You are on page 1of 19

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

SIFAT, ARTI, DAN HUBUNGAN ILMU POLITIK DENGAN ILMU PENGETAHUAN LAINNYA

DOSEN : SRI WALUYO DITA APRILIA 122 111 84 2EA27

UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS EKONOMI JURUSAN MANAJEMEN EKONOMI


1

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmatNya, serta doa dan motivasi dari berbagai pihak sehingga pada akhirnya makalah penulisan yang disusun untuk persyaratan tugas softskill pada mata kuliah kewarganegaraan. Saya mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak yang telah banyak membantu penyelesaian tugas ini, terutama kepada : Semua pihak yang telah membantu ataupun memberikan dorongan baik moril maupun materil untuk menyelesaikan tugas ini . Dalam penulisan ini saya menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari kesempurnaan dan banyak kekurangan, baik dalam isi maupun cara penyajiannya karena keterbatasan ilmu dan pengetahuan saya. Oleh karena itu, saya mengharapkan saran dan kritik yang membangun bagi penyempurnaan penulisan ini.

Bekasi, Mei 2013

DAFTAR ISI

JUDUL KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN 1.1 1.2 1.3

................................................................................................................ ............................................................................................................... ..............................................................................................................

1 2 3

LATAR BELAKANG MASALAH RUMUSAN MASALAH TUJUAN

........................................................................................ 4 ........................................................................................ 4 ........................................................................................ 4

BAB II PEMBAHASAN 2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 2.6 PERKEMBANGAN DAN DEFINISI ILMU PENGETAHUAN................................................. ILMU POLITIK SEBAGAI ILMU PENGETAHUAN(SCIENCE)............................................... DEFINISI ILMU POLITIK .................................................................................................... BIDANG-BIDANG ILMU POLITIK....................................................................................... HUBUNGAN ILMU POLITIK DENGAN ILMU PENGETAHUAN LAIN.................................. HUBUNGAN ILMU POLITIK DENGAN ILMU SOSIAL LAIN................................................ 5 7 10 13 15 16

BAB III PENUTUP 3.1 3.2 KESIMPULAN SARAN ................................................................................................................. 18 ................................................................................................................. 18 ................................................................................................................. 19

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN
1 . 1 Latar Belakang
Bab ini menjelaskan tentang sifat arti dan hubungan ilmu politik dengan ilmu pengetahuan lainnya. Apabila ilmu politik dipandang semata-mata sebagai salah satu cabang dari ilmu-ilmu sosial yang memiliki dasar, rangka dan fokus dan ruang lingkup yang jelas, maka dapat dikatakan bahwa ilmu politik masih muda usianya karena baru lahirpada akhir abad ke-19. Ilmu politik adalah ilmu yang mempelajari politik/politics atau kepolitikan , politik adalah usaha menggapai kehidupan yang baik, pada umumnya dapat dikatakan bahwa politik adalah usaha untuk menentukan peraturan-peraturan yang dapat diterima baik oleh sebagian besar warga, untuk membawa masyarakat ke arah kehidupan bersama yang harmonis.

1 . 2 Tujuan Penulisan
informasi kepada para pembaca tentang sifat arti dan hubungan ilmu politik dengan ilmu pengetahuan lainnya dalam berbagai macam politik yang ada. Selain itu untuk membantu nilai saya dalam mata kuliah kewarganegaraan Tujuan utama dari pembuatan penulisan ini, yaitu untuk memberikan

1 . 3 Rumusan Masalah
1. Perkembangan & definisi ilmu pengetahuan 2. Ilmu politik sebagai ilmu pengetahuan (science) 3. Definisi ilmu politik 4. Bidang-bidang ilmu politik 5. Hubungan ilmu politik dengan ilmu pengetahuan lain 6. Hubungan ilmu politik dengan ilmu-ilmu sosial

BAB II PEMBAHASAN SIFAT, ARTI, DAN HUBUNGAN ILMU POLITIK DENGAN ILMU PENGETAHUAN LAINNYA 2.1 Perkembangan dan Definisi Ilmu Pengetahuan
Apabila ilmu politik dipandang semata-mata sebagai salah satu cabang dari ilmu-ilmu sosial yang memiliki dasar, rangka, fokus, dan ruang lingkup yg jelas, maka dapat dikatakan bahwa ilmu politik masih muda usianya karena baru lahir pada akhir abad ke-19. Di Yunani Kuno misalya, pemikiran mengenai negara sudah dimulai pada tahun 450 S.M seperti terbukti dalam karya-karya ahli sejarah Herodotus, atau filsuffilsuf seperti Plato, Aristoteles, dan sebagainya. Di Asia ada beberapa pusat kebudayaan, anatara lain India dan China , yang telah mewariskan berbagai tulisan politik yg bermutu. Tulisan-tulisan dari India terkumpul antara lain dalam kesusastraan Dharmasastra dan Arthasastra yang berasal dari masa kira-kira 500 S.M. Diantara filsuf China yang terkenal ialah Confucius, Mencius, dan mazhab Legalist antara lain Shang Yang . Di Indonesia kikta mendapati beberapa karya tulis yang membahas masalah sejarah dan kenegaraan, seperti misalnya Negarakertagama yang ditulis pada masa Majapahit sekitar abad ke-13 dan ke-15 Masehi dan Babad Tanah Jawi. Sayangnya di negara-negara Asia tersebut kesusastraan yang mencakup bahasan politik mulai akhir abad ke-19 telah mengalami kemunduran karena terdesak oleh pemikiran Barat yang dibawa oleh negara-negara seperti Inggris, Jerman, Amerika Serikat, dan Belanda dalam rangka imperialisme. Di negara-negara benua Eropa seperti Jerman, Austria, dan Prancis bahasan mengenai politik dalam
5

abad ke-18 dan ke-19 banyak dipengaruhi oleh ilmu hukum dan karena itu fokus perhatiannya adalah negara semata-mata. Bahasan mengenai negara termasuk kurikulum Fakultas Hukum sebagai mata kuliah Ilmu Negara (Staatslehre). Di Inggris permasalahan politik dianggap termasuk filsafat, terutama moral philosophy dan bahasannya dianggap tidak dapat terlepas dari sejarah. Akan tetapi dengan didirikannya Ecole Libre des Scienses Politiques di Paris (1870) dan London School of Economics and Political Science (1895), ilmu politik untuk pertama kali di negara-negara tersebut dianggap sebagai disiplin tersendiri yang patut mendapat tempat dalam kurikulum perguruan tinggi. Namun demikian, pengaruh dari ilmu hukum, filsafat, dan sejarah sampai Perang Dunia II masih tetap terasa. Sesudah Perang Dunia II perkembangan ilmu politik semakin pesat lagi. Di negeri Belanda, dimana sampai saat itu penelitian mengenai negara dimonopoli oleh Fakultas Hukum, didirikan Faculteit deer Sociale en Politieke Wetenschaappen (Fakultas Ilmu Sosial dan Politik) pada tahun 1947 (sekarang namanya Faculteit der Sociale Wetenschappen Fakultas Ilmu Sosial) di Amsterdam. Di Indonesia pun didirikan fakultasfakultas yang serupa, yang dinamakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIPOL) seperti di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Disini ilmu politik menjadi jurusan tersendiri dengan nama Ilmu Pemerintahan. Selain itu ada juga Fakultas Ilmu-Ilmu Sosial kemudian berganti nama menjadi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) seperti Universitas Indonesia, Jakarta, di mana ilmu politik merupakan jurusan tersendiri. Akan tetapi, karena pendidikan tinggi ilmu hukum sangat maju, tidaklah mengherankan apabila pada awal perkembanganny, ilmu politik di Indonesia terpengaruh secara kuat oleh ilmu itu. Namun demikianlah, dewasa ini konsep-konsep ilmu politik yang baru berangsurangsur mulai dikenal, dan sudah diterima baik oleh masyarakat.

2.2 Ilmu Politik Sebagai Ilmu Pengetahuan (Science)


Adakalanya dipersoalkan apakahilmu politik merupakan suatu ilmu pengetahuan (science) atau tidak, dan disangsikan apakah ilmu politik memenuhi syarat sebagai ilmu pengetahuan. Soal ini menimbulkan pertanyaan: Apakah yang dinamakan ilmu pengetahuan (science) itu? Karateristik ilmu pengetahuan (science) ialah tantangan untuk menguji hipotesis melalui eksperimen yang dapat dilakukan dalam keadaan terkontrol (controlled circumstances) misalnya laboratorium. Berdasarkan eksperimeneksperimen itu ilmu-ilmu eksakta dapat menemukan hukum-hukum yang dapat diuji kebenarannya. Jika definisi ini dipakai sebagai patokan, maka ilmu politik serta ilmu-ilmu sosial lainnya belum memenuhi syarat, karena sampai sekarang belum ditemukan hukum-hukum ilmiah seperti itu. Mengapa demikian? Oleh karena yang diteliti adalah manusia dan manusia itu adalah mahluk yang kreatif, yang selalu menemukan akal baru yang belum pernah diramalkan dan malahan tidak dapat diramalkan. Lagipula manusia itu sangat kimpleks dan perilakunya tidak selalu didasarkan atas pertimbangan rasional dan logis, sehingga mempersukar usaha untuk mengadakan perhitungan serta proyeksi untuk masa depan. Dengan kata lain perilaku manusia tidak dapat diamati dalam keadaan terkontrol. Dalam perkembangan selanjutnya muncul pendapat bahwa pendeketan behavioralis, dalam usaha meneliti perilaku manusia, terlalu meremehkan negara beserta lembaga-lembaganya padahal pentingnya lembaga-lembaga itu tidak dapat dinafikan. Aliran baru ini dipelopori antara lain oleh Theda Skocpol yang menjadi tersohor karena tulisannya yang berjudul Bringing the State Back In: Strategies of Analysis in Current Research. Selain itu pengaruh ilmu ekonomi juga berkembang melalui teori pilihan rasional ( rational choice theory). Jadi jelas bahwa dewasa ini ada keterkaitan yang erat antara ilmu
7

politik dan ilmu-ilmu sosial lainnya, seperti antropologi, sosiologi, dan ekonomi. Akan tetapi ada cara yang lebih menonjol lagi ialah penampilan suatu orientasi baru yang mencakup beberapa konsep pokok. Konsep-konsep pokok para behavioralis dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Perilaku politik memperlihatkan keteraturan (regularities) yang dapat dirumuskan dalam generalisasi-generalisasi. 2. Generalisasi-generalisasi ini pada asasnya harus dapat dibuktikan kebenarannya (verification) dengan menunjuk pada perilaku yang relevan. 3. Untuk mengumpulkan dan menafsirkan data diperlukan teknik-teknik penelitian yang cermat. 4. Untuk mencapai kecermatan dalam penelitian diperlukan pengukuran dan kuantifikasi melalui ilmu statistik dan matematika. 5. Dalam membuat analisa politik nilai-nilai pribadi si peneliti sedapat mungkin tidak main peranan. 6. Penelitian politik mempunyai sifat terbuka terhadap konsep-konsep, teori-teori, dan ilmu sosial lainnya. Dalam proses interaksi dalam ilmuilmu sosial lainnya misalnya dimasukan istilah baru seperti sistem politik, fungsi, peranan, struktur, budaya politik, dan sosialisasi politik disamping istilah lama seperti negara, kekuasaan, jabatan, instituta, pendapat umum, dan pendidikan kewarganegaraan. Sementara itu pelopor pendekatan tradisional tidak tinggal diam, dan terjadilah polemik yang sengit antara pendekatan perilaku dan pendekatan tradisional. Ilmuwan seperti Erick Voegelin, Leo Strauss, dan Jhon Hallowell menyerang pendekatan perilaku dengan argumentasi bahwa pendekatan perilaku terlalu lepas dari nilai dan tidak memberi jawaban atas pertanyaan yang berdasarkan pandangan hidup tertentu seperti misalnya: sistem politik apakah yang paling baik, atau masyarakat bagaimanakah yang sebaiknya

dibangun. Juga dilontarkan kritik bahwa tidak ada relevansi dengan politik praktis dan menutup mata terhadap masalah-masalah sosial yang ada. Perbedaan antara kaum tradisionalis dan kaum behavioralis dapat dirumuskan sebagai berikut : TABLE 1 Perbedaan Antara Kaum Tradisionalis dan Behavioralis Para Tradisionalis Menekankan : Nilai-nilai dan norma-norma Filsafat Ilmu terapan Historis yuridis Tidak kuantitatif Para Behavioralis Menekankan: Fakta Penelitian empiris Ilmu murni Sosiologis-psikologis Kuantitatif

Seperti sering terjadi dalam konflik intelektual, kedua belah pihak meningkatkan dan mempertajam alat analisa (tools of analysis) masingmasing untuk meneliti kembali rangka, metode, dan tujuan dari ilmu politik. Sekalipun tidak ada pihak yang menang, akan tetapi hasil dari dialog ini sangat mendorong perkembangan ilmu politik itu sendiri, baik dibidang pembinaan teori mapun di bidang penelitian komparatif dari negara yang maju dan negara-negara yang sedang berkembang, sehingga dewasa ini perkembangan ilmu politik memberi harapan untuk masa depan. Reaksi pasca-behavioralisme terutama ditujukan kepada usaha untuk mengubah penelitian dan pendidikan ilmu politik menjadi suatu ilmu pengetahuan yang murni, sesuai dengan pola ilmu eksakta. Pokok-pokok reaksi ini dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Dalam usaha mengadakan penelitian yang empiris dan kuantitatif, ilmu politik menjadi terlalu abstrak dan tidak relevan terhadap masalah

sosial yang dihadapi, padahal relevansi dianggap lebih penting daripada penelitian yang cermat. 2. Karena penelitian terlalu bersikap abstrak, ilmu politik kehilangan kontak dengan realitas-realitas sosial, padahal ilmu politik harus melibatkan diri dalam usaha mengatasi krisis- krisis yang dihadapi manusia. 3. Penelitian mengenai nilai-nilai harus merupakan tugas ilmu politik. 4. Para cendekiawan mempunyai tugas historis dan unik untuk melibatkan diri dalam usaha mengatasi masalah-masalah sosial. Pengetahuan membawa tanggung jawab untuk bertindak, harus engage atau commited untuk mencari jalan keluar dari krisis yang dihadapi.

2.3 Definisi Ilmu Politik Ilmu politik adalah ilmu yang mempelajari politik atau politics atau kepolitikan. Politik adalah usaha menggapai kehidupan yang baik. Di Indonesia kita teringat pepatah gemah ripah loh jinawi. Orang Yunani Kuno terutama Plato dan Aristoteles menamakannya sebagai en dam onia atau the good life. Para sarjana politik cenderung untuk menekankan salah satu saja dari konsep-konsep ini, akan tetapi selalu sadar akan pentingnya konsepkonsep lainnya. Dengan demikian sampai pada kesimpulan bahwa politik dalam suatu negara (state) berkaitan dengan masalah kekuatan (power) pengambilan keputusan (decision making), kebijakan publik (public policy) dan alokasi atau distribusi (allocation or distribution). Dewasa ini definisi mengenai politik yang sangat normatif itu telah terdesak oleh definisi-definisi lain yang lebih menekankan pada upaya (means) untuk mencapai masyarakat yang baik, seperti kekuasaan, pembuatan keputusan, kebijakan, alokasi nilai, dan sebagainya.

10

Pada umumnya dapat dikatakan bahwa politik adalah usaha untuk menentukan peraturan-peraturan yang dapat diterima baik oleh sebagian besar warga, untuk membawa masyarakat kearah kehidupan bersama yang harmonis. Usaha untuk menggapai the good life ini menyangkutv bermacammacam kegiatan yang anatara lain menyangkut proses penentuan tujuan dari sistem, serta cara-cara melaksanakan tujuan itu. Untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan umum yang menyangkut pengaturan dan alokasi dari sumber daya alam, perlu dimiliki kekuasaan serta wewenang. Akan tetapi, kegiatan-kegiatan ini dapat menimbulkan konflik karena nilai-nilai (baik yang materil maupun yang mental) yang dikejar biasanya langka sifatnya. Di pihak lain, di negara demokrasi, kegiatan ini juga memerlukan kerja sama karena kehidupan manusia bersifat kolektif. Singkatnya politik adalah perebutan kuasa harta dan tahta. Dibawah ini ada dua sarjana yang menguraikan definisi politik yang berkaitan dengan masalah konflik dan konsesus : 1. Menurut Rod Hague : politik adalah kegiatan yang menyangkut cara bagaimana kelompok-kelompok mencapai keputusan-keputusan yang bersifat kolektif dan mengikat melalui usaha untuk mendamaikan perbedaan-perbedaan diantara anggota-anggotanya. 2. Menurut Andrew Heywood: politik adlah kegiatan satu bangsa yang bertujuan untuk membuat, mempertahankan, dan mengamandemen peraturan-peraturan umum yang mengatur kehidupannya, yang berarti tidak dapat terlepas dari gejala konflik dan kerja sama. Disamping itu ada definisi-definisi lain yang lebih bersifat pragmatis. Perbedaan-perbedaan dalam definisi yang kita jumpai disebabkan karena setiap sarjana meneropong hanya satu aspek atau unsur dari politik. Unsur ini diperlukannya sebagai konsep pokok yang akan dipakainya untuk meneropong unsur-unsur lain. Dari uraian diatas dapat kita simpulkan bahwa konsep-konsep pokok itu adalah:
11

1. Negara (state) 2. Kekuasaan (power) 3. Pengambilan Keputusan (decision making) 4. Kebijakan (policy,beleid) 5. Pembagian (distribution) atau alokasi (allocation) Negara Negara adalah suatu organisasi dalam suatu wilayah yang memilliki kekuasaan tertinggi yang sah dan ditaati oleh rakyatnya. Kekuasaan Kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau suatu kelompok untuk mempengaruhi perilaku seseorang atau kelompok lain, sesuai dengan keinginan para pelaku. Sarjana yang melihat kekuasaan inti dari politik beranggapan bahwa politik adalah semua kegiatan yang menyangkut masalah memperebutkan dan mempertahankan

kekuasaan. Biasanya dianggap bahwa perjuangan kekuasaan (power struggle) ini mempunyai tujuan yang menyangkut kepentingan seluruh masyarakat. Pengambilan keputusan Keputusan (decision) adalah hasil dari membuat pilihan diantara beberapa alternatif, sedangkan istilah pengambilan keputusan (decision making) menunjuk pada proses yang terjadi sampai keputusan itu tercapai. Kebijakan Umum Kebijakan (policy) adalah suatu kumpulan keputusan yang diambil oleh seorang pelaku atau kelompok politik, dalam usaha memilih tujuan dan cara untuk mencapai tujuan itu. Pada prinsipnya, pihak yang membuat kebijakan-kebijakan itu mempunyai kekuasaan untuk melaksanakannya.
12

Pembagian atau Alokasi Pembagian atau alokasi ialah pembagian dan penjatahan nilai-nilai dalam masyarakat. Sarjana yang menekankan pembagian dan alokasi beranggapan bawah politik tidak lain dan tidak bukan adalah membagi dan mengalokasikan nilai-nilai secara mengikat. Yang ditekankan oleh mereka adalah bahwa pembagian ini sering tidak merata dan karena itu menyebabkan konflik.

2.4 Bidang-bidang Ilmu Politik


Dalam Contemporary Political Science, terbitan UNESCO 1950, politik dibagi dalam empat bidang. I. Teori Politik Teori politk Sejarah perkembangan ide-ide politik. II. Lembaga-lembaga politik: Undang-undang Dasar. Pemerintah Nasional. Pemerintah Daerah dan Lokal. Fungsi Ekonomi dan sosial dari pemerintah. Perbandingan lembaga-lembaga politik. III. Partai-partai, Golongan-golongan (groups), dan pendapat umum. Partai-partai politik. Golongan-golongan dan asosiasi-asosiasi Partisipasi warga negara dalam pemerintah dan administrasi Pendapat umum IV. Hubungan Internasional Politik Internasional. Organisasi-organisasi dan Administrasi Internasional Hukum-hukum internasional
13

Teori politik yang merupakan bidang pertama dari ilmu politik adalah bahasan sistematis dan generalisasi-generalisasi dari fenomena politik. Teori politik yang bersifat spekulatif sejauh menyangkut norma-norma untuk kegiatan politik, tetapi juga dapat bersifat menggambarkan (deskriptif) atau membandingkan (komporatif) atau berdasarkan logika. Perkembangan penelitian ilmu politik sejak tahun 1950 menunjukan betapa pesatnya perkembangan teknologi, ekonomi, dan sosial telah mengakibatkan

bertambahnya pengkhususan-pengkhususan. Hubungan dan Politik Luar Negeri ada kecenderungan untuk berdiri sendiri dari beberapa negara merupakan fakultas tersendiri. Selanjutnya dibawah ini ada beberapa contoh dari asosiasi ilmu politik yang memiliki reputasi dan keanggotaan internasional. Sebut saja

International Political Science Association (IPSA). Asosiasi ini yang pada awal pendiriannya mendapat pendanaan penuh dari UNESCO, pada tahun 1949 telah melaksanakan Kongres Dunia IPSA XX di Fukuoka, Jepang. Kongres dunia yang diadakan tiga tahun sekali ini mengangkat tema dengan judul, Is Democracy Working? Tema ini dipilih berkaitan dengan perubahan dan perkembangan yang fundamental dari relasi-relasi politik disetiap tingkatan dan dibanyak tempat didunia. Ada kebutuhan untuk meninjau ulang penilaian atas pelaksanaan demokrasi dan akibat-akibatnya terhadap batasbatas dan institusi-institusi politik ditingkat global, regional, nasional, dan lokal. Jika dilihat perjalanan IPSA selama ini sejak pertama kali mereka mengadakan Kongres di Zurich, Jerman pada tahun 1950, harus diakui bahwa mereka mengalami perkembangan yang pesat, khususnya dari jumlah keanggotaannya maupun negara yang terlibat. Dalam Kongres Dunia XX International Political Science Association (IPSA) pada tahun 2006 yang diadakan di Fukuoka, telah diangkat beberapa tema utama yang antara lain sebagai berikut: Liberalisme, Pluralisme, dan Multikulturalisme.
14

Tahap dan Kualitas Demokrasi: Pengalaman dan Kriteria Islam dan Demokrasi Perbandingan Demokrasi Lokal Alat Dalam acara seminar internasional American Politic Science Association (APSA), tahun 2006 di Philadelpia, Amerika Serikat, dan ada beberapa tema yang dibicarakan, antara lain : Metode eksperimental dan Perbandingan Politik Organisasi politik dan kekuasaan Dimensi Kekuasaan Hegemoni dan Kebijakan Luar Negeri AS Konseptualisasi Bahasa Politik Kekuasaan

2.5 Hubungan Ilmu Politik dengan Ilmu Pengetahuan Lain


Sejarah

Seperti diterangkan diatas, sejak dahulu kala ilmu politik erat hubungannya dengan sejarah dan filsafat. Sejarah merupakan alat yang paling penting bagi ilmu politik, karena menyumbang bahan, yaitu data dan fakta dari masa lampau, untuk diolah lebih lanjut. Perbedaan pandangan antara ahli sarjana sejarah dan sarjana ilmu politik ialah bahwa ahli sejarah selalu meneropong masa yang lampau dan inilah yang menjadi tujuannya, sedangkan sarjana ilmu politik biasanya lebih melihat kedepan (future oriented).untuk kita orang Indonesia mempelajari sejarah dunia dan sejarah indonesia khususnya merupakan salah satu keharusan. Sejarah kita pelajari untuk ditarik pelajarannya, agar dalam menyusun masa depan kita tidak terbentur dalam kesalahan-kesalahan yang sama. Misalnya perlu sekali kita mempelajari revolusi-revolusi yang telah dunia. mengguncangkan

15

Filsafat

Ilmu pengetahuan lain yang erat sekali hubungannya dengan ilmu politik ialah filsafat. Filsafat ialah usaha untuk secara rasional dan sistematis mencari pemecahan atau jawaban atas persoalan-persoalan yang menyangkut alam semesta dan kehidupan manusia. Ilmu politik terutama sekali erat hubungannya dengan filsafat politik, yaitu bagian dari filsafat yang menyangkut kehidupan politik terutama mengenai sifat hakiki, asal mula dan nilai dari negara. Negara dan manusia didalamnya dianggap sebagai sebagian dari alam semesta. Contoh dari pandangan bahwa ada hubungan erat antara politik dan etika tercermin dalam karangan filsuf Yunani Plato, Politeia yang menggambarkan negara yang ideal. Di negara-negara barat pemikiran politik baru memisahkan diri dari etika mulai abad ke-16 dengan dipelopori oleh negarawan Itali Niccolo Macchiavelli. Akan tetapi didunia barat akhir-akhir ini kembali timbul perhatian baru tentang filsafat dengan munculnya buku A Theoty of Justice, karangan Jhon Rawls tahun 1971, Rawls memperjuangkan distribusi kekayaan secara adil bagi pihak yang kurang mampu.

2.6 Hubungan Ilmu Politik dengan Ilmu-ilmu Sosial Lain


Hubungan-hubungan ilmu politik tidak hanya terbatas pada sejarah dan filsafat, tetapi juga meliputi ilmu-ilmu sosial lainnya. Ilmu politik merupakan salah satu dari kelompok besar ilmu sosial dan erat sekali hubungannya dengan anggotaanggota kelompok lainnya, seperti sosiologi, antropologi, ilmu hukum, ekonomi, psikolog sosial, dan ilmu bumi sosial. Mengenai ilmu-ilmu apa yang termasuk ilmu-ilmu sosial tidak ada persesuaian paham. Misalnya, sarjana-sarjana seperti Bert F, Hoselitz, dan Edwin RA. Seligman menyebut sejarah sebagai salah satu ilmu sosial, tetapi tidak menyebut ilmu administrasi atau ilmu komunikasi. Ada juga pihak lain yang menyangkal bahwa sejarah merupakan suatu ilmu sosial, sentara itu ilmu administrasi dan ilmu komunikasi diberbagai perguruan tinggi diperlakukan sebagai ilmu sosial. Berhubung ada perbedaan pendapat ini, ada
16

baiknya disebut disini ilmu-ilmu yang oleh badan Internasional seperti UNESCO disebut sebagai ilmu sosial, yaitu seperti sosiologi, psikologi sosial, antropolgi budaya, hubungan internasional, ilmu hukum, ilmu politik, ekonomi, statistik, kriminologi, demografi, dan ilmu administrasi. Beberapa dari ilmu sosial ini akan dibahas dibawah ini. Sosiologi Diantara ilmu-ilmu sosial, sosiologi lah yang paling pokok dan umum sifatnya. Sosiologi membantu sarjana ilmu politik dalam usahanya memahami latar belakang, susunan dan pola kehidupan sosial dari berbagai golongan dan kelompok dalam masyarakat. Dengan menggunakan pengertian-pengertian dan teori-teori sosiologi, sarjana ilmu politik dapat mengetahui sampai dimana susunan dan stratifikasi sosial mempengaruhi ataupun dipengaruhi oleh misalnya keputusan kebijakan (policy decision), corak dan sifat keabsahan politik (political legitimacy)

17

BAB III PENUTUP

3.1

Kesimpulan Jadi kesimpulan dari ilmu politik ini adalah adakalanya

dipersoalkan apakah ilmu politik merupakan suatu ilmu pengetahuan (science) atau tidak dan disangsikan apakah ilmu politik memenuhi syarat sebagai ilmu pengetahuan. Ilmu politik adalah ilmu yang mempelajari politik dan ilmu politik ini juga ialah suatu usaha menggapai kehidupan yang baik , di indonesia kita teringat pepatah gemah ripah loh jinawi. Para sarjana politik cenderung untuk menekankan salah satu saja dari konsepkonsep ini, akan tetapi selalu sadar akan pentingnya konsep-konsep lainnya. Dengan demikian sampai pada kesimpulan bahwa politik dalam suatu negara(state), berkaitan dengan masalah kekuatan (power), pengambilan keputusan (desicion making), kebijakan politik (public policy) dan alokasi atau distribusi (allocation or distribution).

3.2

Saran

Para pemuda pemudi apabila ilmu politik dipandang semata-mata sebagai salah satu cabang dari ilmu-ilmu sosial yang memiliki dasar, rangka, fokus, dan ruang lingkup. Yang jelas maka dapat dikatakan masih muda usianya pada abad ke-19.

18

DAFTAR PUSTAKA

- Apter, David E.Pengantar Analisa Politik. Terjemahan Setiawan Abadi ,Jakarta LP3ES,1985 - Prof. Miriam Budiardjo , penerbit PT.Gramedia pustaka Utama,Jakarta

19

You might also like