalami tekanan atau beban mental yang berat, sehingga berdampak mencenderai diri sendiri dan orang lain berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan masalah

dengan pertanyaaan sebagai berikut " bagaimana karakteristik pada penderita halusinasi pendengaran diruang rawat inap RSJ pusat kendari tahun 2009 D. Tujuan penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui karakteristik pada penderita halusinasi pendengaran diruang rawat inap RSJ pusat kendari periode januari juni tahun 2009 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui gambaran karakteristik pada penderita halusinasi pendengaran berdasarkan usia b. Untuk mengetahui gambaran karakteristik pada penderita halusinasi pendengaran berdasarkan jenis kelamin c. Untuk mengetahui gambaran karakteristik pada penderita halusinasi pendengaran berdasarkan pekerjaan d. Untuk mengetahui gambaran karakteristik pada penderita halusinasi pendengaran berdasarkan pendidikan E. Manfaat Penelitian 1. Bagi institusi kesehatan Diharapkan dapat menambah informasi pada pihak dirumah sakit dalam mengambil kebijakan dalam meningkatkan pelayanan kesehatan dirumah sakit jiwa tersebut

2.

Bagi ilmu pengetahuan Diharapkan dapat menambah informasi yang ada khususnya bagi keperawatan jiwa tersebut dalam menangani kasus-kasus yang berhubungan dengan halusinasi.

3.

Bagi Peneliti Diharapkan dapat menambah pengetahuan peneliti dalam hal ini bagaimana melaksanakan pelayanan keperawatan terutama dalam menangani klien dengan gangguan halusinasi pendengaran.

4.

Bagi Institusi Akper Pemda Konawe merupakan bahan masukan bagi institusi pendidikan terutama dalam mengetahui dan memahami tentang pasien dengan haluisinasi pendengaran sehingga dapat lebih dipahami.

5.

Bagi Masyarakat penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan bagi masyarakat khususnya mengenai penyakit gangguan jiwa pada masyarakat terutama yang terkait dengan halusinasi

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Letak Geografis rumah sakit jiwa pusat kendari adalah rumah sakit jiwa Type B, berdiri secara resmi pada tahun 1986. rumah sakit jiwa pusat kendari berdiri diatas tanah seluas 140.000 M dengan luas bangunan 5.992 M, dengan status kepemilikan pemerintah daerah. Lokasi rumah sakit jiwa terletak di jl. Rumah sakit jiwa No.29 kelurahan tobuuha kecamatan mandonga kendari dengan betas batas wilayah sebagai berikut : a. sebelah utara berbatasan dengan kecamatan soropia b. sebalah barat berbatasdan dengan kecamatan sampara c. sebelah timur berbatasan dengan laut banda d. sebelah selatan berbatasan dengan kecamatan ranomeeto B. Keadaan Demografi wilayah kerja rumah sakit jiwa pusat kendari meliputi seluruh daerah /kota se provinsi sulawesi tenggraa dengan jumlah penduduk 1.630.616 jiwa. Jumlah kunjungan rawat jalan rata-rata perhari adalah 20 sampai dengan 25 orang pengunjung. Sedangkan rata-rata pasien rawat inap perhari 100 sampai dengan 115 orang. Rumah sakit jiwa pusat kendari merupakan pusat rujukan pelayanan yang bermutu kepada masyarakat dangan sumber daya yang ada sesuai visi, misi dan budaya kerja yang telah ditetapkan.

C. Sarana Dan Prasarana 1. sarana gedung a). Kantor 1 unit b). Auditorium 1 unit 2. jenis pelayanan a). unit rawat jalan 1. poliklinik umum 2. poliklinik psikiatri 3. poliklinik psikologi 4. poliklinik psioterapi 5. poliklinik gigi 6. unit laboratorium 7. unit instalasi farmasi 8. catatn medik b). Unit rawat inap 1. kelas VIP 2. kelas I 3. kelas II 4. kelas I,II,dan III c). UGD Psikiatri d). Unit rehabilitasi e). Unit rehabilitasi pasien narkoba.

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Halusinasi 1. Pengertian Halusinasi Halusinasi merupakan salah satu gangguan persepsi, dimana terjadi pengalaman panca indera tanpa adanya rangsangan sensorik (persepsi indra yang salah). Menurut Cook dan Fotaine (1987), halusinasi adalah persepsi sensorik tentang suatu objek, gambaran dan pikiran yang sering terjadi tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem penginderaan (pendengaran, sedangkan penglihatan, penciuman, (1983), perabaan halusinasi atau pengecapan), gangguan

menurut

Wilson

adalah

penyerapan/persepsi panca indera tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat terjadi pada sistem penginderaan dimana terjadi pada saat kesadaran individu itu penuh dan baik. Maksudnya rangsangan tersebut terjadi pada saat klien dapat menerima rangsangan dari luar dan dari individu. Dengan kata lain klien berespon terhadap rangsangan yang tidak nyata, yang hanya dirasakan oleh klien dan tidak dapat dibuktikan. Halusinasi adalah satu persepsi yang salah oleh panca indera tanpa adanya rangsang (stimulus) eksternal (Cook & Fontain, Essentials of Mental Health Nursing, 1987).

2. Etiologi Menurut Mary Durant Thomas (1991), Halusinasi dapat terjadi pada klien dengan gangguan jiwa seperti skizoprenia, depresi atau keadaan delirium, demensia dan kondisi yang berhubungan dengan penggunaan alkohol dan substansi lainnya. Halusinasi adapat juga terjadi dengan epilepsi, kondisi infeksi sistemik dengan gangguan metabolik. Halusinasi juga dapat dialami sebagai efek samping dari berbagai pengobatan yang meliputi anti depresi, anti kolinergik, anti inflamasi dan antibiotik, sedangkan obat-obatan halusinogenik dapat membuat terjadinya halusinasi sama seperti pemberian obat diatas. Halusinasi dapat juga terjadi pada saat keadaan individu normal yaitu pada individu yang mengalami isolasi, perubahan sensorik seperti kebutaan, kurangnya pendengaran atau adanya permasalahan pada

pembicaraan. Penyebab halusinasi pendengaran secara spesifik tidak diketahui namun banyak faktor yang mempengaruhinya seperti faktor biologis , psikologis , sosial budaya,dan stressor pencetusnya adalah stress lingkungan , biologis , pemicu masalah sumber-sumber koping dan mekanisme koping. 3. Psikopatologi Halusinasi merupakan bentuk yang paling sering dari gangguan persepsi. Bentuk halusinasi ini bisa berupa suara-suara yang bising atau mendengung, tapi yang paling sering berupa kata-kata yang tersusun dalam bentuk kalimat yang agak sempurna. Biasanya kalimat tadi membicarakan

mengenai keadaan pasien sendiri atau yang dialamatkan pada pasien itu, akibatnya pasien bisa bertengkar atau bicara dengan suara halusinasi itu. Bisa pula pasien terlihat seperti bersikap mendengar atau bicara-bicara sendiri atau bibirnya bergerak-gerak. Psikopatologi dari halusinasi yang pasti belum diketahui. Banyak teori yang diajukan yang menekankan pentingnya faktor-faktor psikologik, fisiologik dan lain-lain.Ada yang mengatakan bahwa dalam keadaan terjaga yang normal otak dibombardir oleh aliran stimulus yang yang datang dari dalam tubuh ataupun dari luar tubuh.Input ini akan menginhibisi persepsi yang lebih dari munculnya ke alam sadar.Bila input ini dilemahkan atau tidak ada sama sekali seperti yang kita jumpai pada keadaan normal atau patologis,maka materi-materi yang ada dalam unconsicisus atau preconscius bisa dilepaskan dalam bentuk halusinasi. Pendapat lain mengatakan bahwa halusinasi dimulai dengan adanya keinginan yang direpresi ke unconsicious dan kemudian karena sudah retaknya kepribadian dan rusaknya daya menilai realitas maka keinginan tadi diproyeksikan keluar dalam bentuk stimulus eksterna. 4. Manifestasi Klinik Tahap I Menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara

10

Gerakan mata yang cepat Respon verbal yang lambat Diam dan dipenuhi sesuatu yang mengasyikkan

Tahap II Peningkatan sistem saraf otonom yang menunjukkan ansietas misalnya peningkatan nadi, pernafasan dan tekanan darah Penyempitan kemampuan konsenstrasi Dipenuhi dengan pengalaman sensori dan mungkin kehilangan

kemampuan untuk membedakan antara halusinasi dengan realitas Tahap III Lebih cenderung mengikuti petunjuk yang diberikan oleh halusinasinya dari pada menolaknya Kesulitan berhubungan dengan orang lain Rentang perhatian hanya beberapa menit atau detik Gejala fisik dari ansietas berat seperti berkeringat, tremor,

ketidakmampuan untuk mengikuti petunjuk Tahap IV Prilaku menyerang teror seperti panik Sangat potensial melakukan bunuh diri atau membunuh orang lain Kegiatan fisik yang merefleksikan isi halusinasi seperti amuk,

11

agitasi,menarik diri atau katatonik Tidak mampu berespon terhadap petunjuk yang kompleks Tidak mampu berespon terhadap lebih dari satu orang (www.rafani.co.cc)

5. Klasifikasi halusinasi Pada klien dengan gangguan jiwa ada beberapa jenis halusinasi dengan karakteristik tertentu, diantaranya : a. Halusinasi pendengaran : karakteristik ditandai dengan mendengar suara, teruatama suara suara orang, biasanya klien mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu. b. Halusinasi penglihatan : karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran cahaya, gambaran geometrik, gambar kartun dan / atau panorama yang luas dan kompleks. Penglihatan bisa menyenangkan atau menakutkan. c. Halusinasi penghidu : karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang menjijikkan seperti : darah, urine atau feses. Kadang kadang terhidu bau harum. Biasanya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan dementia.

12

d. Halusinasi peraba : karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus yang terlihat. Contoh : merasakan sensasi listrik datang dari tanah, benda mati atau orang lain. e. Halusinasi pengecap : karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis dan menjijikkan. f. Halusinasi sinestetik : karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah mengalir melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentukan urine.(Yosep Iyus, 2007) 6. Proses terjadinya halusinasi Halusinasi pendengaran merupakan bentuk yang paling sering dari gangguan persepsi pada klien dengan gangguan jiwa (schizoprenia). Bentuk halusinasi ini bisa berupa suara suara bising atau mendengung. Tetapi paling sering berupa kata kata yang tersusun dalam bentuk kalimat yang mempengaruhi tingkah laku klien, sehingga klien menghasilkan respons tertentu seperti : bicara sendiri, bertengkar atau respons lain yang membahayakan. Bisa juga klien bersikap mendengarkan suara halusinasi tersebut dengan mendengarkan penuh perhatian pada orang lain yang tidak bicara atau pada benda mati. Halusinasi pendengaran merupakan suatu tanda mayor dari gangguan schizoprenia dan satu syarat diagnostik minor untuk metankolia involusi, psikosa mania depresif dan syndroma otak organik.2004 Digitized by USU digital library 3

13

7. Faktor faktor penyebab halusinasi a. Faktor predisposisi 1. Biologis Gangguan perkembangan dan fungsi otak, susunan syaraf syaraf pusat dapat menimbulkan gangguan realita. Gejala yang mungkin timbul adalah : hambatan dalam belajar, berbicara, daya ingat dan muncul perilaku menarik diri. 2. Psikologis Keluarga pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respons psikologis klien, sikap atau keadaan yang dapat

mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah : penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien. 3. Sosial budaya Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti : kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan kehidupan yang terisolasi disertai stress. b. Faktor Presipitasi

14

Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus asa dan tidak berdaya. Tahap-tahap tampilan klien perilaku yang diperlihatkan adalah :

Tahap I Memberi rasa nyaman tingkat ansietas sedang secara umum, halusinasi merupakan suatu kesenangan. Mengalami ansietas, kesepian, rasa bersalah dan ketakutan. Mencoba berfokus pada pikiran yang dapat menghilangkan ansietas Fikiran dan pengalaman sensori masih ada dalam kontrol kesadaran, nonpsikotik. Tersenyum, tertawa sendiri Menggerakkan bibir tanpa suara Pergerakkan mata yang cepat Respon verbal yang lambat Diam dan berkonsentrasi

Tahap II Menyalahkan

15

Tingkat kecemasan berat secara umum halusinasi menyebabkan perasaan antipati

Pengalaman sensori menakutkan Merasa dilecehkan oleh pengalaman sensori tersebut Mulai merasa kehilangan kontrol Menarik diri dari orang lain non psikotik Terjadi peningkatan denyut jantung, pernafasan dan tekanan darah Perhatian dengan lingkungan berkurang Konsentrasi terhadap pengalaman sensori kerja Kehilangan kemampuan membedakan halusinasi dengan realitas

Tahap III Mengontrol Tingkat kecemasan berat Pengalaman halusinasi tidak dapat ditolak lagi Klien menyerah dan menerima pengalaman sensori (halusinasi) Isi halusinasi menjadi atraktif Kesepian bila pengalaman sensori berakhir psikotik Perintah halusinasi ditaati Sulit berhubungan dengan orang lain Perhatian terhadap lingkungan berkurang hanya beberapa detik

16

Tidak mampu mengikuti perintah dari perawat, tremor dan berkeringat

Tahap IV Klien sudah dikuasai oleh halusinasi Klien panik

Pengalaman sensori mungkin menakutkan jika individu tidak mengikuti perintah halusinasi, bisa berlangsung dalam beberapa jam atau hari apabila tidak ada intervensi terapeutik. Perilaku panik Resiko tinggi mencederai Agitasi atau kataton Tidak mampu berespon terhadap lingkungan Hubungan Skhizoprenia dengan halusinasi Halusinasi pendengaran adalah paling utama pada skizoprenia, suara suara biasanya berasal dari Tuhan, setan, tiruan atau relatif. Halusinasi ini menghasilkan tindakan/perilaku pada klien seperti yang telah diuraikan tersebut di atas (tingkat halusinasi, karakteristik dan perilaku yang dapat diamati Pengobatan harus secepat mungkin harus diberikan, disini peran keluarga sangat penting karena setelah mendapatkan perawatan di BPK RSJ Propinsi Bali dan klien dinyatakan boleh pulang sehingga

17

keluarga mempunyai peranan yang sangat penting didalam hal merawat klien, menciptakan lingkungan keluarga yang kondusif dan sebagai pengawas minum obat (Maramis,2004)

8. Penatalaksanaan Medis .a Pengobatan harus secepat mungkin harus diberikan, disini peran keluarga sangat penting karena setelah mendapatkan perawatan di RSJ klien dinyatakan boleh pulang sehingga keluarga mempunyai peranan yang sangat penting didalam hal merawat klien, menciptakan lingkungan keluarga yang kondusif dan sebagai pengawas minum obat

(Maramis,2004) .1 Farmakoterapi .a Neuroleptika dengan dosis efektif bermanfaat pada penderita skizoprenia yang menahun, hasilnya lebih banyak jika mulai diberi dalam dua tahun penyakit. .b Neuroleptika dengan dosis efektif tinggi bermanfaat pada penderita dengan psikomotorik yang meningkat. .2 Terapi kejang listrik Terapi kejang listrik adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang grandmall secara artificial dengan melewatkan aliran listrik melalui electrode yang dipasang pada satu atau dua temples, terapi

18

kejang listrik dapat diberikan pada skizoprenia yang tidak mempan dengan terapi neuroleptika oral atau injeksi, dosis terapi kejang listrik 4-5 joule/detik.

.3 Psikoterapi dan Rehabilitasi Psikoterapi suportif individual atau kelompok sangat

membantu karena berhubungan dengan praktis dengan maksud mempersiapkan klien kembali ke masyarakat, selain itu terapi kerja sangat baik untuk mendorong klien bergaul dengan orang lain, klien lain, perawat dan dokter. Maksudnya supaya klien tidak

mengasingkan diri karena dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik, dianjurkan untuk mengadakan permainan atau latihan bersama, seperti therapy modalitas yang terdiri dari : .a Therapy aktivitas 1. Therapy musik Focus : mendengar,memainkan alat musik, bernyanyi. Yaitu menikmati dengan relaksasi musik yang disukai klien. 2. Therapy seni Focus : untuk mengekspresikan perasaan melalui berbagai pekerjaan seni. 3. Therapy menari

19

Focus pada : ekspresi perasaan melalui gerakan tubuh 4. Therapy relaksasi Belajar dan praktek relaksasi dalam kelompok

Rasional : untuk koping / prilaku mal adaptif / deskriptif, meningkatkan partisipasi dan kesenangan klien dalam kehidupan. .b Therapy sosial Klien belajar bersosialisasi dengan klien lain .c Therapy kelompok Group therapy (therapy kelompok) 1. Therapy group (kelompok terapiutik) 2. Adjunctive kelompok) .d Therapy lingkungan Suasana rumah sakit dibuat seperti suasana di dalam keluarga (home like atmosphere) (www.blogskripsiperawat.com) B. Tinjauan umum tentang karaketristik penderita halusinasi 1. Usia Usia disini dimaksud adalah masa pada keadaan tertentu yang dapat mendukung terjadinya gangguan jiwa antara lain : a. usia bayi group activity therapy (therapy aktivitas

20

Yang dimaksud masa adalah menjelang usia 2-3 tahun, dasar perkembangan yang dibentuk pada masa tersebut adalah sosialisasi dan pada masa ini timbul dua masalah yang penting yaitu : cara mengasuh bayi cinta dan kasih sayang ibu akan memberikan rasa hangat aman/ bagi bayi dan dikemudian hari menyebabkan kepribadian yang hangat, terbuka dan bersahabat. Sebaliknya, sikap ibu yang dingin acuh tak acuh bahkan menolak dan dikemudian hari akan berkembang kepribadian yang bersifat lingkungan. Cara memberi makanan Sebaiknya dilakukan dengan tenang, hangat yang akan memberi rasa aman dan dilindungi, sebaliknya, pemberian yang kaku, keras dan tergesa-gesa akan menimbulkan rasa cemas dan tekanan. b. Usia prasekolah ( antara 2-7 tahun) Pada usia ini sosialisasi mulai dijalankan dan telah tumbuh displin dan otoritas, hal-hal yang penting pada fase ini adalah : hubungan orang tua- anak penolakan orang orang tua pada masa ini, yang mendalam atau ringan, akan menimbulkan rasa tidak aman dan ia akan mengembangkan cara menolak dan menentang terhadap

21

penyerahan penyesuaian yang salah, dia mungkin menurut, menarik diri atau malah menentang dan memberontak. Perlindungan yang berlebihan Menunukkan anak atau memaksakan kehendak/mengatur dalam segala hal, mengakibatkan kepribadian si anak tidak berkembang secara wajar ketika dewasa memiliki kepribadian yang mantap, cenderung mementingkan orangtua. Perkawinan tidak harmonis dan kehancuran rumah tangga. Anak tidak mendapat kasih sayang. Tidak dapat menghayati displin tidak ada panutan, pertengkaran dan keributan membingungkan dan menimbulkan rasa cemas serta rasa tidak aman. Hal tersebut merupakan dasar yang kuat untuk timbulnya tuntutan tingkah laku dan gangguan kepribadian pada anak dikemudian. Otoritas dan disiplin Disiplin diberikan sesuai dengan kemampuan dan tingkat kematangan anak, diberikan dengan cara yang baik, tegas, dan konsisten, sehingga anak menerima sebagai hal yang wajar. Disiplin yang diluar kemampuan sianak , dipaksakan dengan cara yang keras kaku, menyebabkan anak akan melawan memberontak atau menuntut berlebihan. Sebaliknya disiplin yang tidak tegas secara mental, latihan diri sendiri dan akibatnya kurang berhasil sebagai

22

keras, akan menyebabkan rasa cemas, rasa tidak aman dan kemudian hari mungkin menjadi nakal, keras kepala kesempurnaan (perfeksionios). Perkembangan seksual Pendekatan yang sehat, kesediaan untuk memberi jawaban secara jelas, terus terang wajar dan obyektif terhadap masalah seksual pada anak akan mengembangkan sikap positif. Reaksi orang tua yang menyebabkan anak menganggap seks adalah tabu, menjijikan, memalukan dan sebagainya akan merupakan awal kesulitan seksual dikemudian hari. Agresi dan permusuhan Merupakan hal yang wajar seorang anak akan mengembangkan polapola yang berguna. Pengawasan yang berlebihan, menyebabkan anak akan mengekang, sehingga timbul tingkah laku mengganggu. Agresi dan permusuhan yang diterima anak akan menyebabkan sikap defend dan mau menang sendiri. Sedangkan sikap yang longgar akan menyebabkan anak menjadi nakal dan terbiasa dengan perbuatanperbuatan yang mengganggu ketertiban. Hubungan kakak adik Persaingan yang sehat antara adik-kakak merupakan hal yang wajar dan menjadi dasar untuk tumbuh dan berkembang secara baik. dan selalu ingin

23

Persaingan yang tidak sehat dan berlebihan (pilih kasih, menghukum tanpa meneliti, prasangka, kompensasi berlebihan, dan sebagainya) akan merupakan dasar terbentuknya sifat-sifat yang merugikan. Kekecewaan dan pengalaman yang menyakitkan Kematian, kecelakaan, sakit perut, perceraian, perpindahan yang mendadak, kekecewaan yang berlarut-larut dan sebagainya, akan mempengaruhi perkembangan kepribadian, tapi juga tergantung pada keadaan sekitarnya (orang, lingkungan atau suasan saat itu) apakah mendukung atau mendorong dan tergantung pada pengalamannya dalam menghadapi masalah tersebut. c. Usia anak sekolah Masa ini tandai oleh pertumbuhan jasmaniah dan intelektual yang pesat. Pada masa ini, anak mulai memperluas lingkungan pergaulannya. Keluar dari batas-batas kelurga d. Usia remaja Secara jasmaniah, pada masa ini terjadi perubahan-perubahan yang penting yaitu timbulnya tanda-tanda sekunder (ciri-ciri diri kewanitaan atau kelaki-lakian) sedang secara kejiwaan, pada masa ini pterjadi pergolakan yang hebat. Pada masa ini, seorang remaja mulai (hak-hak seperti orang dewasa), sedang dilain pihak belum sanggup dan belum ingin menerima tanggung jawab atas semua perbuatannya. Egosentrik

24

bersifat menentang terhadap otoritas, senang berkelompok, idealis adalah sifat-sifat yang sering terlihat. Suatu lingkungan yang baik dan penuh pengertian akan sangat membantu proses kematangan kepribadian di usia remaja.

e. Usia dewasa muda Seorang yang melalui masa-masa sebelumnya dengan aman dan bahagia akan cukup memiliki kesanggupan dan kepercayaan diri dan umunya ia akan berhasil mengatasi kesulitan-kesulitan pada masa ini. Sebaliknya yang mengalami banyak gangguan pada masa sebelumnya, bila mengalami masalah pada masa ini mungkin akan mengalami gangguangangguan jiwa. Masalah-masalah yang penting pada masa ini adalah : 1. hubungan dengan lawan jenis; masa ini dimulai dari masa pancaran. Menikah dan menjadi 2. beberapa faktor yang mungkin menyulitkan suatu perkawinan : o perasaan takut yang bersalah mengenai perkawinan dan kehamilan o perasaan takut untuk berperan sebagai orang tua, ketidak sanggupan mempunyai anak. o Perbedaan harapan akan berperan masing-masing (tak ada penyesuaian baru dalam tingkah laku/berpikir) o Masalah-masalah keuangan

25

o Pemilihan dan penyesuaian pekerjaan. f. Usia dewasa tua Sebagai patokan, masa ini dicapai apabila status pekerjaan dan sosial seseorang sudah mantap. Masalah-masalah yang mungkin timbul :

menurunnya keadaan jasmaniah perubahan susunan keluarga (anak yang mulai berumah tangga atau bekerja ) maka orang tua sering kesepian.

Terbatasnya kemungkinan perubahan-perubahan yang baru dalam bidang pekerjaan atau perbaikan kesalahan yang lalu.

Penurunan fungsi seksual dan reproduksi Sebagian orang berpendapat perubahan ini sebagai masalah ringan seperti rendah diri dan pesimis. Keluhan psikomatik sampai berat seperti murung, kesedihan yang mendalam disertai kegelisahan hebat dan mungkin usaha bunuh diri.

g. Usia tua Ada dua hal yang penting yang perlu diperhatikan masa ini berkurangnya daya tanggap, daya ingat, berkurangnya daya belajar, kemampuan jasmaniah dan kemampuan sosial ekonomi menimbulkan rasa cemas dan rasa tidak aman serta sering mengakibatkan kesalah pahaman orangtua terhadap orang dilingkungannya. Persaan terasing karena kehilangan

26

teman sebaya, keterbatasan gerak, dapat menimbulkan kesulitan emosional cukup hebat (Yosep Iyus, 2007) Didalam mendapatkan laporan umur atau usia pada masyarakat pedesaan yang masih banyak didapatkan buta huruf. Untuk keperluan perbandingan maka WHO mengajurkan pembagian pembagian umur sebagai berikut: Menurut tingkat kedewasaan yakni bayi dan anak-anak (0-14 tahun) Intervel 5 tahun yakni 1-4 dan 5-9 dan seterusnya. Untuk mempelajari penyakit anak (Budiarto, Eko. 2003). 2. Jenis Kelamin Secara umum setiap penyakit dapat menyerang manusia baik laki-laki maupun perempuan. Tetapi pada beberapa penyakit terdapat perbedaan frekuensi antara laki-laki dan perempuan. Hal ini antara lain disebabkan perbedaan pekerjaan, kebiasaan hidup, genetika atau kondisi fisiologis. Angka-angka diluar negeri menunjukkan bahwa angka kesakitan lebih tinggi dikalangan perempuan, sedangkan angka kematian lebih tinggi pada pria. Sebab-sebab adanya angka kematian yang lebih tinggi dikalangan wanita. Di Amerika Serikat dihubungankan dengan kemungkinan bahwa wanita lebih bebas untuk mencari perawatan (Budiarto, Eko. 2003). Hal tersebut menggambarkan adanya perbedaan tingkat kejadian suatu penyakit pada masing-masing jenis kelamin laki-laki dan perempuan demikian pula dalam hal penyakit kejiwaan .

27

3. Pekerjaan Masalah pekerjaan merupakan sumber stress yang kedua setelah masa perkawinan. Banyak orang menderita depresi dan kecemasan karena masalah pekerjaan ini, misalnya pekerjaan terlalu banyak, pekerjaan tidak cocok, mutasi, jabatan, kenaikan pangkat, pensiun kehilangan pekerjaan (PHK), dan lain sebagainya. Pekerjaan sebaiknya dipilih berdasarkan bakat dan minat sendiri, pemilihan yang semata-semata dipaksa /disuruh/kompensasi atau karena kesempatan dan kemudahan sering mempermudah gangguan penyesuaian dalam pekerjaan. Gangguan berupa rasa malas, sering bolos, timbul bermacam keluhan jasmani (sering sakit) sering mengalami kecelakaan dalam pekerjaan dan terlihat ketegangan-ketegangan dalam keluarga karena jadi pemarah dan mudah tersinggung. (Yosep Iyus, 2007). Kebanyakan pekerjaan dengan waktu yang sangat sempit ditambah lagi dengan tuntutan yang harus serba cepat dan tepat membuat orang hidup dalam keadaan ketegangan (stress). Suatu penelitian dikalangan karyawan amerika yang tergolong white collar employees. Menyebutkan bahwa 44% dari mereka termasuk yang dibebani pekerjaan yang terlampau berat (over load). Mereka menunjukkan berbagai kelainan yang dapat dikelompokkan dalam impaiment of behavior atau emotional disturbances. Dalam pada itu para pemimpin perusahaan dikejutkan oleh besranya ongkos yang dikeluarkan untuk biaya pengobatan / perawatan dan kehilangan jam kerja. Dalam suatu

28

penelitian nasional yang dilakukan, dikemukakan bahwa kerugian dari sektor ini saja diperkirakan meliputu jimlah antara 50 hingga sampai 75 miliar dollar setahunnya. Hal ini berati lebih dari 750 dollar amerika untuk siap rata-rata karyawan amerika. Pengangguran membawa pengaruh bagi kesehatan jiwa. Sumber stress terpenting bukanlah hakikat kehilangan pekerjaan itu sendiri tetapi lebih bersifat perubahan-perubahan domesti psikologis yang berjalan secara perlahan-lahan. Hal ini lambat laun mambahayakan kesehatan individu yang bersangkutan . 4. Pendidikan Perkembangan manusia dipengaruhi oleh faktor dari dalam dirinya dan diluar faktor dalam diri meliputi semua potensi individu sejak lahir , setiap manusia mempunyai potensi yang mengembangkan pikiran, perasaan segi sosial bakat dan minat dalam potensi ini akan tetep terpendam jika tidak dikembangkan melalui pendidikan, sehingga ditinjau dari potensi pendidikan mempunyai tugas untuk mengaktualisasikan potensi tersebut. Melalui pendidikan diharapkan terbentuk kepribadian seseorang yang boleh dikatakan hampir semua kelakuan individu dipengaruhi dan pada orang lain (Nasution 1995) Menurut Tirtaraharja (2000), pendidikan dapat diklasifikasikan dalam 3 bentuk yaitu : 1. Pendidikan formal ( lingkungan sekolah )

29

dilingkungan sekolah, peserta didik untuk memeperluas bekal yang telah diperoleh dari lingkungan kerja keluarganya berupa pengetahuan, keterampilan dan sikap. Bekal dimaksud baik berupa bekal dasar lanjutan (dari SD dan sekolah lanjutan) ataupun bekal kerja yang langsung dapat digunakan secara aplikatif (sekolah menengah kejuruan dan perguruan tinggi). Kedua macam bekal tersebut dipersaipkan secara formal dan berguna sebagai sarana penunjang pembangunan diberbagai bidang. 2. Pendidikan Informal (lingkungan keluarga) didalam lingkungan keluarga anak dilatih bertbagai kebiasaan yang baik (habit information) tentang hal-hal yang berhubungan dengan kecekatan, kesopanan dan moral. Disamping itu, kepada mereka ditanamkan keyakinan-keyakinan yang penting utamnya hal-hal yang bersifat religius. Hal-hal tersebut sangat tepat dilakukan pada masa kanak-kanak sebelum perkembangannya rasio mendominasi perilakunya. Kebiasaan baik dan dan keyakinan-keyakian penting yang mendarah dading merupakan landasan yang sangat diperlukan untuk pembangunan 3. pendidikan non formal (lingkungan masyarakat) dilingkungan masyarakat, peserta didik memperoleh bekal praktis untuk berbagai jenis pekerjaan khususnya mereka yang tidak sempat melanjutkan proses belajarnya melalui jalur formal. Pada masyarakat kita (sebagai masyarakat yang sedang berkembang). Sistem pendidikan non formal mengalami perkembangan yang sangat pesat. Hal ini bertalian erat

30

dengan semakin berkembangnya sektor swasta yang menunjang pembangunan. Disegi lain, hal tersebut dapat diartikan bernilai positif karena dapat mengkonpensasikan keterbatasan lapangan kerja formal dilembaga-lembaga pemerintah. Disamping itu juga dapat memperbesar jumlah angka kerja tingkat dan menengah yang sangat diperlukan untuk memelihara proporsi yang selaras antara pekerja rendah, menengah dan tinggi. Hal demikian dapat dipandang sebagai upaya untuk menciptakan kestabilan nasional. Menurut Unesco yang dikutip oleh lunardi, pendidikan orang dewasa apapun isi tingkatan serta metodenya baik formal maupun informal merupakan lanjutan atau pengganti pendidian disekolah ataupun diluar sekolah hasil pendidikan orang dewasa adalah perubahan atau adanya perubahan kemampuan , penampilan atau perilaku, selanjutnya perubahan perilaku didasari oleh adanya perubahan penambahan pengetahuan, sikap atau keterampilan namun demikian perubahan sikap dan pengetahuan ini belum tentu merupakan jaminan terjadinya perubahan perilaku sebab perilaku baru tersebut kadang-kadang memerlukan dukungan materil misalnya seorang ibu memerlukan uang untuk dapat mengelola dan memberikan makanan yang bergizi pada anakanaknya (Notoatmodjo, 2003)

31

BAB IV KERANGKA KONSEP A. Konsep Pemikiran Variabel Yang di Teliti Halusinasi pendengaran merupakan bentuk yang paling sering dari gangguan persepsi pada klien dengan gangguan jiwa (schizoprenia). Bentuk halusinasi ini bisa berupa suara suara bising atau mendengung. Tetapi paling sering berupa kata kata yang tersusun dalam bentuk kalimat yang mempengaruhi tingkah laku klien, sehingga klien menghasilkan respons tertentu seperti : bicara sendiri, bertengkar atau respons lain yang membahayakan. Bisa juga klien bersikap mendengarkan suara halusinasi tersebut dengan

mendengarkan penuh perhatian pada orang lain yang tidak bicara atau pada benda mati. Usia disini dimaksud adalah masa pada keadaan tertentu yang dapat mendukung terjadinya gangguan jiwa Secara umum setiap penyakit dapat menyerang manusia baik laki-laki maupun perempuan. Tetapi pada beberapa penyakit terdapat perbedaan frekuensi antara laki-laki dan perempuan. Hal ini antara lain disebabkan perbedaan pekerjaan, kebiasaan hidup, genetika atau kondisi fisiologis Masalah pekerjaan merupakan sumber stress yang kedua setelah masa perkawinan. Banyak orang menderita depresi dan kecemasan karena masalah pekerjaan ini, misalnya pekerjaan terlalu banyak, pekerjaan tidak cocok, mutasi, jabatan, kenaikan pangkat, pensiun kehilangan pekerjaan (PHK), dan lain

32

Perkembangan manusia dipengaruhi oleh faktor dari dalam dirinya dan diluar faktor dalm diri meliputi semua potensi individu sejak lahir , setiap manusia mempunyai potensi yang mengembangkan pikiran, perasaan segi sosial bakat dan minat dalam potensi ini akan tetep terpendam jika tidak dikembangkan melalui pendidikan, sehingga ditinjau dari potensi pendidikan mempunyai tugas untuk mengaktualisasikan potensi tersebut. Melalui pendidikan diharapkan terbentuk kepribadian seseorang yang boleh dikatakan hampir semua kelakuan individu dipengeruhi dan pada orang lain sebagainya. B. Bagan Variabel yang Diteliti dan tidak diteliti Usia

Jenis kelamin Pekerjaan

Halusinasi Pendengaran

Pendidikan Ekonomi

Lingkungan Keterangan : : Variabel yang diteliti : Varaibel yang tidak diteliti

33

C. Definisi operasional dan kriteria obyektif 1. Halusinasi Pendengaran Halusinasi adalah gangguan penyerapan/persepsi panca indera tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat terjadi pada sistem penginderaan dimana terjadi pada saat kesadaran individu itu penuh dan baik 2. Usia Usia adalah lamanya hidup yang dihitung sejak lahir sampai kunjungan pada saat pemeriksaan (Notoatmodjo, 2003) Kriteria Obyektif : 0-15 tahun 15-24 tahun 25-44 tahun 45-64 tahun > 65 tahun 3. Jenis Kelamin Jenis kelamin adalah pengelompokkan jenis kelamin yang dibedakan atas laki-laki dan perempuan Kriteria obyektif : 1 2 = Laki-laki = Perempuan

34

4. Pekerjaan Pekerjaan adalah kegiatan yang dilakukan secara rutin dalam kehidupan sehari-hari (Simonguntong, 2004) Kriteria Obyektif : Bekerja : apabila pasien memiliki pekerjaan profesi yang pernah di tekuni Tidak bekerja: apabila pasien tidak memiliki pekerjaan 5. Pendidikan pendidikan adalah suatu ilmu merupakan sumber pengetahuan dari seseorang yang dicapai secara berjenjang dalam bentuk formal

(Simonguntong, 2004) Kriteria Obyektif : Pendidikan Rendah Pendidikan menengah Pendidikan Tinggi : Tidak Sekolah, SD : SMP. SMU : Diploma, perguruan tinggi

35

BAB V METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan survey yang bertujuan untuk mengetahui kejadian halusinasi berdasarkan Usia, jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan. B. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan mulai tanggal 16 - 31 Oktober tahun 2009 di RSJ pusat kendari C. 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien halusinasi periode Januari-Juni 2009 di RSJ pusat kendari yang berjumlah 60 pasien. 2. Sampel Sampel adalah seluruh pasien halusinasi pendengaran di ruang rawat inap RSJ pusat kendari Periode Januari - Juni Tahun 2009 yang berjumlah 56 Teknik sampel dalam peneltian ini adalah purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampling berdasarkan ciri-ciri atau sifat tertentu dari populasi (azis Alimul H. 2008) Populasi dan Sampel

36

D. dan Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi :

Jenis data

1. data primer yaitu data yang diperoleh dengan menggunakan lembar observasi yang telah disediakan oleh peneliti 2. data sekunder yaitu data yang diperoleh dari tempat penelitian yaitu data jumlah penderita halusinasi pendengaran RSJ pusat Kendari E. Pengolahan Data Pengolahan data dilakukan dengan cara manual yang selanjutnya disajikan dalam bentuk master tabel:, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dikelompokkan berdasarkan hasil observasi F. Analisis Data Analisis univariat, adalah analisis satu variabel tertentu yang akan mendeskripsikan atau menggambarkan keadaan responden dari semua variabel dengan menggunakan rumus. f X= N Keterangan : f n k X : Jawaban Responden : jumlah sampel : konstanta (100%) : persentase hasil yang dicapai x k

37

(Candra , 1995 : 53) G. Data Data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi yang kemudian dinarasikan. H. Peneliti Nama peneliti Nim : Asriadi : 06. 014 Personalia Penyajian

Nama pembimbing : Sutarmo S.St

38

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN 1. Karakteristik Responden a. Distribusi Berdasarkan Usia Tabel 6.1 Distribusi Responden Menurut Usia Yang Mengalami Gangguan Halusinasi Pendengaran Di Rumah Sakit Jiwa Pusat Kendari Usia (tahun) 0-15 16-24 25-44 45-64 65 > Jumlah Sumber : data primer Distribusi 1 13 33 9 0 56 Persentase 1,79 % 23, 21% 59 % 16% 0% 100 %

Berdasarkan tabel 6.1 diatas menunjukkan bahwa dari 56 orang responden yang paling banyak pada kelompok usia 25-44 tahun yaitu sebesar 33 (59%) responden kemudian pada kelompok usia 16-24 tahun sebesar 13 (23%), pada kelompok usia 45-64 sebsesar 9 (16%) paling sedikit pada kelompok usia 0-15 yaitu sebesar 1(2%) responden.

b. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis

39

Tabel. 6.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin yang Mengalami Gangguan Halusinasi Pendengaran Di Rumah Sakit Jiwa Pusat Kendari Jensi kelamin Laki-laki perempuan Jumlah Sumber : Data Primer Distribusi 35 21 56 Persentase 62,5 % 37,5 % 100 %

Berdasarkan tabel 6.2 diatas dari 56 responden lebih besar yang berjenis kelamin laki-laki yaitu 35orang (62,5 %) dan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 21 orang (37,5%). c. Distribusi Responden berdasarkan pendidikan Tabel 6.3 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Responden Yang Mengalami Ganguan Halusinasi Pendengaran Di Rumah Sakit Jiwa Pusat Kendari Pendidikan Rendah Menengah Tinggi Jumlah Sumber : data primer Distribusi 29 24 3 56 Persentase 51,78 % 42,85 % 5,35 % 100 %

Berdasarkan tabel 6.3 diatas dari 56 responden yang berpendidikan tinggi sebanyak 3 orang (5,35%) dan yang berpendidikan menengah sebanyak 24 (42,85%) serta yang berpendidikan rendah sebanyak 29 (51,78%)

d. Distribusi Responden berdasarkan pekerjaan

40

Tabel 6.4 Distribusi Responden Berdasarkan pekerjaan Responden Yang Mengalami Ganguan Halusinasi Pendengaran Di Rumah Sakit Jiwa Pusat Kendari Pekerjaan Tidak Bekerja Bekerja Jumlah Sumber : data primer Distribusi 32 24 56 Persentase 57 % 43 % 100%

Berdasarkan tabel 6.4 diatas dari 56 responden yang memiliki pekrjaan sebanyak 24 orang (43%) dan yang tidak bekerja sebanyak 24 (43%) B. PEMBAHASAN Pembahasan analissis tentang karakteristik pada penderita halusinasi pendengaran di rumah sakit jiwa pusat kendari, berdasarkan hasil penelitian maka dapat dibahas dengan melihat beberapa variabel penelitian yang meliputi : usia, jenis kelamin, pekerjaan , pendidikan dapat disajikan sebagai berikut : a. Usia Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden berada pada rentang usia 25- 44 tahun yakni sebanyak 33 (59%) kemudian pada kelompok usia 16-24 tahun sebesar 13 (23%), pada kelompok usia 45-64 sb 9 (16%) paling sedikit pada kelompok usia 0-15 yaitu sebesar 1(2%) responden. Usia responden pada rentang 25-44 tahun merupakan usia produktif , sesuai dengan hasil observasi yang dilakukan rata-rata mereka yang megalami gangguan jiwa khususnya halusinasi pendengaran berada pada rentang usia produktif.

41

Secara teoritis bahwa faktor usia dapat mempengaruhi terjadinya gangguan jiwa pada seseorang, karena makin bertambahnya usia sesorang apalagi dalam memasuki usia-usia dewas hingga usia produktif maka semakin banyak tanggung jawab yang diemban seseorang dalam menjalani hidupnya, tak ayal jika sesorang yang dalam hidupnya memiliki beban dalam tanggung jawabnya menghidupi keluarganya sehingga dalam proses menjalani kehidupannya ia selalu terbebani dan memilki tanggung jawab yang besar. Hal inilah yang memungkinkan sesorang untuk dapat mengalami gangguan jiwa. Hasil penelitian ini sejalan dengan studi yang yang dilakukan oleh direktorat kesehatan jiwa Depkes RI, yang menyatakan bahwa penderita gangguan jiwa saat ini cenderung dialami sesorang semenjak sesorang menginjak usia dewasa hingga usia produktif, penyebab gangguan jiwa yang dilaporkan antara lain narkoba, mental retardasi, disfungsi mental, dan didintegrasi mental. Kemudian data Survey the indonesian Psyciatris epidemiologic network, menyatakan bahwa angka gangguan jiwa orang dewasa 18,5% dari jumlah penduduk. Berdasarkan survei satu dari lima orang dewasa mengalami gangguan jiwa atau satu dari anggota keluarga mengalami gejala-gejala gangguan jiwa.

b. Jenis Kelamin

42

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar penderita gangguan jiwa khususnya halusinasi pendengaran berjenis kelamin laki-laki yakni sebanyak 35 (62,5%) sedangkan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 21(31,5%). Berdasarkan pengamatan bahwa sebagian besar penderita gangguan jiwa khususnya halusinasi pendengaran lebih banyak yang berjenis kelamin laki-laki dibandingkan yang berjenis kelamin perempuan, hal ini karena pada seseorang yang berjenis kelamin laki-laki lebih memiliki tanggung jawab yang besar dalam menjalani kehidupan apalagi didalam kehidupan rumah tangga, seorang laki-laki harus bisa menjadi kepala keluarga yang bertanggung jawab untuk memberikan nafkah bagi istri dan anak-anaknya. Ketika sesorang tidak dapat memenuhi tanggung jawabnya maka sesorang akan merasa terbebani sehingga akibat beban tersebut oarang akan merasa tertekan yang akhirnya dapat menyebabkan gejala depresi yang nantinya akan menyebabkan gangguan jiwa pada diri seseorang. Hal inilah yang mungkin dapat menyebabkan seseorang dapat mengalami gangguan jiwa terutama bagi laki-laki. c. Pendidikan Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar penderita gangguan jiwa khususnya halusinasi pendengaran yang berpendidikan rendah sebanyak 29(51,78%) reponden. Dan yang berpendidikan menengah 24 (42,85%) kemudian yang berpendidikan tinggi sebanyak 3 (5,3%).

43

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan sebagian besar penderita gangguan jiwa khususnya halusinasi pendengaran lebih banyak yang memiliki pendidikan yang rendah dibandingkan dengan yang berpendidikan menegah dan berpendidikan tinggi, hal ini dikarenakan pada orang yang memilki pendiidkan yang rendah sangat rentan terhadap resiko untuk mengalami gangguan. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Lunardi dalam Notoatmodjo,2003 bahwa pendidikan orang dewasa apapun isi tingkatan serta metodenya baik formal maupun informal merupakan lanjutan atau pengganti pendidikan disekolah ataupun diluar sekolah hasil pendidikan orang dewasa adalah perubahan atau adanya perubahan kemampuan, penampilan atau perilaku, selanjutnya perubahan perilaku didasari oleh adanya perubahan penambahan pengetahuan, sikap atau keterampilan (Notoatmodjo, 2003). Sehingga dari pendapat diatas dapat diuraikan bahwa bagi orang memiliki pendidikan yang rendah ada kecenderungan untuk bertindak atau bersikap kurang baik yang akhirnya akan berindikasi pada perilaku yang negatif misalnya mencoba obat-obat terlarang yang akhirnya akan meyebabkan gangguan jiwa.

d. Pekerjaan

44

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar penderita gangguan jiwa khususnya halusinasi pendengaran yang tidak memilki pekerjaan yakni sebanyak 32 (57%) sedangkan yang memiliki pekerjaan sebanyak 24(43%). Berdasakan pengamatan yang dilakukan sebagian besar penderita gangguan jiwa khususnya halusinasi pendengaran lebih banyak yang bekerja dibandingkan dengan yang tidak memiliki pekerjaan, hal ini dikarenakan pada orang yang tidak memiliki pekerjaan tingkat stressornya lebih tinggi akibat merasa tertekan apalagi dalam masa-masa sulit seperti saat ini dimana orang-orang yang mencari pekerjaan namun tidak mendapatkannya sehingga pada saat-saat tertentu orang tersebut akan merasa tertekan sehingga dapat menyebabkan depresi yang akhirnya berindikasi terhadap terjadinya gangguan jiwa pada orang yang mengalaminya. Pekerjaan bagi sesorang sangat penting sebab pekerjaan menunjang sesorang untuk lebih sejahtera dalam menjalani hidup, seeorang yang tidak memiliki pekerjaan (penangguran) mungkin akan merasa bahwa dirinya tidak berguna, tidak produktif dan tidak dapat membahagiakan orang-orang yang dicintainya, sebab dengan adanya pekerjaan sesorang dapat menghasilkan materi dari apa yang dikerjakannya. Menurut Iyus Yosep, 2007 Bahwa Pengangguran membawa pengaruh bagi kesehatan jiwa. Sumber stress terpenting bukanlah hakikat kehilangan pekerjaan itu sendiri tetapi lebih bersifat perubahan-perubahan domestik

45

psikologis yang berjalan secara perlahan-lahan. Hal ini lambat laun mambahayakan kesehatan individu yang bersangkutan . Oleh karena itu pekerjaan sangat penting bagi sesorang sebab dengan adanya pekerjaan orang akan merasa lebih berguna dan dapat membahagiakan orang-orang yang dicintainya.

46

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari hasil penelitian yang dilakukan dirumah sakit jiwa pusat kendari dapat disimpulkan bahwa: 1. Dari 56 responden yang diteliti pada kelompok usia 25-44 tahun yaitu sebesar 33 (59%) responden kemudian pada kelompok usia 16-24 tahun sebesar 13 (23%), pada kelompok usia 45-64 sebsesar 9 (16%) paling sedikit pada kelompok usia 0-15 yaitu sebesar 1(2%) responden 2. Dari 56 responden sebagian besar berjenis kelamin laki-laki yaitu 35 orang (62,5 %) dan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 21 orang (37,5%). 3. Dari 56 responden sebagian besar tidak bekerja sebanyak 24 (43%) dan memiliki pekerjaan sebanyak 24 orang (43%) 4. Dari 56 responden sebagian besar berpendidikan rendah sebanyak 29 (51,78%) berpendidikan menengah sebanyak 24 (42,85%) dan berpendidikan tinggi sebanyak 3 orang (5,35%) B. Saran Merujuk pada hasil pembahasan dan kesimpulan dalam penelitian ini maka dapat disampaikan beberapa saran berikut : 1. Kepada pihak rumah sakit jiwa pusat kendari provinsi sulawesi tenggara untuk lebih meningkatkan kualitas pelayanan sehingga dapat meningkatkan angka kesembuhan bagi pasien dan dapat mengurangi angka kesakitan

47

maupun kekambuhan bagi pasien dengan gengguan jiwa khususnya halusinasi pendengaran. 2. bagi peneliti selanjutnya agar dapat memberikan informasi yang lebih akurat lagi tentang karakteristik pada penderita halusinasi pendengaran khususnya dirumah sakit jiwa pusat kendari. 3. Kepada pihak institusi Akper Pemda Konawe agar dapat memperbanyak literatur tentang keperawatan jiwa guna mempermudah jalannya penyusunan penelitian bagi peneliti selanjutnya, sehingga lebih baik dan dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu keperawatan khusunya pada keperawatan jiwa. 4. kepada masyarakat khususnya bagi para orang tua agar lebih memperhatikan sejak dini tentang kondisi perkembangan remaja putra dan putrinya dalam mendidik agar tidak terjadi gangguan jiwa yang dapat berimplikasi pada penyakit jiwa khususnya halusinasi pendengaran

48

You might also like