You are on page 1of 4

1.

Effect of Overburden Pressure to Permeability Tekanan overburden adalah tekanan yang diderita oleh formasi karena beban (berat) batuan di atasnya yang berada di atas suatu kedalaman tertentu tiap satuan luas. Gradient tekanan overburden adalah 1 psi/ft.Tekanan awal reservoir adalah tekanan reservoir pada saat pertama kali diketemukan. Tekanan dasar sumur yang sedang berproduksi disebut tekanan aliran (flowing) sumur. Kemudian jika sumur tersebut ditutup maka selang waktu tertentu akan didapat tekanan statik sumur. Tekanan ini dihasilkan dari kombinasi berat matrik formasi (rock) dan fluida-fluida (air,minyak,gas) dalam batuan formasi.i

Gambar .1 Ilustrasi tekanan overburden

Tekanan dapat mempengaruhi nilai permeabilitas dari suatu batuan. Terdapat banyak studi yang mempelajarinya. Fatt dan Davis (1952) telah melakukan penelitian tentang pengaruh stress terhadap permeabilitas dengan menggunakan peralatan yang sederhana. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan sampel batupasir yang bersih dan kering. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tekanan NOB (Net overburden) dapat memberikan efek pada permeabilitas. Naikknya NOB yang dikenakan pada sampel batuan dapat menurunkan nilai permeabilitas. Penurunan permeabilitas tersebut sebagian besar terjadi di tekanan NOB sekitar 3000 psi dengan nilai penurunan sebesar 59% sampai 89%. Studi yang cukup komprehensif tentang pengaruh stress terhadap permeabilitas telah dilakukan oleh Davies J. P dan Davies D. K. (2001). Studi ini didasarkan atas percobaan laboratorium pada unconsolidated dan consolidated sampel core yang hanya terdiri dari butiran batupasir yang bersih, kandungan lempung yang sedikit dan tidak terdapat semen authigenic. Studi ini bertujuan untuk menentukan kontrol fundamental dari penurunan permeabilitas akibat pengaruh stress. Mereka berpendapat bahwa permeabilitas adalah

variabel yang dinamis. Variasi perubahan permeabilitas akibat stress merupakan fungsi dari geometri pori. Mereka juga memperlihatkan bahwa perhitungan produksi dan reserve dari simulasi reservoir tanpa memperhitungkan pengaruh stress dependen permeabilitas memiliki nilai yang lebih optimis. Berdasarkan hasil penelitian ini, mereka menyatakan bahwa penutupan sumur (shut in) pada interval waktu tertentu dapat bermanfaat untuk menaikkan nilai production recovery pada kasus reservoir yang sensitif terhadap stress. Di dalam buku Petroleum Engineering Handbook, Nelson dan Betzle (2006) menjelaskan tentang fenomena stress dependen permeabilitas. Di sini mereka mencatat bahwa penurunan permeabilitas terjadi akibat kenaikan stress yang menekan pori dan mendekati kondisi fracture. Menurut mereka, besarnya penurunan permeabilitas ini dipengaruhi oleh rock fabric. Batuan yang lemah dan kurang terkonsolidasi dapat dengan mudah collapse dan memiliki penurunan permeabilitas yang besar. Besarnya penurunan permeabilitas pada batuan dengan porositas rendah lebih kecil dibandingkan dengan batuan dengan porositas besar. Dari ketiga studi tersebut dapat ditarik kesimpulan apabila tekanan overburden semakin besar maka makin besar stress yang diderita oleh pori sehingga menyebabkan retakan pada formasi batuan. Akibat retakan tersebut terrjadi perubahan susunan matriks batuan maka kondisi permeabilitas batuan. ( Candra Sugama.2011. Pengaruh Net Overburden (NOB) Terhadap Porositas dan Permeabilitas Batuan Reservoir Turbidite Laut dalam.)

2. Effect of Clay Content to Permeability Clay atau dalam bahasa indonesia disebut lempung adalah Lempung atau tanah liat adalah partikel mineral berkerangka dasar silikat yang berdiameter kurang dari 4 mikrometer. Lempung mengandung leburan silika dan/atau aluminium yang halus. Unsurunsur ini, silikon, oksigen, dan aluminum adalah unsur yang paling banyak menyusun kerak bumi. Lempung terbentuk dari proses pelapukan batuan silika oleh asam karbonat dan sebagian dihasilkan dari aktivitas panas bumi.

Gambar.2 Lempung

Lempung adalah mineral yang regas dan mudah patah jika mengalami gangguan. Karena banyak matrik lempung yang runtuh, grain batuan diperkirakan ikut terkikis dan lempung terbawa aliran fluida yang mengalir dalam pori saat floading. Lempeng dan grain yang runtuh, hanyut terbawa aliran fluida tersebut. Semakin besar kandungan lempung maka nilai perubahan permeabilitas semakin kecil. Apabila kandungan lempung banyak kemudian runtuh maka akan terjadi penyumbatan di pore throat batuan. Tersumbatnya pore throat batuan akan meningkatkan turtousity batuan shingga mengecilkan nilai permeabilitas. ( Joko Mulyono.2007/2008. Pengimulasi Vibrasi terhadap Perubahan Permeabilitas dan Faktor Perolehan Minyak.)

3. Magnetisme Residual Dalam prakteknya seringkali magnetisme rsidual berkontribusi pada magnet dalam batuan, baik dalam amplitudo maupun dalam arahnya. Efeknya sangat kompleks karena bergantungan pada sejarah magnetik batuan. Magnetisme residual ini dinamakan magnetisasi remanan normal (Normal Remanent Magnetization-NRM) yang disebabkan oleh beberapa penyebabnya, yaitu : Magnetisasi Remanen Kimiawi ( Chemical Remanent Magnetization-CRM), adalah magnetisasi terjadi jika butir magnetik bertambah besarnya atau berubah bentuk dari satu bentuk ke bentuk lain sebagai akibat reaksi kimia pada temperatut sedang, yaitu di bawah titik Curie. Proses ini penting dalam batu-batuan sedimen dan metamorf. Magnetisasi Remanen Detrial (DRM) magnetisasi yang terjadi selama pemadatan yang lamban partikel butir halus dalam meda luar.

Magnetisasi Remanen Thermo (TRM) adalah magnetisasi yang terjadi jika material magnetik didinginkan dari titik Curie dalam medan magnet luar. Remanen yang terjadi dalam cara ini adalah stabil. Dalam beberapa kasu dapat mempunyai arah yang berlawanan dengan medan yang memagnetisasi, ini adalah mekanisme magnetisasi dalam batuan beku (igneous).

You might also like