You are on page 1of 7

MODUL PEMELAJARAN MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

UNTUK KELAS X / TIK

MEMAHAMI SUMBER HUKUM ISLAM , HUKUM TAKLIFI DAN HIKMAH IBADAH


KODE KOMPETENSI : 5 Guru Pembimbing : M. Amin Wahyudi, S.Ag.
NIP : 19710927 200701 1 008

SUMBER-SUMBER HUKUM ISLAM

MODUL 4
I. Pendahuluan Sumber hukum Islam adalah segala sesuatu yang dapat dijadikan dasar aturan atau pedoman agama Islam. Sudah menjadi kesepakatan bahwa sumber pokok hukum Islam adalah Al quran dan Al hadits. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW: Yang artinya : "Aku tinggalkan dua perkara yang jika kamu sekalian berpegang teguh kepada keduanya tidak akan tersesat selamanya yaitu Al quran dan sunnahku" (HR. Baihaqi). Karena Al quran banyak menyebutkan tentang peranan dan fungsi akal, maka para ulama menjadikan akal sebagai sumber hukum ketiga, yaitu ra'yu (akal) yang pelaksanaannya melalui ijtihad. Hal ini berdasarkan ketetapan Rasulullah SAW ketika Muadz bin Jabal ke Yaman. II. Tujuan Pemelajaran Setelah mempelajari modul ini siswa diharapkan dapat : 1. Menyebutkan sumber-sumber hukum Islam 2. Menjelaskan pengertian Al quran dan fungsi-fungsi Al quran dalam kehidupan muslim serta isi kandungan Al quran 3. Menjelaskan pengertian, macam, fungsi, dan pembagian atau tingkatan al hadits dan fungsi-fungsinya 4. Menjelaskan pengertian dan bentuk-bentuk ijtihad 5. Membedakan pengertian ijma' dan qiyas 6. Menjelaskan hukum dalam Islam dan macam-macamnya. III. Materi Pemelajaran Untuk memahami sumber-sumber hukum Islam tersebut, berikut ini akan dijabarkan penjelasannya. A. Al-QURAN Menurut bahasa Al quran berarti "bacaan atau dibaca", sedang menurut istilah berarti; kumpulan wahyu Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantara Malaikat Jibril sebagai mukjizat dan bagi yang membacanya adalah ibadah. Al quran adalah wahyu Allah SWT (QS. Asysyura: 7) yang berfungsi sebagai mu'jizat bagi Rasulullah Muhammad SAW (QS. Al Isra': 88, Yunus: 38), sebagai pedoman hidup muslim (QS. Annisa': 105, al maidah: 49, al jatsiyah: 20) dan sebagai korektor serta penyempurnaan terhadap kitab-kitab Allah SWT yang diturunkan sebelumnya (QS. Al maidah: 48, annahl: 64) serta Al quran bernilai abadi. Sebagai pedoman hidup, Al quran tidak memberatkan dan menyulitkan (QS. Thaha: 2): ... Artinya: "Kami tidak menurunkan Al quran ini kepadamu agar kamu menjadi susah" Sebagai mu'jizat, Al quran telah menjadi salah satu sebab penting masuknya orang-orang Arab di zaman Rasulullah SAW ke dalam agama Islam dan menjadi sebab penting bagi masuknya orang-orang non muslim sekarang (QS. Al baqarah: 23, al Isra': 88). Sebagai pedoman hidup, Alquran banyak mengemukakan pokok-pokok serta prinsipprinsip umum pengaturan hidup dalam hubungan antara manusia dengan Allah SWT, manusia dengan sesamanya dan manusia dengan lingkungannya, (QS. Al isra': 7-9, Ali Imran: 146, 70-71).

Isi kandungan Alquran Isi kandungan Alquran dilihat dari segi kuantitas dan kualitas. 1. Segi kuantitas Alquran terdiri dari 30 juz, 114 surat, 6.236 / 6666 ayat, 323.015 huruf dan 77.439 kosa kata. 2. Segi kualitas Isi pokok Alquran (ditinjau dari segi hukum) terbagi menjadi 3 bagian: a. Hukum yang berkaitan dengan ibadah: hukum yang mengatur hubungan rohaniah dengan Allah SWT dan hal-hal lain yang berkaitan dengan keimanan, ilmu yang mempelajarinya disebut ilmu tauhid atau ilmu kalam seperti : sholat dll. b. Hukum yang berhubungan dengan amaliah yang mengatur hubungan dengan Allah, dengan sesama dan alam sekitar. Hukum ini tercermin dalam rukun Islam dan disebut ilmu fiqih contoh : jual beli, syirkah. c. Hukum yang berkaitan dengan akhlak. Yakni tuntutan agar setiap muslim memiliki sifat-sifat mulia sekaligus menjauhi perilaku-perilaku tercela. Seperti : berbakti kepada orang tua. Bila ditinjau dari hukum syara' terbagi menjadi 2 kelompok: a. Hukum ibadah seperti sholat, puasa dll. b. Hukum muamalah, termasuk hukum ini adalah: Hukum munakahat (pernikahan) Hukum faraid (waris) Hukum jinayah (pidana) Hukum hudud (perdata) Hukum jual beli dan perjanjian Hukum al khilafah (tata negara) Hukum makanan dan penyembelihan Hukum aqdhiyah (pengadilan) Hukum jihad (peperangan) Hukum dualiyah (antar bangsa). B. 1. AL-HADITS Pengertian Alhadits adalah segala perilaku Nabi Muhammad SAW baik berupa perkataan, perbuatan, dan ketetapan Nabi. Pengertian hadits tersebut adalah identik dengan "sunnah" yang berarti : "jalan atau tradisi juga undang-undang yang tetap berlaku". Alhadits merupakan sumber hukum Islam yang kedua setelah Alquran. Sebagai muslim, di samping diwajibkan mentaati Alquran, berkewajiban pula mentaati apa-apa saja yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW(QS. Alhasyr: 7). 2. Macam-macam hadits a. Hadits qauliyah : Hadits yang didasarkan atas segenap perkataan dan ucapan Nabi Muhammad SAW b. Hadits fi'liyah : hadits yang didasarkan atas segenap perilaku dan perbuatan Nabi Muhammad SAW c. Hadits taqririyah: Hadits yang didasarkan pada persetujuan Nabi Muhammad SAW terhadap apa yang dilakukan sahabatnya. Selain itu dikenal hadits lain yang disebut hadits hammiyah, yaitu hadits yang berupa keinginan Rasulullah SAW, namun belum sempat terlaksana. 3. a. Fungsi hadits terhadap Alquran "Bayan taqrir" yaitu berfungsi memperkuat hukum yang telah ditetapkan Alquran. Sebagai contoh Alquran melarang berdusta (QS. Alhajj: 30): " . Dan jauhilah perkataan-perkataan dusta". Larangan ini diperkuat hadits:

"Sebesar-besar dosa adalah syirik kepada Allah SWT, membunuh jiwa, durhaka kepada orangtua dan berkata dusta" (H.R. Imam Bukhari). b. "Bayan tafsir" yiatu memberikan rincian dan penjelasan terhadap ayat-ayat Alquran yang masih bersifat umum (global). Misalnya ayat Alquran yang memerintah shalat, menunaikan haji atau membayar zakat, semua bersifat umum. Untuk rinciannya dapat kita temukan di dalam hadits, seperti hadits: "Shalatlah kamu sebagaimana kamu melihat aku (nabi) mendirikan shalat" Adalah merupakan tafsiran dari salah satu ayat Alquran yang umum yaitu (QS. Annur: 56) c. "Bayan tasyri'" yaitu menetapkan hukum aturan-aturan yang tidak terdapat di dalam Alquran. Misalnya diharamkan menghimpun dalam pernikahan seorang wanita dengan bibinya. Sabda rasulullah SAW: "Tidak boleh seseorang mengumpulkan (memadu) seorang wanita dengan seorang bibi dari pihak bapak ("amah"), dan seorang wanita dengan khalah (bibi dari pihak ibu)". (Disepakati Imam Bukhari dan Muslim) 4. Pembagian hadits Istilah-istilah yang dipakai dalam ilmu hadits adalah: a. Matan: ialah materi yang disampaikan oleh perawi b. Rawi : ialah orang yang meriwayatkan c. Sanad: ialah orang yang menjadi perantara sampai kepada Nabi Ditinjau dari matan, rawi, dan sanadnya hadits terbagi menjadi dua: a. Hadits maqbul yaitu hadits yang bisa dijadikan sumber hukum, contoh: 1) Mutawatir : yaitu hadits yang memiliki banyak sanad dan mustahil perawinya berdusta 2) Shahih : yaitu hadits yang cukup sanadnya dari awal sampai akhir dan para perawinya sempurna hafalannya 3) Hasan : yaitu hadits yang dari segi hafalan rawinya kurang bila dibandingkan hadits shahih b. Hadits mardud yaitu hadits yang tidak dapat dijadikan sebagai sumber hukum, Contoh: 1) Dhaif : yaitu hadits yang tidak bersambung sanadnya 2) Mauquf : yaitu segala sesuatu yang berasal dari para sahabat 3) Munqathi' : yaitu hadits yang salah seorang perawi-nya tidak disebutkan namanya.

C.

IJTIHAD Alquran dan hadits tidak akan berubah dan mengalami penambahan isi bersamaan dengan berakhirnya wahyu, sementara permasalahan dan problematika kehidupan senantiasa muncul sejalan dengan perkembangan peradaban manusia. Untuk menjawab masalah tersebut, Islam menggariskan ijtihad sebagai sumber hukum ketiga. 1. Pengertian a. Menurut arti bahasa ijtihad berarti : memeras pikiran, mencurahkan tenaga secara maksimal atau berusaha dengan sungguh-sungguh b. Menurut istilah ijtihad berarti : berusaha dengan sungguhsungguh untuk memecahkan suatu masalah yang tidak ada ketetapan hukumnya, baik dalam Alquran maupun hadits, dengan menggunakan akal pikiran serta berpedoman kepada ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan. Orang yang melakukan ijtihad disebut mujtahid Adapun dasar keharusan ijtihad antara lain terdapat di dalam QS. Annisa': 59 dan sabda rasulullah SAW kepada Abdullah bin Mas'ud: "Berhukumlah engkau dengan Alquran dan assunnah apabila persoalan itu kau temukan pada dua sumber tersebut, tapi apabila engkau tidak menemukannya pada dua sumber tersebut maka berijtihadlah!"

c.

Syarat-syarat melakukan ijtihad. Mengetahui isi dan kandungan Alquran dan alhadits Mengetahui seluk beluk bahasa Arab dengan segala kelengkapannya Mengetahui ilmu ushul dan kaidah-kaidah fiqh secara mendalam Mengetahui soal-soal ijma' (kesepakatan para ulama ahli hukum) Adapun hal-hal yang bisa diijtihadkan adalah hal-hal yang di dalam Alquran dan hadits tidak diketemukan hukumnya secara pasti.

2.

Bentuk-bentuk ijtihad a. Ijma' 1. kesepakatan para pakar Islam tentang hukum suatu masalah yang belum disebutkan dalam Alquran dan hadits 2. Kesepakatan seluruh mujtahid tentang hukum syara' yang belum ditentukan hukumnya setelah rasulullah SAW wafat Berpegang pada hasil ijma' diperbolehkan berdasarkan QS. Annisa': 59. 3. Berdasarkan ayat tersebut setiap muslim di samping diperintahkan untuk taat dan patuh kepada Allah dan Rasul-Nya, juga harus taat kepada yang mempunyai keahlian (kekuasaan) di bidangnya, termasuk para mujtahid (ulama). Contoh ijma' adalah mengumpulkan ayatayat Alquran yang masih berserakan kemudian membukukannya sebagai mushaf sebagaimana yang kita miliki sekarang. b. Qiyas Menurut istilah, qiyas berarti menetapkan hukum suatu masalah atau kejadian yang tidak ada hukumnya dengan masalah yang sudah ada hukumnya, karena di antara keduanya ada persamaan illat (sebab-sebab hukum). Contoh: mengharamkan minuman keras seperti bir atau wiski. Haramnya minuman ini karena diqiyaskan dengan khamar yang disebutkan dalam Alquran (QS. Almaidah: 90-91) karena antara kedua-duanya terdapat persamaan illat (sebab, alasan, sifat) yaitu sama-sama memabukkan atau najis. Perihal ijtihad ini, dapatlah disimpulkan bahwa problematika kehidupan manusia yang muncul senantiasa bisa dijawab oleh Islam melalui pintu ijtihad. Serta Islam sangat menghargai peran akal, asal peran akal ini dipergunakan melalui ramburambu yang telah ditetapkan. Dari segi inilah Islam sangat menghargai ijtihad. Sebagaimana sabda rasulullah SAW: "Apabila seseorang hakim memutuskan perkara, kemudian ia melakukan ijtihad dan ternyata hasil ijtihadnya benar, maka ia memperoleh dua pahala, namun apabila ijtihadnya salah, maka ia memperoleh satu pahala" (HR. Bukhari Muslim) c. Istihsani Yaitu memindahkan hukum dari ketentuan umum kepada pengecualian karena adanya alasan yang lebih kuat. d. Istishab Yaitu Menetapkan sesuatu menurut keadaan sebelumnya sampai adanya dalil yang merubah keadaan tersebut., e. Maslahatul Mursalah Yaitu mencari kemaslahatan sedangkan menurut ahli ushul fiqh adalah menetapkan hukum suatu masalah yang tidak ada nashnya atau tidak ada ijmanya, dengan berdasar pada kemaslahatan semata ( yang oleh syara tidak dijelaskan dibolehkan atau dilarang) atau bila juga sebagai memberikan hukum syara kepada suatu kasus yang tidak ada dalam nas atau ijma atas dasar memelihara kemaslahatan.

D.

PEMBAGIAN HUKUM ISLAM Hukum Islam dibagi menjadi 5 bagian, yaitu: 1. wajib (fardhu), adalah suatu keharusan. Pengertiannya adalah segala perintah Allah yang harus dikerjakan. Adapun macam-macam wajib antara lain: a. wajib syar'i, adalah suatu ketentuan yang apabila dikerjakan mendatangkan pahala, sebaliknya jika tidak dikerjakan terhitung dosa b. Wajib aqli, adalah suatu ketetapan hukum yang harus diyakini kebenarannya karena masuk akal atau rasional. c. Fardhu aini, adalah suatu ketetapan yang harus dikerjakan oleh setiap muslim dan tidak boleh diwakilkan, antara lain shalat lima waktu, shalat Jumat, Puasa wajib di bulan Ramadhan dan lain sebagainya d. Fardhu Kifayah. Adalah suatu ketetapan yang apabila sudah dikerjakan oleh sebagian orang muslim, maka orang muslim lainnya terlepas dari kewajiban itu. Akan tetapi jika tidak ada yang mengerjakannya, maka berdosalah semuanya. 2. "Sunnah" adalah perkara yang apabila dikerjakan akan mendapat pahala, dan apabila ditinggalkan tidak berdosa. Adapun macam sunnah antara lain: a. Sunnah muakkad, adalah sunnah yang sangat dianjurkan, misalnya shalat tarawih dan shalat Idul fitri b. Sunnah ghairu muakkad, adalah sunnah biasa. Misalnya memberi salam kepada orang lain dan puasa pada hari Senin dan Kamis c. Sunnah haiat, adalah perkara-perkara dalam shalat yang sebaiknya dikerjakan, seperti mengangkat kedua tangan ketika takbir, mengucapkan Allahu Akbar ketika akan ruku' dan sujud, dan sebagainya d. Sunnah ab'adh, adalah perkara-perkara dalam shalat yang harus dikerjakan, dan kalau terlupakan maka harus melakukan sujud sahwi, seperti: membaca tasyahud awal, dan sebagainya. 3. Haram, adalah suatu perkara yang dilarang mengerjakannya, seperti minum minuman keras, mencuri, judi dan lain-lain. Apabila dikerjakan terhitung dosa. Sebaliknya jika ditinggalkan kita memperoleh pahala 4. Makruh, adalah suatu hal yang tidak disukai/diinginkan. Akan tetapi apabila dikerjakan tidak berdosa, dan jika ditinggalkan berpahala, seperti merokok, makan bawang mentah, dan sebagainya 5. Mubah, adalah suatu perkara yang apabila dikerjakan atau ditinggalkan tidak berpahala dan juga tidak berdosa. Seperti tidur, makan, minum

E.

IKHTISAR SYARIAT ISLAM

IV. 1.

Evaluasi dan Tugas Evaluasi Jawablah pertanyaan berikut ini dengan benar dan tepat! 1) Jelaskan yang dimaksud dengan sumber-sumber hukum Islam! 2) Sebutkan sumber-sumber hukum Islam! 3) Jelaskan pengertian Alquran secara bahasa dan istilah! 4) Sebutkan 4 (empat) fungsi Alquran beserta dalilnya! 5) Sebutkan isi kandungan Alquran! 6) Sebutkan dan jelaskan macammacam hadits! 7) Sebutkan fungsi-fungsi hadits terhadap Alquran beserta dalilnya! 8) Sebutkan tingkatan hadits ditinjau dari segi matan, rawi dan sanad!

9) dalam Islam! 10) dalam Islam! 2. a. 1) kandungan QS. Annisa': 105 dan al jatsiyah: 20! 2) Tugas Perorangan

Sebutkan Jelaskan

pembagian pembagian

hukum hukum

Salinlah

dan

simpulkan

Jelaskan tiga fungsi hadits terhadap Alquran berikut contoh-contoh lain yang tidak tercantum di dalam modul! 3) Jelaskan pentingnya ijtihad berkaitan dengan problematika manusia yang selalu berkembang! b. Kelompok Salinlah dan terjemahkan serta simpulkan QS. Almaidah: 73 dan Ali Imran: 49 serta annisa': 157

You might also like