You are on page 1of 9

Staphylococcal Scalded Skin Syndrome

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada TUHAN YME atas rahmat dan ridho-NYA

sehingga penulis dapat menyelesaikan makalahnya yang berjudul Staphylococcal Scalded Skin Syndrome untuk memenuhi tugas SMF Kulit dan Kelamin. Terimakasih kepada Yth. dr. Buih Amartiwi, Sp.KK. dan tak lupa pula terimakasih kepada seluruh staf pembimbing SMF Kulit dan Kelamin serta tidak lupa penulis sampaikan terimakasih untuk semua pihak lain yang turut membantu hingga selesainya tugas ini. Semoga makalah Staphylococcal Scalded Skin Syndrome dapat kedokteran pada khususnya, dan masyarakat luas pada umumnya. Mohon maaf atas segala kekurangan yang ada dalam makalah ini. Saran dan kritik yang membangun penulis harapkan demi lebih baiknya makalah ini. bermanfaat bagi penulis dalam memenuhi tugas Staphylococcal Scalded Skin Syndrome, berguna bagi rekan

Terima Kasih, Bangil, 13 Juni 2012

Kelompok B

Kelompok B DM FK UWKS

Staphylococcal Scalded Skin Syndrome

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ DAFTAR ISI ....................................................................................................................... BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................ BAB III PEMBAHASAN................................................................................................... BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN............................................................................. DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 1 2 3 4 7 8 9

Kelompok B DM FK UWKS

Staphylococcal Scalded Skin Syndrome

BAB I Pendahuluan Staphylococcal Scalded Skin Syndrome (S.S.S.S.) Pertama kali dilaporkan oleh Ritter von Rittershain pada tahun 1956 dan dikenal sebagai penyakit Ritter von Rittershain dan sering disingkat penyakit Ritter saja; sinonimnya ialah dermatitis eksfoliativa neonatorum. Istilah itu umumnya digunakan pada neonatus. Pada waktu itu belum istilah S.S.S.S. Kemudian Lyell pada tahun 1956 memasukannya ke dalam Nekrolisis Epidermal Toksik (N.E.T). Barulah pada tahun 1970 berkat penyelidikan. MILISH dan GLASGOW dengan model tikus dan berkat berbagai penyelidikan klinis dan histopatologik sindrom ini menjadi jelas dan ternyata berbeda dengan N.E.T.1 Ritter penyakit, dan nekrolisis epidermal staphylococcal, meliputi spektrum dangkal gangguan kulit melepuh yang disebabkan oleh racun eksfoliatif dari beberapa strain Staphylococcus aureus.2 Ini adalah sindrom akut pengelupasan kulit biasanya menyusul selulitis eritematosa. Keparahan dari sindrom kulit yang (nampak) tersiram air panas staphylococcal bervariasi dari beberapa lecet terlokalisasi pada tempat infeksi untuk pengelupasan kulit yang parah yang mempengaruhi hampir seluruh tubuh.2

Kelompok B DM FK UWKS

Staphylococcal Scalded Skin Syndrome

BAB II Tinjauan Pustaka A. Definisi S.S.s.S. ialah infeksi kulit oleh Staphylococcus aureus tipe tertentu dengan ciri khas ialah adanya epidermolisis.1 B.Epidermiologi Penyakit ini terutama terdapat pada anak di bawah 5 tahun, pria lebih banyak dari wanita. 1 C. Etiologi Di antaranya Staphylococcus aureus grup 2 faga 52, 55, dan atau faga 71. 1 D. Patogenesi Sebagai sumber infeksi ialah infeksi pada mata, hidung, tenggorok, dan telinga. Eksotoksin yang dikeluarkan bersifat epidermolitik (epidermolin, eksfoliatin) yang beredar di seluruh tubuh, sampai pada epidermis merupakan jaringan yang rentan terhadap toksin ini. Pada kulit tidak selalu ditemukan kuman penyebab. 1 Fungsi ginjal yang baik diperlukan untuk mengekskresikan eksfoliatin. Pada anak - ank dan bayi diduga fungsi ekskresi ginjal belum sempurna, karena itu umumnya penyakit ini terdapat pada golongan usia tersebut. Jika penyakit ini menyerang orang dewasa diduga karena terdapat kegagalan fungsi ginjal atau terdapat gangguan imunologik, termasuk yang mendapat obat imunosupresif. 1 E. Gejala Klinis 1. S.S.S.S muncul sebagai ruam merah diikuti dengan pengelupasan kulit epidermal menyebar. 2. Staphylococcus infeksi sebuah lokal prodromal Staphylococcus aureus dari kulit, tenggorokan, hidung, mulut, umbilikus, atau saluran pencernaan terjadi. Beberapa infeksi sering tidak jelas sebelum ruam muncul SSSS.

Kelompok B DM FK UWKS

Staphylococcal Scalded Skin Syndrome

3. Berikut ini dapat diperhatikan: umum malaise demam iritabilitas kulit nyeri tekan

4. Berikut ini secara fisik dapat diperhatikan: 1. Demam, meskipun pasien mungkin afebris 2. Nyeri tekan untuk palpasi 3. Rasa hangat untuk palpasi 4. wajah yang edema 5. perioral krusta 6. Kebanyakan pasien tidak muncul sakit parah. 7. Dehidrasi dapat hadir dan signifikan. 8. tanda Nikolsky (lembut mengusap kulit menyebabkan kulit untuk memisahkan di epidermis). Ruam eritematosa menyebar sering dimulai terpusat, adalah pasir kertas seperti (maju menjadi penampilan keriput, dan ditekankan dalam lipatan fleksor. 2 F. Komplikasi Meskipun S.S.S.S. Dapat sembuh spontan dapat pula terjadi komplikasi, misalnya : selulitis, pneumonia, dan septikemia. 1 G. Pemeriksaan Bakteriologi Jika terdapat infeksi di tempat lain, misalnya, di saluran nafas dapat di lakukan pemeriksaan bakteriologik. Juga sebaiknya di periksa mengenai tipe kuman, karena S.S.S.S. di sebabkan oleh Staphylococcus aureus tipe tertentu. Pada kulit, seperti telah di sebutkan, tidak di dapati kuman penyebab karena kerusakan kulit akibat toksin. 1

Kelompok B DM FK UWKS

Staphylococcal Scalded Skin Syndrome

H. Histopatologi Pada S.S.S.S. terdapat gambaran yang khas, yakni terlihat lepuh intra epidermal, celah terdapat di stratum granulosum. Meskipun ruang lepuh sering mengandung sel sel akantolitik, epidermis sisanya tampaknya utuh tanpa di sertai nikrosis sel. 1 I. Diagnosa Banding Penyakit ini sangat mirip NET. Perbedaanya, S.S.S.S., pada umumnya menyerang anak di bawah usia 5 tahun, mulainya kelainan kulit di muka, leher, aksila dan lipat paha; mukosa umumnya tidak di kenai,, alat alat dalam tidak di serang, dan angka kematiannya lebih rendah. Ke 2 penyakit tersebut agak sulit di bedakan, oleh karena itu hendaknya di lakukan pemeriksaan histopatologik secara frozen section agar hasilnya cepat diketahui karena prinsip terapi ke dua penyakit tersebut berbeda perbedaanya terletak pada letak celah, pada S.S.S.S., di stratum granulosum, sedangkan pada NET di sub epidermal. Perbedaan lain, ada NET terdapat sel sel nekrosis di sekitar celah dan banyak terdapat sel radang. 1 J. Pengobatan Pengobatannya ialah antibiotik, jika di pilih derivat penisiline hendaknya yang juga efektif bagi Staphylococcus aureus yang membentuk penisilinase, misalnya kloksasiline dengan dosis 3x250 mg untuk orang dewasa sehari per os. Pada neonatus dosisnya 3x50 mg sehari per os. Obat lain yang dapat di berikan ialah clyndamisine dan sefalosporin generasi 1. Topikal dapat di berikan sufratulle atau cream antibiotik. Selain itu juga harus diperhatikan keseimbangan cairan elektrolit. 1 K. Prognosis Kematian dapat terjadi, terutama pada bayi berusia di bawah setahun, yang berkisar. 1 - 10%. Penyabab utama kematian ialah tidak adanya keseimbangan cairan atau elektrolit dan sepsis. 1

Kelompok B DM FK UWKS

Staphylococcal Scalded Skin Syndrome

BAB III Pembahasan Anak umumnya nampak baik tidak begitu sakit karena letusan dramatis mereka tersirat. S.S.S.S. biasanya terkait dengan fokus infektif sepele dalam konjungtiva atau kulit, namun, infeksi berat, seperti sepsis, melakukan kontribusi untuk tingkat kematian yang rendah tetapi cukup berarti. Fokus dari farmakoterapi S.S.S.S. adalah untuk mengurangi morbiditas dan mencegah komplikasi, menggunakan antibiotik. Walau demikian karena pasien penyakit ini adalah anak kecil perlu diperhatikan fungsi ginjal dalam menerima obat obatan. Juga resistensi peniciline patut diperhatikan agar tidak sia sia pengobatannya. Walau enyakit ini sekilas sangat mirip N.E.T walau demikian ternyata pada S.S.S.S., umumnya menyerang anak di bawah usia 5 tahun, bukan orang dewasa, juga pada penyakit ini terjadi lisis di stratum granulosum. Kendati demikian di Amerika Serikat peyakit ini digolongkan ke dalam penyakit kegawatdaruratan dermatologi.2Sehingga diperlukan penanganan segera mungkin, agar tidak mengancam jiwa. Uniknya penyakit ini ditangani di unit penanganan luka bakar karena penampakannya yang mirip dengan luka tersiram air panas.4 Pada pasien anak fisioterapi penting untuk mendorong mobilisasi secara umum, dan khususnya anggota badan yang terkena S.S.S.S. cenderung mempengaruhi flexures paling parah, anak-anak sering membatasi fleksi anggota badan karena ketidaknyamanan, dan fisioterapi sangat membantu dalam mencegah ini. Keterlibatan ahli terapi permainan (play therapists) juga membantu mendorong mobilisasi lembut dan mencegah kebosanan.3 Orang dewasa yang terkena S.S.S.S. tergantung pada status kekebalan tubuh inang, kecepatan dalam memulai penanganan yang tepat, perjalanan infeksi, dan terjadinya komplikasi.2 Sehingga pada orang dewasa semisal terkena HIV, perlu dilakukan kepastian tepat, tentang penyebab utama adalah Staphylococcus aureus, namun tentunya untuk emergensi melalui inspeksi kulit saja, baik pasien bayi, anak dan dewasa, dapat dipastikan sindroma ini daripada NET., yaitu S.S.S.S. terjadi pada stratum granulosum, dan tidak ada sel sel nekrosis di sekitar celah dan tidak terdapat sel radang. 1

Kelompok B DM FK UWKS

Staphylococcal Scalded Skin Syndrome

BAB IV Kesimpulan dan Saran Kesimpulan 1. Staphylococcal Scalded Skin Syndrome adalah infeksi kulit oleh Staphylococcus aureus tipe tertentu dengan ciri khas ialah adanya epidermolisis 2. Kasus terutama terdapat pada anak di bawah 5 tahun, dan dewasa pria lebih banyak dari wanita 3. Serangan lisis terjadi pada stratum granulosum, namun tidak ada sel sel nekrosis di sekitar celah dan tidak terdapat sel radang 4. Medikamentosanya ialah antibiotik, jika di pilih derivat penisilin, clyndamisine dan sefalosporin generasi 1. 5. Kematian dapat terjadi, terutama pada bayi dan pasien dengan tidak adanya keseimbangan cairan atau elektrolit dan terjadi sepsis.

Saran 1. Perlu dilakukan penanganan segera kegawatdaruratan untuk Staphylococcal Scalded Skin Syndrome, seperti halnya pada pasien luka bakar 2. Pengobatan antibiotik sebaiknya digunakan golongan selain penisilin pada daerah yang terkenal resisten terhadap obat ini.

Kelompok B DM FK UWKS

Staphylococcal Scalded Skin Syndrome

DAFTAR PUSTAKA
1 2

Utama, Hendra dr. dkk. 2011. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta:Badan Penerbit FK UI. Randall W King, MD, et all. 2012. Staphylococcal Scalded Skin Syndrome in Emergency

Medicine. Cited at : http://emedicine.medscape.com/article/788199-followup#showall on June 13 , 2012 19:00 WIB.


3

Jessica H Kim, MD, et all. 2012. Dermatologic Manifestations of Staphylococcal Scalded Skin

Syndrome. Cited at : http://emedicine.medscape.com/article/1053325-overview on June 13 , 2012 19:00 WIB.


4

Boston Children's Hospital medical team. 2012. Staphylococcal scalded skin syndrome. Cited

at: http://www.childrenshospital.org/az/Site1636/mainpageS1636P0.html on June 13 , 2012 19:00 WIB.

Kelompok B DM FK UWKS

You might also like