You are on page 1of 8

PENCEGAHAN PENYAKIT DIARE

I. Latar Belakang Diare hingga saat ini masih merupakan salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian hampir di seluruh daerah geografis di dunia dan semua kelompok usia bisa diserang oleh diare, tetapi penyakit berat dengan kematian yang tinggi terutama terjadi pada bayi dan anak balita. Di negara berkembang, anakanak menderita diare lebih dari 12 kali per tahun dan hal ini yang menjadi penyebab kematian sebesar 1534% dari semua penyebab kematian. Di negara berkembang, anak-anak balita mengalami rata-rata 3-4 kali kejadian diare per tahun tetapi di beberapa tempat terjadi lebih dari 9 kali kejadian diare per tahun atau hampir 15-20% waktu hidup anak dihabiskan untuk diare. Penyakit diare di Indonesia merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama, hal ini disebabkan karena masih tingginya angka kesakitan diare yang menimbulkan banyak kematian terutama pada balita.Angka kesakitan diare di Indonesia dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Angka kesakitan diare pada tahun 2006 yaitu 423 per 1000 penduduk, dengan jumlah kasus 10.980 penderita dengan jumlah kematian 277 (CFR 2,52%). Di Indonesia dilaporkan terdapat 1,6 sampai 2 kejadian diare per tahun pada balita,sehingga secara keseluruhan diperkirakan kejadian diare pada balita berkisar antara 40 juta setahun dengan kematian sebanyak 200.000-400.000 balita. Pada survei tahun 2000 yang dilakukan oleh Ditjen P2MPL Depkes di 10 provinsi, didapatkan hasil bahwa dari 18.000 rumah tangga yang disurvei diambil sampel sebanyak 13.440 balita, dan kejadian diare pada balita yaitu 1,3 episode kejadian diare pertahun. Hal yang menyebabkan seseorang mudah terserang penyakit diare pada balita adalah perilaku hidup masyarakat yang kurang baik dan sanitasi lingkungan yang buruk. Diare dapat berakibat fatal apabila tidak ditangani secara serius karena tubuh balita sebagian besar terdiri dari air dan daging, sehingga bila terjadi diare sangat mudah terkena dehidrasi.Ada beberapa faktor yang berkaitan dengan kejadian diare yaitu tidak memadainya penyediaan air bersih, air tercemar oleh tinja, kekurangan sarana kebersihan, pembuangan tinja yang tidak higienis, kebersihan perorangan dan lingkungan yang jelek, serta penyiapan dan penyimpanan makanan yang tidak semestinya. Banyak faktor yang secara langsung maupun tidak langsung dapat menjadi faktor pendorong terjadinya diare, terdiri dari factor agent, penjamu, lingkungan dan perilaku.Faktor penjamu yang menyebabkan meningkatnya kerentanan terhadap diare, diantaranya tidak memberikan ASI selama 2 tahun, kurang gizi, penyakit campak, dan imunodefisiensi. Faktor lingkungan yang paling dominan yaitu sarana penyediaan air bersih danpembuangan tinja, kedua faktor ini akan berinteraksi bersama dengan perilaku manusia. Apabila faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman diare serta berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak sehat pula, maka penularan diare dengan mudah dapat terjadi.Dari data-data yang ada dapat kita ambil jumlah kasus diare di Jawa Tengah tahun 2007 yaitu sebanyak 625.022 penderita dengan IR 1,93%, sedangkan jumlah kasus diare pada balita yaitu sebanyak 269.483 penderita. Jumlah kasus diare pada balita setiap tahunnya ratarata di atas 40%, hal ini menunjukkan bahwa kasus diare pada balita masih tetap tinggi dibandingkan golongan
1

umur lainnya. Oleh karena itu pencegahan sangatlah diutamakan untuk mengurangi terjadinya kasuskasus diare yang terus terjadi dewasa ini, tidak hanya penanganan terhadap balita melaikan dari orang yang dewasa, karena jika sang balita terjangkit diare maka tersangka utamanya didak lain adalah keteledoran si orang tua atau bias dikatakan orang yang lebih dewasa.Untuk itu berdasarkan data data tersebut pencegahan diare sangat disarankan kedepan ini untuk mengurangi terjadinya masalah diare, sehingga kesejahtraan masyarakat dapat terjamin.

II. ISI A.Definisi penyakit diare Diare adalah buang air besar lembek atau cair dapat berupa air saja yang frekuensinya lebih sering dari biasanya (biasanya tiga kali atau lebih dalam sehari) (Depkes RI, 2000).Sedangkan, menurut Widjaja (2002), diare diartikan sebagai buang air encer lebih dari empat kali sehari, baik disertai lendir dan darah maupun tidak. Hingga kini diare masih menjadi child killer (pembunuh anak-anak) peringkat pertama di Indonesia. Semua kelompok usia diserang oleh diare, baik balita, anak-anak dan orang dewasa. Tetapi penyakit diare berat dengan kematian yang tinggi terutama terjadi pada bayi dan anak balita. Jenis diare Menurut Depkes RI (2000), berdasarkan jenisnya diare dibagi empat yaitu : a. Diare Akut Diare akut yaitu, diare yang berlangsung kurang dari 14 hari (umumnya kurang dari 7 hari).Akibatnya adalah dehidrasi, sedangkan dehidrasi merupakan penyebab utama kematian bagi penderita diare. b. Disentri Disentri yaitu, diare yang disertai darah dalam tinjanya.Akibat disentri adalah anoreksia, penurunan berat badan dengan cepat, dan kemungkinan terjadinnya komplikasi pada mukosa. c. Diare persisten Diare persisten, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari secara terus menerus.Akibat diare persisten adalah penurunan berat badan dan gangguan metabolisme. d. Diare dengan masalah lain Anak yang menderita diare (diare akut dan diare persisten) mungkin juga disertai dengan penyakit lain, seperti demam, gangguan gizi atau penyakit lainnya.

B.Penyebab Penyakit diare Secara garis besar diare disebabkan oleh faktor infeksi, malabsorpsi (gangguan penyerapan zat gizi), makanan dan faktor psikologis. Untuk lebih jelasnya akan dijelaskan di bawah ini :

a. Faktor infeksi Infeksi pada saluran pencernaan merupakan penyebab utama diare pada anak. Jenis-jenis infeksi yang umumnya menyerang antara lain:
1. Virus :

Merupakan penyebab diare akut terbanyak pada anak (70 80%). Beberapa jenis virus penyebab diare akut : Rotavirus serotype 1,2,8,dan 9 : pada manusia. Serotype 3 dan 4 didapati pada hewan dan manusia. Dan serotype 5,6, dan 7 didapati hanya pada hewan. Norwalk virus : terdapat pada semua usia, umumnya akibat food borne atau water borne transmisi, dan dapat juga terjadi penularan person to person. Astrovirus, didapati pada anak dan dewasa Adenovirus (type 40, 41) Small bowel structured virus Cytomegalovirus 2. Bakteri : Enterotoxigenic E.coli (ETEC). Mempunyai 2 faktor virulensi yang penting yaitu faktor kolonisasi yang menyebabkan bakteri ini melekat pada enterosit pada usus halus dan enterotoksin (heat labile (HL) dan heat stabile (ST) yang menyebabkan sekresi cairan dan elektrolit yang menghasilkan watery diarrhea. ETEC tidak menyebabkan kerusakan brush border atau menginvasi mukosa. Enterophatogenic E.coli (EPEC). Mekanisme terjadinya diare belum jelas. Didapatinya proses perlekatan EPEC ke epitel usus menyebabkan kerusakan dari membrane mikro vili yang akan mengganggu permukaan absorbsi dan aktifitas disakaridase. Enteroaggregative E.coli (EAggEC). Bakteri ini melekat kuat pada mukosa usus halus dan menyebabkan perubahan morfologi yang khas. Bagaimana mekanisme timbulnya diare masih belum jelas, tetapi sitotoksin mungkin memegang peranan. Enteroinvasive E.coli (EIEC). Secara serologi dan biokimia mirip dengan Shigella. Seperti Shigella, EIEC melakukan penetrasi dan multiplikasi didalam sel epitel kolon. Enterohemorrhagic E.coli (EHEC). EHEC memproduksi verocytotoxin (VT) 1 dan 2 yang disebut juga Shiga-like toxin yang menimbulkan edema dan perdarahan diffuse di kolon. Pada anak sering berlanjut menjadi hemolytic-uremic syndrome. Shigella spp. Shigella menginvasi dan multiplikasi didalam sel epitel kolon, menyebabkan kematian sel mukosa dan timbulnya ulkus. Shigella jarang masuk kedalam alian darah. Faktor virulensi termasuk : smooth lipopolysaccharide cell-wall antigen yang mempunyai aktifitas endotoksin serta membantu proses invasi dan toksin (Shiga toxin dan Shiga-like toxin) yang bersifat sitotoksik dan neurotoksik dan mungkin menimbulkan watery diarrhea

Campylobacter jejuni (helicobacter jejuni). Manusia terinfeksi melalui kontak langsung dengan hewan (unggas, anjing, kucing, domba dan babi) atau dengan feses hewan melalui makanan yang terkontaminasi seperti daging ayam dan air. Kadang-kadang infeksi dapat menyebar melalui kontak langsung person to person. C.jejuni mungkin menyebabkan diare melalui invasi kedalam usus halus dan usus besar.Ada 2 tipe toksin yang dihasilkan, yaitu cytotoxin dan heat-labile enterotoxin. Perubahan histopatologi yang terjadi mirip dengan proses ulcerative colitis. Vibrio cholerae 01 dan V.choleare 0139. Air atau makanan yang terkontaminasi oleh bakteri ini akan menularkan kolera. Penularan melalui person to person jarang terjadi. V.cholerae melekat dan berkembang biak pada mukosa usus halus dan menghasilkan enterotoksin yang menyebabkan diare. Toksin kolera ini sangat mirip dengan heat-labile toxin (LT) dari ETEC. Penemuan terakhir adanya enterotoksin yang lain yang mempunyai karakteristik tersendiri, seperti accessory cholera enterotoxin (ACE) dan zonular occludens toxin (ZOT). Kedua toksin ini menyebabkan sekresi cairan kedalam lumen usus. Salmonella (non thypoid). Salmonella dapat menginvasi sel epitel usus. Enterotoksin yang dihasilkan menyebabkan diare. Bila terjadi kerusakan mukosa yang menimbulkan ulkus, akan terjadi bloody diarrhea

3. Protozoa : Giardia lamblia. Parasit ini menginfeksi usus halus. Mekanisme patogensis masih belum jelas, tapi dipercayai mempengaruhi absorbsi dan metabolisme asam empedu. Transmisi melalui fecal-oral route. Interaksi host-parasite dipengaruhi oleh umur, status nutrisi,endemisitas, dan status imun. Didaerah dengan endemisitas yang tinggi, giardiasis dapat berupa asimtomatis, kronik, diare persisten dengan atau tanpa malabsorbsi. Di daerah dengan endemisitas rendah, dapat terjadi wabah dalam 5 8 hari setelah terpapar dengan manifestasi diare akut yang disertai mual, nyeri epigastrik dan anoreksia. Kadang-kadang dijumpai malabsorbsi dengan faty stools,nyeri perut dan gembung. Entamoeba histolytica. Prevalensi Disentri amoeba ini bervariasi,namun penyebarannya di seluruh dunia. Insiden nya mningkat dengan bertambahnya umur,dan teranak pada laki-laki dewasa. Kirakira 90% infksi asimtomatik yang disebabkan oleh E.histolytica non patogenik (E.dispar). Amebiasis yang simtomatik dapat berupa diare yang ringan dan persisten sampai disentri yang fulminant. Cryptosporidium. Dinegara yang berkembang, cryptosporidiosis 5 15% dari kasus diare pada anak. Infeksi biasanya siomtomatik pada bayi dan asimtomatik pada anak yang lebih besar dan dewasa. Gejala klinis berupa diare akut dengan tipe watery diarrhea, ringan dan biasanya selflimited. Pada penderita dengan gangguan sistim kekebalan tubuh seperti pada penderita AIDS,

cryptosporidiosis merupakan reemerging disease dengan diare yang lebih berat dan resisten terhadap beberapa jenis antibiotik. Microsporidium spp Isospora belli Cyclospora cayatanensis

4. Helminths : Strongyloides stercoralis. Kelainan pada mucosa usus akibat cacing dewasa dan larva, menimbulkan diare. Schistosoma spp. Cacing darah ini menimbulkan kelainan pada berbagai organ termasuk intestinal dengan berbagai manifestasi, termasuk diare dan perdarahan usus.. Capilaria philippinensis. Cacing ini ditemukan di usus halus, terutama jejunu, menyebabkan inflamasi dan atrofi vili dengan gejala klinis watery diarrhea dan nyeri abdomen. Trichuris trichuria. Cacing dewasa hidup di kolon, caecum, dan appendix. Infeksi berat dapat menimbulkan bloody diarrhea dan nyeri abdomen.

b. Faktor malabsorpsi Faktor malabsorpsi dibagi menjadi dua yaitu malabsorpsi karbohidrat dan lemak. Malabsorpsi karbohidrat, pada bayi kepekaan terhadap lactoglobulis dalam susu formula dapat menyebabkan diare. Gejalanya berupa diare berat, tinja berbau sangat asam, dan sakit di daerah perut.Sedangkan malabsorpsi lemak, terjadi bila dalam makanan terdapat lemak yang disebut triglyserida.Triglyserida, dengan bantuan kelenjar lipase, mengubah lemak menjadi micelles yang siap diabsorpsi usus.Jika tidak ada lipase dan terjadi kerusakan mukosa usus, diare dapat muncul karena lemak tidak terserap dengan baik. c. Faktor makanan Makanan yang mengakibatkan diare adalah makanan yang tercemar, basi, beracun, terlalu banyak lemak, mentah (sayuran) dan kurang matang.Makanan yang terkontaminasi jauh lebih mudah mengakibatkan diare pada anak-anak balita.

d. Faktor psikologis Rasa takut, cemas, dan tegang, jika terjadi pada anak dapat menyebabkan diare kronis.Tetapi jarang terjadi pada anak balita, umumnya terjadi pada anak yang lebih besar.

C.Penularan Diare Cara Penularan Penyakit Diare 1. Kontak anatra sumber dan host dapat terjadi melalui lingkungan yang kurang baik dan perilaku yang buruk seperti membuang kotoran di tempat terbuka dan pengetahuan yang kurang tentang diare. 2. Kontak melalui makanan terjadi melalui makanan yang terinfeksi oleh kuman dan makanan yang berasal dari hewan yang terjangkut kuman penyebab penyakit diare. 3. Kontak oral fecal dapat langsung antara feces sumber infeksi melalui tangan ke mulut host atau tidak langsung melalui benda atau makanan minuman yang tercemar oleh feces (Depkes RI, 2001).

D.Gejala Diare Untuk lebih memahami tentang penyakit diare, dalam subbab ini akan dijelaskan bagainya sebenarnya gejala-gejala diare. Gejala- gejala diare ini dapat diklasifikasikan menjadi 3 yaitu :

a. Diare dengan dehidrasi ringan, dengan gejala sebagai berikut: Frekuensi buang air besar 3 kali atau lebih dalam sehari Keadaan umum baik dan sadar Mata normal dan air mata ada Mulut dan lidah basah Tidak merasa haus dan bisa minum b. Diare dengan dehidrasi sedang, kehilangan cairan sampai 5-10% dari berat badan, dengan gejala sebagai berikut : Frekuensi buang air besar lebih dari 3 kali sehari dan sering Kadang-kadang muntah, terasa haus Kencing sedikit, nafsu makan kurang Aktivitas menurun Mata cekung, mulut dan lidah kering Gelisah dan mengantuk Nadi lebih cepat dari normal, ubun-ubun cekung c. Diare dengan dehidrasi berat, kehilangan cairan lebih dari 10% berat badan, dengan gejala: Frekuensi buang air besar terus-menerus Muntah lebih sering, terasa haus sekali Tidak kencing, tidak ada nafsu makan Sangat lemah sampai tidak sadar Mata sangat cekung, mulut sangat kering Nafas sangat cepat dan dalam Nadi sangat cepat, lemah atau tidak teraba
6

Ubun-ubun sangat cekung Demikianlah beberapa gejala diare yang sangat penting untuk diketahui, sehingga kita bias mengetahui bagaimana tingkatan-tingkatan dari penyakit diare tersebut, dengan demikian kita biasa mengambil keputusan bagaimana penanganan yang tepat dilakukan berdasarkan gejala-gejala diare di atas.

E.Langkah Penanganan Bila terjadi diare (terutama pada anak), penderita harus segera dibawa ke petugas kesehatan atau sarana kesehatan untuk mendapatkan pengobatan yang cepat dan tepat, yaitu dengan oralit. Bila terjadi dehidrasi berat akibat diare, penderita harus segera diberikan cairan intravena Ringer Laktat sebelum dilanjutkan terapi oral. Amatlah penting untuk tetap memberikan nutrisi yang cukup selama diare, terutama pada anak dengan gizi yang kurang. Minuman dan makanan jangan dihentikan lebih dari 24 jam, karena pulihnya mukosa usus tergantung dari nutrisi yang cukup. Bila tidak maka hal ini akan merupakan faktor yang memudahkan terjadinya diare kronik. Pemberian kembali makanan atau minuman (refeeding) secara cepat sangatlah penting bagi anak dengan gizi kurang yang mengalami diare akut dan hal ini akan mencegah berkurangnya berat badan lebih lanjut dan mempercepat kesembuhan. Berikan makanan selama diare untuk memberikan gizi pada penderita terutama pada anak tetap kuat dan tumbuh serta mencegah berkurangnya berat badan.Berikan cairan termasuk oralit dan makanan sesuai yang dianjurkan. Anak yang masih minum ASI harus lebih sering diberi ASI, anak yang minum susu formula diberikan lebih sering dari biasanya, anak usia 6 bulan atau lebih termasuk bayi yang telah mendapat makanan padat harus diberikan makanan yang mudah dicerna sedikit-sedikit tetapi sering hal ini juga sangat di anjurkan di terapkan pada orang dewasa tidak hanya balita. Setelah diare berhenti, pemberian makanan ekstra diteruskan selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat badan anak.Penderita diare mungkin juga disertai dengan penyakit lain. Sehingga dalam menangani diarenya juga perlu diperhatikan penyakit penyerta yang ada. Beberapa penyakit penyerta yang sering terjadi bersamaan dengan diare antara lain: infeksi saluran nafas, infeksi susunan saraf pusat, infeksi saluran kemih, infeksi sitemik lain (sepsis, campak), dan kurang gizi. Apabila ditemukan penderita diare disertai penyakit lain, maka diberikan pengobatan sesuai dengan indikasi, dengan tetap mengutamakan dehidrasi.

Upaya pncegahan Air susu ibu ASI dari seorang ibu yang sehat selalu sangat steril dan tidak mungkin menyebabkan infeksi diare.ASI mengandung antibodi (protein kekebalan tubuh) yang membunuh bakteri merugikan.Susu dari botol yang kotor sering mengandung kuman-kuman yang dapat menyebabkan diare. Buang air besar pada tempat yang telah disediakan

Jauhkan kotoran manusia dari air minum.Gunakan wc/kamar mandi.Kalau tidak ada fasilitas untuk buang air besar, maka puskesmas bisa membantu membangunnya. Gunakan air bersih agar aman Jika masih ragu dengan kebersihan air, masak airnya atau ikuti petunjuk desinfeksi kimia. Lihat petunjuk Cara membersihkan air agar bisa diminum Cuci tangan Cuci tangan setelah buang air dan sebelum makan atau menyentuh makanan. Jauhkan lalat dari makanan Lalat sering membawa kuman merugikan dari kakus ke tempat makanan.Selalu tutup makanan. Hindari anak untuk makan makanan kotor Jangan biarkan anak makan makanan yang sudah jatuh ke lantai.

III. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan dari esai yang telah saya susun ini, diare merupakan penyakit yang bisa dikatakan sangat berbahaya jika tidak ditangani dengan baik. Hal ini dikarenakan, jika dilihat dari kenyataan yang terjadi belakangan ini diare merupakan alat pembunuh massal bagi balita tertinggi di dunia.Oleh karena itu selain pengobatan terhadap penyakit diare itu, hal yang tidak kalah pentingnya adalah melakukan pencegahan secara dini untuk mengurangi terjadinya diare di dewasa ini.Pencegahan ini sudah seharusnya dilakukan mulai dari lingkungan rumah tangga sampai dengan kebersihan secara global. Karena pada lingkungan rumah tanggalah semua aktifitas di mulai dan di sana pula aktifitas akan berakhir, sehingga dengan menjaga kebersihan dari yang kecil akan mengakibatkan dampak yang besar bagi masyarakat global, untuk menghapus predikat diare sebagai mesin pembunuh massal terutama bagi balita.

You might also like