You are on page 1of 15

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Konferensi internasional tentang kependudukan dan pembangunan (ICPD) pada tahun 1994 di Kairo telah mengubah paradigma dalam pengelolaan masalah kependudukan yang tadinya berorientasi kepada penurunan fertilitas (manusia sebagai obyek) menjadi pengutamaan kesehatan reproduksi setiap individu (manusia sebagai subyek). Dalam kaitan itu, pelayanan KB diarahkan agar memenuhi aspek kualitas dan kebebasan untuk memilih metoda yang tepat. Masalah kependudukan yang tengah dihadapi Indonesia adalah angka kematian ibu hamil dan melahirkan yang masih tinggi yaitu 425 per 10.000 kelahiran hidup. Angka ini merupakan angka tertinggi di negara Asia Tenggara bila dibanding dengan Filipina yang hanya 20 per 100.000 kelahiran hidup. Penyebab kematian para ibu itu sebagian besar akibat perdarahan infeksi dan keracunan kehamilan dalam masa reproduksi. Salah satu upaya prepentif penurunan angka kematian ibu adalah dengan pemakaian kontrasepsi secara rasional. Karena memakai kontrasepsi apapun hasilnya lebih aman dari pada tidak memakai kontrasepsi. Menurut data survei kesehatan dan demografi Indonesia tahun 2003 kesehatan masyarakat pada metode kontrasepsi mantap masih rendah jumlah peserta KB yang memakai kontrasepsi MOW atau tubektomi 3,15% bahkan hanya sekedar 38% pasangan yang mengetahui kontrasepsi mantap tubektomi. Menurut Menteri Negara Kependudukan/Kepala BKKBN Haryono Suyono salah satu kontrasepsi paling aman sesuai hasil penelitian dan pola kontrasepsi rasional adalah pemakaian kontrasepsi mantap seperti tubektomi sayangnya kontrasepsi mantap itu belum populer di masyarakat Indonesia.

Pelaksanaan kontrasepsi mantap sebenarnya sudah sejak lama dilakukan di Rumah Sakit. Sebagai salah satu upaya untuk mencegah kematian ibu terutama bagi ibu dan resiko kematian tinggi. Penegasan Menteri Negara Kependudukan/KPI BKKBN itu dibacakan wakil kepala BKKBN dr. Peter Sumbang, MPH dalam seminar sehari. Peran dokter dalam peningkatan pencapaian program kontrasepsi mantap yang diselenggarakan IDI (Ikatan Dokter Indonesia). Tujuan IDI menyelenggarakan seminar itu untuk menggerakan potensi para dokter, sehingga pengetahuan kesadaran dan praktek masyarakat pada kontrasepsi mantap dapat ditingkatkan dan peserta KB bertambah. Saat ini kegiatan kontrasepsi mantap dilaksanakan organisasi PKMI (Perkumpulan Kontrasepsi Mantap Indonesia) namun BKKBN akan terus berusaha membantu PKMI untuk melaksanakan inovasi baru. Berdasarkan uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk membuat makalah yang membahas tentang masalah alat kontrasepsi keluarga berencana tubektomi.

B.

Maksud dan Tujuan Setiap manusia dalam melakukan aktivitas sudah tentu mempunyai maksud dan tujuan yang ingin dicapai, begitu pula dengan pembuatan makalah ini. Makalah ini penulis buat dengan maksud dan tujuan sebagai berikut :

1.

Menambah wawasan pengetahuan penulis tentang masalah dan solusi tentang KB Tubektomi

2.

Memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Pelayanan Keluarga Berencana

C. Sistematika Penulisan Adapun sistematika penulisan dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN BAB II PEMBAHASAN BAB III PENUTUP DAFTAR PUSTAKA

BAB II PEMBAHASAN

A. 1

Tubektomi Pengertian Tubektomi adalah setiap tindakan pada kedua saluran telur wanita yang mengakibatkan orang yang bersangkutan tidak akan mendapatkan keturunan lagi. Kontrasepsi ini hanya dipakai untuk jangka panjang, walaupun kadang-kadang masih dapat dipulihkan kembali seperti semula. Tubektomi untuk mencegah bertemunya sel telur dan sperma (pembuahan) dengan cara menutup saluran telur tanpa mengubah indung telur dalam rahim. Sebelum melakukan tubektomi terlebih dahulu kita lakukan konseling yaitu tim medis atau konselor harus menyampaikan informasi lengkap dan objektif tentang keuntungan dan keterbatasan berbagai metode kontrasepsi itu. Jangka waktu efektif kontrasepsi, angka kegagalan, komplikasi dan efek samping dan kesesuaian kerja kontrasepsi dengan karakteristik dan keinginan klien Kontrasepsi tubektomi pada wanita atau tubektomi yaitu tindakan memotong tuba fallopii/tuba uterina.

2 1.

Indikasi Tubektomi Indikasi medis umum Adanya gangguan fisik atau psikis yang akan menjadi lebih berat bila wanita hamil lagi. a. Gangguan fisik Tuberkulosis pulmonum, penyakit jantung, penyakit ginjal, kanker payudara dan sebagainya. b. Gangguan psikis

Skijofremia (psikosis), sering menderita psikosa nifas, dan lain-lain. 2. Indikasi medis obstetrik Toksemia gravidarum yang berulang, seksio sesar berulang, histerektomi dan sebagainya. 3. Indikasi medis ginekologik Pada waktu melakukan operasi ginekologis dapat pula dipertimbangkan untuk sekaligus melakukan sterilisasi. 4. Indikasi sosial ekonomi Indikasi berdasarkan beban sosial ekonomi yang sekarang ini terasa betambah lama betambah berat. 5. Cukup anak untuk dilakukan kontap sebaiknya dilakukan setelah umur ibu x banyaknya anak 100)

3 1.

Syarat Tubektomi Syarat Sukarela Meliputi antara lain pengetahuan pasangan tentang cara-cara kontrasepsi lain, resiko dan keuntungan kontrasepsi tubektomi dan pengetahuan tentang sifat permanennya cara kontrasepsi ini. 2. Syarat bahagia Dapat dilihat dari ikatan perkawinan syah dan harmonis, umur istri sekurang-kurangnya 25 tahun dengan 2 orang anak hidup, dan anak terkecil berumur lebih dari 2 tahun. 3. Syarat medik Setelah syarat bahagian ini dipenuhi, syarat medik kemudian dipertimbangkan termasuk pemeriksaan fisik, ginekologik dan laboratorik.

Waktu pelaksanaan tubektomi Kontap/tubektomi dapat dilakukan pada wanita : 1. 2. 3. 4. 5. Setelah melahirkan Setelah keguguran Bersamaan dengan tindakan menggugurkan kandungan Pada saat tindakan operasi besar wanita diantaranya bersamaan dengan operasi kandungan Setiap saat dikehendaki

5 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Manfaat tubektomi Sangat efektif Permanen Tidak mempengaruhi proses menyusui Tidak bergantung pada faktor senggama Baik bagi klien apabila kehamilan akan menjadi resiko kehamilan yang serius Pembedahan sederhana dapat dilakukan dengan anestesi lokal Tidak ada efek samping dalam jangka panjang Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual

6 1. 2. 3. 4. 5. 6.

Keterbatasan tubektomi Harus dipertimbangkan sifat permanan metode kontrasepsi Klien dapat menyesal dikemudian hari Resiko komplikasi kecil (meningkat apabila digunakan anestesi umum) Rasa sakit/ketidaknyamanan dalam jangka pendek setelah tindakan Dilakukan oleh dokter yang terlatih Tidak melindungi diri dari IMS HBV dan HIV/AIDS

7 1. 2. 3. 4.

Yang sebaiknya tidak mengalami tubektomi Baru 1 sampai 6 minggu pasca persalinan Mungkin hamil Terdapat infeksi atau masalah pada organ kewanitaan Kondisi kesehatan lain yang berat seperti stroke, darah tinggi atau diabetes

Komplikasi tubektomi Tabel 2.1 Komplikasi Tubektomi Komplikasi Infeksi luka Penanganan Apabila terlihat infeksi luka, obat dengan antibiotik. Bila terdapat abses, lakukan drainase dan obati seperti yang terindikasi Obati infeksi berdasarkan apa yang ditemukan

Demam pasca operasi (38o C)

Luka pada kandung Mengacu ketingkat asuhan yang tepat, apakah kemih (intestinal jarang kandung kemih atau usus luka dan diketahui terjadi) sewaktu operasi, lakukan reparasi primer. Apabila ditemukan pasca operasi, dirujuk ke Rumah Sakit yang tepat bila perlu. Hematoma (subkutan) Gunakan packs yang hangat dan lembab ditempat tersebut. Amati : hal ini biasanya akan berhenti dengan berjalannya waktu tetapi dapat membutuhkan drainase bila ekstensi. Ajukan ke tingkat asuhan yang tepat dan mulailah resusitasi intensif termasuk : cairan intravena, resusitasi kardio pulmonar dan tindakan penunjang kehidupan lainnya. Pastikan adanya infeksi atau abses dan obati berdasarkan apa yang ditemukan.

Emboli gas yang diakbiatkan oleh laparoskopi (sangat jarang terjadi) Rasa sakit pada lokasi pembedahan

Perdarahan superfinial Mengontrol perdarahan dan obati berdasarkan apa (tepi-tepi kulit atau yang ditemukan. subkutan)

Pesan kepada klien sebelum pulang Pada minggu pertama segera kembali jika : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Demam tinggi Ada nanah atau luka berdarah, Nyeri, panas, bengkak, luka kemerahan Nyeri berlanjut/semakin parah, kram nyeri perut Diare Pingsan atau sangat pusing Segera kembali jika merasa hamil, nyeri para perut atau sering pingsan

10 1.

Informasi Umum Nyeri bahu selama 12-24 jam setelah laparoskopi relatif lazim dialami karena gas (CO2 atau udara) dibawah diafragma sekunder terhadap pneumo-peritoneum.

2. 3.

Tubektomi efektif setelah operasi Periode menstruasi akan berlanjut seperti biasa (apabila mempergunakan metode hormonal sebelum prosedur khususnya PK atau KSK, jumlah dan durasi haid dapat meningkatkan setelah pembedahan).

4.

Tubektomi tidak memberikan perlindungan pada IMS (Infeksi Menular Seksual) termasuk virus AIDS apabila pasangannya beresiko, pasangannya mempergunakan kondom bahkan setelah tubektomi.

B. 1.

Penatalaksanaan Asuhan Kebidanan Pada Wanita dengan Kontrasepsi Tubektomi Konseling Hal-hal yang harus diperhatikan dalam konseling :

a.

Konseling pre operatif tubektomi, terdiri dari :

1) 2) 3)

Menyambut klien dengan ramah Menjelaskan kontrapsepsi yang akan digunakan Menerangkan bahwa tindakan sterilisasi dilakukan ditempat khusus yang klien tidak akan malu

4) 5)

Memberitahu bahwa yang dibicarakan menjadi rahasia Menanyakan permasalahan, pengalaman klien mengenai alat kontrapsepsi dan kesehatan reproduksinya

6) 7)

Menanyakan apakah klien mempunyai kontrapsepsi yang akan dipilih Konselor memberikan informasi yang lengkap tentang kontrapsepsi mantap tetapi ajukan pula metode lain

8) 9)

Bantu klien untuk memilih kontrapsepsi yang tepat Konselor merasakan apa yang klien rasakan untuk memudahkan dan memahami permasalahan klien

10) Memberikan kesempatan klien untuk mengungkapkan apa yang akan disampaikannya mengenai kontrapsepsi mantap 11) Bantu klien untuk mengungkapkan apa yang ingin disampaikan mengenai kontrapsepsi mantap 12) Jawab semua pertanyaan klien secara terbuka dan lengkap 13) Memberitahu klien kapan kunjungan ulang dan mempersilahkan klien untuk kembali kapan saja apabila klien ada keluhan b. 1) 2) 3) Konseling post operatif tubektomi, terdiri dari : Istirahat selama 2-3 hari Hindari mengangkat benda-benda berat dan bekerja keras selama 1 minggu. Dianjurkan untuk tidak melakukan aktivitas seksual selama 1 minggu, dan apabila setelah itu masih merasa kurang nyaman, tunda kegiatan tersebut.

2.

Persiapan untuk calon akseptor tubektomi Persiapan pasien pra bedah dapat dibagi atas langkah-langkah sebagai berikut:

a. b. c.

Menerangkan bahwa untuk operasi ini diperlukan izin/persetujuan penderita dan keluarga. Pasien diminta untuk puasa 6-8 jam sebelum tindakan dilakukan Diberi pencahar ringan Dulcolax (R) 2 tablet, apabila operasi akan dilakukan, maksudnya agar usus-usus dalam keadaan kosong dan tidak mengganggu jalannya operasi.

d. e.

Rambut kemaluan dinding perut dicukur dan dibersihkan dengan sabun. Pasien terlebih dahulu diminta untuk BAB atau bila perlu diklisma untuk merangsang defekasi.

f. g.

Melakukan pengosongan kandung kencing. Memasing infus cairan

3. a. 2) 3) 4)

Perawatan awal tubektomi Letakan pasien dalam posisi untuk pemulihan Tidur miring kepala agak ekstensi untuk membebaskan jalan napas Letakan lengan atas dimuka tubuh agar mudah melakukan tekanan darah Tungkai bawah agak tertekuk, bagian atas lebih tekuk daripada bagian bawah untuk menjaga keseimbangan

b. c.

Segera setelah selesai pembedahan periksa kondisi pasien. Cek tanda vital setiap 10 menit pada 1 jam pertama, 30 menit pada 1 jam kedua, dan selanjutnya setiap 60 menit pada jam-jam berikutnya.

d.

Pantau pula keluhan pasien, perdarahan baik pada luka operasi maupun dari kemaluan dan suhu badan.

e.

Minum dan makan lunak dapat diberikan apabila pasien sudah sadar betul

4.

Mobilisasi Mobilisasi pasien tubektomi yang bersamaan dengan sectio caesar Miring ke kanan dan ke kiri sudah dapat dimulai sejak 6-10 jam setelah penderita sadar. Latihan pernapasan dapat dilakukan penderita sambil tidur terlentang sedini mungkin setelah sadar. Pada hari kedua penderita dapat didudukan selama 5 menit dan diminta untuk bernapas dalam-dalam untuk melonggarkan pernapasan dan sekaligus menumbuhkan kepercayaan pada diri penderita bahwa ia mulai pulih kemudian posisi tidur terlentang dirubah menjadi setengah duduk (posisi semi powler). Secara berturut-turut hari demi hari penderita dianjurkan belajar duduk selama sehari, belajar berjalan dan kemudian berjalan sendiri pada hari ketiga sampai hari kelima pasca bedah. Mobilisasi berguna untuk mencegah terjadinya trombosis dan emboli sebaliknya, bila terlalu dini melakukan mobilisasi dapat mempengaruhi penyembuhan luka operasi. Jadi mobilisasi secara teratur dan bertahap serta diikuti dengan istirahat adalah yang paling dianjurkan (Mochtar, 1998 : 157). Mobilisasi pasien tubektomi yang dilakukan setelah keguguran duduk dan mencoba berdiri apabila tidak pusing lagi

C.

Konseling Konseling adalah suatu proses pemberian bantuan seseorang kepada orang lain dan membuat suatu keputusan atau memecahkan suatu masalah melalui pemahaman terhadap fakta-fakta, harapan, kebutuhan dan perasaan-perasaan klien. Konseling merupakan salah satu bagian penting dalam peleyanan kontap. Tujuannya ialah untuk membantu calon akseptor kontap memperoleh informasi lebih lanjut mengenai kontap, dan pengertian yang lebih baik mengenai dirinya, keinginannya, sikapnya,

kekhawatirannya dan sebagainya, dalam usahanya untuk memahami, dan mengatasi permasalahan yang sedang dihadapinya. Kegiatan konseling dengan demikian merupakan kegiatan penyelenggaraan suatu bentuk percakapan yang dilaksanakan berdasarkan persyaratan tertentu. Hal ini berarti setiap tenaga konselor perlu mengikuti pendidikan konseling yang khusus diadakan untuk keperluan kontap ini. Oleh karena pelayanan konseling merupakan bagian dari pelayanan kontap secara menyeluruh, maka pelayanan konseling harus diprogramkan dengan baik. Hal ini berarti bahwa pelayanan konseliang kontap tidak berhenti pada pratindakan kontap itu saja, tetapi dapat berlanjut pada saat tindakan tu sendiri dan sesudah tindakan kontap tersebut dilaksanakan. Secara khusus dapat dikatakan bahwa tujuan konseling pra tindakan tubektomi bertujuan untuk : 1. Membantu suami istri untuk memilih salah satu cara kontrasepsi yang paling baik digunakan mereka dalam kurun reproduksinya. 2. Mengenal dan menghilangkan keragu-raguan atau kesalahpahaman mengenai kontrasepsi tubektomi itu sendiri. 3. Menjamin bahwa pilihan untuk memilih kontrasepsi tubektomi itu sendiri sebagai kontrasepsi bagi dirinya adalah benar-benar sukarela tanpa paksaan. 4. Memberikan informasi mengenai tata cara pelaksanaan kontrasepsi tubektomi itu sendiri termasuk pengisian permohonan dan persetujuan untuk dilaksanakan tubektomi pada dirinya, prosedur operasinya, follow up nya. 5. a. Sesudah tindakan, maka tujuan konseling ialah : Mengenal dan menghilangkan kesalahpahaman yang dikaitkan dengan kontap yang diperolehnya. b. Membantu meningkatkan keyakinan dan penerimaan akseptor akan pelayanan kontap yang diperolehnya.

D.

Perawatan Pasca Operasi Tubektomi Setelah selesai operasi, dokter bedah dan anestesi telah membuat rencana pemeriksaan (check-up) bagi penderita pasca bedah yang diteruskan kepada dokter dan paramedis jaga baik di kamar rawat khusus maupun setelah tiba di ruangan atau kamar tempat penderita di rawat. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan dan pengukuran adalah sebagai berikut : diukur

a. b. c. d. e.

Tekanan darah Jumlah nadi permenit Frekuensi pernapasan permenit Jumlah cairan masuk dan keluar (urin) Suhu badan Pemeriksaan dan pengukuran tersebut sekurang-kurangnya dilakukan setiap 4 jam sekali dan dicatat dalam status penderita.

E.

Mobilisasi Mobilisasi segera tahap demi tahap sangat berguna untuk membantu jalannya penyembuhan penderita, kemajuan mobilisasi bergantung pula pada jenis-jenis operasi yang dilakukan dalam komplikasi yang mungkin dijumpai secara psikologis. Hal ini memberikan pula kepercayaan pasien bahwa dia mulai sembuh, perubahan dan gerakan pada posisi ini harus diterangkan kepada penerita atau dan keluarga yang menungguinya.

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan Dari uraian di atas, maka kesimpulan yang dapat diambil dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut : 1. Tubektomi adalah setiap tindakan pada kedua saluran telur wanita yang mengakibatkan orang yang bersangkutan tidak akan mendapatkan keturunan lagi. 2. Tubektomi untuk mencegah bertemunya sel telur dan sperma (pembuahan) dengan cara menutup saluran telur tanpa mengubah indung telur dalam rahim. 3. Sebelum melakukan tubektomi terlebih dahulu kita lakukan konseling yaitu tim medis atau konselor harus menyampaikan informasi lengkap dan objektif tentang keuntungan dan keterbatasan berbagai metode kontrasepsi itu. 4. Setelah selesai operasi tubektomi, dokter bedah dan anestesi telah membuat rencana pemeriksaan (check-up) bagi penderita pasca bedah yang diteruskan kepada dokter dan paramedis jaga baik di kamar rawat khusus maupun setelah tiba di ruangan atau kamar tempat penderita di rawat.

B.

Saran Program KB tubektomi adalah salah satu jenis alat kontrasepsi yang dapat diterapkan pada masyarakat saat ini. Oleh karena itu petugas kesehatan harus selalu memberikan informasi kepada masyarakat tentang KB tubektomi dengan bahasan dan materi penyuluhan yang lebih sederhana sehingga dapat diterima dan dimengerti oleh masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI, 2001. Penantaan Sistem Kesehatan Daerah, Jakarta. Hartanto, 2004. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi, Jakarta. Huliana, 2003. Perawatan Ibu Pascamelahirkan, Jakarta. Manuaba, 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana, EGC, Jakarta. Manuaba,, 1998. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita, Jakarta. Notoatmodjo, 2003. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta. Saifuddin, AB, 1996. Buku Acuan Nasional Pelayanan Keluarga Berencana. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta. __________, 2003. Buku Paduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta. Setiawan, 1996. Seminar Total Quality Management. Fitramaya, Yogyakarta. Sofyan, 2004. 50 Tahun Ikatan Bidan Indonesia Menyongsong Masa Depan. Cetakan III, Jakarta.

You might also like