You are on page 1of 78

http://nhawyr.blogspot.com/2010/02/laporan-praktikum-biologi-dasar.

html

LAPORAN LENGKAP
OLEH Nama : Munawir Nasir NIM/Kelas : 091 404 015 / A Jurusan : Biologi Kelompok : I (Satu) Laboratorium Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Makassar 2009 LEMBAR PENGESAHAN Laporan lengkap praktikum Biologi Dasar dengan judul : Cara Menggunakan Mikroskop Percobaan Lazzaro Spallanzani Pengamatan Mikroskopis Anatomi Hewan Vertebrata Pengaruh pH Terhadap Aktivitas Enzim Respirasi Kebakaan Pengaruh Suhu Terhadap Aktivitas Organisme Telah diperiksa oleh koordinator asisten dan dinyatakan diterima. Makassar, Desember 2009 Koordinator Asisten,

Suhaedir Bachtiar,S.pd.

LEMBAR PENGESAHAN Laporan lengkap praktikum Biologi Dasar dengan judul Anatomi Hewan Vertebrata yang disusun oleh : Nama : Munawir Nasir NIM : 091404015 Kelas/Kelompok : I (satu) Telah diperiksa dan dikoreksioleh asisten/ koordinator asisten dan dinyatakan diterima.

Makassar, Oktober 2009 Koordinator Asisten, Asisten, Suhaedir Bachtiar,S.pd. M. Irwan

NIM. 061404008

Mengetahui, Dosen Penanggung Jawab Drs. H. Hamka L., M.S. NIP. 196212311987021005 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, kini telah banyak ditemukan alat bantu untuk menyelesaikan permasalahan. Salah satu penemuan itu adalah mikroskop. Mikroskop merupakan salah satu alat penting dalam kegiatan biologi. Dengan menggunakan mikroskop kita dapat mengamati dengan jelas benda-benda yang sangat kecil yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang (kurang dari 0.1 mm), misalnya bagian-bagian dari sebuah sel. Keterampilan menggunakan mikroskop dapat membantu kita mengamati dan membandingkan struktur sel hewan denga sel tumbuhan. Kemahiran dan ketelitian sipemakai dalam menggunakan mikroskop sangat diperlukan. Hal dapat di dapat dicapai dengan mengenali baikbaik bagian-bagiannya, fungsinya, serta cara penggunaan dan pemulihannya. Semakin ahli kita dalam menggunakan mikroskop maka akan semakin baik pula hasil pengamatan mikroskopis yang kita lakukan dengan menggunakan mikroskop. Mikroskop sederhana yang biasa kita gunakan umumnya menggunakan cahaya dari alam atau juga dapat menggunakan cahaya lampu sebagai sumber cahaya pengganti matahari. Cahaya masuk kemudian dipantulkan dengan suatu cermin datar ataupun cekung, cermin inilah yang akan mengarakan cahaya dari luar kedalam mikroskop. Namun setiap mikroskop pada dasarnya terdiri atas bagian-bagian optik dan bagian-bagian merkanik. Dua nilai penting sebuah mikroskop ialah daya pembesaran dan penguraiannya, atau resolusi. Pembesaran mencerminkanberapa kali lebih besar objeknya terlihat dibandingkan ukuran sebenarnya. Daya urai merupakan ukuran kejelasan citra, yaitu jarak minimum dua titik yang dapat dipisahkan dan masih dapat dibedakan sebagai dua buah titik. B. Tujuan Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu agar kita sebagai mahasiswa terampil menggunakan mikroskop biologi dengan cepat dan aman untuk melihat sediaan sederhana. C. Manfaat Adapun manfaat dari percobaan ini yaitu agar mahasiswa, masyarakat dan umum dapat lebih mengenal tentang mikroskop dan mengetahui teknik penggunaan mikroskop yang benar. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sejarah ditemukannya mikroskop sejalan dengan penelitian terhadap mikrobiologi. Yang memasuki masa keemasan saat berhasil mengamati jasad renik. Pada tahun 1664 Robert Hooke, menggambarkan struktur reproduksi dari moulds, tetapi orang pertama yang dapat melihat mikroorganisme adalah seorang pembuat mikroskop amatir berkebangsaan Jerman yaitu Antoni Van Leeuwenhoek (1632-1723), menggunakan mikroskop dengan konstruksi yang sederhana. Dengan mikroskop tersebut dia dapat melihat organisme sekecil mikroorganisme (Kusnadi,

2003). Kata mikroskop bersal dari bahasa Yunani yaitu micron yang artinya kecil dan scropos yang artinya melihat atau tujuan. Jadi dapat dikatakan bahwa mikroskop adalah alat untuk melihat obyek yang terlalu kecil untuk dilihat dengan mata telanjang. Alat utama dalam mikroskop yang digunakan untuk mengamati adalah lensa objektif dan lensa okuler. Dalam mikroskop baik lensa objektif maupun lensa okuler keduanya merupakan lensa cembung. Secara garis besar lensa objektif menghasilkan suatu bayangan sementara yang mempunyai sifat semu, tebalik dan diperbesar terhadap posisi benda mula-mula (Anonim, 2009). Dua nilai penting sebuah mikroskop adalah daya pembesaran dan penguraiannya, atau resolusi. Pembesaran mencerminkan berapa kali lebih besar objeknya terlihat dibandingkan dengan ukuran sebenarnya. Daya urai merupakan ukuran kejelasan citra; yaitu jarak minimum dua titik yang dapat dipisahkan dan masih dapat dibedakan sebagai dua titik berbeda dan terpisah (Campbell, 2000). Mikroskop yang menggunakan cahaya disebut mikroskop optik. Mikroskop optik dapat dibedakanmenjadi mikroskop biologi atau monokuler dan mikroskop stereo atau binokuler. Mikroskop biologi digunakan untuk pengamatan benda tipis dan trans paran. Penyinaran diberikan dari bawah dengan sinar alam atau lampu. Mikroskop binokuler atau stereo digunakan un tuk pengamatan yang tidak terlalu besar, transparan atau tidak. Penyinaran dapat diatur dari atas maupun dari bawah dengan sinar alam atau lampu (Tim Pengajar, 2009). Mikroskop yang biasa digunakan dalam laboratorium biologi adalah mikroskop monokuler (latin : mono = satu, oculus = mata). Kebanyakan objek yang akan diamati dengan menggunakan mikroskop monokuler ini harus memiliki ukuran yang kecil atau tipis sehingga dapat ditembus cahaya. Bentuk dan susunan objek tersebut dapat dibedakan karena beberapa bagian objek itu lebih banyak menyerap cahaya dari pada bagian-bagian yang lain. Mikroskop membuat bendabenda kecil kelihatan lebih besar dari pada wujud sebenarnya, hal ini disebut perbesaran. Mikroskop juga dapat membuat kita melihat pola-pola terperinci yang tidak tampak oleh mata telanjang, hal ini disebut penguraian (Goldsten, 2004). Semakin tipis bahan yang diperiksa semakin jelas nahan yang diperoleh. Cahaya yang dipantulkan dari suatu titik objek tidak dapat direkombinasi kagi untuk membuat titik lain yang sebenarnya, tetapi hanya sebuah piringan cahaya. Daya pembesaransebuah mikroskop, yaitu kemampuan untuk membeda-bedakan rincian halus, adalah sebanding dengan medium yang ditransmisi. Cahaya mempunyai panjang gelombang sekitar 0,5 mm dan daya pembesaran paling baik (meskipun menggunakan cahaya dengan gelombang paling pendek) adalah sekitar 0,45 mm obyek yang letaknya lebih dekat dari itu tidak akan diperbesar sebagai lebih dari satu objek (Abercombie, 1933). Dibalik semua keunggulan dan kegunaannya, mikroskop juga memiliki kelemahan yaitu daya pisah, bukan daya pembesaran. Daya pisah adalah kemampuan untuk membedakan dua titik yang berdekatan sebagai titik yang jelas seta terpisah. Peningkatan ukuran tanpa disertai gambar yang jelas tidak berarti banyak bagi seorang yang menggunakan mikroskop. Ini berarti tidak ada gunanya mendapat gambar yang besar tetapi kabur (W. lay. 1992). BAB III METODE PRAKTIKUM A. Waktu dan Tempat Adapun waktu dan tempat pelaksanaan praktikum ini : a. Waktu praktikum

Hari/tanggal : jumat, 16 Oktober 2009 Waktu : Pukul 01.30 sd.03.10 WITA Tempat : Laboratorium Biologi lantai III Timur FMIPA UNM. B. Alat dan Bahan 1. Alat Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah yaitu : 1. Alat yang disediakan oleh laboratorium a. Mikroskop biologi b. Kotak peralatan, berisi : 1. Kaca benda 2. Kaca penutup 3. Cawan petri 4. Pinset 5. Pipet tangan 2. Alat yang disediakan oleh mahasiswa a. Pisau silet baru b. Kain planel baru c. Lap katun d. Buku gambar dan pensil e. Tusuk gigi 2. Bahan Adapun bahan dari percobaan ini yaitu : 1. Bahan yang disediakan oleh laboratorium a. Air suling b. Kertas saring atau kertas hisap c. Kapas atau kapuk 2. Bahan yang disediakan oleh mahasiswa a. Daun kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis) b. Daun waru (Hibiscus liliaceus) c. Daun labu (Cucurbita moschata) d. Bawang merah (Allium cepa) C. Prosedur Kerja 1. Menyiapkan Mikroskop a. Meletakkan mikroskop di atas meja kerja tepat dihapan. b. Membersihkan badan mikroskop dengan kain panel. Jangan sekali-kali menggosok lensa dengan kain. c. Membuka kotak peralatan, keluarkan cawan petri yang berisi kaca benda dan kaca penutup. Membersihkan kain benda dengan kain katun atau kertas saring. d. Di atas meja kerja hanya ada mikroskop, kotak peralatan dengan isinya, buku penuntun dan catatan, bahan-bahan untuk praktikum. Menyingkirkan yang lainnya pada tempat lain yang sudah disediakan. 2. Mengatur Masuknya Cahaya ke Dalam Tubus 2.1. Memperhatikan keadaan ruang praktikum, darimana arah datangnya cahaya yang lebih terang (dari depan, kiri, atau kanan) kemudian mengarahkan cermin mikroskop ke sumber cahaya tersebut dan membuka diafragma atau memutar lempeng pada posisi lubang sedang.

Mengatur posisi mikroskop yang memiliki kondensor mendekati meja sediaan dan menggunakan cermin datar. Untuk mikroskop tanpa kondensor menggunakan cermin cekung. 2.2. Mengatur posisi revolver sehingga objektif paling pendek menghadap ke meja sediaan sampai bunyi klik. 2.3. Menurunkan tubus sampai jarak ujung objektif dengan meja sediaan 5-10 mm atau tubus turun maksimal. 2.4. Meneropong lewat okuler dengan mata kiri tanpa memicingkan mata kanan (perlu latihan) akan nampak medan bundar putih (medan pandang). Jika terangnya tidak merata, maka kita menggerakkan sedikit cermin sampai terangnya rata. Kalau terlalu silau, kita mempersempit diafragma atau lubang pada lempeng. Jika medan pandang masih kabur berarti kurang cahaya yang masuk, maka kita membuka diafragma, pasang lubang lebih besar pada lempeng. 2.5. Mikroskop siap dipakai mengamati sediaan. 3. Cara Mengatur Jarak Lensa dengan Sediaan 3.1. Memutar pengatur kasar atu makrometer ke arah empu jari, tubus turun, jarak objektif dengan meja sediaan mengecil, kemudian sebaliknya. Apa yang terjadi? Mikroskop model lain yang tubusnya miring atau tidak bisa naik turun, maka meja sediaan bergerak naik turun apabila memutar makrometer dan mikrometer. 3.2. Memasang kaca benda yang berisi sediaan awetan di atas meja sediaan sedemikian rupa sehingga bahan yang diamati berada di tengah lubang meja, menjepit kaca benda dengan sengkeling sehingga tidak goyang. 3.3. Jarak objektif dengan kaca benda tidak lebih dari 10 mm. Jika jarak itu longgar, maka kita memutar makrometer untuk menurunkan tubus sambil melihat dari samping ujung objektif mendekati kaca benda sampai maksimum 5-10 mm. 3.4. Meneropong lewat okuler sambil tangan memutar makrometer menaikkan tubus perlahanlahan. Mengamati medan pandang sampai muncul bayangan, kalau tubus telah terangkat setengah putaran makrometer belum juga muncul bayangan, berarti terlewatkan, maka kita mengulangi langkah 3.3 kembali, kalau sudah ada bayangan tapi masih kabur, maka kita meneropong terus sambil memutar mikrometer naik atau turun sampai bayangan jelas garis atau batasan-batasannya. 3.5. Memeriksa perbesaran lansa okuler dan objektif dan perbesaran bayangan tersebut. 3.6. Mengeluarkan preparat yang telah diamati. 4. Membuat Preparat Sederhana 4.1. Mengambil kaca benda yang sudah dibersihkan kemudian dipegang serata mungkin. 4.2. Menetesi air jernih atau air suling satu tetes di tengah-tengah. 4.3. Mencabut satu serat kapas atau kapuk dengan pinset dan meletakkannya di tengah tetesan air. Untuk bahan daun waru, daun labu, dan daun kembang sepatu menggunakan silet untuk mengambil bagian epidermisnya, dan mengirisnya setipis mungkin. Sedangkan untuk bawang merah, kita mengirisnya setipis mungkin setelah itu meletakkannya di preparat. 4.4. Tangan yang sebelah memegang kaca penutup antara antara empu jari dengan telunjuk dengan sisi atau pinggir yang berlawanan. 4.5. Menyentuhkan sisi dengan kaca penutup pada kaca benda dekat tetesan air dengan kemiringan 45O kemudian dilepaskan sehingga tepat menutupi tetesan air. Menyerap kelebihan air yang merembes di tepi kaca dengan kertas saring. 4.6. Memasang preparat buatan pada meja sediaan dan mengamati seperti langkah 3.2, 3.3, 3.4, dan 3.5. 5. Mengganti Perbesaran

5.1. Apabila pengamatan sudah berhasil, 3.4 dan 3.5, bayangan yang nampak akan dibesarkan lagi dan jangan menyentuh posisi preparat atau tubus. 5.2. Memutar sedemikian rupa sampai lensa objektif yang lebih panjang (kuat) tegak lurus pada meja sediaan dan bunyi klik (periksa perbesaran) 5.3. Meneropong sambil memutar mikrometer sampai muncul bayangan yang lebih besar dari bayangan yang diamati. 5.4. Jika gagal menemukan bayangan yang lebih besar, kita menaikkan tubus dengan memutar makrometer berlawanan arah empu jari, memutar revolver kembali untuk menempatkan posisi lensa objektif lemah (pendek) pada posisi semula tanpa mengubah posisi preparat kemudian mengulang lagi langkah 3.3, 3.4, 3.5 lanjut ke 5.1, 5.2, 5.3, sampai berhasil. 5.5. Menaikkan tubus apabila akan mengamati bahan lain dan mengeluarkan preparat yang sudah diamati kemudian membersihkan kaca benda dan kaca penutup. 5.6. Membuat sediaan baru sesuai langkah baru 4.1 sampai 4.6. 5.7. Pada akhir kegiatan yang menggunakan mikroskop, perhatikan hal-hal berikut : i. Preparat tidak boleh tersimpan di atas meja sediaan tetapi kita harus mengeluarkannya. ii. Membersihkan preparat basah dengan kertas saring atau lap katun (kaca benda + kaca penutup) kemudian menyimpannya dalam cawan petri dan memasukkannya ke dalam kotak perlengkapan. iii. Membersihkan badan mikroskop dengan kain panel, menurunkan tubus serendah mungkin. iv. Menyimpan mikroskop ke dalam kotak mikroskop. v. Membersihkan semua peralatan yang telah dipakai dengan lap katun dan disimpan dalam kotaknya. vi. Menyimpan sendiri peralatan yang telah dibawa untuk kegiatan berikutnya. vii. Membuang sisa bahan yang tidak digunakan lagi di tempat sampah yang tersedia.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengamatan - Mikroskop Biologi

Keterangan : 1. Okuler 2. Makrometer 3. Mikrometer 4. Lengan 5. Penggerak mekanik 6. Sumbu inklinasi 7. Pengatur kondenser 8. Kaki 9. Cermin 10. Diafragma 11. Kondenser

12. Meja sediaan 13. Sengkeling 14. Lensa objektif 15. Revolver 16. Tubus a. Bawang merah (Allium cepa) b. Daun Waru (Hibiscus liliaceus) c. Daun Labu (Cucurbita maschata) d. Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis)

B. Pembahasan Mikroskop adalah alat optik yang digunakan untuk mengamati benda-benda yang berukuran sangat kecil. Mikroskop membuat benda-benda kecil kelihatan lebih dari pada wujud sebenarnya dan mikroskop membuat kita melihat pola-pola terperinci yang tidak tampak oleh mata telanjang. Mikroskop memiliki komponen-komponen dari kaca yang mudah rusak, berupa lensa-lensa dan cermin. Makanya kita harus menghindarkan perlakuan yang dapat membuat benturan dengan komponen tersebut. Mikroskop mempunyai komponen-komponen pendukung seperti : 1. Kaki mikroskop, sebagai alas tempat tumpuan berdiri. 2. Tiang, tempat bersendi lengan mikroskop, atau pegangan dengan sumbu inklinasi. 3. Lengan atau pegangan mikroskop, yang dipegang bilamana diangkat. 4. Cermin, alat penangkap dan pamantul cahaya. 5. Pengatur kondensor, bila diputar akan menaikkan atau menurunkan kondensor. 6. Kondensor, lensa yang menghimpun berkas cahaya dari cermin masuk ke lubang meja sediaan. 7. Diafragma, alat yang dapat ditutup dan dibuka, pengatur banyaknya cahaya yang amasuk ke kondensor. 8. Meja sediaan, tempat meletakkan kaca benda (objek glass). 9. Sengkeling, penjepit atau pengatur letak sediaan (objek glass). 10. Penggerak Mekanis, alat pengatur letak kaca benda pada meja. 11. Lubang meja sediaan, lubang di tengah-tengah meja sediaan tempat lewatnya cahaya dari kondensor masuk ke objek glass terus ke lensa objektif. 12. Makrometer, pengatur kasar, alat penggerak tubus ke atas atau ke bawah secara kasar. 13. Mikrometer, pengatur halus, alat penggerak tubus ke atas atau ke bawah secara halus. 14. Tubus atau tabung okuler, pada ujung atasnya terdapat lensa okuler. 15. Revolver atau pemutar objektif, cakram tempat melekatnya lensa objektif berbagai ukuran. 16. Lensa objektif, yang berfungsi adalah yang menghadap tegak lurus pada meja sediaan, menerima bayangan sediaan kemudian membesarkannya. 17. Lensa okuler, yang diintip oleh mata pengamat, menerima bayangan dari objektif dan membesarkannya. Pada percobaan ini kami hanya mengambil satu sampel bahan percobaan yaitu bawang merah

(Allium cepa), dan kami mengamati sampel tersebut dengan tiga macam perbesaran seperti yang terlihat pada gambar. Dari gambar tersebut kita dapat melihat bahwa pada pembesaran lemah terlihat hanya bagian kecil dari epidermis Allium cepa tersebut dan pola-pola epidermis Allium cepa masih kurang jelas pemisahannya. Sedangkan pada pembesaran yang lebih kuat, kita bisa mengamati pola pemisahan yang lebih jelas dan bagian-bagian dari epidermis Allium cepa tersebut terlihat lebih kompleks. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan percobaan yang telah kami lakukan, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Mikroskop merupakan alat bantu untuk melihat sesuatu yang berukuran sangat kecil (benda renik). 2. Mahasiswa mampu mengenali dan mengetahui bagian-bagian mikroskop biologi dan fungsinya masing-masing, serta mampu dan terampil menggunakan mikroskop biologi tersebut dengan cepat dan aman untuk melihat sediaan sederhana A. Saran Adapun saran dari percobaan ini adalah : 1. Laboratorium: Sebaiknya alat-alat yang disediakan laboratorium diperhatikan, sehingga praktikan tidak menggunakan alat yang kurang baik. 2. Asisten: Sebaiknya asisten tidak meninggalkan praktikan saat percobaan berlangsung. 3. Mahasiswa: Praktikum mikroskop ini harus diperhatikan dengan baik karena mikroskop sangat penting dalam kegiatan biologi.

DAFTAR PUSTAKA Abercombie, M. I993. Kamus Lengkap Biologi. Jakarta: Erlangga. Anonim. 2009. Mikroskop. http://id.wikipedia.org/wiki/mikroskop. Diakses tanggal 17 Oktober 2009. Campbell, N.A. 2000. Biologi Edisi Kelima Jilid I. Jakarata: Erlangga. Goldsten, Philip. 2004. Ilmu Pengetahuan Populer Jilid 10 Edisi 11. PT Ikrar Mandiri Abadi. Jakarta. Kusnada. Dkk. 2003. Mikrobiologi. Bandung: Jica. Tim Pengajar. 2009. Penuntun Praktikulum Biologi Dasar. Jurusan Biologi FMIPA UNM. Makassar. W. Lay. 1992. Mikro biologi. Bogor: CV. Raja Wali. PERTANYAAN 1. Tulis nama bagian optik dari mikroskop ! 2. Tulis nama bagian mekanik dari mikroskop ! 3. Tulis fungsi bagian mekanik !

4. Kalau bayangan dalam medan pandangan akan digeser ke kiri-depan, ke arah manakah kaca benda/sediaan harus digeser? Mengapa? 5. Tulis pengaruh negatif terhadap mikroskop kalau lensa digosok dengan kain atau kertas biasa/kasar? Jawaban : 1. Bagian optik dari mikroskop, yaitu : b. Cermin c. Kondensor d. Lensa objektif e. Lensa okuler 2. Bagian optik dari mikroskop, yaitu : a. Lengan b. Makrometer c. Mikrometer d. Penggerak mekanik e. Sumbu inklinasi f. Pengatur kondensor g. Diafragma h. Sengkeling i. Revolver j. Meja sediaan k. Tubus l. Kaki mikroskop 3. Fungsi bagian mekanik : a. Pengatur kondensor berfungsi sebagai alat untuk menaikkan atau menurunkan kondensor. b. Meja sediaan berfungsi sebagai tempat meletakkan kaca benda. c. Makrometer berfungsi sebagai alat untuk menggerakkan tubus naik turun secara kasar. d. Mikrometer berfungsi sebagai alat untuk menggerakkan tubus naik turun secara halus. e. Sengkeling berfungsi sebagai penjepit atau pengatur letak sediaan. f. Penggerak mekanis berfungsi sebagai alat pengatur letak kaca benda pada meja. g. Tubus berfungsi sebagai tempat melekatnya lensa okuler pada ujungnya. h. Revolver berfungsi sebagai cakram tempat melekatnya lensa objektif berbagai ukuran. 4. Apabila bayangan dalam medan pandangan akan digeser ke kiri-depan, maka kaca benda harus digeser ke arah yang berlawanan dengan bayangan, karena sifat lensa okuler yang menerima bayangan dari lensa objektif yaitu maya, terbalik dan diperbesar. 5. Pengaruh negatif terhadap mikroskop apabila lensa digosok dengan kain atau kertas biasa/kasar adalah lensa dapat menjadi buram dan bahkan akan tergores sehingga lensa mikroskop sudah tidak baik lagi untuk digunakan, karena bila lensanya sudah tergores bila digunakan akan membentuk bayangan lain yang menyebabkan bayangan dari sediaan tidak jelas lagi.

LEMBAR PENGESAHAN Laporan lengkap praktikum Biologi Dasar dengan judul Percobaan Lazzaro Spallanzani yang disusun oleh : Nama : Munawir Nasir NIM : 091404015 Kelas/Kelompok : I (satu) Telah diperiksa dan dikoreksi oleh asisten/koordinator asisten dan dinyatakan diterima. Makassar, Oktober 2009 Koordinator Asisten, Asisten, Suhaedir Bachtiar,S.pd. Erni Majid NIM. 061404038 Mengetahui, Dosen Penanggung Jawab Drs. H. Hamka L., M.S. NIP. 196212311987021005 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya manusia memiliki daya berpikir dan rasa ingin tahu yang tinggi termasuk dari mana awal kehidupanya di muka bumi. Karena rasa ingin tahu yang tinggi maka mereka menggunakan kecerdasannya untuk mengungkap asal mula kehidupan. Hal ini yang mendorong para peneliti melakukan percobaan untuk mendapat jawaban pertanyaan tersebut. Asal-usul kehidupan menurut pandangan ilmu pengetahuan belum sepenuhnya terkuak. Ada halhal yang masih menjadi misteri. Pertanyaan apakah hidup? dan dari manakah asal kehidupan? merupakan masalah dari abad ke abad. Para pakar telah mengkaji dan mencoba menjawabnya dengan berbagai teori dan percobaan. Dalam mengkaji asal-usul kehidupan awalnya muncul pendapat bahwa manusia berasal dari benda mati. Hal ini mengundang reaksi dari berbagai pihak, ada yang sependapat dengan teori tersebut tapi tidak sedikit pula yang menentangnya. Salah satu yang menentang teori tersebut adalah Lazzaro Spallanzani. untuk membuktikan pendapatnya maka dia melakukan pecobaan dengan menggunakan air kaldu yang dipanaskan dan ditutup rapat. Pendapat ini pun masih belum bisa menjawab pertanyaan tewntang asal mula kehidupa. Untuk mengkaji kebenaran teori ini Lazzaro Spallanzani tentang asal usul kehidupan, maka kami melakukan percobaan seperti yang dia lakukan. B. Tujuan Percobaan ini bertujuan memberi kesempatan kepada mahasiswa mengikuti jalan pikiran dan langkah-langkah yang pernah dilakukan para ilmuan/peneliti dalam memecahkan masalah biologi, khususnya menjawab pertanyaan di atas. C. Manfaat Adapun manfaat dari praktikum ini yaitu agar mampu mengambil kesimpulan dan mengetahui seluk-beluk dan teori asal-usul kehidupan yang benar.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pertanyaan yang selalu tmbul bagi bagi para pemikir filosofis dan kaum naturalis adalah asal mula terjadinya kehidupn di bumi ini. Sampai sekarang hal tersebut masih merupakan teka-teki yang belum dapat dipecahkan, macam-macam pandangan telah dikemukakan mengenai asal mula terjadinya kehidupan di bumi ini. Namun pandangan tersebut masih merupakan hipotesis yang memiliki arti sejarah (Sasmita, 1991) Pertanyaan dari manakah asal kehidupan?, telah dicoba dijawab dengan berbagai teori dan percobaan Spallanzani yang meragukan kebenaran teori Abiogenesis/Generatio Spontanea dari Aristoteles (Tim Pengajar, 2009). Teori mengenai asal-usul kehidupan senantiasa berkembang. Kini telah banyak dikenal mengenai teori asal-usul kehidupan tersebut, seperti teori Abiogenesis (Generatio Spontanea), teori Biogenesis, teori Kosmos, teori Evolusi Kimia dan teori Evolusi Biologi. Diantara beberapa teori tersebut teori Abiogenesis dan teori Biogenesislah yang sangat diperdebatkan oleh para ilmuwan (Pratiwi, 2004). Selain Aristoteles, para ilmuan lainnya seperti Antonie van Leeweunhoek dan John Needham (1713-1781) juga mendukung teori Abiogenesis tersebut. John Needham, biologis asal Inggris ini mendapatkan bahwa pada air kaldu yang telah dipanaskan (bebas dari mikroorganisme) setelah beberapa lama kemudian akan muncul lagi mikroorganisme yang baru (Anonim, 2009). Makhluk-makhluk renik yang tiba-tiba muncul pada makanan yang membusuk sebagiannya timbul dengan sendirinya maka Lazarro Spallanzani mencoba membuktikan bahwa mikro organisme tidak muncul dengan sendirinya, maka ia mendidihkan air kaldu kemudian menutup rapat-rapat sehingga tidak dimasuki apapun dari luar. Jika itu tetap bening dan steril maka generasi spontanea tidak dapat terjadi (Kimbal, 1992) Beberapa ahli telah melakukan berbagai usaha untuk melakukan penelitian terhadap pandangan generatio spontanea, diantaranya Francesco Redi, Lazzaro Spallansani (keduanya berkebangsaan Italia) dan Louis Pasteur yang berkebangsaan Perancis (Tim Pengajar, 2003). Lazzaro Spallanzani, salah seorang ilmuwan yang membantah teori Abiogenesis. Dalam melakukan percobaannya, Lazzaro Spallanzani memanaskan dua buah tabung yang berisi air kaldu. Setelah dipanaskan kedua tabung tersebut diberi perlakuan yang berbeda. Tabung pertama dibiarkan terbuka, sedangkan tabung yang kedua ditutup. Ternyata setelah beberapa waktu pada tabung pertama terdapat organisme dan pada tabung kedua tidak terdapat organisme (Janice, 2003). Spallanzani menyimpulkan bahwa animakules dapat terbawa udara kedalam kaldu itu dan inilah penjelasan tentang adanya abiogenesis yangdisangka benar itu. Di dalam kaldu yang sudah dipanaskan dengan baik. Peneliti-peneliti terdahulu menutup labunya dengan sumbat gabus, tetapi Spallanzani tidak merasa puas bahwa sumbat buatan itu dilalui udara, dan terpaksa melakukan penyegelan yang rapat udara ia perhatikan bahwa. Sesudah kaldu itu dibiarkan untuk waktu yang lama terdapat retakan kecil pada gelas yang kemudian diikuti dengan perkembbangan animakuler (Stenier, 1982) Beberapa orang tetap tida percaya terhadap hasil eksperimen Redi dan Spallanzani. merka berpendapat bahwa untuk dapat timbul kehidupan secara spontandari benda tak hidup diperlukan gaya hidup dan gaya hidup pada percobaan Spallanzani tidak ada karena labu ditutup rapat (Winatasasmita, 1999)

BAB III METODE PRAKTIKUM A. Waktu dan Tempat Adapun waktu dan tempat pelaksanaan praktikum ini : a. Waktu praktikum Hari/tanggal : Jumat, 23 Oktober 2009 Waktu : Pukul 01.30 s.d. 03.10 WITA b. Tempat praktikum Tempat : Laboratorium Biologi lantai III Timur FMIPA UNM. B. Alat dan Bahan 1. Alat Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah : a. 4 buah tabung reaksi b. 1 buah rak tabung reaksi c. 2 buah sumbat gabus/karet yang sesuai d. 1 buah lampu spiritus e. 1 buah klem kayu f. 1 potong lilin 2. Bahan Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah : a. 30 ml kaldu cair b. Korek api C. Prosedur Kerja 1. Mengisi keempat tabung reaksi dengan kaldu masing-masing 10 mL. 2. Tabung I, tidak memberikan perlakuan. 3. Tabung I, menyumbat dengan tutup gabus/karet dan manetesi dengan lilin cair sela antara mulut tabung dengan tutup. 4. Tabung III, mendidihkan kaldunya di atas api lampu spiritus selama 10 menit, biarkan terbuka (tanpa tutup). 5. Tabung IV, mendidihkan kaldunya di atas api lampu spiritus selama 10 menit, segera tutup dengan gabus dan menetesi dengan lilin cair sela antara mulut tabung dengan tutupnya. 6. Meletakkan semua tabung percobaan pada rak tabung reaksi dan menyimpannya di atas meja kerja, usahakan terhindar dari gangguan hewan, cahaya matahari langsung dan sumber panas lainnya. 7. Melakukan pengamatan dan mencatat setiap hari, selama lima hari. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengamatan Tabung Tabung I Tabung II Tabung III Tabung IV B W E Bu B W E Bu B W E Bu B W E Bu 1----------------

2--+---+--------3 - + ++ - - - ++ - - - + - - - - 4 + ++ ++ - - - - - - + + - - - - 5 + +++ ++ - - + ++ - + ++ ++ + - - - Keterangan : + = Ada Perubahan - = Tidak ada perubahan W = Warna E = Endapan Bu = Buih B = Bau

Keterangan : a. Sumbat karet b. Tabung reaksi c. Lampu spiritus d. Buih e. Endapa B. Pembahasan Pada tabung I, dimana tabung ini tidak didihkan dan tidak ditutup, mulai muncul buih pada hari pertama pengamatan. Kemudian pada hari kedua, kaldu pada tabung tersebut mulai terdapat endapan pada dan mulai mengalami perubahan bau. Perubahan bau, terdapatnya endapan dan buih terus bertambah pada hari pengamatan yang ketiga. Pada hari keempat, warna kaldu pada tabung tersebut mulai berubah menjadi keruh. Perubahan warna, bau, terdapatnya endapan dan buih terus bertambah hingga hari kelima pengamatan. Dari hasil pengamatan selama lima hari, pada tabung II dimana perlakuan yang diberikan hanyalah menyumbat mulut tabung dengan sumbat karet yang pada hari ke-1 tidak mengalami perubahan, namun pada hari ke-2 telah terdapat endapan. Endapan ini terus bertambah banyaknya hingga hari kelima, dan pada hari kelima juga muncul buih pada kaldunya. Pada tabung III, dimana air kaldunya hanya didihkan di atas lampu spiritus selama 10 menit dan tabungnya dibiarkan terbuka. Pada tabung ini, mulai terdapat pengendapan pada hari kedua. Pada hari ketiga kaldunya juga mulai mengalami perubahan bau dan juga perubahan warna. Kemudian pada hari keempat mulai terdapat buih pada kaldunya. Perubahan warna, bau, terdapatnya endapan dan buih terus bertambah sampai hari kelima. Pada tabung IV yang air kaldunya didihkan dan mulut tabungnya disumbat dengan sumbat karet, tidak mengalami perubahan dari awal pengamatan sampai hari terakhir pengamatan. Pada kaldunya memang terdapat endapan, namun endapan tersebut hanyalah tetesan lilin yang merembes masuk pada saat menetesi sumbat karetnya dengan lilin. Pada tabung pertama dihari terakhir pengamatan terbentuk gelembung/buih , juga terdapat endapan pada dasar tabung. Hal tersebut menandakan bahwa di dalam kaldu telah terdapat kehidupan suatu mikroorganisme misalnya bakteri. Begitupun pada tabung ke II dan ke III, pada

tabung tersebut diakhir pengamatan air kaldu menjadi keruh, berbau, berbuih, dan terdapat endapan. Hal tersebut merupakan tanda-tanda terdapatnya kehidupan pada tabung tersebut. Sedangkan pada tabung ke IV tidak mengalami perubahan apa-apa. Air kaldu masih tetap jernih, tidak berbau, dan tidak terdapat gelembung dan endapan. Hal tersebut menandakan bahwa dalam tabung tersebut tidak terdapat kehidupan. Pada tabung kedua terdapat mikroorganisme, hal tersebut disebabkan oleh perlakuan yang diberikan pada tabung tersebut. Dimana tabungnya ditutup namun kaldunya tidak dipanaskan. Akibat perlakuan tersebut mikroorganisme yang terdapat di dalam air kaldu tersebut dapat berkembang. Begitu pula pada tabung ke III. Walaupun kaldunya dididihkan sehingga mikroorganisme yang ada pada air kaldu mati. Namun karena tabung dibiarkan terbuka menyebabkan udara yang berasal dari luar tabung (lingkungan) yang mana di dalamnya terdapat mikroorganisme dapat masuk ke tabung reaksi. Sehingga pada tabung tersebut terdapat mikroorganisme. Apalagi pada tabung yang ke I yang tabungnya dibiarkan terbuka dan kaldunya tidak dididihkan, maka pastilah mikroorganisme tumbuh pada tabung tersebut. Sedangkan pada tabung IV tidak terdapat mikroorganisme karena air kaldu tersebut dipanaskan hingga mendidih. Akibatnya mikroorganisme yang terdapat pada air kaldu mati. Selain itu tabung tersebut juga ditutup rapat sehingga udara yang berada di luar tabung tidak dapat masuk. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan percobaan ini kami lakukan, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. air kaldu pada tabung yang terbuka akan ditemukan organisme karena udara dari luar yang membawa mikroorganisme dapat lebih leluasa masuk sedangkan air kaldu yang perlakuannya dipanaskan dan ditutup rapat tidak ditemukan adanya mikroorganisme karena air kaldu tidak berhubungan langsung dengan udara dari luar. 2. Dengan adanya pengamatan ini dapat dibuktikan bahwa makhluk hidup berasal dari makhluk hidup sebelumnya. Dengan demikian teori abiogenesis yang didukung oleh Aristoteles dapat dipatahkan. B. Saran Adapun saran dari percobaan ini adalah 1. Laboratorium sebaiknya dapat dijaga kebersihannya bersama sebelum melakukan praktikum. 2. Sebaiiknya asisten tidak meninggalkan praktikan saat percobaan sedang berlangsung terutama yang berhubungan dengan api. 3. Mahasiswa harus lebih teliti dalam mengamati bahan penelitiannya sehingga hasilnya pun baik. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2009. Konsep Hidup dan Kehidupan. http://www.forumsains.com/. Diakses tanggal 9 November 2007. Janice, D.L. 2003. Biologi Tesis. Jakarta: Erlangga Pratiwi, Dra. D.A. 2007. Buku Penuntun Biologi. Jakarta: Bima Aksara. Stonier, racer. Dkk 1982. Dunia Mikrobe I. jakarta: Bharatara Karya Aksara.

Tim Pengajar. 2003. Biologi Umum Materi Bagian Pertama. Jurusan Biologi FMIPA UNM. Makassar. Tim Pengajar. 2009. Penuntun Praktikum Biologi Umum. Jurusan Biologi FMIPA UNM. Makassar. W, Kimbal. 1992. Biologi Universitas jilid 3. Jakarta: Erlangga. Winatasasmita, Djamhur. 1991. Biologi Umum. Jakarta: Universitas terbuka.

Konsep Hidup dan Kehidupan

I. Pendahuluan Dikutip dari Wiki : Kutip Biologi adalah ilmu mengenai kehidupan. Istilah ini diambil dari bahasa Belanda "biologie", yang juga diturunkan dari gabungan kata bahasa Yunani, bios ("hidup") dan logos ("lambang", "ilmu"). Dahulu (sampai tahun 1970-an) digunakan istilah ilmu hayat (yang berarti "ilmu kehidupan"), yang diambil dari bahasa Arab. Pun demikian, manusia belum dapat memberikan definisi dan batasan-batasan yang jelas tentang apa arti hidup sesungguhnya. Banyak ilmuwan mencoba mengajukan teori-teori untuk menjelaskan apakah hidup dan dari mana asalnya hidup. Berikut akan dijelaskan teori-teori tentang asal dan kejadian hidup.

II. Teori Abiogenesis (Teori Generatio Spontanea) 2.1 Aristoteles Teori Abiogenesis pertama kali diajukan oleh Aristoteles (394-322 SM) yang menyatakan bahwa : Makhluk hidup berasal dari benda mati yang secara spontan dapat muncul akibat adanya gaya hidup. 2.2 Antonie van Leeweunhoek Antonie van Leeweunhoek adalah seorang biologis Belanda yang mendukung teori ini. Dengan menggunakan mikroskop, ia menemukan adanya jentik-jentik pada air hujan dan rendaman air jerami. Berdasarkan hal tersebut van Leeweunhoek mengatakan jentik-jentik (makhluk hidup) berasal dari air (benda mati). 2.3 John Needham (1713-1781)

Biologis asal Inggris ini mendapatkan bahwa pada air kaldu yang telah dipanaskan (bebas dari mikroorganisme) setelah beberapa lama kemudian akan muncul lagi mikroorganisme yang baru.

III. Teori Biogenesis Teori ini menyangkal abiogenesis. Teori Biogenesis menyatakan bahwa makhluk hidup berasal dari makhluk hidup (Omne vivum ex vivo, omne ovum ex vivo). Pendapat yang mendukung adalah sebagai berikut : 3.1. Lazzaro Spallanzani (1729 - 1799) Spallanzani adalah seorang biologis Itali yang menentang eksperimen John Needham. Ia mengatakan bahwa kehidupan yang terlihat pada air kaldu disebabkan oleh pemanasan yang tidak cukup lama untuk dapat membunuh semua mikroorganisme. 3.2. Francesco Redi (1968) Kesimpulan dari eksperimen Redi adalah larva (kehidupan) bukan berasal dari daging yang membusuk tetapi dari lalat yang masuk ke dalam tabung dan bertelur pada daging. 3.3 Louis Pasteur (1822-1895) Pasteur melakukan eksperimen dengan menggunakan labu leher angsa. Penutup berbentuk leher angsa ini bertujuan untuk membuktikan bahwa mikroorganisme terdapat di udara. Hasil yang diperoleh Pasteur adalah : a. Mikroorganisme yang tumbuh bukan berasal dari benda mati (cairan) tetapi dari mikroorganisme yang terdapat di udara. b. mikroorganisme terdapat di udara bersama-sama dengan debu. Hasil eksperimen ini akhirnya menggugurkan Teori Abiogenesis dan Pasteur menjadi sangat terkenal dengan perkataannya Omne vivum ex vivo, omne ovum ex vivo (artinya kehidupan berasal dari telur dan telur dihasilkan makhluk hidup atau dapat juga diartikan makhluk hidup berasal dari makhluk hidup juga). 3.4 Pohon Van Helmot Pohon dapat tumbuh membesar bukan berasal dari tanah sebab tanah yang hilang tidak sesuai pertumbuhannya. Dapat disimpulkan bahwa kehidupan yang dimiliki tumbuh-tumbuhan (makhluk hidup) bukanlah berasal dari tanah (benda mati).

PERTANYAAN 1. Apakah yang menjadi penyebab terjadinya perubahan kaldu pada percoban tersebut diatas? 2. Dari manakah datangnya makhluk hidup yang menyebabkan terjadinya perubahan kaldu tersebut? 3. 3. Perubahan kaldu pada percobaan tersebut diatas terjadi pada tabung yang diperlakukan bagaimana?, mengapa bisa terjadi demikian?

4. Pada tabung yang diperlakukan bagaimana yang kaldunya tidak mengalami perubahan?, mengapa tidak terjadi perubahan warna dan bau? 5. Mungkinkah dari bahan kaldu itu tiba-tiba akan muncul makhluk hidup baru? 6. Hasil percobaan diatas dapatkah digunakan sebagai bukti yang kuat untuk menyangkal pendapat generatio Spontanea? Jelaskan. Jawaban 1. Yang menjadi penyebab terjadinya perubahan kaldu pada percobaan tersebut adalah adanya mikroorganisme yang berasal dari udara luar karena tabung tidak ditutup dan organisme yang masih hidup di dalam karena tidak dididihkan yang melakukan aktivitas kehidupan. 2. Makhluk hidup yang menyebabkan terjadinya perubahan kaldu berasal dari udara luar dan mikroorganisme yang masih hidup di dalam kaldu karena belum mati. 3. Perubahan kaldu pada percobaan tersebut terjadi pada tabung yang air kaldunya tidak dididihkan dan tabungnya tidak ditutup dengan sumbat karet, tabung yang tidak dipanasi tapi ditutup, dan tabung yang dipanasi namun tidak ditutup. Terjadi perubahan karena mikroorganismedi dalam kaldu masih hidup dan terkontaminasi dengan udara luar. 4. Tabung yang kaldunya tidak mengalami perubahan yaitu tabung yang kaldunya dipanasi/dididihkan kemudian tabungnya ditutup dengan sumbat karet. Tidak terjadi perubahan warna dan bau karena mikroorganisme yang terdapat di dalam kaldu sudah mati dan tidak terkontaminasi dengan udara luar. 5. Dari bahan kaldu itu tidak mungkin muncul makhluk hidup baru secara tiba-tiba, karena makhluk hidup tidak dapat terbentuk dari benda mati secara tiba-tiba. 6. Hasil percobaan Lazzaro Spallanzani ini digunakan sebagai bukti untuk menyangkal pendapat generatio spontanea karena telah terbukti bahwa makhluk hidup tidak terbentuk dari benda mati.

LEMBAR PENGESAHAN Laporan lengkap praktikum Biologi Dasar dengan judul Pengamatan Mikroskopis yang disusun oleh : Nama : Munawir Nasir NIM : 091404015 / A Kelas/Kelompok : A/I (Satu) Telah diperiksa dan dikoreksi oleh Asisten/Koordinator Asisten dan dinyatakan diterima. Makassar, November 2009 Koordinator Asisten, Asisten, Suhaedir Bachtiar S.Pd. M. Irwan NIM. 061404008

Mengetahui, Dosen Penanggung Jawab Drs. H. Hamka L., M.S. NIP. 196212311987021005 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Setiap hari kita sering melihat tumbuhan, dari yang berukuran kecil sampai yang melebihi besar tubuh kita semua terdapat disekitar kita. Apabila kita mengamati tubuh organisme yang cukup besar, kita akan melihat bagian-bagian utama penyusun tubuh tumbuhan seperti akar, batang, daun, dan bunganya. Tanpa alat bantu, hanya menggunakan mata kita dapat melihat bagianbagian tersebut dengan mudah dan jelas. Jika diperhatikan lebih detail, pada bagian luar tampak adanya kulit, di sebelah dalamnya ada kayu yang keras dan mengandung serat-serat yang kuat. Namun bila kita ingin mengamati struktur tumbuhan yang lebih kompleks, kita akan mendapatkan bagian-bagan yang semakin kecil. Hingga suatu ketika akan diperoleh satuan terkecil dari makhluk hidup yang disebut sel. Seperti halnya tubuh tumbuhan, tubuh hewan pun terdiri atas sel yang tersusun berdasarkan struktur dan fungsinya masing-masing. Kumpulan dari sel yang berhubungan erat satu sama lain dan mempunyai struktur serta fungsi yang sama inilah yang disebut jaringan. Berbagai jaringan tersusun dan terorganisasi dalam bentuk organ. Jika membandingkan struktur tumbuhan dan hewan tentunya struktur tubuh hewan jauh lebih rumit dan kompleks dibandingkan tubuh tumbuhan. Didalam tubuh hewan terdapat jaringan yang berfungsi sangat penting bagi kehidupan hewan itu sendiri. Diantaranya ada jaringa yang berfungsi melapisi bagian luar hewan, jaringan yang membantu hewan terhubung dengan dunia luar, ada jaringan yang membuat tubuh hewan dapat bergerak, ada juga jaringan yang membentuk tubuh hewan tersebut, bahkan semua yang menyusun tubuh hewan dan memiliki fungsi masing-masing adalah jaringan hewan itu sendiri. Berdasarkan semua kegunaan jaringan ini maka manusia mempelajari lebih dalam mengenai struktur dan fungsi masding-masing jaringan. Untuk mengetahui struktur dan macam-macam jaringan yang menyusun organ-organ tubuh tumbuhan dan organ-organ tubuh hewan, maka kami melakukan pengamatan mikroskopis jaringan hewan dan tumbuhan. B. Tujuan Setelah melakukan kegiatan ini mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan struktur dan macammacam jaringan yang menyusun organ-organ tumbuhan dan juga yang menyusun organ-organ tubuh hewan. C. Manfaat Adapun manfaat dari percobaan ini yaitu kita akan mengetahui struktur penyusun tubuh tumbuhan dan tubuh hewan, dan mengetahui jenis-jenis jaringan yang menyusun organ-organ yang terdapat dalam tubuh tumbuhan dan tubuh hewan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4. Jaringan Tumbuhan Kata sel mungkin sudah lazim kita dengar, bahkan mungkin kita sudah mengetahui apakah sel itu sebenarnya. Sel-sel yang membentuk jaringan sel (suatu kumpulan sel yang bentuk dan fungsinya sama), beberapa macam jaringan sel membentuk sebuah organ pada tumbuhan, beberapa organ membentuk sebuah sistem organ tumbuhan dan beberapa sistem organ membentuk tumbuhan tersebut (Kartasapoetra, 1998). Dengan demikian yang dimaksud dengan dengan jaringan adalah kumpulan sel yang berhubungan erat satu sama lain dan mempunyai struktur serta fungsi yang sama. Ilmu yang mempelajari tentang struktur jaringan disebut histologi. Berbagai jaringan tersusun dan

terorganisasi dalam bentuk organ (Tim Pengajar, 2009). Dengan batasan di atas, maka kita dapat mengetahui tumbuhan yang mempunyai jaringan dan yang tidak berjaringan. Pada tumbuhan uniseluller atau terdiri dari satu sel (bacteria) tentunya tidak mempunyai jaringan, demikian pula tumbuh-tumbuhan yang rendah tingkat perkembangannya belum mempunyai jaringan. Jaringan-jaringan umumnya terdapat pada tumbuh-tumbuhan yang tinggi tingkat perkembangannya, semakin tinggi tingkat perkembangannya, semakin jelas pula adanya diferensiasi yang membentuk alat-alat tumbuhan yang berlainan (Kartasapoetra, 1998). Menurut Kartasapoetra (1998), dengan adanya jaringan-jaringan dalam tumbuhan ini berarti bahwa tumbuhan tersebut ke dalam telah ada pembagian dalam kegiatan-kegiatan proses hidupnya, dalam hal ini tiap jaringan biasanya hanya melakukan satu macam proses hidupnya, contoh : a. Jaringan meristem yang mampu membelah terus dan membentuk sel-sel yang baru. b. Jaringan epidermis melindungi jaringan sel disebelah dalam. c. Jaringan sel gabus berfungsi sebagai pengganti epidermis ketika batang atau akar masih muda. d. Jaringan parenkim, membentuk daging buah, membentuk endospermae, menyimpan cadangan makanan (pada endosterm), tempat fotosintesis (pada mesofil), sebagai penyokong tubuh. e. Jaringan kolenkim, berfungsi sebagai penyokong tubuh. f. Jaringan sklerenkim, berfungsi mengangkut bahan-bahan dari daun ke be tubuh tumbuhan. g. Jaringan floem, berfungsi sebagai pengangkut bahan-bahan dari daun ke tubuh. h. Jaringan xilem, berfungsi mengangkut bahan mineral dan air dari akar sampai ke daun. i. Jaringan Meristem Meristem adalah jaringan embrional pada tubuh tumbuhan. Meristem senantiasa mempertahankan kemampuannya untuk membelah, sehingga sel yang baru senantiasa ditemukan. Pembelahan sel dapat pula terjadi pada jaringan selain meristem, misalnya pada korteks batang dan jaringan pembuluh muda yang sedang mengalami perkembangan. Namun, pada jaringan ini jumlah pembelahan sel terbatas. Meristem melanjutkan pembelahan diringan secara tidak terbatas dan akibatnya sel-sel baru terus bertambah pada tubuh tumbuhan (Muhammadiah, 2004). Menurut Muhammadiah (2004), meristem yang ditinjau dari asalnya dibedakan atas : 1. Meristem primer, adalah meristem yang berkembang langsung dari sel embrionik dan sebab itu merupakan kesinambungan kegiatan embrio di tempat itu. 2. Meristem skunder, adalah meristem yang berkembang dari jaringan yang telah mengalami diferensiasi. ii. Jaringan Epidermis Epidermis adalah jaringan jaringan yang bervariasi struktur dan fungsinya. Merupakan lapisan terluar dari akar, batang, daun, bynga, buah, dan biji, sebelum tumbuhan mengalami pertumbuhan sekunder (Muhammadiah, 2004). Struktur epidermis dapat dihubungkan dengan peranan jaringan teresebut sebagai lapisan sel yang berhubungan dengan lingkungan luar. Adanya bahan seperti lemak, kutin pada dinding luar dan permukaannya membatasi penguapan. Epidermis rambut-rambut akar memiliki dinding yang tipis, menunjukkan bahwa pada akar muda epidermis berfungsi dalam absorpsi (Muhammadiah, 2004). iii. Jaringan Sel Gabus Dari uraian-uraian di atas kita telah mengetahui bahwa epidermis itu merupakan jaringan pelindung. Ternyata hasil penelitian telah menampakkan adanya sejenis jaringan tertentu yang

sifatnya lebih kuat dari epidermis, yang dikenal sebagai jaringan gabus (Cork tissue). Biasanya jaringan ini berada di bagian tepi dari alat-alat tumbuhan, teristimewa pada tumbuhan yang berumur panjang yang dalam hal ini biasanya epidermis tumbuhan telah mati sebelumnya atau menjadi tidak aktif sebelum menjadi penggabusan itu. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa jaringan gabus ini menggunakan fungsi epidermis (Kartasapoetra, 1998). iv. Jaringan Parenkim Sel-sel parengkim tersebut luas diseluruh tubuh, besar-besar dan berdinding tipis bisanya memiliki vakuola tengah. Acapkali terpisah-pisah sebagian dan ruang antara sel yang terjadi diisi gas. Dilengkapi secara meluas oleh plastid. Daerah yang tidak terkena cahaya, yang paling banyak ialah plastid tidak berwarna dan gudang makanan merupakan fungsi utama (Kimbal, 1992) Parenkim terdiri dari sel hidup dengan berbagai macam bentuk sesuai dengan fungsinya. Karena merupakan sel hidup, sel parenkim dapat membelah meskipun telah dewasa. Oleh sebab itu, sel parenkim berperan penting dalam penyembuhan luka serta regenerasi (Muhammadiah, 2004). v. Jaringan Kolenkim Sel-sel kolengkima berdinding tebal yang secara khusus dikembangkan disudut-sudut sel. Sel-sel member tunjangan mekanis bagi tumbuhan. Umum dijumpai didaerah-daerah tumbuhan yang tumbuh dengan cepat dan perlu diperkuat (Kimbal, 1992) vi. Jaringan Sklerenkim Skelerenkim dalah jaringan yang memiliki dinding skunder yang tebal, dapat berlignin atau tidak. Sel skelerenkim memiliki sifat yang kenyal (elastis). Skelerenkim mempunyai fungsi utama yaitu sebagai jaringan penguat tumbuhan dan kadang-kadang juga sebagai pelindung (Muhammadiah, 2004). vii. Jaringan Floem Floem berfungsi mengankut bahan-bahan dari bagian atas ke bagian bawah, jelasnya dari daun ke bagian organ lainnya, seperti batang, akar atau umbi (Kartasapoetra, 1998). viii. Jaringan Xilem Xilem adalah jaringan yang berfungsi sebagai pengangkut air pada tumbuhan berpembuluh (Muhammadiah, 2004). Berbagai jaringan tumbuhan itu ditata dalam pola tertentu. Kelompok jaringan terorganisasi ini menjadikan organ-organ pada tumbuhan. Akar, batang dan daun merupakan organ utama tumbuhan tingkat tinggi. Fungsinya yang sesuai tergantung pada penataan dan koordinasi yang sesuai dari jaringan yang mendirikannya (Kimbal, 1992) 5. Jaringan Hewan a. Jaringan Otot Jaringan otot bertanggung jawab untuk pergerakan tubuh, terdiri atas sel-sel otot yang terspesialisasi untuk melaksanakan kontraksi dan berkonduksi (menghantarkan impuls). Di dalam sitoplasma ditandai dengan adanya sejumlah besar elemen-elemen kontraktil yang disebut miofibril yang berjalan menurut panjang serabut otot (Pagarra, 2004). Jaringan otot terbagi atas tiga kategori yang berbeda yaitu otot licin yang dapat ditemukan di organ tubuh bagian dalam, otot lurik yang dapat ditemukan pada rangka tubuh, dan otot jantung yang dapat ditemukan di jantung (Anonim, 2009) Menurut Wulangi (1993), otot dikelompokkan menjadi : 1. Otot polos, terdiri dari banyak serabut otot yang mempunyai bentuk seperti gelendong, panjang, langsing, mempunyai satu inti di tengah-tengahnya. 2. Otot lurik, terdiri dari banyak serat serabut, yang masing-masing mempunyai banyak inti yang

terletak di tepi. 3. Otot jantung, terdiri dari beberapa serabut otot bercabang-cabang membentuk anyaman (anastomosis), dan dengan serabut otot sebelahnya membentuk sinsitium. b. Jaringan Saraf Sistem saraf terdiri atas sistem saraf pusat dan sistem saraf perifer. Sistem saraf pusat termasuk di dalamnya otak dan sumsum tulang belakang. Sistem saraf perifer terdiri atas kumpulakumpulan saraf dan ganglia yang tersebar di seluruh tubuh, termasuk saraf kranial dan saraf spinal (Adnan, 2004). Sistem saraf memiliki dua fungsi yaitu (i) untuk mendeteksi, menganalisa, menggunakan dan menghantarkan semua informasi yang ditimbulkan oleh rangsang sensoris, dan perubahan mekanis dan kimia yang terjadi di lingkungan internal maupun di lingkungan eksternal, dan (ii) untuk mengorganisir dan mengatur, baik secara langsung maupun tidak langsung sebagian terbesar fungsi tubuh, terutama kegiatan motoris, viseral, endokrin dan mental (Pagarra, 2004).

BAB III METODE PRAKTIKUM A. Waktu dan Tempat Adapun waktu dan tempat pelaksanaan praktikum ini : a) Waktu praktikum Hari/tanggal : jumat, 30 Oktober dan 6 November 2009 Waktu : Pukul 01.30 sd. 03.10 WITA b) Tempat praktikum Tempat : Laboratorium Biologi lantai III Timur FMIPA UNM. B. Alat dan Bahan 1. Jaringan Tumbuhan a. Mikroskop b. Lap kasar dan lap halus c. Preparat awetan jaringan akar, batang dan daun yang mewakili golongan monokotil dan golongan dikotil 2. Jaringan Hewan a. Mikroskop b. Lap kasar dan lap halus c. Preparat awetan otot polos, otot lurik, dan otot jantung, preparat awetan tulang, preparat awetan darah dan preparat awetan tulan keras. C. Prosedur Kerja a) Jaringan Tumbuhan 1. Menyiapkan mikroskop berdasarkan urutan tata cara penggunaan. 2. Mengambil preparat awetan jaringan akar, batang dan daun yang mewakili golongan monokotil dan dikotil. 3. Mengamati ciri struktur dan letak masing-masing jaringan yang menyusun akar, batang, dan daun. 4. Menggunakan pembesaran objektif 4x untuk melihat preparat secara keseluruhan, kemudian ganti dengan pembesaran objektif 10x untuk mengamati bagian jaringan yang lebih jelas. 5. Menggambar jaringan ketiga organ tersebut secara keseluruhan dan menyebutkan bagian-

bagiannya. b) Jaringan Hewan 1. Jaringan epitel 1.a. Mengamati preparat awetan epitel kubus selapis pada medulla renalis. 1.b. Menggunakan pembesaran objektif 10x untuk melihat preparat secara keseluruhan kemudian ganti dengan pembesaran objektif 40x untuk mengamati bagian jaringan yang lebih jelas. 1.c. Menggambar dan memberi keterangan. 1.d. Mengulangi kegiatan dengan jaringan jaringan yang lainnya. 2. Jaringan penyokong 2.a. Mengamati preparat gosok tulang padat pada tulang pipa. 2.b. Menggambar dan member keterangan bagian-bagian yang terlihat. 2.c. Memperhatikan struktur dari arah luar. 2.d. Membandingkan hasil pengamatan dengan gambar pada buku panduan. 3. Jaringan saraf 3.a. Mengamati sel Purkinje pada preparat awetan otak kecil. 3.b. Menggambar dan memberi keterangan bagian-bagian yang terlihat. 3.c. Membandingkan hasil pengamatan dengan gambar yang telah disediakan. 4. Jaringan Darah 4.a. Mengamati preparat awetan apusan darah dengan pembesaran kuat. 4.b. Memperhatikan dan menggambar macam-macam sel darah (Eritrosit, limfosit, monosit, leukosit, neutrofil dan basofil) yang terdapat dalam darah. 4.c. Membandingkan hasil pengamatan dengan gambar pada buku panduan. 5. Jaringan otot 5.a. Mengamati preparat awetan jaringan otot polos, otot lurik, dan otot jantung dengan pembesaran kuat. 5.b. Memperhatikan dan menggambar macam-macam sel otot, bentuk dan letak intinya serta arah serabutnya. 5.c. Membandingkan hasil pengamatan dengan gambar yang telah disediakan.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengamatan 1. Jaringan Tumbuhan a. Akar Monokotil (Zea mays) Keterangan : 1. Empulur 2. Xilem 3. Floem 4. Korteks 5. Epidermis 6. Endodermis b. Batang Monokotil (Zea mays) Keterangan : 1. Epidermis 2. Xilem

3. Floem 4. Parenkin 5. Korteks

c. Daun Monokotil (Zea Mays) Keterangan : 1. Kutikula 2. Epidermis 3. Xilem 4. Floem 5. Stomata 6. Stomata

d. Akar Dikotil (Hibiscus Sp) Keterangan : 1. Epidermis 2. Floem 3. Xilem 4. Kambium 5. Korteks

e. Batang Dikotil (Hibiscus Sp)) Keterangan : 1. Korteks 2. Epidermis 3. Floem 4. Xilem 5. Empulur

f. Daun Dikotil (Ficus elastica) Keterangan : 1. Stomata

2. Epidermis 3. Plastida 4. Xilem 5. Floem

2. Jaringan Hewan a. Otot Polos Keterangan : 1. Nukleus 2. Sioplasma 3. Miofibril 4. Endomesium

b. Otot Lurik Keterangan : 1. Inti 2. Serabut otot 3. Pita gelap 4. Pita terang c. Otot Jantung Keterangan : 1. Pita gelap 2. Inti 3. Discus intercalaris 4. Pita terang

d. Jaringan saraf Keterangan : 1. Simpatis 2. Ujung Akson 3. Selunung sel 4. Selubung myelin 5. Akson 6. Dendrite 7. Badan sel 8. Inti sel e. Jaringan Epitel

Keterangan : 1. Inti Sel

f. Jaringan tulang Keterangan : 1. Saluran Havers 2. Lamela 3. Lakuna 4. Kanalikuli 5. Badan selAksonSelubung 3. Basofil

4. LimfositA2kson

B. Pembahasan 1. Jaringan Tumbuhan a. Akar Monokotil (Zea mays) i. Epidermis merupakan jaringan pelindung. ii. Korteks disebut juga kulit pertama karena merupakan kulit paa akar yang terdiri dari sel-sel yang berasal dari titik tumbuh primer. iii. Endodermis terdiri atas selapis sel yang melingkari stele atau merupakan bagian dalam korteks yang membatasi antara korteks dan stele. iv. Empulur terletak di bagian tengah dan dikelilingi oleh xilem dan floem. v. Xilem terletak di bagian tengah akar dan berfungsi untuk mengangkut garam-garam mineral.

vi. Floem terletak diantara jari-jari yang dibentuk oleh xilem. Floem berfungsi untuk mengangkut sari-sari makanan ke seluruh tubuh. b. Batang Monokotil (Zea mays) i. Epidermis terletak pada bagian terluar batang yang berfungsi sebagai pelindung terhadap kehilangan air. ii. Floem berfungsi untuk mengangkut hasil fotosintesis dari daun ke seluruh tubuh. iii. Xilem berfungsi untuk mengangkut garam mineral dari akar ke daun. c. Daun Monokotil (Zea Mays) i. Epidermis daun monokotil terdiri atas selapis sel dengan dinding tebal berlapiskan kutikula dan tidak berklorofil, terdapat di permukaan atas dan bawah daun, serta berfungsi sebagai proteksi. ii. Palisade terdiri atas sel-sel penunjang tersusun rapat dan banyak mengandung klorofi sehingga di dalamnya berlangsung prose fotosintesis. iii. Stomata biasanya tersusun biasanya tersusun sebagai deretan lumut dan daun. Deretan stomata terletak di antara urat daun dan berfungsi sebagai jalan udara masuk dan keluar daun. iv. Spons terdiri atas sel-sel yang tidak begitu kaya dengan klorofil, bentuk dan susunannya tidak teratur, banyak memiliki ruang antar sel yang di dalamnya terdapat berkas pengangkut yang berupa tulang-tulang daun. v. Xilem berfungsi untuk mengangkut air dan garam mineral dari tanah melalui akar kemudian menuju daun. vi. Floem berfungsi untuk mengangkut hasil fotosintesis dari daun ke seluruh tubuh tumbuhan. d. Akar Dikotil (Hibiscus Sp) i. Epidermis merupakan jaringan pelindung yang mengalami penebalan berfungsi sebagai jalan masuk air dan garam mineral. ii. Korteks terletak di daerah epidermis dan berfungsi sebagai cadangan makanan. iii. Endodermis terletak dilapisan sebelah dalam korteks berfungsi mengatur masuknya air tanah ke dalam pembuluh angkut. iv. Prakambium terletak di lapisan sebelah dalam endodermis yang berfungsi untuk membentuk cadangan akar kambium gabus. v. Xilem berfungsi untuk mengangkut air dan garam mineral dari akar ke daun. vi. Floem berfungsi mengangkut hasil fotosintesis e. Batang Dikotil (Hibiscus Sp)) i. Epidermis terletak pada bagian terluar berfungsi sebagai zat kitin pada batang melindungi agar tidak kehilangan air terlalu banyak. ii. Kolengkim dengan dinding selulosa yang tebal. iii. Kambium terletak di antara berkas pembuluh xilem dan floem. iv. Xilem terletak pada bagian dalam berkas pengangkut f. Daun Dikotil (Ficus elastica) i. Epidermis pada daun dikotil terbagi atas dua, yaitu epidermis atas dan epidermis bawah. Terdiri atas satu lapis sel yang bentuknya persegi empat (batu bata) yang tersusun rapat, tidak mengandung klorofil dan transparan. Fungsinya untuk melindungi lapisan sel yang letaknya lebih dalam dari kekeringan serta menjaga bentuk daun agar tetap dalam keadaan semula. ii. Korteks terdiri dari banyak sel dan tersusun berlapis-lapis, dinding selnya tipis dan mempunyai ruang antar sel. iii. Xilem berfungsi untuk menyalurkan air dan garam mineral dari akar ke bagian atas daun. iv. Floem berfungsi menyalurkan hasil fotosintesis dari daun ke seluruh tubuh tumbuhan. 2. Jaringan Hewan

a. Jaringan Epitel Jaringan epitel dibuat darisel-sel yang memadat dan tersusun dari lapisan pipih. Jaringan ini melapisi berbagai rongga dan tabung dalam tibus, serta membentuk kulit yang membungkus tubuh. b. Jaringan Penyokong Beberapa macam jaringan penyokong dalam tubuh kita. Jaringan ini digunakang untuk member kekuatan, bantuan dan perlindungan kepada bagian-bagian lemah dalam tubuh. c. Jaringan Otot Polos Disebut otot polos karena serabut kontraktilnya tidak memantulkan cahaya berselang-seling, sehingga sarkoplasmanya (sitoplasma) tampak polos dan homogen. Sel otot polos berbentuk gelendong dengan sebuah inti pipih yang terletak di tengah sarkoplasma. Otot polos terdapat pada alat dalam sehingga disebut juga sebagai otot visera, misalnya lambung, usus, dan pembuluh darah. Otot polos mempunyai pensarafan autonom artinya bekerja tidak dibawah kesadaran. Otot polos kontraksinya lambat, cukup lama dan tidak cepat lelah. d. Jaringan Otot Lurik Jaringan otot ini serabut kontraktilnya memantulkan cahaya berselang-seling gelap (anisotrop) dan terang (isotrop) berjajar teratur membentuk pita vertikal terhadap poros otot. Sel atau serabutnya berbentuk silindris. Setiap sel berinti banyak yang terletak di tepi sarkoplasma. Otot lurik bekerja dibawah kesadaran sehingga disebut otot volunter. Kontraksinya cepat, kuat tetapi cepat lelah. Otot lurik biasanya melekat pada rangka, lidah, bibir, daun telinga, kelopak mata, dan diafragma. e. Jaringan Otot Jantung Otot jantung terdapat khusus pada jantung. Otot ini tersusun atas serabut lurik yang bercabangcabang dan saling berhubungan satu dengan lainnya. Ukuran serabut ototnya lebih kecil dari otot lurik. Memiliki 1-2 inti yang terletak di tengah sarkoplasma. Ciri khasnya yaitu memiliki discus interkalaris. Kontraksinya tidak dibawah kesadaran (otot involunter) bersifat kuat dan berirama. f. Jaringan Saraf Tersusun atas kumpulan sel-sel saraf (neuron) yang khusus menerima, menghantarkan, dan membebaskan rangsang dari luar atau dari dalam tubuh. Jaringan saraf terdapatdi otak, urat saraf tulang belakang dan saraf-saraf lainnya. Ada dua macam sel saraf, yaitu sel saraf motorik dan sel saraf sensotik. Sel-sel saraf mempunyai kemampuan untuk bereaksi. Intabilitas merupakan kemampuan jaringan saraf untuk merespon terhadap perubahan lingkungan. Konduktivitas adalah kemampuan jaringan saraf membawa impuls. Bagian-bagian saraf yaitu : 1. Nukleus, merupakan inti yang terletak pada tengah-tengah badan sel. 2. Badan sel, mengandung nukleus dan nukleolus. 3. Dendrit, suatu bangunan yang berupa lanjutan plasma dan berfungsi meneruskan impuls saraf menuju ke badan sel. 4. Akson, berfungsi untuk meneruskan impuls saraf dari badan sel ke sisi lain. 5. Sel neuron, ada yang mempunyai selubung yaitu selubung mielin yang berfungsi sebagai pelindung atau isolator. 6. Nodus renvier, terdapat pada akson yang tidak terselubung. 7. Sel sechwann, selubung disusun oleh sel-sel pipih yang disebut schwann. g. Jaringan Darah Darah adalah cairan yang terdapat pada semua makhluk hidup(kecuali tumbuhan) tingkat tinggi

yang berfungsi mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan ileh tubuh, mengangkut bahan-bahan kimia hasil metabolism, dan juga sebagai pertahanan tubuh. Di dalam terdapat bermacam-macam darah, diantaranya: 1. Eritrosit a. Merupakan bagian utama dari sel-sel darah. b. Mengandung hemoglobin yang mempunyai daya ikat oksigen maupun korbon dioksida. c. Dibentuk dalam sum-sum tulang belakang waktu embrio dibuat dilimfa dan hati. 2. Leukosit a. Neutrofil, merupakan 65% dari leukosit yang dapat membunuh bakteri dengan cara fogositosit b. Eusinofil, merupakan jenis leukosit yang sitoplasmanya banyak mengandung granula (lisosom) dan berfungsi menghadang parsit. c. Basofil, merupakan bagian dari leukosit tapi hanya 1% yang berfungsi mengtasi infeksi, peradangan dan alergi. d. Limfosit, merupakan leukosit yang jumlahnya sekitar 25% dan terdiri dari sel T sebagai pertahanan tubuh, sel B dan sel pembunuh. e. Manosit, merupakan bagian 6% dari leukosit dan berfungsi sebagai pemakan bakteri serta memakan neutrofil yang menjadi nanh.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Adapun kesimpulan yang dapat diambil setelah praktikum ini adalah : 1. Jaringan penyusun tubuh tumbuhan terbagi menjdi jaringan meristem atau jaringan muda dan jaringan dewasa yang terdiri dari epidermis, jaringan parengkim, jaingan pengangkut, dan jaringan gabus. 2. Jaringan yang menyusun tubuh hewan lebih kompleks, diantaranya jaringan epitel, jaringan penyokong, jaringan saraf dan jaringan otot. B. Saran 1. Laboratorium sebaiknya memperhatikan alat-alat praktikum sehingga praktikan tidak menggunakan alat yang kurang baik. 2. sebaiknya asisten mendampingi praktikan saat praktikum agar kecerobohan dan kesalahn praktikan akan dapat dikurangi. 3. Dalam melaksanakan praktikum hendaknya para praktikan mematuhi segala peraturan dan tata tertib yang telah ditetapkan serta berhati-hati dalam menggunakan alat dan bahan sehingga bahan tidak rusak. DAFTAR PUSTAKA Adnan. 2004. Penuntun Praktikum Struktur dan Perkembangan Hewan I. Jurusan Biologi FMIPA UNM. Makassar. Anonim. 2009. Struktur Tumbuhan dan Hewan. http://free.vlsm.org/. Diakses tanggal 8 November 2009. Kartasapoetra, A.G. 1998. Pengantar Anatomi Tumbuh-tumbuhan. Bima Aksara. Jakarta.

Kimbal, John W. 1992. biologi Edisi Kelima. Erlangga. Jakarta. Muhammadiah, Asia. 2004. Anatomi Tumbuhan. Jurusan Biologi FMIPA UNM. Makassar. Pagarra, Halifah. 2004. Struktur Hewan. Jurusan Biologi FMIPA UNM. Makassar. Tim Pengajar. 2009. Penuntun Praktikulum Biologi Dasar. Jurusan Biologi FMIPA UNM. Makassar. Wulangi, S. Kartolo. 1993. Prinsip-Prinsip Fisiologi Hewan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta. Jawaban Pertanyaan 1. Sel otot polos berbentuk kumparan panjang, terdapat pada dinding saluran pencernaan, pernafasan, pembuluh darah dan limpa. Banyaknya inti dalam setiap sel adalah satu inti yang terletak di tengah-tengah sel. 2. Kumpulan serabut sel otot lurik disebut fasikulus. Setiap serabut pada otot lurik terdiri atas banyak inti yang terdapat pada bagian tepi. 3. Perbedaan antara sel otot polos dan sel otot lurik serta sel otot jantung, yaitu : a. Otot polos terdapat pada dinding saluran pencernaan, pernafasan, pembuluh darah, dan limpa. Otot lurik terdapat pada rangka atau melekat pada rangka. Otot jantung melekat pada dinding jantung. b. Fungsi otot polos yaitu memberikan gerakan diluar kehendak misalnya gerakan zat-zat sepanjang saluran pencernaan. Otot lurik berfungsi untuk berkontraksi secara cepat dan kuat. Otot jantung berfungsi membantu otot-otot jantung berkontraksi untuk memompa darah melalui dan keluar jantung. 4. Yang dimaksud dengan : a. Lamela : Substansi mineral yang disimpan dalam lapisan tipis. b. Lakuna : Rongga kecil yang terdapat diantara lamela havers. c. Kanalikuli : Saluran havers dan matriks mirip tempat saluran sitoplasma osteosit. Fungsi saluran Havers yaitu memelihara kehidupan sel-sel tulang karena berisi pembuluh darah. Jaringan dalam biologi adalah sekumpulan sel yang memiliki bentuk dan fungsi yang sama. Sekumpulan jaringan akan membentuk organ. Cabang ilmu biologi yang mempelajari jaringan adalah histologi. Sedangkan cabang ilmu biologi yang mempelajari jaringan dalam hubungannya dengan penyakit adalah histopatologi. [sunting] Jaringan pada hewan Ada empat tipe jaringan dasar yang membentuk tubuh semua hewan, termasuk tubuh manusia dan organisme multiseluler tingkat rendah seperti serangga. Jaringan epitel. Jaringan yang disusun oleh lapisan sel yang melapisi permukaan organ seperti permukaan kulit. Jaringan ini berfungsi untuk melindungi organ yang dilapisinya, sebagai organ sekresi dan penyerapan. Jaringan pengikat. Sesuai namanya, jaringan pengikat berfungsi untuk mengikat jaringan dan alat tubuh. Contoh jaringan ini adalah jaringan darah.

Jaringan otot. Jaringan otot terbagi atas tiga kategori yang berbeda yaitu otot licin yang dapat ditemukan di organ tubuh bagian dalam, otot lurik yang dapat ditemukan pada rangka tubuh, dan otot jantung yang dapat ditemukan di jantung. Jaringan saraf. adalah jaringan yang berfungsi untuk mengatur aktivitas otot dan organ serta menerima dan meneruskan rangsangan. [sunting] Jaringan pada tumbuhan Jaringan tumbuhan dikategorikan menjadi tiga jaringan. Jaringan epidermis Adalah jaringan yang melapisi daun dan bagian tumbuhan yang masih muda. Jaringan pengangkut Komponen utama jaringan pengangkut adalah xilem dan floem. Jaringan penyokong Jaringan penyokong meliputi tiga jaringan dasar, yaitu parenkim, kolenkim dan sklerenkim. http://id.wikipedia.org/wiki/Jaringan

LEMBAR PENGESAHAN Laporan lengkap praktikum Biologi Dasar dengan judul Anatomi Hewan Vertebrata yang disusun oleh : Nama : Munawir Nasir NIM : 091404015 / A Kelas/Kelompok : A/I (Satu) Telah diperiksa dan dikoreksi oleh Asisten/Koordinator Asisten dan dinyatakan diterima. Makassar, November 2009 Koordinator Asisten, Asisten, Suhaedir Bachtiar S.pd. M. Irwan NIM. 061404008

Mengetahui, Dosen Penanggung Jawab Drs. H. Hamka L., M.S. NIP. 196212311987021005

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuhan menciptakan bumi dengan segala isinya tidaklah ada yang sama, semua mempunyai fungsi dan ciri masing-masing. Walaupun pada satu sisi manusia memiliki kesamaan dengan hewan tetapi pada hakekatnya manusia berbeda dengan hewan begitu pun dengan tumbuhan. Beranjak dari hal inilah manusia diharuskan untuk terus belajar dan terus belajar. Mencari apa

yang belum diketahui mengelola dan mengembangkan yang sudah ada. Seiring dengan berjalannya waktu, dengan rasa ingin tahu yang tinggi, akhirnya para ilmuwan berhasil mengkaji lebih jauh mengenai anatomi makhluk hidup, bagaimana struktur dan fungsinya masing-masing. Manusia hewan, dan tumbuhan terdiri dari triliunan sel yang merupakan bagian terkecil. Sel-sel ini yang kemudian saling berkaitan membentuk jaringan. Jaringan kemudian membentuk organ, dan organ akan membentuk sistem organ. Makhluk hidup terdiri dari beberapa sistem organ yang berfungsi dalam setiap aktivitas. Anatomi setiap jenis makhluk hidup mempunyai perbedaan dan juga persamaan. Anatomi makhluk hidup dapat dibagi secara garis besar yaitu anatomi tumbuhan dan anatomi hewan. Untuk anatomi hewan dapat dibedakan manjadi dua kelompok besar yaitu anatomi hewan bertulang belakang (vertebrata) dan anatomi hewan tak bertulang belakang (anvertebrata). Seperti halnya makhluk hidup lain hewan vertebrata pada hal ini katak, memiliki struktur penyusun yang tentunya memiliki perbedaan dengan makhluk hidup lain. Dalam percoban yang dilakukan kita mengamati anatomi hewan vertebrata dengan contoh katak sawah dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana bentuk, warna dan juga hubungan organ yang satu dengan organ lainnya. Laporan yang berjudul anatomi hewan vertebrata ini tentunya akan memberikan kontribusi ilmu yang bermanfaat bagi pembacanya. B. Tujuan Mahasiswa dapat mengenali bentuk, warna dan letak organ, serta hubungannya dengan organ lain pada suatu sistem organ. C. Manfaat Adapun manfaat dari percobaan ini adalah kita dapat mengetahui bentuk, warna, dan letak organ hewan vertebrata serta fungsi masing-masing organ tersebut. Mahasiswa mengetahui bagaimana organ itu bekerja selain itu mahasiswa juga mampu melihat langsung bentuk asli anatomi dari organ tubuh katak sawah. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tubuh hewan terdiri dari berbagai berbagai organ tubuh. Organ organ yang bekerja sama dalam melekukan fungsi yang lebih tinggi disebut sistem organ. Pada praktikum ini akan dilakukan pengamatan susunan anatomi katak sawah atau Rana cancarivora. Anatomi katak dapat memberikan gambaran umum mengenai organ organ utama pada hewan vertebrata (Tim Pengajar, 2009) Vertebrata adalah subfilum dari Chordata, mencakup semua hewan yang memiliki tulang belakang. Tulang-tulang yang menyusun tulang belakang disebut vertebra. Vertebrata adalah subfilum terbesar dari Chordata. Ke dalam vertebrata dapat dimasukkan semua jenis ikan (kecuali remang, belut jeung, "lintah laut", atau hagfish), katak, reptil, burung, serta hewan menyusui. Kecuali jenis-jenis ikan, vertebrata diketahui memiliki dua pasang tungkai. Vertebrata memiliki sistem otot yang banyak terdiri dari pasangan massa, dan juga sistem saraf pusat yang biasanya terletak di dalam tulang belakang. Sistem respirasi menggunakan insang atau paru-paru (Anonimb, 2009). Hewan yang tergolong vertebrata adalah hewan yang bertulang belakang yang memiliki sistem dalam tubuhnya yang lebih kompleks. Seperti halnya dengan manusia, hewan vertebrata juga memiliki organ tubuh yang hampir sama dengan manusia. Organ-organ tersebut saling bekerja sama dengan melakukan fungsi yang lebih tinggi membentuk sistem organ (Pagarra, 2004). Amfibi merupakan kelas chordata yang pertama kali keluar dari air. Hal ini terlihat dari struktur

pada kedua fase kehidupan yaitu di air dan di darat yang menunjukkan sifat ikan dan reptil. Ketika katak meninggalkan fase kehidupannya di air dan memulai fase kehidupannya di darat, maka katak itu akan membutuhkan energi dan oksigen yang sangat banyak untuk proses pernafasan sel. Pada katak terjadi evolusi dan membentuk jantung yang terdiri atas tiga ruang (Kimbal, 1992) Menurut Radiopoetro (1999), tubuh hewan vertebrata terdiri atas 10 sistem organ, antara lain : 1. Sistem integumen (kulit) Sitem ini pada umumnya terdiri atas dua lapisan epidermis yaitu bagian luar yang sel-sel paling luarnya dapat menanduk, dan lapisan dermis bagian dalam mengandung pembuluh darah dan badan sel saraf (reseptor). Kulit mempunyai derivate-derivate berupa rambut, bulu, kelenjar, kuku, sisik, dan sebagainya. 2. Sistem rangka (skelet) Fungsi utama dari sistem ini yaitu memperkuat tubuh serta melindungi bagian-bagian yang lemah dari tubuh. Sistem ini secara garis besar dibedakan atas : a. Skelet aksial, meliputi ruas-ruas tulang belakang dan tengkorak. b. Skelet apendikular, meliputi gelang bahu dengan anggota gerak depan dan gelang panggul dengan anggota gerak belakang. 3. Sistem otot Sistem otot khususnya otot rangka, serabut-serabut otot, kedua ujungnya melekat pada tulang. Bagian tengah yang menggembung membentuk gelendong disebut perut otot atau gaster. Bagian urat yang melekat pada tulang yang relatif tidak bergerak pada waktu kontraksi disebut origo dan ujung lainnya disebut insertion. Sepasang otot yang saling membantu dalam bekerja disebut sinergis, sedangkan yang kerjanya berlawanan disebut antagonis. Fungsi otot adalah melakukan kontraksi yang mengakibatkan terjadinya gerak atas perintah dari saraf pusat. 4. Sistem pencernaan Sistem ini berfungsi menghaluskan makanan, baik dari segi ukuran maupun maupun penyederhanaan molekul, sehingga zat makanan tersebut dapat diserap oleh tubuh. Berdasarkan fungsinya itu maka organ-organ pencernaan dibedakan atas : a. Saluran pencernaan, meliputi rongga mulut, faring, kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus. b. Kelenjar pencernaan, maliputi hati dan pangkreas yang masing-masing mempunyai fungsi khusus. Pada vertebrata, organ pencernaan makanan memiliki struktur anatomi relatif sama walaupun ada bagian dari organ tersebut yang bervariasi. Perbedaan jenis makanan, cara mengambil makanan, cara mencernakan makanan serta teknik lain dalam sistem pencernaan makanan, antara lain karena ada variasi pada struktur anatomi organ pencernaan makanan pada vertebrata. Pada hewan daratan misalnya katak, dan reptilia memiliki lidah yang panjang yang digunakan untuk mengambil makanannya untuk kemudian dicernakan dalam saluran pencernaan, burung menggunakan paruhnya yang tajam untuk mengambil biji-bijian kemudian menyimpannya dalam tembolok, yang selanjutnya dicernakan secara bertahap. Macam-macam teknik pengambilan makanan dan cara mencernakannya, pada dasarnya memiliki tujuan yang sama yaitu memerlukan makanan untuk sumber energi. Makanan dimasukkan ke dalam tubuh, dicerna, diabsorpsi, dan sisa yang tidak tercerna dibuang. Makanan tersebut memiliki fungsi selain sebagai sumber energi juga untuk memperoleh sumber bahan pembangun untuk tumbuh, memperbaiki jaringan yang rusak, sumber vitamin dan mineral (Anonima, 2009). 5. Sistem respirasi

Sistem respirasi pada hewan vertebrata ada yang berbeda yaitu pada ikan. Pada ikan menggunakan ingsang sebagai organ respirasinya, sedangkan hewan-hewan vertebrata lainnya yaitu reptil, burung, dan mamalia, alat respirasi utamanya adalah paru-paru. Dalam organ pernafasan ini berlangsung pertukaran gas udara yaitu pengambilan oksigen (O2) dan pembebasan karbondioksida (CO2). Katak mempunyai daur hidup di dua alam yang berbeda yaitu di darat dan di air. Oleh karena itu katak disebut hewan amfibi. Waktu katak masih berbentuk larva, berudu hidup di air dan bernapas dengan insang. Berudu memiliki 3 pasang insang luar yang terdapat di belakang kepala. Insang luar terdiri atas lembaran halus yang banyak mengandung kapiler darah. Apabila insang ini bergetar, maka air disekelilingnya selalu berganti dan oksigen yang larut dari air di sekeliling insang ini berdifusi masuk ke dalam pembuluh kapiler darah Seiring dengan pertumbuhan berudu, timbul celah insang dan terbentuk insang dalam. Insang dalam mempunyai tutup insang seperti pada ikan. Kemudian berudu perlahan-lahan menjadi katak dewasa. Katak dewasa bernapas menggunakan paru-paru dan kulit. Jika dari kulit Oksigen dari udara berdifusi melalui kulit yang basah kiemudian masuk ke pembuluh kapiler darah. Oleh karena itu katak sering berada di tempat berair supaya kulitnya tetap lembab. Selain itu selaput kulit pada rongga mulutnya juga di gunakan untuk memasukkan oksigen ke dalam darah secara difusi (Anonimb, 2009). 6. Sistem peredaran darah (sirkulasi) Sistem ini berfungsi untuk mengedarkan darah dan cairan limfa diseluruh tubuh. Pada vertebrata sistem peredaran darahnya tertutup yaitu dibangun oleh jantung serta pembuluh darah yaitu arteri, vena dan kapiler. Namun pada ikan ditemukan peredaran darah tunggal, sedangkan pada tetrapoda yaitu ampibia, reptilia, aves, dan mamalia ditemukan peredaran darah rangkap. 7. Sistem pengeluaran (ekskresi) Sistem ini berfungsi membuang limba hasil metabolisme yang bersifat racun. Organ tubuh yang mengeluarkan limba tersebut berbeda-beda. Semakin tinggi tingkatan makhluk hidup semakin kompleks organ ekskresinya. Pada hewan vertebrata organ ekskresinya yaitu ginjal, paru-paru, hati, dan kulit. 8. Sistem reproduksi Sistem ini berfungsi menghasilkan sel-sel kelamin dan hormon yang berkaitan dengan reproduksi. Pada hewan betina dubangun oleh kelenjar-kelenjar kelamin betina disebut ovarium yang dilengkapi saluran telur. Pada hewan jantan kelenjar kelaminnya disebut testis yang menghasilkan spermatozoa, sering dilengkapi dengan kelenjar-kelenjar pembantu seperti kelenjar prostate, kelenjar bulbo uretra dan vesikula seminalis. Sel-sel kelamin betina (ovum) dan spermatozoa berperan dalam perkembangbiakan yang bertujuan melestarikan jenis makhluk hidup. 9. Sistem saraf Sistem ini bersama dengan sistem sistem endokrin berfungsi mengkoordinasi tubuh hewan. Sistem saraf terdiri atas : a. Sistem saraf pusat yaitu otak dan sumsum tulang belakang. b. Sistem saraf tepi (perifer) yaitu saraf cranail dan saraf spinal serta saraf otonaomi. 10. Sistem endokrin Sistem ini berfungsi menghasilkan hormon yang membantu dalam sistem koordinasi, meliputi : a. Hipofisis b. Kelenjar tiroid

c. Kelenjar paratiroid d. Kelenjar epifise e. Kelenjar adrenal f. Kelenjar pangkreas g. Kelenjar kelamin

BAB III METODE PRAKTIKUM A. Waktu dan Tempat Adapun waktu dan tempat pelaksanaan praktikum ini : Hari/tanggal : Jumat, 13 November 2009 Waktu : Pukul 13.30 s.d. 15.50 WITA Tempat : Laboratorium Biologi lantai III Timur FMIPA UNM. B. Alat dan Bahan 1. Alat Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah: a. Botol pembunuh b. Baki bedah c. Alat bedah: 1. Gunting 2. Pinset 3. Jarum 4. Skalpel d. Sedotan limun 2. Bahan Bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu: a. Katak sawah (Rana cancarivora) b. Kapas c. Kloroform/eter pembius C. Prosedur Kerja 1. Pengamatan Luar a. Mematikan Katak Mengambil segumpal kapas (sebesar ruas empu jari tangan), membasahi dengan eter/kloroform, lalu memasukkannya ke dalam kotak pembunuh, segera pula memasukkan katak ke dalam botol tersebut, tutup dengan rapat. Biarkan sampai katak mati. b. Mengeluarkan katak yang sudah tidak bergerak dan meletakkan di atas baki bedah. Membiarkan kapas dalam botol dan tutup rapat. c. Mengamati bagian luar katak 1) Mata, kelopak dan selaput tidur 2) Lubang hidung luar 3) Timpanum (i), selaut pendengar

4) Celah mulut 5) Tungkai depan : a. Lengan atas (branchium) b. Lengan bawah (ante branchium) c. Telapak (manus) 6) Tungkai belakang : a. Paha (femur) b. Betis (crus) c. Telapak bersatu (pes) d. Jari-jari berselaput renang 7) Kloaka (menentukan letaknya). 8) Menggambar arah punggung dan memberi nama bagian-bagian tersebut di atas. 2. Pembedahan a. Meletakkan katak pada punggungnya di atas baki bedah. Memaku keempat kakinya dengan jarum pada lilin, sehingga tidak mudah goyang. b. Dengan pingset menjepit membujur kulit bagian perut dekat paha, mengangkat sedikit, menggunting melintang di bawah pingset, sehingga terbentuk celah pada kulit perut. c. Melalui celah itu, memasukkan ujung gunting yang tumpul dan guntinglah kulit ke arah kepala sampai gunting tertumbuk. Membalik ke celah tadi, menggunting ke arah pangkal kedua paha. d. Menggunting kulit ke arah samping kiri dan kanan, sehingga kulit perut bisa tersingkap. Memeriksa perlekatan kulit pada jaringan otot. Hanya pada tmpat tertentu kulit melekat pada otot, sehingga terbentuk semacam kantong (saccus). e. Memperhatikan bagian tengah otot perut. Tampak garis putih membujur sepanjang otot perut (disebut linea alba). f. Menjepit pingset otot perut di samping linea alba, dan menggunting melintang, sehingga membentuk celah. Memasukkan ujung gunting yang tumpul ke dalam celah otot perut dan mulai menggunting ke arah kepala sampai bawah rahang. Melanjutkan pengguntingan sampai pangkal paha. g. Menyingkap jaringan otot perut ke samping kiri dan kanan sehingga terbuka rongga perut dan tampak jeroan. 3. Pengamatan Sistem Pencernaan a. Membuka celah mulut dengan skalpel dan pinset, sehingga rongga mulut terbuka. Mengamati bentuk gigi, meraba dengan jari gelig pada rahang atas dan gigi former pada langit-langit. b. Dengan pingset menarik lidah keluar, mengamati bentuk dan perletakanya (mencatatnya). c. Melanjutkan pengamatan rongga perut yang berisi jeroan. Mengamati bentuk dan warna: i. Hati sebelah kanan, ada berapa lobus. ii. Lambung di sebelah kiri hati; mengangkat sedikit dan akan tampak duodenum dan pangkreas. iii. Runut terus usus halus sampa usus tebal. Perahatikan pertemuannya. iv. Rektum yang belok ke kloaka. 4. Pengamatan Sistem Peredaran Darah a. Arah kepala dari hati, tampak jantung dalam selaput b. Menusuk selaput pembungkus jantung dengan jarum atau ujung scalpel sampai pecah, mengamati bentuk dan bagian: i. Bilik (ventrikel) ii. Serambi (atrium) kiri dan kanan

iii. Pembuluh nadi utama (trunkus ateriosus) yang keluar dari ventrikel kemudian bercabang menjadi dua aorta (kiri dan kanan). c. Menggambar bagian jantung dan memberi nama begian tersebut di atas. 5. Pengamatan Sistem Pernafasan a. Memperhatikan bagian sebelah kanan dan sebelah kiri lambung, tersembul bagian paru-paru. b. Dengan sedotan limun yang ujungnya dimasukkan kedalam lubang pangkal tenggorok (membuka mulut), meniup pangkalnya perlahan, menggembung paru-paru. Mengamati bentuk dan warna paru-paru, pembuluh darah pada paru-paru. c. Melepaskan jantung dengan guntin, sehinga tampak batang tenggorok (trakea). d. Membuat gambar bagan sistem pernafasan katak. 6. Pengamatan Sitem Ekskresi dan Reproduksi (Urogenitalia) a. Melepaskan organ-organ pencernaan, memulai dari lambung sampai pada rectum, serta masentrium (jaringan ikat) yang memegangnya. b. Akan tampak sepasang ginjal bulat lonjong melekat pada bagian belakang rongga perut. c. Pada katak jantang ureter ini disebut juga ductus urospermatius, testis terletak di sebelah atas ginjal,bulat lebih kecil berhubungan dengan ginjalmelalui vas efferensia. d. Pada katak betian, ada sepasang ovarium di bagian kiri dan kanan. Mengangkat sedikit ovarium, akan tampak oviduk berupa saluran berkelok-kelok putih, bermuara pada kloaka sedang ujungnya berupa corong (ostium) ada di detak jantung. e. Membuat gambar bagian sistem urogenitalia katak. Memberi nama bagian-bagiannya. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengamatan 1. Bentuk Luar Tubuh Keterangan : 1. Nares (Lubang Hidung) 2. Organ Visual 3. Selaput tidur 4. Digiti (Jari) 5. Tympanium (Membran timpani) 6. Manus (Telapak) 7. Ante Branchium (Lengan Bawah) 8. Branchium (Lengan atas) 9. Femur (Paha) 10. Crus (Betis) 11. Pes (Telapak Berselaput) 12. Jari-jari berselaput renang 13. Kloaka 14. Linela alba 2. Anatomi Keterangan : 1. Cor (Jantung) 2. Hepar (Hati)

3. Pulmo (Paru-paru) 4. Ventriculus (Lambung) 5. Ren (Ginjal) 6. Kloaka 7. Uretra 8. Intestinium tenue (Usus halus) 9. Intestinium crasum (Usus Besar) 10. Empedu 11. Pulmo (paru-paru)

3. Sistem Dygestoria Keterangan : 1. Ventriculus (lambung) 2. Duodenum 3. Pilorus 4. Rektum 5. Kloaka 6. Illeum 7. Jejenum 8. Pankreas 9. Empedu 10. Hepar (hati) 4. Sistem Sirkulasi Keterangan 1. Atrium sinister 2. Ventrikel 3. Vena cava posterior 4. Atrium Dexter 5. Aorta 6. Vena cava anterior 5. Sistem Respirasi Keterangan 1. Bronkus 2. Bronkiolus 4. Pulmo sinister 3. Pulmo dexter

6. Sistem Urogenitalia katak betina Keterangan : 1. Ostium tuba 2. Badan lemak 3. Oviduk 4. Uterus 5. Kloaka

6. Uretra 7. Rektum 8. Ureter 9. Glandula Adrenal 10. Ren 11. Ovarium 7. Sistem Urogenitalia katak Jantan Keterangan : 1. Badan Lemak 2. Saluran Urospermatika 3. Kloaka 4. Uretra 5. Rektum 6. Ren 7. Gladula adrenalis 8.. Testis 8. Anatomi Mulut Katak Keterangan: 1. Maksila (Rahang atas) 2. Geligi kerucut (Vormer Dent) 3. Mata (Orbita) 4. Celah glottis 5. Rawan Aritenoid 6. Mandibula (Rahang Bawah) 7. Lingua (lidah) 8. Kantung suara 9. Pallatum (langi-langit)

B. Pembahasan Katak adalah salah satu contoh binatang amphibi yang merupakan hewan vertebrata yang dalam perkembangan hidupnya mengalami metamorfosis,. Dimana, anatomi katak yang diamati pada percobaan tersebut, antara lain : 10. Keadaan Luar Katak Katak memiliki : a. Dua buah mata dan kelopak mata. Dimana, selaput tidurnya terdapat di antara bola mata dan kelopak mata. b. Lubang hidungnya ada dua dan berukuran kecil. c. Tympanum (selaput pendengar) ada dua di samping kiri dan kanan yang tidak jauh dari mata. d. Pada tungkai depan, jari-jarinya berjumlah empat ruas dan tidak berselaput. e. Pada tungkai berlakang, telapaknya bersatu, memiliki kaki sebanyak lima ruas dan berselaput renang. f. Kloaka terdapat di bagian belakang dan berfungsi sebagai lubang pelepasan dari saluran ginjal, kelenjar kelamin dan anus. g. Permukaan kulitnya halus dan agak licin dan berwarna-warni karena adanya butir-butir

pigmen dan sel pigmen atau kromotovora. Perlekatan kulit hanya terjadi pada tungkai belakang dan tungkai depan, sedangkan pada bagian perut tidak terjadi perlekatan kulit pada otot. Dan pada bagian tengah otot perutnya terdapat garis putih membujur sepanjang otot perut yang disebut linea alba. kerongkongan 11. Sistem dygestoria katak dimulai dari rongga mulut kloaka. Ditambah dengan hati dan pankreas. usus lambung a. Rongga mulut, terdiri dari : 1). Gigi hanya terdapat pada rahang atas (gigi geligi) dan pada langit-langit (gigi vumer). Gigi tersebut dapat tumbuh kembali apabila mengalami tangal. 2). Lidahnya (lingua) bercabang dan terletak pada rahang bawah bagian depan. Berfungsi untuk menangkap mangsa. 3). Kelenjar ludah yang berfungsi membantu menelan makanan. b. Kerongkangan (esofagus), pada katak merupakan saluran pendek menuju ke lambung. c. Lambung (ventriculum), terdapat di sebelah kiri dan di belakangnya terdapat duodenum dan pangkreas. Di dalamnya makanan dicerna secara mekanik dan kimiawi. d. Usus (intestium), dalam usus makanan yang sudah lumat sari-sarinya diserap oleh pembuluh kapiler darah dan diedarkan ke seluruh tubuh, sedangkan sisanya dibuang melalui kloaka. 12. Sistem sirkulasi Pada fase berudu, jantungnya terdiri atas dua ruang yaitu satu serambi dan satu bilik. Sistem peredaran darahnya merupakan sistem peredaran darah tunggal. Setelah mejadi katak, jantungnya terdiri atas tiga ruang yaitu dua serambi dan satu bilik. Dimana letak serambi (antrium) di atas ventrikel dan terbagi dua, ada di kanan dan di kiri. Dan di atas atrium terdapat percabangan yang disebut aorta. 13. Sistem respirasi a. Paru-paru (pulmo) Paru-paru katak berupa sepasang kantong tipis dan elastis, permukaan dalam dindingnya mempunyai banyak lipatan, sehingga memperluas permukaan. Dinding kantong yang tipis ini banyak dikelilingi kapiler darah sehingga paru-paru katak berwarna kemerahan. Paru-paru katak berhubungan dengan bronkus, selanjutnya dengan perantara celah tekak atau glotis dihubungkan dengan rongga mulut. b. Kulit Pernafasan dengan kulit berlangsung efektif baik di darat maupun di air. Kulit katak tipis, lembab dan kaya kapiler darah, yaitu cabang dari pembuluh nadi paru-paru kulit (arteria pulmokutanea) yang menyangkut darah kotor atau kaya CO2. di dalam kapiler kulit, darah membebaskan CO2 ke udara dan mengikat oksigen dari udara bebas yang akan diangkut oleh pembuluh darah vena pulmokutanea ke jantung untuk diedarkan ke seluruh jaringan tubuh yang memerlukan. c. Selaput rongga mulut Selaput ini juga digunakan untuk memasukkan oksigen yang terkandung di udara, pada rongga mulut berdifusi melalui selaput rongga mulut. Akhirnya oksigen tersebut diikat oleh darah dan diedarkan ke sel-sel tubuh. 14. Sistem urogenetalia Alat ekskresinya berupa sepasang ginjal dari kiri dan kanan. Warnanya merah kecoklatan, bentuknya memanjang dari depan ke belakang. Fungsi ginjal adalah menyaring darah, zat-zat sisa seperti urine, garam-garam yang berlebih, air yang lebih akan diserapnya dan dikeluarkan. Zat sisa yang diambil oleh ginjal akan disalurkan melalui ureter menuju ke kantong kemih.

Kantong kemih ini berupa kantong berdinding tipis yang terbentuk dari tonjolan dinding kloaka. Fungsinya untuk menyimpan urine sementara. Muara saluran urine, saluran kelamin dan saluran pencernaan akan menyatu di kloaka. Pembuahan katak bersifat ovivar (bertelur). Pembuahannya berlangsung di luar tubuh (fertilisasi eksternal) tetapi katak tidak mempunyai alat kelamin luar. Pada masa kawin sepasang katak akan ampleksus (katak jantan menempel pada punggung katak betina. 1. Pada katak betina terdapat sepasang ovarium di bagian kiri dan kanan. Bagian belakang ovarium terdapat oviduct berupa saluran berkelok-kelok putih yang bermuara pada kloaka sedang ujungnya burupa corong yang berada di dekat jantung. 2. Katak jantan memiliki sepasang testis yang terdapat diatas ren. Testis berfungsi menghasilkan spermatozoa, sperma akan melalui saluran fasa deferensia menuju ke kloaka. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Bagian-bagian katak yang tampak dari luar adalah mata, pelupuk mata dan selaput tidur, selaput pendengar, lubang hidung, lengan atas, lengan bawah, telapak tangan dan digiti, paha, betis, telapak bersatu, jari-jari berselaput renang, dan kloaka. Katak memiliki berbagai macam sistem organ, diantaranya sistem pencernaan, sistem reproduksi, sistem respirasi, sistem sirkulasi, sistem ekskresi B. Saran 1. Laboratorium sebaiknya memperhatikan alat-alat praktikum sehingga praktikan tidak menggunakan alat yang kurang baik seperti gunting yang sudah kurang tajam. 2. sebaiknya asisten mendampingi praktikan saat praktikum agar kecerobohan dan kesalahn praktikan akan dapat dikurangi. Dan memberikan penjelasan tentang apa-apa yang diamati. 3. Dalam melaksanakan praktikum hendaknya para praktikan mematuhi segala peraturan dan tata tertib yang telah ditetapkan serta berhati-hati dalam menggunakan alat praktikum agar alat-alat praktikum tidak cepat rusak dan juga agar praktikum dapat berjalan dengan lancar.

DAFTAR PUSTAKA

Anonima. 2009. Seri Pembelajaran Struktur Hewan. http://www.google.com/. Diakses tanggal 19 November 2009. Anonimb. 2009. Sistem Pernafasan Vertebrata. http://www.poetoegaul.com/. Diakses tanggal 19 November 2009. W, Kimbal. 1992. Biologi Universitas. Jakarta: Erlangga. Pagarra, Halifah. 2004. Struktur Hewan. Jurusan Biologi FMIPA UNM. Makassar. Radiopoetro . 1999. Zoologi. Erlangga. Jakarta. Tim Pengajar. 2009. Penuntun Praktikum Biologi Dasar. Jurusan Biologi FMIPA UNM.

Makassar. Jawaban Pertanyaan 1. Katak digolongkan kedalam kelas amphibi karena katak dapat hidup di dua tempat, yaitu katak muda hidup di dalam air dan katak dewasa hidup di darat. 2. Warna kulit katak berubah-ubah karena katak mempunyai kromatophor (sel pigmen) yang terdiri atas : a) Xantopras mengandung pigmen kuning. b) Melanfora mengandung pigmen melanin menyebabkan warna coklat dan hitam. c) Guanfora mengandung kristal guanin yang menyebabkan warna biru. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan perubahan ini adalah : a) Intern b) Ekstern 3. Pangkal lidah katak melekat pada ujung crinial dari rahang bawah, manfaat nya adalah agar lidah katak cepat dijulurkan keluar untuk menangkap mangsanya. 4. Hati dan pankreas bukan merupakan saluran pencernaan, tetapi termasuk dalam sistem pencernaan karena pada hati dan pankreas terdapat enzim yang dapat melumatkan makanan sehingga dapat dicerna oleh usus halus. 5. Katak tidak dapat melakukan pernafasan perut karena katak tidak terdapat tulang rusuk dan sekat rongga dan mekanisme pernafasannya hanya diatur oleh otot-otot rahang bawah dan otot perut. Cara katak menarik dan mengeluarkan nafas adalah : a) Inspirasi, apabila rongga mulut mengecil maka udara masuk ke celah-celah terbuka menuju ke paru-paru dan terjadi pertukaran gas sehingga oksigen di ikat oleh darah yang ada didalam kapiler dinding paru-paru. b) Eksresi, apabila rongga mulut mengecil, maka udara didalam paru-paru yang banyak mengandung karbondioksida keluar melalui koana. 6. Darah bersih dan darah kotor dalam jantung katak bercampur ketika meninggalkan jantung karena hanya memiliki satu ventrikel (bilik) sehingga darah dari tubuh yang akan keluar melalui aorta bercampur. 7. Pada katak terjadi vertilisasi eksternal karena pada katak pembuahan terjadi di luar tubuh.

SISTEM PERNAPASAN VERTEBRATA Vertebrata adalah subfilum dari Chordata, mencakup semua hewan yang memiliki tulang belakang. Tulang-tulang yang menyusun tulang belakang disebut vertebra. Vertebrata adalah subfilum terbesar dari Chordata. Ke dalam vertebrata dapat dimasukkan semua jenis ikan (kecuali remang, belut jeung, "lintah laut", atau hagfish), katak, reptil, burung, serta hewan menyusui. Kecuali jenis-jenis ikan, vertebrata diketahui memiliki dua pasang tungkai. Vertebrata memiliki sistem otot yang banyak terdiri dari pasangan massa, dan juga sistem saraf pusat yang biasanya terletak di dalam tulang belakang. Sistem respirasi menggunakan insang atau paru-paru a. Sistem Pernapasan Pada Katak Katak mempunyai daur hidup di dua alam yang berbeda yaitu di darat dan di air. Oleh karena itu katak disebut hewan amfibi. Waktu katak masih berbentuk larva, berudu hidup di air dan bernapas dengan insang. Berudu memiliki 3 pasang insang luar yang terdapat di belakang kepala.

Insang luar terdiri atas lembaran halus yang banyak mengandung kapiler darah. Apabila insang ini bergetar, maka air disekelilingnya selalu berganti dan oksigen yang larut dari air di sekeliling insang ini berdifusi masuk ke dalam pembuluh kapiler darah. Seiring dengan pertumbuhan berudu, timbul celah insang dan terbentuk insang dalam. Insang dalam mempunyai tutup insang seperti pada ikan. Kemudian berudu perlahan-lahan menjadi katak dewasa. Katak dewasa bernapas menggunakan paru-paru dan kulit. Jika dari kulit Oksigen dari udara berdifusi melalui kulit yang basah kiemudian masuk ke pembuluh kapiler darah. Oleh karena itu katak sering berada di tempat berair supaya kulitnya tetap lembab. Selain itu selaput kulit pada rongga mulutnya juga di gunakan untuk memasukkan oksigen ke dalam darah secara difusi.

STRUKTUR HEWAN Katak memiliki organ pencernaan, Sistem ini berfungsi menghaluskan makanan, baik dari segi ukuran maupun maupun penyederhanaan molekul, sehingga zat makanan tersebut dapat diserap oleh tubuh. Berdasarkan fungsinya itu maka organ-organ pencernaan dibedakan atas : a. Saluran pencernaan, meliputi rongga mulut, faring, kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus. b. Kelenjar pencernaan, maliputi hati dan pangkreas yang masing-masing mempunyai fungsi khusus. Pada vertebrata, organ pencernaan makanan memiliki struktur anatomi relatif sama walaupun ada bagian dari organ tersebut yang bervariasi. Perbedaan jenis makanan, cara mengambil makanan, cara mencernakan makanan serta teknik lain dalam sistem pencernaan makanan, antara lain karena ada variasi pada struktur anatomi organ pencernaan makanan pada vertebrata. Pada hewan daratan misalnya katak, dan reptilia memiliki lidah yang panjang yang digunakan untuk mengambil makanannya untuk kemudian dicernakan dalam saluran pencernaan, burung menggunakan paruhnya yang tajam untuk mengambil biji-bijian kemudian menyimpannya dalam tembolok, yang selanjutnya dicernakan secara bertahap. Macam-macam teknik pengambilan makanan dan cara mencernakannya, pada dasarnya memiliki tujuan yang sama yaitu memerlukan makanan untuk sumber energi. Makanan dimasukkan ke dalam tubuh, dicerna, diabsorpsi, dan sisa yang tidak tercerna dibuang. Makanan tersebut memiliki fungsi selain sebagai sumber energi juga untuk memperoleh sumber bahan pembangun untuk tumbuh, memperbaiki jaringan yang rusak, sumber vitamin dan mineral LEMBAR PENGESAHAN Laporan lengkap praktikum Biologi Dasar dengan judul Pengaruh pH Terhadap Aktivitas Enzim yang disusun oleh : Nama : Munawir Nasir NIM : 091404015 Kelas/Kelompok : A/I (satu) Telah diperiksa dan dikoreksi oleh Asisten/Koordinator Asisten dan dinyatakan diterima. Makassar, Desember 2009 Koordinator Asisten, Asisten, Suhaedir Bachtiar,S.pd. Mustaina Basir NIM. 061404016

Mengetahui, Dosen Penanggung Jawab Drs. H. Hamka L., M.S. NIP. 196212311987021005

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam menjalani kehidupannya manusia bekerja membutuhkan energi. Namun tekadang proses pembenukan energi ini lambat dalam bekerja, maka dari itu dibutuhkan biokatalisator untuk mempercepat pembentukan energy. Suatu reaksi kimia dapat terjadi dalam tubuh sanagat lambat didalam tubuh, namun enzim bila dalam reaksi tersebut ditambahkan enzim maka reaksi tersebut akan berjalan dengan cepat. Di dalam tubuh makhluk hidup terjadi reaksi-reaksi kimia. Reaksi-reaksi yang berlangsung di dalam tubuh makhluk hidup terjadi pada suhu 27 oC (suhu ruangan), misalnya pada tubuh tumbuhan. Atau pada suhu 39 oC, misalnya di dalam tubuh hewan berdarah panas. Pada suhu tersebut proses oksidasi akan berjalan sangat lambat atau bahkan tidak berlangsung sama sekali. Agar reaksi-reaksi berjalan lebih cepat diperlukan katalisator. Katalisator adalah zat yang dapat mempercepat reaksi tetapi zat itu sendiri tidak ikut bereaksi. Katalisator di dalam sel makhluk hidup disebut biokatalisator atau enzim. Hampir semua enzim dalam tubuh merupakan protein. Enzim sangat penting dan berpengaruh dalam tubuh makhluk hidup. Karena hampir semua proses biologis sel memerlukan enzim agar dapat berlangsung dengan cepat. Enzim memegang peranan yang sangat penting dalam reaksi metabolisme dalam tubuh. Reaksi reaksi kimia kompleks dalam tubuh akan berlangsung sangat sangat lambat jika tanpa enzim. Sebagai contoh reaksi pengubahan amilum menjadi glukosa yang merupakan sumber energi utama kita berlangsung lama, maka apa yang akan terjadi dengan tubuh kita, padahal kita setiap saat harus beraktivitas. Respirasi, bergerak, berpikir dan kegiatan lainnya membutuhkan energi. Lalu apa yang akan kita gunakan nantinya jika proses pembuatannya lambat sedangkan keperluan kita begitu besar. Oleh karena enzim berfungsi sebagai pemercepat reaksi sedangkan dia sendiri tidak ikut bereaksi, maka jumlahnya tidak perlu banyak. Satu molekul enzim dapat bekerja berkali-kali, selama enzim tersebut tidak rusak. Kerja suatu enzim dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu suhu, pH, hasil akhir, dan penghambat (inhibitor). Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap kerja enzim, yang dimana diambil pH faktor yang diamati, maka kami melakukan percobaan dengan judul pengaruh pH terhadap aktivitas enzim. B. Tujuan Adapun tujuan dari percobaan ini adalah membuktikan pengaruh pH terhadap aktivitas enzim amilase. C. Manfaat Adapun manfaat dari percobaan ini adalah kita dapat mengetahui cara kerja suatu enzim dan juga mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kerja enzim tersebut.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Enzim dapat ditemukan baik pada hewan maupun pada tumbuhan. Salah satu enzim yang terdapat dalam tubuh adalah milase. Nama lain dari amylase adalah diastase. Enzim tersebut dapat menghidrolisis amilum menjadi gula (Tim Pengajar, 2009). Enzim adalah satu atau beberapa gugus polipeptida (protein) yang berfungsi sebagai katalis (senyawa yang mempercepat proses reaksi tanpa habis bereaksi) dalam suatu reaksi kimia. Enzim bekerja dengan cara menempel pada permukaan molekul zat-zat yang bereaksi dan dengan demikian mempercepat proses reaksi. Percepatan terjadi karena enzim menurunkan energi pengaktifan yang dengan sendirinya akan mempermudah terjadinya reaksi. Sebagian besar enzim bekerja secara khas, yang artinya setiap jenis enzim hanya dapat bekerja pada satu macam senyawa atau reaksi kimia. Hal ini disebabkan perbedaan struktur kimia tiap enzim yang bersifat tetap. Sebagai contoh, enzim -amilase hanya dapat digunakan pada proses perombakan pati menjadi glukosa (Anonima, 2009). Beberapa reaksi kimia dalam tubuh makhluk hidup terjadi sangat cepat. Hal ini terjadi karena adanya suatu zat yang membantu proses tersebut. Bila zat ini tidak ada, maka proses-proses tersebut berjalan lambat atau bahkan tidak berlangsung sama sekali. Zat tersebut dikenal dengan nama fermen atau enzim (Janice, 2003). Dewasa ini telah banyak ditemukan berbagai enzim dalam makhluk hidup. Kebanyakan enzim ini terdapat dalam protoplasma dan sedikit beraa dalam dinding sel atau vakuola. Pada tahun 1962, seorang ahli bernama Sumner berhasil memisahkan suatu enzim dalam bentuk kristal, yaitu enzim urease yang diperolehnya dari biji polongan (Lehninger, 1982). Di dalam tubuh makhluk hidup, berbagai enzim dibentuk dalam keadaan tidak aktif and diberi nama zimogen. Untuk mengaktifkannya harus dibantu oleh suatu aktivator sehingga fungsional. sebagai contoh, pada sistem pencernaan, tripsinogen harus diaktifkan terlebih dahulu oleh enterokinase (suatu aktivator yang dihasilkan oleh dinding usus halus) manjadi tripsin yang kemudian dapat melakukan pemecahan protein (Janice, 2003). Enzim adalah biokatalisator yang artinya dapat mempercepat reaksi-reaksi biologi tanpa mengalami perubahan struktur kimia. Menurut Kuhne seorang ahli yang banyak melakukan penyelidikan tentang fermentasi dalam tahun 1878 enzim berasal dari kata in+zyme yang berarti sesuatu dalam ragi. Berdasarkan penyelidikan-penyelidikan selanjutnya diperoleh kesimpulan bahwa enzim adalah suatu protein yang berupamolekul-molekul besar. Dapat diketahui pula bahwa banyak enzim yang terdiri atas bagian yang berupa protein dan bagian yang lain yang bukan protein. Bagian yang berupa protein biasanya bersifat termolabil atau tidak tahan panas. Bagian tersebut dinamakan Apoenzim dan bagianyang bukan protein adalah bagian yang aktif dan diberi nama gugus prostetik, biasanya berupa logam seperti besi, tembaga, seng, atau suatu bahan senyawa organik yang mengandung logam. Apoenzim dan gugus prostetik merupakan suatu kesatuan yang disebut holoenzim (Lehninger, 1982). Menurut Anonimb (2009), enzim mempunyai sifat-siat sebagai berikut: 1. Biokatalisator, mempercepat jalannya reaksi tanpa ikut bereaksi. 2. Thermolabil; mudah rusak, bila dipanasi lebih dari suhu 60 C, karena enzim tersusun dari protein yang mempunyai sifat thermolabil. 3. Merupakan senyawa protein sehingga sifat protein tetap melekat pada enzim. 4. Dibutuhkan dalam jumlah sedikit, sebagai biokatalisator, reaksinya sangat cepat dan dapat digunakan berulang-ulang. 5. Bekerjanya ada yang di dalam sel (endoenzim) dan di luar sel (ektoenzim), contoh ektoenzim: amilase, maltase. 6. Umumnya enzim bekerja mengkatalisis reaksi satu arah, meskipun ada juga yang

mengkatalisis reaksi dua arah, contoh : lipase, mengkatalisis pembentukan dan penguraian lemak. 7. Bekerjanya spesifik ; enzim bersifat spesifik, karena bagian yang aktif (permukaan tempat melekatnya substrat) hanya setangkup dengan permukaan substrat tertentu. 8. Umumnya enzim tak dapat bekerja tanpa adanya suatu zat non protein tambahan yang disebut kofaktor. Agar dapt melakukan tugasnya, suatu enzim harus menyatu biarpun hanya sebentar, dengan paling sedikit satu dari zat yang bereaksi. Pada umumnya daya yang mengikat enzim dengan substratnya bukan ikatan kovalen, tetapi ikatan hydrogen. Ikatan ion dan daya tarik antara gugus hidrofobik dari dua molekul itu akan secara sendiri-sendiri atau bersama mengikat substrat pada enzim. Kebanyakan dari interaksi ini bersifat lemah. Terutama jika atom-atom yang bersangkutan tidak berada didalam jarak yang amat dekat. Karena itu, agar ikatan antara substrat dan enzim cukup kuat. Kedua molekul harus sangat berdekatan dan meliputi suatu area yang cukup luas agar sejumlah daya tarik yang lemah ini dapat beroprasi. Jadi molekul substrat harus cocok dengan suatu permukaan komplementer molekul enzim seperti sebuah kunci dengan lubang kunci (Kimball, 1992). Kekhususan suatu enzim berhubungan dengan adanya kesesuaian antara bentuk tempat aktifnya dengan bentuk substratnya. Namun demikian, tempat aktif itu bukanlah suatu tempat penerima yang kaku bagi substrat tersebu. Ketika substrat memasuki tempat akti, mak enzim akan terinduksi untuk mengubah bentuknya sedikit sehingga tempat aktif akn lebih pas mengelilingi substrat itu. Kecocokan terinduksi (induced fit) ini miripdengan jabtan tangan yang sangat erat. Kecocokan terinduksi ini akan membaw gugus kikiawi tempat aktif itu keposisi yang meningkatkan kemampiannya untuk mengkatalisis reaksi kimiawi (Campbel, 2000). Kerja enzim dipengaruhi oleh beberapa faktor, terutama adalah substrat, suhu, keasaman, kofaktor dan inhibitor. Tiap enzim memerlukan suhu dan pH (tingkat keasaman) optimum yang berbeda-beda karena enzim adalah protein, yang dapat mengalami perubahan bentuk jika suhu dan keasaman berubah. Di luar suhu atau pH yang sesuai, enzim tidak dapat bekerja secara optimal atau strukturnya akan mengalami kerusakan. Hal ini akan menyebabkan enzim kehilangan fungsinya sama sekali. Kerja enzim juga dipengaruhi oleh kofaktor dan inhibitor (Anonima, 2009). Banyak enzim tidak akan bekerja tanpa adanya suatu zat nonprotein tambahan yang disebut kofaktor. Kofaktor dapt berupa suatu ion metal seperti Zn++ (suatu kofaktor karbonat anhidrase), Cu++, Mn++, Mg++, K+, Fe+, atau Na++. Atau kofaktor dapat berupa suatu molekul organic kecil yang disebut koenzim. Koenzim dapat terikat erat (ikatan kovalen) pada bagian protein dari enzim sebagai gugus prostetik. Lainnya dapat terikat secarta longgar atau malah hanya sementara pada waktu enzim tersebut melaksanakan fungsi kualitatifnya (Kimball, 1992).

BAB III METODE PRAKTIKUM A. Waktu dan Tempat Adapun waktu dan tempat pelaksanaan praktikum ini : Hari/tanggal : Jumat, 20 Desember 2009 Waktu : Pukul 01.30 s.d. 15.10 WITA Tempat : Laboratorium Biologi lantai III Timur FMIPA UNM. B. Alat dan Bahan

1. Alat Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah: a. Centrifuge dan tabung centrifuge b. Mortar dan pistilium c. Tabung reaksi besar 5 buah d. Tabung reaksi kecil 9 buah e. Pipet f. Rak tabung reaksi g. Lampu spiritus h. Gelas ukur i. Stopwatch 2. Bahan Bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu: a. Kecambah kacang hijau b. Larutan amilum c. Larutan fehling A dan B d. Larutan JKJ e. Larutan HCl f. Larutan NaOH g. Kertas lakmus (kertas pH) h. Kertas saring i. Aquades C. Prosedur Kerja 1. Menyiapkan 11 buah tabung reaksi dan mengisikan ke dalam masing masing tabung tersebut 1 ml larutan amilum. Kemudian cek pH nya. 2. Tabung kemudian dikelompokkan menjadi lima bagian. Tabung 1 sampai 3 dikelompokkan menjadi tabung I. tabung 4 sampai 6 dikelompokkan menjadi tabung II. tabung 7 sampai 9 di kelompokkan mejadi Tabung III. tabung 10 menjadi Tabung IV dan tabung ke 11 di jadikan Tabung V. 3. Pada seluruh tabung I dimasukkan ekstrak kecambah (supernatan), mengecek pH dan mencatatnya. Ke3 tabung reaksi diberi label a, b, c. Tabung a setelah 10 menit ditambah larutan Fehling A dan B. Tabung b setelah 10 menit diperlakukan sama seperti tabung a. Tabung c setelah 15 menit diperlakukan sama seperti tabung a. Panaskan ke3 tabung, kemudian mencatat warnanya. 3. Pada tabung II ditambahkan 1 ml ekstrak kecambah. Kemudian menambah 1-2 tetes HCl encer, mengecek pH dan mencatatnya. dan selanjutnya diperlakukan sama seperti no. 2. 4. Pada tabung III ditambahkan 1 ml ekstrak kecambah. Kemudian menambahkan 1-2 tetes larutan NaOH, mengecek pH dan mencatatnya. dan selanjutya diperlakukan sama seperti no. 2. 5. Pada tabung IV ditambahkan 1-2 tetes larutan JKJ, mencatat warnanya. Tabung V ditambahkn 1-2 tetes larutan Fehling A dan B, kemudian dipanaskan selama beberapa menit, mengamati perubahan warna yang terjadi dan mencatatnya. 6. Membandingkan warna yang terjadi pada tabung I V, kemudian membuat tabel dan menyimpulkannya. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan Tabung pH Warna Awal Akhir Awal Akhir I a 6 5 Biru Muda Biru Kehijauan b 6 5 Biru Muda Hijau Muda c 6 5 Biru Muda Hijau Muda II a 6 5 Biru Muda Hijau Muda Kekuningan ++ b 6 5 Biru Muda Hijau Muda Kekuningan +++ c 6 5 Biru Muda Hijau Muda Kekuningan + III a 6 10 Biru Muda Hijau Kekuningan ++ b 6 10 Biru Muda Hijau Kekuningan + c 6 10 Biru Muda Hijau Kebiruan IV 6 Putih Biru Kehitaman V 6 Biru Muda Biru Muda Bening

B. Pembahasan 1. Tabung I Pada tabung ini, diisi larutan amilum sebanyak 1 ml ke 3 buah tabung reaksi yang diberi label a, b dan c. kemudian ditambahkan ekstrak kecambah. Setelah itu diukur pH-nya dan ternyata pH yang diperoleh adalah 6. Setelah itu, Setelah 5 menit tabung a ditambahkan fehling A dan B lalu dipanaskan. Ternyata larutan berubah warna dari biru muda menjadi Biru Kehijauan. Hal ini menandakan bahwa enzim amilase pada supernatan telah bekerja dalam menghidrolisis amilum menjadi glukosa. Kemudian tabung b diperlakukan seperti tabung a setelah 10 menit. Ternyata larutan berubah warna dari biru muda menjadi hijau muda Setelah itu tabung c juga diperlakukan seperti tabung a, setelah 15 menit larutan berubah sama seperti tabung b yaitu hijau muda. Hal ini juga mengindikasikan bahawa enzim amilase telah bekerja dalam menghidrolisis amilum menjadi glukosa. 2. Tabung II Pada tabung ini diisi amilum kemudian ditambahkan ekstrak kecambah. Setelah itu ditambahkan pula 1 2 tetes larutan HCl 10%, larutan berada dalam suasana asam. Setelah itu, masing masing tabung diberi label a, b dan c. Tabung reaksi a setelah 5 menit ditambahkan larutan fehling A dan B, kemudian dipanaskan. Ternyata larutan berubah warna dari biru muda hijau muda kekuningan ++. Hal ini menandakan bahwa ezim pada supernatan yang ditambahkan belum bekerja secara maksimal dalam mengubah amilum menjadi glukosa. Tabung b, setelah 10 menit ditambahkan larutan fehling A dan B, dan mengalami perubahan warna hijau muda kekuningan +++. Hal ini menandakan bahwa enzim pada tabung b bekerja lebih baik dibandingkan dengan tabung a. Pada tabung c, setelah 15 menit dipanaskan, larutan yang semula berwarna biru muda berubah menjadi hijau muda kekuningan +, berarti enzim tidak bekerja maksimal. 3. Tabung III Pada tabung ini, diisi amilum kemudian ditambahkan 1 ml ekstrak kecambah lalu ditambahkan pula 1-2 tetes larutan NaOH 1%, larutan tersebut dalam suasana basa. Setelah itu. Kemudian larutan diberi label a, b dan c. Tabung reaksi a setelah 5 menit ditambahkan fehling A dan B kemudian dipanaskan, dan ternyata berubah warna dari biru muda menjadi Hijau Kekuningan

++. Hal ini menandakan enzim pada ekstrak kecambah telah bekerja secara maksimal dalam menghidrolisis amilum menjadi glukosa. Tabung b setelah 10 menit ditambahkan fehling A dan B lalu dipanaskan. Ternyata larutan berubah warna dari biru muda berubah menjadi Hijau Kekuningan +. Hal ini menandakan bahwa enzim amilase telah bekerja dalam menghidrolisis amilum menjadi glukosa. Tabung c setelah 15 menit ditambahkan fehling A dan B lalu dipanaskan. Ternyata larutan berubah warna dari biru muda menjadi Hijau kekuningan, perubahan warna ini juga dapat diartikan bahwa enzim telah bekerja dalam larutan tersebut. 4. Tabung IV Pada tabung ini yang berisi amilum yang ditambahkan 1-2 tetes JKJ, dan terjadi perubahan warna dari putih menjadi biru kehitaman. Hal ini menandakan bahwa larutan ini mengandung amilum. 5. Tabung V Pada tabung ini yang berisi amilum, ditambahkan 1-2 tetes fehling A dan B dan larutan menjadi biru muda. Setelah itu dipanaskan selama 2 menit larutan berubah warna dari biru muda menjadi biru muda bening. Hal ini menandakan bahwa amilum tidak mengandung glukosa. Pada tabung IV dan V digunakan sebagai kontrol terhadap perubahan warna yang terjadi pada tabung I, II, dan III. Pada tabung I, II, dan III terjadi perubahan warna. Dengan adanya perubahan warna tersebut menandakan bahwa enzim amilum pada setiap tabung telah bekerja. Namun perubahan warna yang terjadi pada percobaan ini tidak sesuai dengan teori. Menurut teori perubahan warna yang terjadi jika enzim telah bekerja adalah dari putih keruh menjadi orange. Hal ini mungkin disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain : a. Alat-alat yang digunakan mungkin tidak terlalu bersih sehingga terjadi pencampuran zat. Dari pencampuran zat inilah menyebabkan terjadinya perubahan warna yang tidak sesuai dengan teori. b. Suhunya mungkin tidak sesuai dengan suhu optimum dimana enzim bekerja. c. Kekurang telitian saat penghitungan waktu. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Adapun kesimpulan dari bisa ditarik dari percobaan ini adalah. Bahwa, pH sangat berpengaruh terhadap kerja suatu enzim. Karena perubahan pH dapat mempengaruhi perubahan asam amino kunci pada sisi aktif enzim, sehingga menghalangi sisi aktif berkombinasi dengan substratnya. Perubahan warna yang terjadi pada setiap tabung menandakan bahwa enzim pada setiap tabung tersebut bekerja, walaupun terjadi perubahan warna yang tidak sesuai dengan teori. B. Saran 1. Agar dalam melakukan percobaan mahasiswa harus memperhatikan setiap alat-alat yang digunakan harus bersih dari zat-zat kimia. Agar dalam melakukan percobaan tidak mengalami kegagalan. 2. Sebaiknya asisten terus mendampingi para praktikan selama praktikum berlangsung. 3. Sebaiknya laboratorium memperhatikan alat-alat yang akan digunakan oleh praktikan.

DAFTAR PUSTAKA Anonyma. 2009. Enzim. http://id.wikipedia.org/Wiki/Enzim. Diakses tanggal 2 Desember 2009.

Anonymb. 2009. Molekul yang Terlibat Dalam Metabolisme. http://bebas.vlsm.org/. Diakses tanggal 2 Desember 2009. Campbel, N. A. 2000. Biologi Edisi Kelima Jilid I. Erlangga. Jakarta. Janice, D.L. 2003. Biologi Tesis. Erlangga. Jakarta. Lehninger, Maggy Thena, Wijaya. 1982. Dasar-dasar Biokimia. Ganesa Exact. Bandung. Tim Pengajar. 2009. Biologi Dasar. Jurusan Biologi FMIPA UNM. Makassar. Kimball. 1992. Biologi Jjilid 1. Jakarta. Erlanga.

Jawaban Pertanyaan 1. Guna larutan fehling A dan B yaitu sebagai indikator ada tidaknya glukosa yang terkandung pada ekstrak kecambah yang ditandai dengan adanya perubahan warna. Guna larutan JKJ yaitu sebagai indikator ada tidaknya glukosa dan karbohidrat pada ekstrak kecambah. 2. Ekstrak enzim dari biji kecambah dicentrifuge agar dapat memisahkan antara ekstrak kecambah dengan endapan kecambah.

Enzim Model Komputer enzim nukleusiada purin fosforilase Enzim adalah satu atau beberapa gugus polipeptida (protein) yang berfungsi sebagai katalis (senyawa yang mempercepat proses reaksi tanpa habis bereaksi) dalam suatu reaksi kimia. Enzim bekerja dengan cara menempel pada permukaan molekul zat-zat yang bereaksi dan dengan demikian mempercepat proses reaksi. Percepatan terjadi karena enzim menurunkan energi pengaktifan yang dengan sendirinya akan mempermudah terjadinya reaksi. Sebagian besar enzim bekerja secara khas, yang artinya setiap jenis enzim hanya dapat bekerja pada satu macam senyawa atau reaksi kimia. Hal ini disebabkan perbedaan struktur kimia tiap enzim yang bersifat tetap. Sebagai contoh, enzim -amilase hanya dapat digunakan pada proses perombakan pati menjadi glukosa. Hal-Ihwal yang berkaitan dengan enzim dipelajari dalam enzimonoligi. Dalam dunia pendidikan tinggi, enzimonologi tidak dipelajari tersendiri sebagi satu jurusan tersendiri tetapai sejumlah program studi memberikan mata kuliah ini. Enzimonologi terutama dipelajari dalam Kedokteran, ilmu panagan, teknologi pengolahan pangan, dan cabang-cabang ilmu pertanian. Kerja enzim dipengaruhi oleh beberapa faktor, terutama adalah substrat, suhu, keasaman, kofaktor dan inhibitor. Tiap enzim memerlukan suhu dan pH (tingkat keasaman) optimum yang berbeda-beda karena enzim adalah protein, yang dapat mengalami perubahan bentuk jika suhu dan keasaman berubah. Di luar suhu atau pH yang sesuai, enzim tidak dapat bekerja secara optimal atau strukturnya akan mengalami kerusakan. Hal ini akan menyebabkan enzim

kehilangan fungsinya sama sekali. Kerja enzim juga dipengaruhi oleh kofaktor dan inhibitor.

Molekul Yang Terlibat DAlam Metabolisme Sifat-sifat enzim Enzim mempunyai sifat-sifat sebagai berikut. 1. Biokatalisator, mempercepat jalannya reaksi tanpa ikut bereaksi. 2. Thermolabil; mudah rusak, bila dipanasi lebih dari suhu 60 C, karena enzim tersusun dari protein yang mempunyai sifat thermolabil. 3. Merupakan senyawa protein sehingga sifat protein tetap melekat pada enzim. 4. Dibutuhkan dalam jumlah sedikit, sebagai biokatalisator, reaksinya sangat cepat dan dapat digunakan berulang-ulang. 5. Bekerjanya ada yang di dalam sel (endoenzim) dan di luar sel (ektoenzim), contoh ektoenzim: amilase, maltase. 6. Umumnya enzim bekerja mengkatalisis reaksi satu arah, meskipun ada juga yang mengkatalisis reaksi dua arah, contoh : lipase, mengkatalisis pembentukan dan penguraian lemak. 7. Bekerjanya spesifik ; enzim bersifat spesifik, karena bagian yang aktif (permukaan tempat melekatnya substrat) hanya setangkup dengan permukaan substrat tertentu. 8. Umumnya enzim tak dapat bekerja tanpa adanya suatu zat non protein tambahan yang disebut kofaktor.

LEMBAR PENGESAHAN Laporan lengkap praktikum Biologi Dasar dengan judul Respirasi yang disusun oleh : Nama : Munawir Nasir NIM : 091404015 Kelas/Kelompok : A/I (satu) Telah diperiksa dan dikoreksioleh Asisten/ Koordinator Asisten dan dinyatakan diterima.

Makassar, Dasember 2009 Koordinator Asisten, Asisten, Suhaedir Bachtiar,S.pd. Mustaina Basir NIM. 061404016

Mengetahui, Dosen Penanggung Jawab Drs. H. Hamka L., M.S. NIP. 196212311987021005

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap hari manusia bergerak dan melakukan aktivitasnya masing-masing. Ada yang kuliah, belajar, mengajar dan lain-lain. Bekerja tidak hanya dalm hal itu, seseorang yang dalam keadaan berbaring juga melakukan kerja. Untuk dapat melakukan semua kegiatan manusia memerlukan energi Semua makhluk hidup memerlukan energi. Energi itu digunakan untuk tumbuh, bergerak, mencari makanan, mengeluarkan sisa-sisa makanan, menanggapi rangsangan, dan reproduksi. Tanpa energi semua proses kehidupan akan terhenti. Darimana energi diperoleh? Sumber energi utama bagi makhluk hidup di bumi adalah matahari. Energi matahari ditangkap tumbuhan dan diubah menjadi persenyawaan kimia. Selanjutnya energi kimia yang tersimpan dalam tumbuhan berpindah kemakhluk hidup lain pada saat tumbuhan dimakan oleh makhluk hidup tersebut. Di dalam tubuh makhluk hidup terjadi perombakan persenyawaan kimia untuk berbagai keperluan hidupnya. Proses ini dikenal dengan metabolisme. Metabolisme dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu reaksi penyusunan (anabolisme) dan reaksi penguraian (katabolisme). Salah satu contoh dari metabolisme adalah respirasi. Respirasi adalah proses pengikatan oksigen (O2) dan pelepasan karbondioksida (CO2) untuk menguraikan bahan makanan untuk menghasilkan energi. Respirasi dilakukan oleh semua sel penyusun tubuh, baik sel-sel tumbuhan maupun sel hewan dan manusia. Respirasi dilakukan baik siang maupun malam. Kebutuhan oksigen untuk melakukan respirasi setiap makhluk hidup berbeda-beda tergantung dari jenis dan ukuran berat tubuh makhluk hidup tersebut. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh jenis dan berat tubuh makhluk hidup terhadap kebutuhan oksigennya, maka pada kesempatan ini kami melakukan percobaan dengan judul respirasi. B. Tujuan 1. Membuktikan bahwa organisme hidup membutuhkan oksigen untuk respirasinya. 2. Membandingkan kebutuhan oksigen beberapa organisme menurut jenis dan ukuran berat tubuhnya. C. Manfaat Adapun manfaat dari percobaan ini adalah kita dapat mengetahui kebutuhan oksigen suatu organisme untuk melakukan respirasi serta mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan oksigen untuk melakukan respirasi. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Respirasi atau pernafasan adalah pembebasan energi dari sari-sari makanan di dalam sel-sel tubuh. Pembebasan energi tersebut melalui proses oksidasi biologi, yaitu suatu reaksi kimia antara sari-sari makanan dengan oksigen, energi yang dibebasjkan digunakan untuk peoses hidup lainnya seperti sintesis protein dan pertumbuhan (Jenice, 2003). Salah satu car yang dipakai oleh sel untuk memanfaatkan asam piruvat adalah sebagai bahan baku respirasi sel. Pada hakekatnya reduksi asam piruvat menjadi asam laktat (atau etanol dan CO2) adalah proses anabolic yang memerlukan energy. Asam piruvat berfubgsi sebagai ekseptor electron yang telah dipisahkan dari PGAL. Asam laktat mengandung lebih banyak energy dari pada asam piruvat, maka proses tersebut merupakan proses penyimpangan energy. Sebagian

keuntungan yang didapat dari oksidasi PGAL menjadi hilang. Energy yang kita dapatkan dari bahan bakar yang kita pakai paling banyak hanya 7% (Kimball, 1992). Proses oksidasi selain membebaskan energi juga akan menghasilkan karbondioksida dan air. Karbondioksida dan air merupakan zat-zat sisa yang harus dikeluarkan dari dakam tubuh. Oksigen dan sari-sari makanan masuk ke dalam sel-sel tubuh kemudian terjadilah proses oksidasi (pembakaran) yang membebaskan energi dan menghasilkan karbondioksida (CO2) serta air (H2O) (Goldsten, 2004). Respirasi terjadi di dalam sel setiap sel hidup dan berlangsung dengan berbagai cara. Setiap tahap dalam respirasi melibatkan enzim dan pada beberapa tahap terjadi pembebasan energi. Enzim merupakan substansi organik yang dihasilkan oleh sel dan dalam respirasi berfungsi sebagai katalisator (mempercepat reaksi) kimia yang berlangsung pada tubuh organisme. Energi yang terjadi dalam proses respirasi tersebut dipindahkan ke molekul lain dan dapat digunakan untuk reaksi-reaksi yang lain. Respirasi yang terjadi di dalam sel dikenal dengan nama respirasi jaringan. Respirasi ini tergantung pada pertukaran gas antara organisme dengan lingkungannya. Sepertihalnya manusia dan hewan, tumbuhan juga bernafas. Tumbuhan bernafas sama halnya dengan manusia dan hewan yaitu menghirup oksigen (O2) dan melepaskan karbondioksida (CO2) serta air (H2O). Pada tumbuhan hijau proses fotosintesis hanya terjadi pada pagi hari dan siang hari. Karena proses fotosintesis memerlukan cahaya matahari, sehingga pada siang hari lebih aktif melakukan fotosintesis dari pada pernafasan (Ali, 2005) Menurut Jenice (2003), jika ditinjau dari ada tidaknya oksigen yang dibutuhkan proses respirasi terbagi atas dua, yaitu : 3. Respirasi aerob (respirasi intraseluler) Respirasi aerob adalah suatu proses pernafasan yang memerlukan oksigen. Pernafasan ini berlangsung pada mitokondria. Apabila substrat yang dioksidasi berupa glukosa, maka persamaan reaksi kimianya adalah : C6H12O6 + 6 O2 6 CO2 + 6 H2O + Energi Adapun energi yang dihasilkan dalam reaksi kimia di atas sebesar 675 kalori. Dari reaksi di atas tampak jelas bahwa dalam pernafasan akan dihasilkan gas CO2 dan H2O serta energi. 4. Respirasi anaerob (respirasi intramolekuler) Respirasi anaerob adalah proses pernafasan yang tidak memerlukan oksigen. Pernafasan ini terjadi pada sel yang tidak berhubungan dengan udara. Makhluk hidup yang melakukan respirasi anaerob dibagi menjadi dua yaitu : a. Anaerob obligat adalah makhluk hidup yang hanya dapat hidup tanpa adanya oksigen. b. Anaerob fakultatif yaitu organisme yang pada dasarnya aerob, akan tetapi dapat juga bersifat anaerob. Artinya, jika terdapat oksigen bebas maka organisme tersebut menggunakan oksigen untuk memenuhi kebutuhan energinya, akan tetapi jika tidak ada oksigen organisme ini akan menguraikan senyawa lain untuk memenuhi kebutuhan energinya. Respirasi anaerob adalah proses penguraian glukosa untuk menghasilkan tenaga tanpa menggunakan oksigen. Organisme tingkat rendah seperti bakteri, ulat, hewan dan tumbuhan menjalankan proses ini. Proses ini menghasilkan sedikit tenaga. Secara umum terdapat sedikit perbedaan antara respirasi dan fotosintesis oleh tumbuhan (Anonim, 2009). Pernafasan anaerob terjadi pada tumbuhan tingkat rendah seperti bakteri dan jamur. Dibandingkan dengan pernafasan aerob, respirasi anaerob sangat merugikan tumbuhan karena hal-hal sebagai berikut : 3. Dalam jumlah satuan zat yang sama akan diperoleh energi yang lebih rendah. Misalnya pada pernafasan aerob dihasilkan 675 kalori sedangkan pada respirasi anaerob dihasilkan 28 kalori.

4. Sering dihasilkan senyawa sampingan yang menjadi toksin bagi organisme tersebut. Persamaan reaksi kimia pernafasan ini dapat dituliskan seperti : C6H12O6 2 C2HOH + 2 CO2 + 28 Kal Pada pernafasan aerob jumlah CO2 yang dihasilkan dan jumlah O2 yang digunakan dalam respirasi tidak selalu sama. Hal ini tergantung pada jenis bahan yang digunakan. Perbandingan antara jumlah CO2 yang dilepaskan dan jumlah O2 yang dibutuhkan disebut Respiratory Quotient (RQ). Nilai RQ ini dapat berfariasi tergantung pada bahan untuk respirasi, sempurna tidaknya respirasi, dan kondisi-kondisi lainnya seperti suhu (Goldsten, 2004).

BAB III METODE PRAKTIKUM A. Waktu dan Tempat Adapun waktu dan tempat pelaksanaan praktikum ini : Hari/tanggal : Jumat, 4 Desember 2009 Waktu : Pukul 13.30 15.10 WITA Tempat : Laboratorium Biologi lantai II Timur FMIPA UNM. B. Alat dan Bahan 1. Alat Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah: 1. Dua set respirometer simple 2. Pipet kecil 3. Stopwatch / Jam tangan 4. Neraca 5. Spoit 2. Bahan Bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu: a. Kapas b. Vaselin c. KOH kristal d. Larutan eosin e. Kecambah kacan hijau dan kacang hijau (Phareolus radiatus) f. 2 ekor belalang (Dissosteria carolina) dan 2 ekor kecoa (Blatta orientalis) C. Prosedur Kerja a. Percobaan I 1. Mengambil 1 ekor belalang (Dissosteria carolina) dan 1 ekor kecoa (Blatta orientalis) dengan ukuran berat tubuh yang sama. 2. Memasukkan belalang ke dalam tabung respirometer A dan kecoa ke dalam tabung respirometer B. 3. Membungkus dengan kapas tipis 2 butir kristal KOH, kemudian memasukkannya ke dalam di leher tabung respirometer. 4. Menutup tabung respirometer dengan penutupnya yang berhubungan dengan kaca berskala, kemudian meletakkannya pada sandarannya. 5. Mengolesi dengan vaselin sambungan tabung respirometer dengan penutupnya untuk

mencegah kebocoran. 6. Menetesi larutan eosin pada ujung pipa berskala sampai ada yang masuk ke dalam salurannya. 7. Mengamati pergeseran eosin sepanjang saluran pipa kaca berskala, kemudian memcatat jarak pergeseran eosin mulai dari skala 0,0 setiap 1 menit. 8. Melakukan pengamatan sampai eosin tiba pada skala 1,0 atau eosin tidak bergerak lagi. b. Percobaan II 1. Membersihkan respirometer simple yang telah digunakan. 2. Dengan tata urutan kerja yang sama pada percobaan I, melakukan percobaan II dengan menggunakan belalang dengan ukuran berat tubuh yang berbeda. c. Percobaan III 1. Membersihkan respirometer simple yang telah digunakan. 2. Dengan tata urutan kerja yang sama pada percobaan I, melakukan percobaan III dengan menggunakan kecambah kacang hijau dan kacang hijau dengan berat yang sama. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengamatan Tabel hasil pengamatan percobaan I Belalang (Dissosteria carolina) Ukuran Pengamatn Ke 12345 Besar (1.0 g) 0.21 0.36 0.51 0.66 0.81 Kecil (0.6 g) 0.13 0.19 0.36 0.56 0.80

Tabel hasil pengamatan percobaan II Kecoa (Blatta orientalis) Ukuran Pengamatn Ke 12345 Besar (0.9 g) 0.37 0.66 0.92 - Kecil (0.4 g) 0.13 0.19 0.36 0.56 0.80 Tabel hasil pengamatan percobaan III Kecambah Kacang Hijau (Phareolus radiatus) Keadaan Pengamatn Ke 12345 Memiliki kulit 0.22 0.36 0.45 0.52 0.59 Kulit dilepas 0.07 0.18 0.25 0.31 0.39 B. Analisis Grafik Gravik hubungan antara antara waktu dan konsumsi oksigen Belalang Kecoak

Kecambah kacang hijau C. Analisis Percobaan 1. Percobaan I Rata-rata konsumsi oksigen belalang 1. Belalang besar (1.0 g) Konsumsi oksigen = 0.81 Waktu = 5 . 0.I62 2. Belalang kecil (0.6 g) Konsumsi oksigen = 0.80 Waktu = 5 . = 0.16 2. Percobaan II Rata-rata konsumsi oksigen kecoa 1. Kecoa besar (0.9 g) Konsumsi oksigen = 0.92 Waktu = 3 . 0.306 2. Kecoa kecil Konsumsi oksigen = 0.80 Waktu = 5 . = = 0.16 3. Percobaan III Rata-rata konsumsi oksigen kecambah kacang hijau 1. Meiliki kulit Konsumsi oksigen = 0.59 Waktu = 5 . = = 0.118 2. Dilepas kulitnya Konsumsi oksigen = 0.36 Waktu = 5 . = 0.072 D. Pembahasan Pada percobaan I, jika dibandingkan kecepatan respirasi spesies yang berbeda dan berat yang hamper sama, antara belalang dan kecoa dengan selang waktu satu menit didapatkan bahwa kecepatan bernafas kecoa lebih cepat dimana kecepatannya adalah 0.306 Vol/Menit. Sedangkan kecepatan bernafas belalang lebih lambat karena kecepatan bernafasnya hanya 0.162 Vol/Menit.

Hal ini menunjukkan bahwa setiap organisme memerlukan jumlah oksigen yang berbeda untuk melakukan respirasi. Banyak atau sedikitnya oksigen yang dibutuhkan akan mempengaruhi kecepatan respirasinya. Pada percobaan II, yaitu dengan spesies yang sama namun berat tubuh yang berbeda, antara belalang yang berukuran besar dengan berat 1.0 gram dengan belalang yang berukuran kecil dengan berat 0.6 gram. Dari hasil pengamatan diperoleh bahwa kecepatan bernafas belalang yang berukuran besar adalah 0.162 Vol/Menit. Sedangkan belalang yang berukuran kecil mempunyai kecepatan bernafas sebesar 0.16 Vol/Menit. Hal ini menunjukkan bahwa walaupun suatu organisme jenisnya sama namun jika ukuran tubuhnya berbeda maka kebutuhan oksigennya untuk melakukan respirasi pun berbeda. Hal ini pun sesuai dengan teori, yang mengatakan bahwa semakin besar atau semakin berat tubuh suatu organisme maka kebutuhan oksigennya pun lebih banyak. Pada percobaan III, yaitu dengan jenis tumbuhan dan berat yang sama namun dengan jaringan tubuh yang berbeda, antara kecambah kacang hijau yang masih memiliki kulit dan kecambah yang telah dilepas kulitny. Dari hasil pengamatan diperoleh bahwa kecepatan respirasi kecambah kacang hijau yang masih memiliki kulit lebih cepat dimana kecepatannya adalah 0.118 Vol/Menit. Sedangkan untuk kacang hijau yang tidak berkecambah kecepatan respirasinya hanya 0.072 Vol/Menit. Hal ini menunjukkan bahwa walaupun tumbuhan tersebut berjenis dan berat sama namun jika jaringan tubuhnya berbeda maka kebutuhan oksigen untuk melakukan respirasi juga berbeda. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Adapun kesimpulan dari bisa ditarik dari percobaan ini adalah : 1. Setiap makhluk membutuhkan oksigen dalam melakukan proses respirasi. 2. Banyaknya oksigen yang dibutuhkan suatu organisme untuk melakukan respirasi berbedabeda, hal ini dapat dipengaruhi oleh jenis, ukuran, berat, aktivitas dan keadaan tubuhnya. B. Saran 1. Laboratorium sebaiknya menyiapkan semua alat-alat yang dibutuhkan dibutuhkan dalam praktikum. 2. Sebaiknya asisten terus mendampingi para praktikan selama praktikum berlangsung. 3. Praktikan harus teliti melihat penunjukan respirometer dan berhati-hati dalam menggunakan alat-alat praktikum. DAFTAR PUSTAKA Ali, A., dan Yusmina H. 2005. Penuntun Praktikulum Mikrobiologi Dasar. Jurusan Biologi FMIPA UNM. Makassar. Anonim. 2009. Respirasi Anaerob. http://www.forumsains.com/. Diakses tanggal 10 Desember 2009. Goldsten, Philip. 2004. Ilmu Pengetahuan Populer Jilid 10 Edisi 11. PT Ikrar Mandiri Abadi. Jakarta. Janice, D.L. 2003. Biologi Tesis. Erlangga. Jakarata.

Kimball. 1992. Biologi Jjilid 1. Erlanga. Jakarta. Tim Pengajar. 2007. Penuntun Praktikum Biologi Umum. Jurusan Biologi FMIPA UNM. Makassar. Jawaban Pertanyaan 1. Fungsi KOH yaitu untuk mengikat karbondioksida (CO2) yang dikeluarkan oleh hewan dan tumbuhan yang ada pada tabung respirometer. 2. Larutan eosin yang diteteskan pada pipa kaca berskala bergerak karena organisme yang ada pada tabung tersebut melakukan proses respirasi sehingga menyebabkan volume oksigen yang berada dalam tabung respirometer berkurang sehingga menyebabkan udara yang berada pada pipa kaca berskala terisap masuk ke dalam tabung sehingga larutan eosin yang berada pada pipa kaca berskala juga ikut terisap sehingga larutan tersebut bergerak.

Respirasi anaerob adalah proses penguraian glukosa untuk menghasilkan tenaga tanpa menggunakan oksigen. Organisme tingkat rendah seperti bakteri, ulat, hewan dan tumbuhan menjalankan proses ini. Proses ini menghasilkan sedikit tenaga. Secara umum terdapat sedikit perbedaan antara respirasi dan fotosintesis oleh tumbuhan. Semasa tiada oksigen, hewan menguraikan glukosa kepada asid laktik dan membebaskan sedikit tenaga. Tumbuhan pula mengurangi glukosa kepada etanol dan karbon dioksida serta membebaskan tenaga. Secara ringkasnya;

Respirasi anaerob juga dianggap sebagai penguraian tidak lengkap karena tenaga masih boleh dibebaskaqn apabila etanol diuraikan http://www.forumsains.com /

LEMBAR PENGESAHAN Laporan lengkap praktikum Biologi Dasar dengan judul Kebakaan yang disusun oleh : Nama : Munawir Nasir NIM : 091404015 / A Kelas/Kelompok : A/I (Satu) Telah diperiksa dan dikoreksi oleh Asisten/Koordinator Asisten dan dinyatakan diterima. Makassar, Desember 2009 Koordinator Asisten, Asisten,

Suhaedir Bachtiar S.pd. M. Irwan NIM. 061404008

Mengetahui, Dosen Penanggung Jawab

Drs. H. Hamka L., M.S. NIP. 196212311987021005 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bagaimana kita dapat mengenali teman-teman kita dalam satu kelas? Bagaimana kita dapat mengenali setiap anggota keluarga? Setiap makhluk hidup memiliki sekumpulan sifat atau ciri. Ada sifat atau ciri yang sama antara individu yang satu dengan yang lainnya. Ada sifat yang berbeda antara satu individu dengan lainnya. Adanya perbedaan ciri itu menyebabkan kita dapat membedakan individu-individu dalam sekelompok makhluk sejenis. Pernahkah anda memikirkan bagaimana seorang anak memiliki kemiripan dengan orang tuanya apakah itu ayah ataupun ibunya. Tentu saja kemiripan itu hanya sebagian. Misalnya saja alis sang ayah kemudian hidung sang ibu dan masih banyak kemiripan yang lainnya. Mengapa tidak sekalian saja kalu anak tersebut laki laki maka akan kembar dengan sang ayah. Hal seperti ini terus menjadi perbincangan di kalangan ilmuwan pada masa lalu. Sudah sejak ribuan tahun yang lalu orang meyakini bahwa anak atau keturunan dari hasil perkembangbiakan secara kawin mewarisi sifat induknya. Saat ini telah diketahui bahwa sifatsifat menurun tersebut dikendalikan oleh suatu komponen sel yang disebut gen. Gen-gen tersebut tersimpan di dalam inti sel yaitu dalam kromosom. Pada perkembangbiakan secara kawin terjadi peleburan sel kelamin jantan dan sel kelamin betina. Setiap sel kelamin membawa sifat dari induknya sehingga zigot yang terbentuk mengandung gabungan sifat dari kedua induknya. Pewarisan sifat organisme melalui perkembangbiakan secara kawin ternyata mengikuti pola tertentu. Pola pewarisan sifat tersebut pertama kali oleh Gregor Johann Mendel. Didasari oleh pola pewarisan sifat yang dirintis oleh Mendel, para ilmuwan mengembangkan varietas unggul pada berbagai tanaman ataupun hewan, melalui persilangan dan hibridisasi. Untuk membuktikan angka-angka perbandingan genotif dan fenotif dari hukum Mendel dan dasar genotif beberapa sifat baka pada manusia, maka pada kesempatan ini kami melakukan percobaan dengan judul kebakaan. B. Tujuan Membuktikan angka-angka perbandingan genotif dan fenotif dari hukum Mendel dan dasar genotif beberapa sifat baka pada manusia. C. Manfaat

Memberikan wawasan kepada mahasiswa, masyarakat, dan umum sebagai pengantar dan dijadikan dasar bagi mereka yang mempelajari mengenai proses sifat baka pada manusia.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Banyak sifat yang dimiliki suatu makhluk hidup menurun dari induk kepada turunannya. Pada manusia, terdapat anggapan bahwa sifat-sifat ini menurun melalui darah. Pernyataan ini sama sekali tidak benar, dan telah dibuktikan dengan kenyataan yang ditunjukkan oleh transfusi darah. Walaupun orang mendapat donor darah dari orang lain, sifat darah yang dimilikinya tetap seperti semula. Dengan kata lain darah tidak mengandung sifat-sifat yang diturunkan atau diwariskan dari induk kepada keturunannya (Tim Dosen, 2004). Menurut Prawirohartono (1998), berbagai teori mengenai cara penurunan sifat dari induknya kepada keturunannya antara lain : 1. Teori embrio Kini sudah diketahui bahwa pewarisan sifat itu tidak dapat dilepaskan dari pembentukan embrio atau janin yang akan berkembang menjadi makhluk dewasa. Orang pertama yang mempelajari embrio ini adalah Willian Harvey (1578-1657), yang pada tahun 1651 menulis buku Tentang Generasi Hewan. Dikatakannya bahwa semua hewan berasal dari telur. Pernyataan ini diperkuat dengan penemuan R. De Graaf (1641-1673), melalui lensanya pada tahun 1672. Ia menyatakan bahwa indung telur pada burung sama dengan indung telur pada kelinci. Ia juga merupakan peneliti pertama yang mengenal bersatunya sel telur dan sperma agar terbentuk embrio. De Graaf juga membuktikan bahwa sel telur dan sperma sama-sama membawa bahan genetik untuk keturunannya. 2. Teori Preformasi Teori ini diperkenalkan oleh Jan Swammerdam (1637-1680). Ia mengamati kupu-kupu yang telah terbentuk sempurna sebelumnya, dalam kepompong. Dari pengamatan ini ia berpendapat bahwa kupu-kupu teleh terbentuk sebelumnya dalam ulat, bahkan dalam telur. Secara ekstern bahkan ia mengatakan bahwa telur mengandung semua generasi yang akan datang sebagai miniature yang telah terbentuk sebelumnya, seperti serangkaian kotak di dalam kotak yang semakin kecil ukurannya. 3. Teori Epigenesis embriologi Teori ini menjelaskan bahwa ada kekuatan alat dalam benih organisme dan kekuatan ini menyebabkan pertumbuhan embrio menurut pola perkembangan yang telah dibentuk sebelumnya. Teori ini dibuktikan oleh C.F. Wolff (1738-1794). 4. Teori Plasma Nutfah Teori ini diperkenalkan oleh Weisman, menurutnya plasma nutfah merupakan bagian organisme yang terpenting. Pada hewan tingkat tinggi, tubuh ini merupakan mortal dan hanya plasma nutfalah yang dilanjutkan dari generasi ke generasi berikutnya. Plasma nutfah menentukan bentuk dan ciri plasma tubuh yang melayani pemberian makanan kepada plasma nutfah, sehingga ia dapat bereproduksi sendiri. Dengan kata lain, plasma nutfah yang bertanggung jawab terhadap penyaluran mutu hereditas dan plasma soma (tubuh). 5. Teori Pangenesis Tokoh teori ini adalah C.R. Darwin (1809-1882) yang mengemukakan bahwa setiap bagian tubuh dewasa menghasilkan benih-benih kecil yang disebut gemula. Selanjutnya gemula-gemula ini akan diangkut oleh darah ke testis atau ovarium. Di dalam gonat, gemula-gemula ini

berkumpul membentuk gamet. Gamet itu kemudian tumbuh menjadi makhluk dewasa dan memiliki susunan tubuh atau sifat-sifat seperti induknya. Dari teori-teori yang dikemukakan tentang penurunan sifat itu, belum jelas ditunjukkan adanya hukum yang mengatur penurunan sifat itu. Sehingga pada tahun 1822-1884 muncullah hukum Mendel yang diperkenalkan oleh Johann Gregor Mendel yang kemudian berkat hukumnnya tersebut sehingga ia diangkat menjadi bapak genetka (Prawirohartono, 1998). Mekanisme penurunan sifat dari parental kepada individu anaknya pertama kali di kemukakan oleh Gregor Mendel (1826-1884) dengan meneliti penurunan cirri-ciri baka pada kacang kapri (Pisum Sativim). Dengan mengawinkan strain galur murni darisuatu fenotif yang berbeda, misalnya kcang kapri yang bunganya berwarna merah disilangkan dengan yang bunganya berwarna putih. Hasil persilangan tersebut menunjukkan bahwa turunan pertama (F1) semuanya mempunyai warna bunga seperti salah satu dari parentalnya (merah aau putih semua) (Tim pengajar, 2009). Bukti-bukti apakah perihal keturunan yang sudah ditemui Mendel? Pertama, Mendel mengetahui bahwa pada semua organisme hidup terdapat unit dasar yang kini disebut gen yang secara khusus diturunkan oleh orang tua kepada anak-anaknya. Dalam dunia tumbuh-tumbuhan yang diselidiki Mendel, tiap ciri pribadi, misalnya warna benih, bentuk daun, ditentukan oleh pasangan gen. Suatu tumbuhan mewariskan satu gen tiap pasang dari tiap induknya. Mendel menemukan, apabila dua gen mewariskan satu kualitas tertentu yang berbeda (misalnya, satu gen untuk benih hijau dan lain gen untuk benih kuning) akan menunjukkan dengan sendirinya dalam tumbuhan tertentu itu. Tetapi, gen yang berciri lemah tidaklah terhancurkan dan mungkin diteruskan kepada tumbuhan keturunannya. Mendel menyadari, tiap kegiatan sel atau gamet (serupa dengan sperma atau telur pada manusia) berisi cuma satu gen untuk satu pasang. Dia juga menegaskan, adalah sepenuhnya suatu kebetulan bilamana gen dari satu pasang terjadi pada satu gamet dan diteruskan kepada keturunan tertentu (Anonim, 2009). Menurut Kimball (1999), Mendel menemukan hukum-hukumnya itu dengan ketentuan percobaan penelitiannya. Di halaman gedung gereja parokinya, ia melakuan percobaan tentang penyilangan dengan berbagai jenis tanaman. Hasil percobaan yang mengesankan adalah dengan kacang ercis (Piseum sativum). Tanaman ini dipilih oleh mendel karena memiliki sifat-sifat sebagai berikut: 1. Memiliki pasangan-pasangan sifat yang kontras. 2. Melakukan autogami (perkawinan sendiri). 3. Mudah disilangkan. 4. Mempunyai keturunan yang banyak. 5. Mempunyai daur hidup yang pendek (cepat menghasilkan keturunan). Langkah awal sebelum dilakukan perhitungan terhadap pengamatan adalah menentukan galur murni jenis tanaman yang dijadikan percobaan. Setiap varietas diusahakan untuk selalu menurunkan keturunan yang mempunyai sifat-sifat yang khas yang sama dengan induknya bila melakukan penyerbukan sendiri, walaupun diulang-ulang beberapa kali. Berikutnya adalah mencari jawaban terhadap pertanyaan tentang apa yang terjadi bila dua individu galur murni yang mempunyai satu sifat yang berbeda mencolok itu disilangkan. Misalkan apa yang terjadi bila penyilangan dilakukan terhadap tanaman yang berbatang tinggi dengan berbatang pendek, yang berbiji bulat dengan berbiji kisut, dan lain-lain (Kimball, 1999). Mendel secara tepat menginterpretasi arti nisbah yang diperoleh dari persilangan yang dilakukannya dengan membuat dalil bahwa setiap serbuk sari dan setiap telur membawa hanya satu penentu untuk setiap sifat (misalnya suatu serbuk sari akan membawa bulat atau keriput

saja, tidak pernah kedua-duanya). Ia ajukan bahwa tanaman induk bulat asli berbiak murni untuk bulat sebab tanaman tanamn ini menghasilkan hanya satu tipe gamet: serbuk arid an telur keduanya membawa khusus penentu bulat (R). demikian juga, ia mengusulkan bahwasetiap tanaman induk keriput menghasilkan hanya gmet pembawa kriput (r). oleh sebab itu, bila diilangkan bersama, keturunan F1 nyaakan memperoleh penentu R dan r dan dpat disebut Rr. Ia kemudian kemukakan bahwa tanaman-tanaman Rr ini akan menghasilkan dua tipe gamet, dalam jumlah yang sama, yang membawa R saja dan membawa r saja (Goodenough, 1988) Di antara tanaman ercis, ada yang tinggi sampai mencapai 2 meter dan ada yang pendek. Dari penyilangan kedua varietas ini diperoleh tanaman yang semuanya tinggi. Langkah berikutnya yang dilakukan mendel adalah sangat penting, yaitu mengawinkan tanaman yang tinggi ini, yang disebut filial pertama, yang biasanya dikenal dengan sebutan F1. Hasilnya, yaitu filial kedua (F2) adalah tanaman tinggi dan rendah, dengan perbandingan 3 tanaman tinggi dan 1 tanaman pendek. Begitupula yang terjadi pada tanaman dengan sifat-sifat yang lain. Persilangan tanaman berbiji bulat denga berbiji kisut, menghasilan 3 berbiji bulat dan 1 berbiji kisut. Persilangan yang dilakukan oleh Mendel sifat yang muncul pada F1 ini disebut sifat dominan. Tampaklah bahwa semua tanaman filial pertama memiliki sifat yang sama dengan induknya. Sifat lain yang tidak terlihat pada tanaman F1 disebut sifat resesif. Keuntungan dari persilangan dengan sifat-sifat yang berbeda itu disebut dengan hibrid atau bastar (Kimball, 1999). Bila persilangan melibatkan satu sifat yang berbeda disebut monohibrid dan bila melibatkan dua sifat beda disebut dihibrid. Pada persilangan F2 menghasilkan keturunan yang pada dasarnya serupa dengan hasil pada F1 yang pada hasil terakhirnya menghasilkan perbandingan 3:1 (Prawirohartono, 1998). Dalam penelitian Mendel, ia telah melakukan suatu persilangan antar dua individu dengan beberapa sifat beda. Yang pertama dikenal dengan persilangan monohibrid, yaitu persilangan antar dua individu yang membawa alel yang berbeda untuk lokus yang sama. Dengan menggunakan suatu anggapan dasar ytang menyatakan bahwa setiap individu dikontrol oleh dua faktor dalam yang berpasangan, maka dari persilangan monohibrid, Mendel telah berkesimpulan bahwa salah satu faktor dalam bersifat dominan terhadap pasangannya sehingga F2 akan menunjukkan rasio monohibrid sebagai 3 : 1. Pada pembentukan gamet, faktor dalam yang berpasangan akan dipisahkan atau akan disegresikan ke dalam sel sel gametnya (Ronald, 2004). Yang kedua dikenal dengan perkawinan dihibrid yaitu persilangan antar dua individu yang mempunyai dua sifat beda atau juga dapat diartikan sebagai persilangan antar dua individu yang memiliki alel yang berbeda dikedua lokus yang berbeda (Ronald, 2004). Menurut Prawirohartona (1998), dari hasil-hasil yang diperolehnya itu Mendel menyusun beberapa hipotesis: 1. Setiap sifat pada organisme dikendalikan oleh satu pasang keturunan. Satu dari induk jantan dan satu dari induk wanita. 2. Setiap pasang faktor keturunan menunjukan bentuk alternatif sesamanya, misalnya tinggi atau rendah, bulat atau kisut atau sebagainya.kedua bentuk alternatif tersebut disebut alel. 3. Bila pasangan faktor itu terdapat bersama-sama dalam satu tanaman, faktor dominan akan menutup faktor resesif. 4. Pada watu pembentukan gamet, atau yang dikenal dengan pembelahan meiosis, pasangan faktor atau masing-masing alel akan memisah secara bebas. 5. Individu murni mempunyai pasangan sifat (alel) yang sama, yaitu dominan diberi tanda huruf besar dan faktor resesif diberi tanda huruf kecil. Dari hipotesis-hipotesis itu, Mendel dapat mengembangkan beberapa hukum. Ada dua

hukumnya yang terkenal yaitu hukum Mendel I atau hukum segregasi dan hukum Mendel II atau hukum pengelompokan secara bebas (Tim Dosen, 2004). Bila faktor-faktor keturunan atau gen-gen itu dapat berpasangan pada masing-masing individu, harus ada cara yang dapat mempertahankan gen-gen itu selalau berpasangan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Mendel mengemukakan bahwa untuk hal ini hanya satu dari dua gen yang berpasangan memasuki sel nutfah. Jadi bila kedua sel nutfah itu (satu dari induk jantan dan satu dari induk betina) berpasangan, akan diperoleh kembali satu pasangan lagi. Inilah yang dikenal dengan hukum segregasi (Tim Dosen, 2004).

BAB III METODE PRAKTIKUM A. Waktu dan Tempat Adapun waktu dan tempat pelaksanaan praktikum ini : Hari/tanggal : Jumat, 11 Desember 2009 Waktu : Pukul 13.30 15.10 WITA Tempat : Laboratorium Biologi lantai III Timur FMIPA UNM. B. Alat dan Bahan 1. Kaca pembesar (lup) 2. Daftar fenotif Daftar fenotif sifat baka manusia yang dikontrol oleh 1 gen dengan 2 alel dan masing-masing alel menghasilkan fenotif yang jelas, yaitu : a. Lesung dagu merupakan sifat dominan (D). b. Ujung dau telinga menggantung bebas merupakan sifat dominan (E). c. Orang meletakkan ibu jari tangan kiri di atas ibu jari tangan kanan pada waktu menjalinkan jari-jari tangan, merupakan sifat dominan (F). d. Orang meiliki sifat ruas jari kelingking paling ujung menyerong ke arah dalam (ke arah jari manis) merupakan sifat dominan (B). e. Rambut dari menjorok merupakan sifat dominan (W). f. Tumbuhnya rambut pada kedua ruas dari jari tangan merupakan sifat dominan (M). g. Lesung pipi merupakan sifat dominan (P). h. Orang yang dapat menggulung lidahnya memanjang merupakan sifat dominan (L). i. Orang yang mempunyai gigi seri atas bercelah merupakan sifat dominan (G). C. Prosedur Kerja 1. Memeriksa fenotif dari setiap sifat baka yang ada pada setiap daftar fenotif yang tertera pada buku penuntun masing-masing dari mahasiswa. Mencatat hasil pengamatan pada tabel hasil pengamatan. 2. Menandai dengan menggunakan (-) apabila ada fenotif yang dominan. 3. Mencatat data yang diperoleh dari teman-teman kelompok dan menghitung persentasenya. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengamatan 1. Tabel Sifat Baka Individu Ciri/Sifat Baka Fenotif Genotif

a. Ada lesung dagu (D), tidak ada (d) Tidak ada dd b. Anak daun telinga menggantung (E), menempel (e) Menempel ee c. Ibu jari kiri di atas (F), di bawah (f) Ibu jari tangan kanan di atas ff d. Ruas jari kelingking terujung menyerong ke dalam (B), tidak menyerong (b) Menyerong ke dalam BB e. Rambut dahi menjorok (W), tidak menjorok (w) Rambut dahi menjorok WW f. Rambut pada jari (M), tak ada rambut (m) Ada rambut pada jari MM g. Lesung pipi (P), tidak ada (p) Tidak ada lesung pipi pp h. Lidah dapat digulung memanjang (L) tidak dapat digulung memanjang (l) Tak dapat digulung memanjang ll i. Gigi seri atas bercelah (G), tidak bercelah (g) Gigi seri tidak bercelah gg 2. Tabel Sifat Baka Kelompok No Ciri/Sifat Baka Genotif Jumlah 1 Ada lesung dagu (D), tidak ada (d) DD 0 dd 7 2 Anak daun telinga menggantung (E), menempel (e) EE 2 ee 5 3 Ibu jari kiri di atas (F), di bawah (f) FF 2 ff 5 4 Ruas jari kelingking terujung menyerong ke dalam (B), tidak menyerong (b) BB 6 bb 1 5 Rambut dahi menjorok (W), tidak menjorok (w) WW 5 ww 2 6 Rambut pada jari (M), tak ada rambut (m) MM 3 mm 4 7 Lesung pipi (P), tidak ada (p) PP 2 pp 5 8 Lidah dapat digulung memanjang (L) tidak dapat digulung memanjang (l) LL 3 ll 4 9 Gigi seri atas bercelah (G), tidak bercelah (g) GG 1 gg 6 3. Tabel Sifat baka kelas Kelompok L. dagu U.Daun Telinga Ibu jari tangan Ruas jari Rambut Dahi Rambut jari Lesung pipi L. Meng-nggulung Gigi sei DDEeFFBbWwMmPPLlGG I072525615234253416 II 0 6 1 5 3 3 3 3 3 3 2 4 1 5 4 2 0 6 III 0 6 0 6 1 5 3 3 6 0 6 0 1 5 2 4 0 6 IV 0 7 3 4 4 3 3 4 6 1 1 6 2 5 4 3 1 6 V074352435207163407 VI 0 6 3 3 4 2 4 2 4 2 2 4 1 5 4 2 3 3 VII 0 6 5 1 3 3 4 2 5 1 3 3 1 5 2 4 2 4 VIII 0 8 2 6 4 4 5 3 7 1 4 4 0 8 6 2 2 6 0 53 20 33 26 27 32 21 41 12 32 21 9 44 25 28 9 44

1. Frekuensi kelompok a. Lesung dagu 1. Jumlah gen dominan =0 2. Jumlah gen resesif = 100% b. Anak daun telinga menggantung 1. Jumlah gen dominan = 28,57% 2. Jumlah gen resesif = 71,43% c. Ibu jari kiri di atas 1. Jumlah gen dominan = 28,57% 2. Jumlah gen resesif = 71,43% d. Ruas jari kelingking terujung menyerong ke dalam 1. Jumlah gen dominan =85,71% 2. Jumlah gen resesif =14,29% e. Rambut dahi menjorok 1. Jumlah gen dominan =71,43% 2. Jumlah gen resesif = 28,57% f. Rambut pada jari 1. Jumlah gen dominan = 42,86% 2. Jumlah gen resesif = 57,14% g. Lesung pipi 1. Jumlah gen dominan

=28,57% 2. Jumlah gen resesif =71,43% h. Lidah dapat digulung memanjang 1. Jumlah gen dominan = 42,86% 2. Jumlah gen resesif = 57,14% i. Gigi seri atas bercelah 1. Jumlah gen dominan = 14,29% 2. Jumlah gen resesif = 85,71% 2. Frekuensi kelas untuk a. Lesung dagu 1. Jumlah gen dominan = 0% 2. Jumlah gen resesif = 100% b. Anak daun telinga menggantung 1. Jumlah gen dominan = 37,74% 2. Jumlah gen resesif = 62,26% c. Ibu jari kiri di atas 1. Jumlah gen dominan = 49,06% 2. Jumlah gen resesif = 50,94% d. Ruas jari kelingking terujung menyerong ke dalam 1. Jumlah gen dominan = 60,38% 2. Jumlah gen resesif

= 39,62% e. Rambut dahi menjorok 1. Jumlah gen dominan = 77,36% 2. Jumlah gen resesif = 22,64% f. Rambut pada jari 1. Jumlah gen dominan = 39,62% 2. Jumlah gen resesif = 60,38% g. Lesung pipi 1. Jumlah gen dominan = 16,98% 2. Jumlah gen resesif = 83,02% h. Lidah dapat digulung memanjang 1. Jumlah gen dominan = 47,17% 2. Jumlah gen resesif = 52,83% i. Gigi seri atas bercelah 1. Jumlah gen dominan =16,98% 2. Jumlah gen resesif = 83,02% B. Pembahasan Percobaan sifat baka yang individu dimana dalam percobaan ini melihat keadaan kita sendiri menunjukkan keadaan pribadi kita. Dimana tampak bahwa individu tidak memiliki lesung dagu (dd), anak daun telinga menempel (ee), ibu jari tangan kanan diatas (ff), ruas jari kelingking menyerong kedalam (BB), rambut dahi menjorok (WW), terdapat rambuk pada jari (MM), tidak memiliki lesung pipi (pp), lidah tidak dapat digulung memanjang (ll), dan gigi seri tidak berselah (gg). Hasil pengamatan ini menunjukkan diri pribadi sendiri. Pada analisis data kelas untuk dominan didapat, pada sifat baka adanya lesung dagu (DD) sebanyak 0%. Pada sifat baka anak daun telinga menggantung (EE) sebanyak 37,74%. Pada sifat baka ibu jari tangan kiri di atas ibu jari tangan kanan (FF) sebanyak 49,06%. Pada sifat baka ruas

jari kelingking paling ujung menyerong ke arah dalam (BB) sebanyak 60,38%. Pada sifat baka rambut dahi menjorok (WW) sebanyak 77,36%. Pada sifat baka terdapat rambut pada jari (MM) sebanyak 39,62%. Pada sifat baka terdapatnya lesung pipi (PP) sebanyak 16,98%. Pada sifat baka lidah dapat digulung memanjang (LL) sebanyak 47,17%. Pada sifat baka gigi seri bagian atas bercelah (GG) sebanyak 16,98%. Pada analisis data kelas untuk resesif didapat, pada sifat baka tidak adanya lesung dagu (dd) sebanyak 100%. Pada sifat baka anak daun telinga menempel (ee) sebanyak 62,26%. Pada sifat baka ibu jari tangan kanan di atas ibu jari tangan kiri (ff) sebanyak 50,94%. Pada sifat baka ruas jari kelingking paling ujung tidak menyerong (bb) sebanyak 39,62%. Pada sifat baka rambut dahi tidak menjorok (ww) sebanyak 22,64%. Pada sifat baka tidak adanya rambut pada jari (mm) sebanyak 60,38%. Pada sifat baka tidak adanya lesung pipi (pp) sebanyak 83,02%. Pada sifat baka lidah tidak dapat digulung memanjang (ll) sebanyak 52,83%. Pada sifat baka gigi seri bagian atas tidak bercelah (gg) sebanyak 83,02%. Dari data-data yang diperoleh sifat baka yang dominan di kelas Biologi A lebih sedikit dibandingkan dengan sifat baka yang resesif. Atau dengan kata lain sifat resesif lebih banyak dibandingkan dengan sifat dominan dimana persentase kelas untuk sifat dominan secara keseluruhan adalah 38,37%, sedangkan persentase kelas untuk sifat resesif sebesar 61,63%. Hal tersebut menandakan bahwa sifat resesif lebih banyak dimiliki oleh mahasiswa kelas Biologi A dibanding dengan sifat dominan yang hanya dimiliki beberapa mahasiswa dikelas Biologi A. Hal tersebut juga menandakan bahwa terdapatnya perbedaan sifat baka pada masing-masing masiswa yang satu dengan yang lain. Dari data-data yang diperoleh menandakan bahwa hukum Mendel yang menyatakan bahwa perbandingan antara dominan dan resesif yaitu 3 : 1 tidak perbukti pada percobaan kami, karena sifat dominan lebih sedikit dibandingkan dengan sifat resesif. Begitu pula pada data kelompok. Gen resesif lebih besar dibandingkan dengan gen dominan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Adapun kesimpulan dari bisa ditarik dari percobaan ini adalah : 1. Sifat baka yang dimiliki oleh setiap masiswa di kelas Biologi A berbeda-beda antara mahasiswa yang satu dengan mahasiswa yang lainnya. 2. Sifat baka resesif lebih banyak dibandingkan dengan sifat baka dominan dimana frekuensi kelas untuk dominan sebesar 38,37% sedangkan frekuensi untuk resesif sebesar 61,63%. 3. Hukum Mandel yang menyatakan bahwa perbandingan antara sifat dominan dengan sifat resesif yaitu 3 : 1 tidak terbukti pada percobaan kami. Karena sifat resesif lebih mendominasi dari pada sifat dominan itu sendiri. B. Saran 1. Agar mahasiswa lebih serius dalam melakukan pengamatan sehingga data-data yang diperoleh lebih akurat. 2. Agar asisten terus mendampingi para praktikan selama praktikum berlangsung. 3. Keberhsihan laboratorium sebaiknya dijaga agar praktikan nyaman dalam melakukan praktikum. DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. Biografi Gregor Mendel. http://www.googe.com. Diakses tanggal 16 Desember 2009. Goodenough, Ursula. 1988. Genetika jilid satu. Erlangga. Jakarta. Kimball, J.W. 1999. Biologi Umum. Erlangga. Jakarta. Prawirohartono. 1998. Pola-Pola Hereditas Manusia. Pustaka Pelajar. Bandung. Sitorus, Ronald H. 2004. Rangkuman Materi Penting Biologi. Pionir Jaya. Bandung Tim Dosen. 2004. Biologi Umum. Jurusan Biologi FMIPA UNM. Makassar. Tim Pengajar. 2009. Penuntun Praktikum Biologi Dasar. Jurusan Biologi FMIPA UNM. Makassar.

BIOGRAFI GREGOR MENDEL Mendel dilahirkan tahun 1822 di kota Heinzendorf di daerah daulat kerajaan Austria yang kini masuk bagian wilayah Cekosiowakia. Tahun 1843 dia masuk biara Augustinian, di kota Brunn, Austria (kini bernama Brno, Ceko). Dia menjadi pendeta tahun 1847. Tahun 1850 dia ikut ujian peroleh ijasah guru, tetapi gagal dan dapat angka terburuk dalam biologi! Meski begitu, kepada pendeta di biaranya mengirim Mendel ke Universitas Wina, dari tahun 1851-1853 dia belajar matematika dan ilmu pengetahuan lainnya. Mendel tak pernah berhasil mengantongi ijasah guru resmi, tetapi dari tahun 1854-1868 dia menjadi guru cadangan ilmu alam di sekolah modern kota Brunn. Sementara itu, mulai tahun 1856 dia memperlihatkan pengalaman-pengalamannya yang masyhur di bidang pembiakan tumbuh-tumbuhan. Menjelang tahun 1865 dia sudah menemukan hukum keturunannya yang kesohor dan mempersembahkan kertas kerjanya di depan perkumpulan peminat sejarah alam kota Brunn. Tahun 1866 hasil penyelidikannya diterbitkan oleh majalah Transactions milik perkumpulan itu di bawah judul "Experiments with Plant Hybrids." Kertas kerja keduanya diterbitkan oleh majalah itu juga tiga tahun kemudian. Kendati majalah itu bukanlah majalah besar, tetapi banyak terdapat di pelbagai perpustakaan besar. Di samping itu Mendel mengirim satu salinan kepada Karl Nageli, seorang tokoh disegani di bidang ilmu keturunan. Nageli membaca salinan itu dan kirim balasan kepada Mendel tetapi dia tidak paham apa yang teramat penting dalam salinan kertas kerja Mendel itu. Sesudah itu umumnya kertas kerja Mendel diabaikan dan nyaris dilupakan orang hampir tiga puluh tahun lamanya. Tahun 1866 Mendel naik pangkat ditunjuk jadi pendeta kepala di biaranya. Kesibukan administrasi rutin membuatnya kehabisan tempo melanjutkan penyelidikannya dalam bidang tanam-tanaman. Ketika dia meninggal tahun 1884 dalam usia enam puluh satu, penyelidikan briliannya nyaris dilupakan orang dan dia tak peroleh pengakuan apa pun untuk penyelidikan itu. Jerih payah Mendel baru diketemukan kembali tahun 1900 oleh tiga ilmuwan dari tiga bangsa yang berbeda-beda: Hugo de Vries dari Negeri Belanda, Carl Correns dari Jerman dan Erich von

Tschermak dari Austria. Mereka bekerja secara terpisah tatkala menemukan artikel Mendel. Masing-masing mereka sudah punya pengalaman sendiri di bidang botani. Masing-masing secara tersendiri menemukan hukum Mendel. Dan masing-masing (sebelum menerbitkan buku) secara seksama mempelajari hasil kerja Mendel dan masing-masing pula menjelaskan bahwa penyelidikannya memperkuat pendapat Mendel. Satu kebetulan segitiga yang aneh! Lebih dari itu, di tahun itu juga, William Bateson, ilmuwan berkebangsaan Inggris, menemukan pula kertas kerja Mendel yang asli dan segera mengedepankan kepada kalangan dunia ilmu. Di penghujung tahun itu Mendel dapat sambutan meriah dan penghargaan atas begitu hebat karya-karya yang dilakukannya selama masa hidupnya. Bukti-bukti apakah perihal keturunan yang sudah ditemui Mendel? Pertama, Mendel mengetahui bahwa pada semua organisme hidup terdapat "unit dasar" yang kini disebut gene yang secara khusus diturunkan oleh orang tua kepada anak-anaknya. Dalam dunia tumbuh-tumbuhan yang diselidiki Mendel, tiap ciri pribadi, misalnya warna benih, bentuk daun, ditentukan oleh pasangan gene. Suatu tumbuhan mewariskan satu gene tiap pasang dari tiap "induk"-nya. Mendel menemukan, apabila dua gene mewariskan satu kualitas tertentu yang berbeda (misalnya, satu gene untuk benih hijau dan lain gene untuk benih kuning) akan menunjukkan dengan sendirinya dalam tumbuhan tertentu itu. Tetapi, gene yang berciri lemah tidaklah terhancurkan dan mungkin diteruskan kepada tumbuhan keturunannya. Mendel menyadari, tiap kegiatan sel atau gamete (serupa dengan sperma atau telur pada manusia) berisi cuma satu gene untuk satu pasang. Dia juga menegaskan, adalah sepenuhnya suatu kebetulan bilamana gene dari satu pasang terjadi pada satu gamete dan diteruskan kepada keturunan tertentu. Hukum Mendel, meski sudah dilakukan perubahan kecil, tetap merupakan titik tolak dari ilmu genetika modern. Bagaimana Mendel selaku seorang amatir mampu menemukan prinsip yang begitu penting yang menyisihkan begitu banyak biolog profesional yang masyhur yang ada sebelumnya? Untungnya, dia memilih untuk bidang penyelidikannya jenis tumbuhan yang ciriciri khasnya ditentukan oleh seperangkat gene. Kalau saja ciri-ciri pokok yang diselidikinya masing-masing sudah ditentukan oleh pelbagai perangkat gene, penyelidikannya akan menghadapi kesulitan yang luar biasa. Tetapi, keberuntungan ini tidak akan menolong Mendel kalau saja dia tidak punya sifat kecermatan yang dahsyat dan kesabaran seorang pencoba, dan juga tidak akan menolongnya apabila dia tidak menyadari bahwa perlu membuat analisa statistik dari pengamatannya. Karena faktor contoh-contoh di atas, umumnya mungkin tidak bisa diduga jenis kualitas mana sesuatu keturunan akan mewariskan. Hanya lewat sejumlah besar percobaan (Mendel sudah mencatat hasil lebili dari 21.000 tumbuh-tumbuhan!), dan lewat analisa hasilhasilnya, Mendel dapat menarik kesimpulan terhadap hukum-hukumnya. Jelaslah, hukum keturunan merupakan penambah penting buat pengetahuan manusia, dan pengetahuan kita tentang genetika mungkin akan lebih dapat dipraktekkan di masa depan daripada sebelumnya. Ada pula faktor yang tak boleh diabaikan kalau kita memutuskan dimana Mendel mesti ditempatkan dalam urutan daftar buku ini. Karena penemuannya diremehkan di saat hidupnya, dan kesimpulan-kesimpulannya diketemukan oleh ilmuwan yang datang belakangan, penyelidikan Mendel dianggap tidak berdiri sendiri. Apabila alasan ini dipaksakan, orang bisa berkesimpulan bahwa Mendel mungkin bisa tersisihkan sepenuhnya dari daftar, seperti halnya Leif Ericson, Aristarchus, Ignaz Semmelweiss telah disisihkan guna memberikan tempat buat Colombus, Copernicus dan Joseph Lister.

Tetapi, ada beda antara kasus Mendel dengan lainnya. Pekerjaan Mendel terlupakan hanya sebentar, dan begitu diketemukan kembali, segera melangit. Lebih jauh dari itu, de Vries, Correns, dan Tschermak, meskipun mereka menemukan kembali prinsip-prinsipnya secara independen, toh dia baca karya Mendel dan mengutip hasil-hasilnya. Akhirnya, orang tidak bisa bilang karya Mendel tak berpengaruh kendati de Vries, Correns dan Tschermak tak pernah hidup di dunia. Artikel-artikel Mendel sudah tersebar luas riwayat-riwayatnya (oleh W.O. Focke) sekitar masalah keturunan. Tulisan itu cepat atau lambat sudah dapat dipastikan akan diketemukan juga oleh mahasiswa-mahasiswa yang serius di bidang itu. Juga layak dicatat, tak satu pun dari ketiga ilmuwan itu yang menuntut bahwa merekalah penemu ilmu genetika. Juga, secara umum dunia ilmu sudah menyebutnya sebagai "Hukum Mendel."

JAWABAN PERTANYAAN 1. Frekuensi gen dominan sebesar 38,37% diperoleh dengan mengunakan rumus sebagai berikut :

= 38,37% 2. Frekuensi gen resesif sebesar 61,63% diperoleh dengan mengunakan rumus sebagai berikut :

= 61,63%

LEMBAR PENGESAHAN Laporan lengkap praktikum Biologi Dasar dengan judul Pengaruh Suhu Terhadap Aktivitas Organisme yang disusun oleh : Nama : Munawir Nasir NIM : 091404015 / A Kelas/Kelompok : A/I (Satu) Telah diperiksa dan dikoreksi oleh Asisten/Koordinator Asisten dan dinyatakan diterima. Makassar, Desember 2009 Koordinator Asisten, Asisten,

Suhaedir Bachtiar S.pd. Mustaina Basir NIM. 061404006

Mengetahui, Dosen Penanggung Jawab

Drs. H. Hamka L., M.S. NIP. 196212311987021005 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap organisme memerlukan kebutuhan dasar untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Sebagai contoh, setiap hewan memerlukan udara, air, dan makanan. Sedangkan tumbuhan membutuhkan udara, air, nutrisi dan cahaya untuk fotosintesis. Organisme hanya dapat hidup bila lingkungan dapat menyediakan kebutuhan hidupnya, sehingga semua organisme sangat bergantung pada lingkungan tempat tinggalnya. Bumi kita mempunyai banyak macam lingkungan dan setiap lingkungan yang berbeda akan menunjang kehidupan untuk jenis organisme yang berbeda-beda. Perilaku setiap hewan atau tumbuhan dipengaruhi oleh faktor internal seperti rasa lapar (kebutuhan akan makan/nutrisi), atau karena faktor eksternal seperti perubahan kondisi lingkungan. Pola perilaku hewan atau tumbuhan berkaitan erat dengan alam tempat organisme itu berada, seperti banyaknya jenis organisme, jumlah populasi masing-masing organisme, ketersediaan akan sumber makanan, dan kondisi fisik maupun kimia pada lingkungan hidupnya. Apabila suatu saat kondisi lingkungannya berubah maka beberapa jenis hewan ataupun tumbuhan mungkin akan tetap dapat bertahan hidup dan berkembang biak. Jenis yang lainnya mungkin akan mati atau berpindah ke tempat yang baru. Salah satu faktor lingkungun tersebut adalah suhu. Suhu merupakan salah satu faktor fisik lingkungan yang paling jelas, mudah diukur dan sangat beragam. Pada dunia hewan terdapat berbagai macam habitat hidup. Ada yang habitat hidupnya di darat, ada di air, dan ada pula di udara. Setiap hewan pada habitat tertentu ini memiliki cara respirasi yang berbeda beda. Ada yang bernafas dengan paru-paru, ada yang bernafas dengan insang, dan ada pula dengan trakea dan kulit. Pada hewan amfibi, yang hidup di dua alam misalnya katak, hewan ini bernafas dengan paru-paru yang dibantu dengan alat nafas lainnya yaitu kulit, sehingga kulit katak hampir setiap saat selalu basah. Selain itu, katak pada fase berudunya bernafas dengan insang. Hewan mamalia bernafas dengan paru-paru tidak peduli dimanapun habitatnya, seperti paus yang bernafas dengan paru paru walaupun tinggal di dalam air. Sedangkan jenis pisces aatu ikan bernafas dengan insang yang terdapat dikedua sisi kepalanya. Hal unik terdapat pada insang karena dapat menyaring oksigen dalam air. Ikan dalm menyaring oksigen melakukan buka tutup insang yang biasa disebut operculum. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh perubahan suhu terhadap aktivitas suatu organisme, maka pada kesempatan ini kami melakukan percobaan dengan judul pengaruh suhu terhadap aktifitas organisme. B. Tujuan Melalui percobaan ini, mahasiswa diharapkan dapat membandingkan kecepatan penggunaan oksigen oleh organisme pada suhu yang berbeda. C. Manfaat Memberikan wawasan kepada mahasiswa, masyarakat, dan umum sebagai pengantar dan dijadikan dasar bagi mereka yang mempelajari mengenai pengaruh suatu suhu terhadap aktifitas suatu organisme.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Suhu merupakan salah satu faktor fisik lingkungan yang paling jelas, mudah diukur dan sangat beragam. Suhu tersebut mempunyai peranan yang penting dalam mengatur aktivitas biologis organisme, baik hewan maupun tumbuhan. Ini terutama disebabkan karena suhu mempengaruhi kecepatan reaksi kimia dalam tubuh dan sekaligus menentukan kegiatan metabolik, misalnya dalam hal respirasi (Tim Pengajar, 2009). Suhu merupakan factor lingkungan sangat penting bagi hampir semua makhluk hidup. Suhu merupakn factor yang sangt menentukan aktivitas enzim didalam tubuh organism. Peningkatan suhu tubuh pada rentang kisaran toleransi hewan akan menyebabkan kenaikan aktivitas enzim dalam membantu reaksi metabolism. Suhu yang ekstrim tinggi menyebabkan protein, sebagai komponen utama penyusun enzim, akan rusak atau denaturasi dan menyebabkan enzim tidak mampu lagi melakukan fungsinya sebagai biokatalisator. Demikian juga kalau suhu tubuh turun sangat ekstrim, bahkan mungkin dibawah kisaran toleransinya, akan menyebabkan kisaran aktivitas enzim sangat rendah (Dharmawan, 2004). Suhu media juga berpengaruh terhadap aktifitas enzim yang terlibat proses katabolisme dan anabolisme. Enzim metabolisme berpengaruh terhadap proses katabolisme (menghasilkan energi) dan anabolisme (sintesa nutrien menjadi senyawa baru yang dibutuhkan tubuh). Jika aktifitas enzim metabolisme meningkat maka laju proses metabolisme akan semakin cepat dan kadar metabolit dalam darah semakin tinggi. Tingginya kadar metabolit dalam darah menyebabkan ikan cepat lapar dan memiliki nafsu makan tinggi, sehingga tingkat konsumsi pakan meningkat. Konsumsi pakan yang tinggi akan meningkatkan jumlah energi yang masuk ke dalam tubuh. Energi ini akan digunakan untuk proses-proses maintenance dan selanjutnya digunakan untuk pertumbuhan (Anonim, 2009). Suhu juga merupakan factor lingkungan seringkali berpotnsi sebagai faktor pembatas dan paling mudah diukur. Variabilitas suhu mempunyai arti ekologis. Fluktuasi suhu 10-200C dengn suhu rata-rata 150C, pengaruhnya terhadap hewan tidak sama dengan suhu konstan 150C. Pada jenis belalang dan kupu-kupu yang diamati, suhu yang bervariasi menimbulkan laju pertumbuhan yang lebih cepat. Berbagai jenis hewan yang biasa hidup di lingkungan alam bebas yang suhunya bervariasi, aktivitas hidupnya akan terganggu apabila dipelihara dalam lingkungan yang suhunya konstan (Dharmawan, 2004). Sebagaimana halnya dengan faktor lingkungan lainnya, suhu mempunyai rentang yang dapt ditolerir oleh setiap jenis organisme. Masalah ini dijelaskan dalam kajian ekologi yaitu Hukum Toleransi Shelford. Dengan alat yang relatif sederhana, percobaan tentang pengaruh suhu terhadap aktivitas respirasi organisme tidak sulit dilakukan, misalnya dengan menggunakan respirometer sederhana (Tim Pengajar, 2009). Sehingga dari percobaan itulah muncullah suatu pembuktian mengenai hukum toleransi Shelford. Konsep hukum Shelford berasal dari hukum batas minimum yang dicetuskan oleh Liebig. Menurut hukum minimum Liebig menyatakan bahwa jumlah bahan utuana yang dibtuhkan apabila mendekati keadaan minimum kritis cenderung menjadi pembatas. Ditambahkannya bahwa pengaruh cahaya, suhu, zat makanan, dan unsur-unsur utama lainnya menyebabkan hilangnya vegetasi pada ketinggian tertentu di pegunungan atau hilangnya beberapa tumbuhan dalm wilayah yang dinaungi. Jadi menurut hukum minimal Liebag bahwa penyebaran tumbuhan ditentukan oleh cahaya, suhu, dan unsur hara yang tidak cukup dan tidak memadai (Kimball, 1999).

Dari hukum tersebut kemudian Shelford menambahkan bahwa faktor-faktor seperti panas, cahaya, dan air serta unsur hara mempunyai batas maksimum dan minimum agar suatu makhluk hidup dapat hidup pada suatu lingkungan. Oleh sebab itu organisme mempunyai sifat minimum dan maksimum lingkungannya. Dimana jarak antara ke dua batas nilai minimum dan maksimum lingkungan ini menunjukkan batas toleransi. Sehingga pernyataan Shelford dikenal dengan Hukum Toleransi Shelford (Tim Dosen. 2004). Menurut Radioputro (1988), dalam hukum Shelford terdapat beberapa prinsip, yaitu : 1. Suatu organisme mempunyai toleransi yang besar terhadap satu faktor dan kecil terhadap faktor lainnya. 2. Organisme yang mempunyai toleransi yang besar terhadap semua faktor memiliki daerah penyebaran yang luas. 3. Bila suatu faktor lingkungan tidak optimum untuk suatu jenis organisme, maka toleransi berkurang terhadap faktor-faktor lingkungan lainnya, misalnya bila tanah dengan kandungan nitrogen yang terbatas, maka daya tahan rumput terhadap kekeringan berkurang. 4. Dalam banyak hal interaksi populasi seperti kompetisi, predator, parasit dan lainnya mencegah organisme dari pengambilan keuntungan terhadap kondisi lingkungan fisik yang optimum. 5. Pembiakan merupakan masa yan kritis bila faktor-faktor biji, telur, kecambah dan larva pada umumnya mempunyai batas toleransi sempit. BAB III METODE PRAKTIKUM A. Waktu dan Tempat Adapun waktu dan tempat pelaksanaan praktikum ini : Hari/tanggal : Kamis, 18 Desember 2009 Waktu : Pukul 13.30 15.10 WITA Tempat : Laboratorium Biologi lantai III Timur FMIPA UNM. B. Alat dan Bahan 1. Alat Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu : a. Termometer batang 1 buah b. Stopwatch / jam tangan c. Becker glass 2 buah 2. Alat Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu : a. Ikan mas koki (Catassius auratus) 2 ekor b. Air kran c. Es batu d. Air panas C. Prosedur Kerja 1. Memasukkan 2 ekor ikan mas koki yang relatif sama besarnya ke dalam becker glass yang berisi air kran dan mengaklimasi ikan tersebut selama 15 menit. 2. Mengambil 1 ekor ikan mas koki dan memasukkan ke dalam becker glass yang berisi air normal yang bersuhu 27 oC. Menghitung dan mencatat frekuensi gerakan operculum (buka tutup) dalam waktu 1 menit selama 5 menit. 3. Mengambil 1 ekor ikan mas koki dan memasukkan ke dalam becker glass yang berisi air panas dengan suhu 40 oC. Menhitung dan mencatat frekuensi gerakan operculum pada ikan

selama 5 menit dengan selang waktu 1 menit. 4. Mengambil 1 ekor ikan mas koki dan memasukkannya ke dalam becker glass yang telah diisi dengan air dingin dengan suhu 16 oC. Menhitung dan mencatat frekuensi gerakan operculum pada ikan selama 5 menit dengan selang waktu 1 menit. 5. Mencatat hasil pengamatan dalam tabel. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengamatan Becker Glass Waktu (Menit Ke.....) Rata-rata 12345 (A) 29oC 120 184 243 323 437 87,4 (B) 38oC 74 176 207 334 478 95,6 (C) 14oC 120 223 292 350 429 85,8 B. Pembahasan Pada becker glass yang diisi air dengan suhu 29 oC gerakan operculum ikan pada menit pertama yaitu 120 kali, pada menit kedua 64 kali. Pada menit ketiga 59 kali, pada menit keempat 80 kali, dan pada menit kelima 114 kali. Pada becker glass yang berisi air panas dengan suhu 38 oC gerakan operculum ikan pada menit pertama yaitu 74 kali, pada menit kedua 102 kali. Pada menit ketiga 31 kali, pada menit keempat 27 kali, dan pada menit kelima 144 kali. Pada becker glass yang diisi air dingin dengan suhu 14 oC gerakan operculum ikan pada menit pertama yaitu 120 kali, pada menit kedua 103 kali. Pada menit ketiga 59 kali, pada menit keempat 58 kali, dan pada menit kelima 89 kali. Terjadinya penurunan gerakan operculum pada ikan mas koki yang dimasukkan ke dalam air dingin dan penaikan gerakan operculum pada ikan mas koki yang dimasukkan ke dalam air panas menandakan bahwa gerakan operculum pada ikan mas koki dipengaruhi oleh suhu. Gerakan operculum ikan pada suhu rendah akan lambat, sedangkan pada suhu tinggi gerakan operculumnya menjadi semakin cepat. Namun hal tersebut dibatasi oleh kemampuan ikan tersebut untuk beradaptasi pada suhu tertentu. Menurut teori pada suhu yang tinggi gerakan operculum ikan akan semakin cepat namun bila mencapai batas suhu yang maksimal maka ikan tersebut akan mati. Pada suhupanas, ikan membutuhkan oksigen yang cukup banyak karena reaksi-reaksi kimia yang terjadi pada tubuh ikan berlangsung dengan cepat. Namun pad suhu panas kadar oksigen dalam air akan semakin sedikit, sehingga ikan pada suhu maksimal akan mati. Begitu pula pada suhu dingin, gerakan operculum ikan menjadi melambat, hal itu disebabkan karena pada air dingin reaksi-reaksi kimia dalam tubuh ikan akan berjalan lanbat, sehingga jika ikan mencapai suhu terendah ikan akan mati. Matinya ikan pada suhu yang terlalu tinggi dan terlalu rendah menandakan bahwa ikan memiliki batas ideal tersendiri agar dapat bertahan hidup dan mampu beradaptasi dengan lingkungan hidupnya. Batas itulah yang disebut dengan Hukum Toleransi Shelford yaitu batas maksimum dan batas minimum suatu makhluk hidup agar dapat hidup.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Pada suhu tinggi gerakan operculum ikan akan semakin cepat dibandingkan pada suhu yang rendah. Agar ikan dapat bertahan hidup dan mampu beradaptasi maka ikan memiliki batas suhu maksimum dan batas suhu minimum. Batas maksimum dan batas minimum agar suatu makhluk hidup agar dapat hidup disebut Hukum Toleransi Shelford. Sehingga dapat disimpulkan bahwa, suhu mempengaruhi aktivitas suatu organisme. B. Saran 1. Agar mahasiswa lebih lebih mampu bekerja sama dalam melakukan praktikum. 2. Agar asisten sebaiknya menyamakan pendapat agar tidak terjadi perbedaan pendapat baik pada praktikum ataupun pembuatan laporan. 3. Labortorium sebaiknya memperhatikan bahan dan alat praktikum sehingga praktikum dapat berjalan dengan lancar. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2009. Pengaruh Suhu Terhadap Pertumbuhan Ikan. http://www. google.com. Diakses tanggal 20 Desember 2009. Dharmawan, agus. Dkk . 2004. Ekologi Hewan. Jica. Malang. Kimball, J.W. 1999. Biologi Umum. Erlangga. Jakarta. Radioputro. 1988. Ekologi dan Pengetahuan Lingkungan. Erlangga. Jakarta. Tim Dosen. 2004. Biologi Umum. Jurusan Biologi FMIPA UNM. Makassar. Tim Pengajar. 2009. Penuntun Praktikum Biologi Dasar. Jurusan Biologi FMIPA UNM. Makassar. JAWABAN PERTANYAAN 1. Hal tersebut disebabkan karena adanya / terjadinya perubahan suhu, sehingga menyababkan ikan harus mampu beradaptasi pada suhu tersebut. 2. Pada suhu panas gerakan operculum ikan akan semakin cepat sedangkan pada suhu dingin gerakan operculum ikan akan semakin lambat.

Pengaruh suhu terhadap pertumbuhan ikan Suhu media berpengaruh terhadap aktifitas enzim pencernaan. Pada proses pencernaan yang tak sempurna akan dihasilkan banyak feses, sehingga banyak nergy yang terbuang. Tetapi jika aktifitas enzim pencernaan meningkat maka laju pencernaan juga akan semakin meningkat, sehingga tingkat pengosongan lambung tinggi. Tingkat pengosongan lambung yang tinggi menyebabkan ikan cepat lapar dan nafsu makannya meningkat. Jika konsumsi pakan tinggi, nutien yang masuk kedalam tubuh ikan juga tinggi, dengan demikian ikan memiliki nergy yang cukup untuk pertumbuhan. Suhu media juga berpengaruh terhadap aktifitas enzim yang terlibat proses katabolisme dan

anabolisme. Enzim nergy ism berpengaruh terhadap proses katabolisme (menghasilkan nergy) dan anabolisme (sintesa nergy i menjadi senyawa baru yang dibutuhkan tubuh). Jika aktifitas enzim nergy ism meningkat maka laju proses nergy ism akan semakin cepat dan kadar metabolit dalam darah semakin tinggi. Tingginya kadar metabolit dalam darah menyebabkan ikan cepat lapar dan memiliki nafsu makan tinggi, sehingga tingkat konsumsi pakan meningkat. Konsumsi pakan yang tinggi akan meningkatkan jumlah nergy yang masuk ke dalam tubuh. Energi ini akan digunakan untuk proses-proses maintenance dan selanjutnya digunakan untuk pertumbuhan. Suhu media yang optimum akan mendorong enzim-enzim pencernaan dan nergy ism untuk bekerja secara efektif. Konsumsi pakan yang tinggi yang disertai dengan proses pencernaan dan nergy ism yang efektif, akan menghasilkan nergy yang optimal untuk pertumbuhan. Proses nergy ism ikan umumnya meningkat jika suhu naik hingga dibawah batas yang mematikan. Berdasarkan nerg vant Hoff, kenaikan suhu sebesar 10C akan menyebabkan kecepatan reaksi nergy ism meningkat 2-3 kali lipat dibandingkan pada kondisi normal. Kebutuhan protein pada ikan untuk mendapatkan pertumbuhan yang optimum sangat dipengaruhi oleh suhu. Contoh pada suhu 20oC pada ikan Channel Catfish (Ictalurus punctatus) memperlihatkan pertumbuhan optimum dengan kadar protein 35 %, sedangkan pada suhu 25oC membutuhkan protein 40%. Pendekatan-pendekatan yang dapat dilakukan untuk memaksimalkan pertumbuhan ikan. Untuk memaksimalkan pertumbuhan dapat dilakukan beberapa pendekatan, yaitu: a. Pendekatan sistem Pertumbuhan adalah merupakan fungsi dari wadah pemeliharaan (W), media pemeliharaan (M), biota yang dipelihara (B) dan pakan (P). G = f( W, M, B, P) Dengan demikian komponen nergy budidaya ikan adalah: 1. Wadah pemeliharaan; wadah pemeliharaan harus disesuaikan dengan kebutuhan ikan yang akan dipelihara. Konstruksi kolam harus sesuai dengan karakteristik biota yang akan dipelihara dan teknik budidaya yang akan diterapkan. Pembuatan wadah harus dipertimbangkan topografi lahan, kesuburan lahan dan porositas. Lahan yang relatif datar lebih mudah untuk dibangun daripada lahan yang miring. Lahan datar memiliki resiko kebocoran yang kecil dan biaya pembuatannya lebih murah. Topografi lahan terkait dengan suhu, dimana semakin tinggi lahan maka suhu udara akan semakin dingin. Ketinggian lahan harus disesuaikan dengan suhu optimum biota yang akan dipelihara. 2. Media hidup, meliputi: kuantitas air, air harus tersedia dalam jumlah yang cukup sepanjang tahun, sehingga siklus budidaya tidak terganggu. Lokasi budidaya hendaknya dekat dengan sumber air. 3. Kualitas air, meliputi suhu, turbiditas, tss, tds, salinitas, oksi-gen terlarut, ph, alkalinitas, bahan-bahan toksik: NH3, NO2, CO2 bebas, H2S, dsb. Kualitas air harus berada dalam batas toleransi biota, dengan demikian biota dapat tumbuh dengan baik. 4. Unsur hara sebagai penopang kesuburan (NO3 PO4, K, dsb.), ketersediaan unsur hara sangat berpengaruh terhadap kesuburan perairan. Pada perairan yang kaya unsur hara pakan alami dapat tumbuh secara maksimum, sehingga tersedia pakan yang cukup bagi biota yang dipelihara. 5. Biota yang dipelihara. Spesies, strain, varietas berhubungan dengan sifat genetik (potensitumbuh ketahanan terhadap penyakit). 6. Jenis kelamin 7. Ukuran 8. Kondisl kesehatan

9. Manajemen pemeliharaan 10. Pakan. Ransum harian (FR), diberikan sesuai dengan kebutuhan biota, jumlah pakan yang diberikan disesuaikan dengan perkembangan biota. Komposisi pakan, pakan harus memiliki kandungan gisi yang cukup baik. 11. Frekuensi pemberian pakan ukuran pakan. Pemberian pakan dilakukan secara kontinyu sesuai dengan laju pengosongan lambung ikan. Sedangkan ukuran pakan disesuaikan dengan lebar bukaan mulut ikan, demikian juga warna dan rasa. Dengan demikian konsumsi pakan dapat dimaksimumkan sehingga laju pertumbuhannya tinggi. a. Pendekatan energetik Pertumbuhan terjadi apabila terdapat kelebihan nergy, setelah nergy yang dikonsumsi dikurang dengan nergy yang digunakan untuk segala kebutuhan hidup termasuk nergy yang hilang, baik lewat feces ataupun urine. G=K(F+U+M) Pertumbuhan (G) akan maksimum jika nilai K tinggi dan nilai F, U dan M diturunkan serendah mungkin. Cara memaksimumkan nilai K: 1. Menjaga agar kondisi ikan tetap sehat dan selera makannya selalu tinggi 2. Optimalisasi kondisi lingkungan 3. Feeding rate optimal 4. Frekuensi pemberian pakan didasarkan pada kapasitas lambung dan laju pencernaannya 5. Pemilihan pakan yang cocok (ukuran, bentuk, warna) 6. Penambahan atractant Cara meminimumkan nilai F: 1. Menjaga agar kondisi ikan tetap sehat 2. Komposisi pakan sesuai dengan stadia dan kategori ikan (herbivor, karnivor) 3. Bahan baku pakan berkualitas baik 4. Ukuran partikel penyusun pakan hendaknya kecil sehingga mudah dihidrolisa 5. Optimalisasi kondisi lingkungan, terutama suhu dan oksigen terlarut. Cara meminimumkan nilai U: 1. Tingkat protein pakan tidak berlebihan 2. Tingkat energi pakan memadai Cara meminimumkan nilai M: 1. Pembatasan ruang gerak ikan 2. Pengaturan arus air, sehingga konsumsi energi untuk berenang melawan arus menjadi kecil http://www.google.com BIOGRAFI PENULIS Munawir Nasir lahir di Jeneponto, Sulawesi Selatan, pada tanggal 20 januari 2009, merupakan anak kedua dari pasangan M. Nasir dan Yasmin. Mengawali pendidikan di Sekolah Dasar pada usia 5 tahun. Melanjutkan pendidikan SMP pada tahun 2003. Pada tahun 2006 menjada salah satu siswa di SMA Negeri 1 Tamalatea ,Jeneponto. Aktif diberbagai organisasi dan kegiatan sekolah. Rasa kagum terhadap para tenaga pengajar terutama guru mempbuat penulis bercita-cita menjadi seorang guru. Guru yang benar-benar seorang guru, yang tidak hanya mengajar tetapi juga

mendidik. Karena itu penulis mendaftar dan Alhamdulillah lulus di Jurusan Biologi, UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR. Penulis sangat senang berdiskusi, bermain internet, dengarkan lagu dan membaca buku. Satu hal yang saat ini menjadi keinginan besar penulis adalah mewujudkan cita-cianya menjadi seorang guru dan membahagiakan orang tua. Semoga cita-cita dapat terlaksana dengan baik. Diposkan oleh blog q di 19.21 Reaksi:

You might also like