You are on page 1of 17

PENANGANAN ATONIA UTERI

Di susun oleh : Kelompok 6


Faiz Tegar Pratita Ghea Gestivani Hany Suhartini Hayatun Nufus Lela Nurlela M. Imron Rizky Yanies Robby Nur Zam-zam Yuliana

Definisi
Atonia Uteri didefinisikan sebagai suatu kondisi kegagalan uterus dalam berkontraksi dengan baik setelah persalinan Atonia uteri adalah kegagalan serabut-serabut otot miometrium uterus untuk berkontraksi dan memendek.

Faktor Risiko

Overdistention uterus seperti : gemeli makrosomia, polihidramnion, atau paritas tinggi. Umur yang terlalu muda atau terlalu tua. Multipara dengan jarak kelahiran pendek Partus lama / partus terlantar. Malnutrisi. Penanganan salah dalam usaha melahirkan plasenta, misalnya plasenta belum terlepas dari dinding uterus

Manifestasi Klinis
Uterus tidak berkontraksi dan lunak Perdarahan segera setelah plasenta dan janin lahir (P3) Perdarahan pervaginam Konsistensi rahim lunak Terdapat tanda-tanda syok

Pengelolaan
Kenali dan tegakkan diagnosis kerja atonia uteri 1. Masase uterus, berikan oksitosin dan ergometrin intravena, bila ada perbaikan dan perdarahan berhenti, oksitosin dilanjutkan perinfus. 2. Bila tidak ada perbaikan dilakukan kompresi bimanual, dan kemudian dipasang tampon uterovaginal padat. Kalau cara ini berhasil, dipertahankan selama 24 jam.

Pengelolaan
3. Kompresi bimanual internal Uterus ditekan di antara telapak tangan pada dinding abdomen dan tinju tangan dalam vagina untuk menjepit pembuluh darah di dalam miometrium (sebagai pengganti mekanisme kontraksi). Perhatikan perdarahan yang terjadi. Pertahankan kondisi ini bila perdarahan berkurang atau berhenti, tunggu hingga uterus berkontraksi kembali. Apabila perdarahan tetap terjadi , coba kompresi bimanual eksterna

Pengelolaan
4. Kompresi bimanual eksternal Menekan uterus melalui dinding abdomen dengan jalan saling mendekatkan kedua belah telapak tangan yang melingkupi uterus. Pantau aliran darah yang keluar. Bila perdarahan berkurang, kompresi diteruskan, pertahankan hingga uterus dapat kembali berkontraksi. Bila belum berhasil dilakukan kompresi aorta abdominalis

Pengelolaan
5. Kompresi aorta abdominalis Raba arteri femoralis dengan ujung jari tangan kiri, pertahankan posisi tersebut,genggam tangan kanan kemudian tekankan pada daerah umbilikus, tegak lurus dengan sumbu badan, hingga mencapai kolumna vertebralis. Penekanan yang tepat akan menghentikan atau sangat mengurangi denyut arteri femoralis. Lihat hasil kompresi dengan memperhatikan perdarahan yang terjadi.

Pengelolaan
6. Dalam keadaan uterus tidak respon terhadap oksitosin / ergometrin, bisa dicoba prostaglandin F2a (250 mg) secara intramuskuler atau langsung pada miometrium (transabdominal). Bila perlu pemberiannya dapat diulang dalam 5 menit dan tiap 2 atau 3 jam sesudahnya.

Pengelolaan
7. Laparotomi dilakukan bila uterus tetap lembek dan perdarahan yang terjadi tetap > 200 mL/jam. Tujuan laparotomi adalah meligasi arteri uterina atau hipogastrik (khusus untuk penderita yang belum punya anak atau muda sekali). 8. Bila tak berhasil, histerektomi adalah langkah terakhir.

Pencegahan
Managemen aktif kala III, yaitu pemberian oksitosin segera setelah bayi lahir (Oksitosin injeksi 10IU IM, atau 5IU IM dan 5 IU Intravenous atau 10-20 U perliter Intravenous drips 100-150 cc/jam

Alhamdulillah Terima Kasih

You might also like