You are on page 1of 25

A. 1.

Sistem Pendengaran Struktur dan Fungsi Telinga Secara anatomi telinga dibagi menjadi tiga bagian yaitu : a. Telinga Luar, terdiri dari : Pinna/Aurikel/Daun Telinga merupakan gabungan tulang rawan yang diliputi kulit, melekat pada Sisi kepala. Pinna membantu mengumpulkan gelombang suara dan perjalanannya sepanjang kanalis auditorius eksternus. Liang Telinga/Kanalis Akutikus Externus (KAE) . Memiliki tulang rawan pada bagian lateral dan bertulang pada bagian medial, seringkali ada penyempitan liang telinga pada perbatasan tulang rawan ini. Terdapat di KAE adalah sendi temporoman-dibular, yang dapat kita rasakan dengan ujung jari pada KAE ketika membuka dan menutup mulut. Yang fungsinya untuk menyalurkan atau meneruskan suara ke kanalis auditorius externus. Kanalis Auditorius Exsternus. Panjangnya sekitar 2,5 cm, kulit pada kanalis mengandung kelenjar glandula seruminosa yang mensekresi substansi seperti lilin yang disebut juga serumen. Serumen mempunyai sifat antibakteri dan memberikan perlindungan kulit. Kanalis Auditorius Eksternus akan berakhir pada membran timpani dimana fungsinya meneruskan suara ke membran timpani

b. Telinga Tengah: Telinga tengah adalah rongga ruang hidung berisi dan udara yang menghubungkan tenggorokan

dihubungkan melalui tuba eustachius, yang fungsinya menyamakan tekanan udara pada kedua sisi gendang telinga. Tuba eustachius lazimnya dalam keadaan tertutup akan tetapi dapat terbuka secara alami ketika anda menelan dan menguap. Setelah sampai pada gendang telinga, gelombang suara akan menyebabkan bergetarnya gendang telinga, lalu dengan perlahan disalurkan pada rangkaian tulang-tulang pendengaran. Tulang-tulang yang saling berhubungan ini - sering disebut " martil, landasan, dan sanggurdi"- secara mekanik menghubungkan gendang telinga dengan dari "tingkap oval lonjong" window di telinga dalam. lonjong) Pergerakan (tingkap

menyalurkan tekanan gelombang dari bunyi kedalam telinga dalam. Telinga tengah terdiri dari : Membran Timpani/Gendang Telinga membatasi telinga luar dan tengah. Merupakan suatu bangunan berbentuk kerucut dengan puncak-nya umbo mengarah ke medial. Membrane timpani tersusun oleh suatu lapisan epidermis, lapisan fibrosa, tempat melekatnya tangkai malleus dan lapisan mukosa di bagian dalamnya. Yang berfungsi sebagai resonator mengubah gelombang udara menjadi gelombang suara Kavum Timpani Dimana terdapat rongga di dalam tulang temporal dan ditemu-kan 3 buah tulang pendengaran yang meliputi : a) Malleus, bentuknya seperti palu, melekat pada gendang telinga. b) Inkus, menghubungkan maleus dan stapes. c) Stapes, melekat pda jendela oval di pintu masuk telinga dalam. Fungsi dari ketiga tulang ini adalah Memperkuat gerakan mekanik dan memberan timpani untuk diteruskan ke foramen ovale

pada koklea sehingga perlimife pada skala vestibule akan berkembang Antrum Timpani Merupakan rongga tidak teratur yang agak luas terletak dibagian bawah samping kavum timpani, antrum dilapisi oleh mukosa yang merupakan lanjutan dari lapisan mukosa kavum timpani, rongga ini berhubungan dengan beberapa rongga kecil yang disebut sellula mastoid yang terdapat dibelakang bawah antrum di dalam tulang temporalis. Tuba Auditiva Eustakhius dimana terdapat saluran tulang rawan yang panjangnya 3,7 cm berjalan miring kebawah agak ke depan dilapisi oleh lapisan mukosa. Tuba Eustakhius adalah saluran kecil yang memungkinkan masuknya udara luar ke dalam telinga. Fungsinya adalah sebagai proteksi melindungi telinga dari kuman dan dapat mengeluarkan cairan telinga.

c. Telinga Dalam: Koklea a) Skala vestibule: mengandung perlimfe b) Skala media: mengandung endolimfe c) Skala timani: mengandung perlimfe Organo corti. Memngandung sel-sel rambut yang

merupakan resseptor pendengaran di memberan basilaris.

Telinga dalam dipenuhi oleh cairan dan terdiri dari "cochlea" berbentuk spiral yang disebut rumah siput. Sepanjang jalur rumah siput terdiri dari 20.000 sel-sel rambut yang mengubah getaran suara menjadi getarangetaran saraf yang akan dikirim ke otak. Di otak getaran tersebut akan di intrepertasi sebagai makna suatu bunyi. Hampir 90% kasus gangguan pendengaran disebabkan oleh rusak atau lemahnya sel-sel rambut telinga dalam secara perlahan. Hal ini dikarenakan pertambahan usia atau terpapar bising yang keras secara terus menerus. Gangguan pendengaran yang diseperti ini biasa disebut dengan sensorineural atau perseptif. Hal ini dikarenakan otak tidak dapat menerima semua suara dan frekuensi yang diperlukan untuk sebagai contoh mengerti percakapan. Efeknya hampir selalu sama, menjadi lebih sulit membedakan atau memilah pembicaraan pada kondisi bising. Suara-suara nada tinggi tertentu seperti kicauan burung menghilang bersamaan, orang-orang terlihat hanya seperti berguman dan anda sering meminta mereka untuk mengulangi apa yang mereka katakan. Hal ini dikarenakan otak tidak dapat menerima semua suara dan frekuensi yang diperlukan untuk sebagai contoh mengerti percakapan. Contoh kecil seperti menghilangkan semua nada tinggi pada piano dan meminta seseorang untuk memainkan sebuah melodi yang terkenal. Dengan hanya 6 atau 7 nada yang salah, melodi akan sulit untuk dikenali dan suaranya tidak benar secara keseluruhan. Sekali selsel rambut telinga dalam mengalami kerusakan, tidak ada cara apapun yang dapat memperbaikinya. Sebuah alat bantu dengar akan dapat membantu menambah kemampuan mendengar anda. Andapun dapat membantu untuk menjaga agar selanjutnya tidak menjadi lebih buruk

dari keadaan saat ini dengan menghindari sering terpapar oleh bising yang keras. Telinga dalam terdapat jauh didalam bagian petrous tulang temporal, didalamnya terdapat organ untuk pendengaran (koklea) dan keseimbangan (kanalis semisirkularis) dan saraf cranial VII (nervus fasialis) dan nervus VIII (nervus kokleovestibularis).

1) Keseimbangan (N. Vestibularis) Canalis Semisirkularis mendeteksi akselerasi atau

deselarisasi anguler atau rotasional kepala, misalnya ketika memulai atau berhenti berputar, berjungkir balik, atau memutar kepala. Tiap tiap telinga memiliki tiga kanalis semesirkularis yang tegak lurus satu sama lain. Utrikulus adalah struktur seperti kantung yang terletak di dalam rongga tulang di antara kanalis semisirkularis dan koklea. Rambutrambut pada sel rambut asertif di organ ini menonjol ke dalam suatu lembar gelatinosa di atasnya, yang gerakannya menyebabkan perubahan posisi rambut serta menimbulkan perubahan potensial di sel rambut. Sel-sel rambut utrikulus mendeteksi akselerasi atau deselerasi linear horizontal, tetapi tidak memberikan informasi konstan. mengenai gerakan lurus yang berjalan

Sacculus adalah struktur seperti kantung yang terletak di dalam rongga tulang di antara kanalis semisirkularis dan koklea. Sacculus memiliki fungsi serupa dengan utrikulus, kecuali dia berespons secara selektif terhadap kemiringan kepala menjauhi posisi horizontal (misalnya bangun dari tempat tidur) dan terhadap akselerasi atau deselerasi loner vertical (misalnya melompat atau berada dalam elevator). d. Fisiologi Pendengaran Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh pinna dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang koklea. Getaran tersebut menggetarkan membrane timpani, diteruskan ke telinga tengah melalui rangkaian tulang pendengaran yang akan mengamplifikasi getaran melalui daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian perbandingan lurus membran timpani dan tingkap lonjong. Energi getaran tersebut akan diteruskan ke stapes yang menggerakan tingkap lonjong sehingga perilimfe pada skala vestibula bergerak. Getaran diteruskan melalui membran Reissner yang mendorong endolimfe sehingga akan menimbulkan gerakan relative antara membran basalis dan membrantektoria. Proses ini merupakan rangsangan mekanik yang menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi pelepasan ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini meimbulkan proses depolarisasi sel rambut sehingga melepaskan neurotransmitter ke dalam sinaps yang akan menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nucleus auditorius sampai ke korteks pendengaran di lobus temporalis. 2. a) Pengkajian pada Gangguan Sistem Pendengaran Riwayat Kesehatan Riwayat Kesehatan saat ini

Kapan keluhan mulai berkembang, bagaimana terjadinya, apakah secara tiba-tiba atau berangsur-angsur, apa tindakan yang dilakukan untuk mengurangi keluhan, obat apa yang digunakan, adakah keluhan seperti pilek dan batuk. Riwayat Kesehatan Yang lalu. Masalah yang dihadapi pada telinga merupakan gejala-gejala sisa dari penyakit masa kanak-kanak yang didapat dari masalah organ-organ yang berdekatan dengan telinga. Perawat harus menanyakan tentang masalah telinga sebelumnya, terutama masalah yang dialami selama masa kanak-kanak. Pengalaman terjadinya infeksi telinga tengah (otitis media), pasca pembedahan (misalnya: myringotomy), perforasi gendang telinga, telinga berair, ada riwayat penyakit tiroid, campak atau demam yang lama. Kehilangan pendengaran bawaan dapat terjadi akibat penyakit menular, obatteratogenic, atau terjadinya hipoksia pada kehamilan trimester pertama. Cedera kepala harus dilaporkan karena dapat menyebabkan gangguan pendengaran. Informasi tentang alergi makanan dan lingkungan merupakan hal yang penting karena dapat menyebabkan tuba eusthacius menjadi edema dan terjadi erosi telinga tengah. Gejala seperti pusing , tinnitus dan gangguan pendengaran di catat. Mungkin pasien sulit menggambarkan bagaimana pusing itu dirasakan. Deskripsi kata-kata bisa membantu menemukan penyebab dari pusing. informasi dari keluarga tentang gangguan pendengaran, jenis gangguan. Beberapa gangguan pendengaran disebabkan karena keturunan. Riwayat Psikososial Gangguan pendengaran dapat menyebabkan perubahan kepribadian dan sikap, kemampuan berkomunikasi, kepekaan terhadap lingkungan dan bahkan kemampuan untuk melindungi diri sendiri. Individu yang menderita kehilangan pendengaran dapat melewatkan sebagian percakapan dan merasa yakin bahwa orang lain sedang membicarakannya. Banyak individu bahkan tidak menyadari bahwa pendengarannya secara bertahap mulai terganggu. Sering kali bukan

mereka yang menderita gangguan tetapi orang yang berkomunikasi dengan mereka yang pertama kali mengenali adanya gangguan tersebut. Tidak jarang individu dengan gangguan pendengaran menolak mencari pertolongan medis. Oleh karena rasa takut bahwa kehilangan pendengarannya merupakan tanda usia lanjut, banyak orang menolak menggunakan alat bantu dengar. Sebahagian orang merasa kurang percaya diri jika menggunakan alat bantu. Perawat harus ingat bahwa keputusan mengunakan alat bantu dengar adalah sangat pribadi dan sangat dipengaruhi oleh sikap dan perilaku orang tersebut. Riwayat Obat-obatan Informasi tentang pemakaian obat sekarang atau masa lalu yang ototoxic (menyebabkan kerusakan CN VIII) dan menyebabkan gangguan pendengaran, tinnitus, vertigo. Efek penggunaan aspirin yang tinggi dapat gangguan pendengaran. Aminoglikosida, beberapa antibiotik, salisilat, anti malaria, obat kemoterapi, diuretik, dan obatobatan nonsteorid adalah kelompok obat yang berpotensi ototoxic. Banyak obat yang dapat mengganggu fungsi pendengaran dan akan hilang bila pengobatan dihentikan. Riwayat Operasi Ada riwayat rawat inap karena operasi telinga (misalnya myringotomy, tympanoplasty), serta riwayat tonsilektomi dan adenoidectomy. Adanya laporan tentang kepuasan penggunaan alat bantu dengar. Dampak dari serumen yang berlebih juga jadi bahan pertimbangan. b) aspek kehidupan. Pola persepsi kesehatan-Manajemen Kesehatan. Perawat harus mencatat timbulnya gangguan pendngaran, apakah terjadi acut atau kronis. Bisa diketahui bagaimana dan kapan terjadinya dengan Pola Kesehatan Fungsional Masalah pendengaran dan keseimbangan dapat mempengaruhi seluruh

keluarga atau orang lain yang mengetahui masalah pasien. Masalah gangguan pendengaran yang terjadi secara bertahap, yang kondisinya diperburuk dengan gangguan komunikasi yang sering dikeluhkan pasien. Pasien ditanya tentang pengobatan yang dijalani. Penggunaan penutup telinga atau pelindung adalatah terapi yang baik untuk pasien. Jika pasien berenang, pastikan untuk memakai pelindung telinga. Pastikan jenis air pada saat berenaang, dng (kolam renang, danau atau laut) untuk mengidentifikasi air yang mengkontaminasi telinga. Termasuk alat bantu dengar yang dapat menyebabkan trauma pada kulit meningkatkan resiko infeksi. Hal yang dapat dikaji adalah: 1) Apakah anda memiliki perubahan dalam pendengaran? 2) Jika ya, bagaimana perubahan ini mempengaruhi kehidupan seharihari anda? 3) Apakah anda menggunakan alat untuk meningkatkan pendengaran anda (misal; alat bantu dengar, pengontrol volume, headphone untuk televisi)? 4) Apakah anda memiliki alergi yang mengakibatkan masalah telinga? Pola Nutrisi dan Metabolik. Konsumsi alkohol dan sodium

mempengaruhi jumlah endolimph dalam telinga bagian dalam. Pasien dengan penyakit meniere umumnya membatasi asupan alkohol dan diet rendah natrium. Perbaikan dan eksaserbasi terkait dengan asupan makanan. Pasien juga harus dipertanyakan tentang sakit telinga atau ketidak nyamanan yang berhubungan dengan mengunyah dan menelan yang dapat mempengaruhi asupan gizi. Situasi ini sering dikaitkan dengan ganguan telinga tengah. Jika mdakan masalaulut di katupkan dan gigi disatukan akan membantu membedakan masalah telinga dilihat dari tulang temporomandibulae. Bertanya pada pasien berkaitan dengan masalah gigi dan pemakaian gigi palsu yang mengakibatkan gangguan pada telinga.

Pola Eliminasi.

Perlu dokumentasi Pasien yang terkena fistula

perilimfe dan pasien pasca operasi telinga. Pengalaman pasien yang mengalami konstipasi atau mengejan dan operasi usus atau kandung kemih, dapat mengganggu penyembuhan dari fistula perilimfe atau perbaikannya. Pasien pasca operasi stapedektomy dianjurkan untuk tidak mengejan pada saat BAB karena dapat menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial. Pasien dapat menggunakan pelunak tinja jika terjadi masalah sembelit yang kronis. Pola Aktivitas-Latihan. Memantau aktivitas olah raga pasien yang mengalami masalah vestibular sangat penting. Pasien ditanya tentang kegiatan apa yang dapat mengurangi atau memperburuk terjadinya pusing atau yang menyebabkan mual dan muntah. Jika terjadi vertigo, pasien dikaji mengenai onset, durasi dan frekuensi gejala ini. Pasien dengan meneire yang tidak stabil akan dipengaruhi oleh perubahan lingkungan, dimana sering terjadi pada malam hari. Perawat harus mengkaji aktivitas dan latihan yang dapat memperburuk atau mengurangi pusing atau vertigo. Aktivitas yang dilakukan berulangulang akan menyebabkan telinga menyesuaikan diri dengan keadaan. Pola Istirahat-Tidur. Kaji pasien yang mengalami tinitus kronis.

Tinitus bisa mengganggu tidur walau lingkungan tenang. Pasien dikaji hal apa atau tekhnik apa yang telah dicoba klien untuk mengurangi tinitus. Pasien yang mendengkur dapat diseabkan oleh pembengkakan atau hipertropi jaringan di nasofaring. Dimana pembengkakan ini akan mengganggu fungsi dari tuba eustachia dan menyebabkan telinga terasa penuh atau sakit. Pola Kognitif-persepsi. Nyeri dikaitkan dengan beberapa masalah di telinga, terutama telinga tengah. Jika timbul sakit, pasien diminta untuk menggambarkan rasa sakit dan pengobatan atau bantuan untuk mengurangi rasa sakit tersebut. Akan terasa semakin sakit jika daun telinga ditarik atau mempalpasi tragus.

10

kesulitan untuk mengenali asal suara mungkin menjadi indikasi gangguan pendengaran dini. Gangguan pendengaran secara bertahap mungkin tidak diakui oleh pasien. Tetapi orang yang disekitarnya mulai menyadari jika mereka berkomunikasi dengan pasien. Jika gangguan itu terjadi kaji apakah terjadi secara akut atau kronis. Pola Konsep Diri dan Persepsi Diri. Pasien diminta untuk menjelaskan kehidupan bagaimana dan perasaan masalah terhadap telinga dirinya telah mempengaruhi Gangguan sendiri.

pendengaran mengakibatkan isolasi sosial yang menyebabkan konsep diri pasien berkurang. Perawat harus memperhatikan jika pasien mengalami situasi seperti itu. Pasien dengan vertigo kronis kadang-kadang terjadi karena overdosis alkohol. Pasien harus mengidentifikasi bagaimana terjadinya dan usaha untuk menanggulanginya. Pola Hubungan dan Peran. Kaji pasien tentang dampak gangguan telinga pada kehidupan berkeluarga, tanggung jawab kera dan hubungan sosial. Gangguan pendengaran dapat mengakibatkan hubungan keluarga bisa terjadi kesalahfahaman. Kegagalan dalam mengidentifikasi gangguan telinga dan kegagalan pengobatan dapat mempengaruhi kehidupan keluarga lebih lanjut. Pasien harus bertanya tentang pekerjaan yang langsung terpapar dengan kebisingan, seperti yang bekerja di mesin, pembuatan atau percobaan senjata api, dan alat musik. Penting untuk menggunakan alat pelindung pada lingkungan yang bising. Banyak pekerjaan yang menuntut seseorang pada kemampuan untuk mendengar secara akurat dan merespon dengan tepat. Jika terjadi gangguan, perawat harus cepat mengetahui apakah ini efek dari pekerjaannya. Pasien harus dibantu untuk dapat menerima diri dan mengevaluasi pekerjaan. Gangguan pendengaran sering membuat pasien merasa terisolasi dari keluarga dan hubungan sosial. Perawat harus mengidentifikasi tentang kegiatan sosial seperti bermain kartu,

11

pergi ke bioskop, dan beribadah pada saat sebelum dan sesudah terjadi gangguan. Ketidakpastian serangan vertigo dapatb memiliki efek buruk pada seluruh aspek kehisupan pasien. Kegiatan seperti menyelam, merawat anak, pekerjaan rumah tangga, naik tangga, dan memasak dapat menimbulkan bahaya. Pasien diminta untuk menggambarkan pengaruh vertigo terhadap peran dalam kehidupan. Pola Seksualitas dan Reproduksi. Kaji jika terjadi gangguan aktivitas seks yang diakibatkan oleh gangguan pendengaran atau tuli. Meskipun keintiman tidak tergantung pada kemampuan seseorang untuk mendengar, itu bisa mengganggu ataupun membangun atau mempertahankan hubungan. Pola Koping, Stress dan Toleransi. Pasien harus melaporkan koping yang sering digunakan, toleransi stres, stress yang dapat merubah prilaku, dan dukungan yang tersedia. Data ini memungkinkan perawat untuk menentukan kemampuan pasien dalam mengatasi masalah telinga. Jika perawat melihat pasien dapat mengelola situasi, diperlukan intervensi atau dukungan dari luar. Penolakan adalah masalah yang paling umum dihadapai dalam gangguan telinga. Pola Nilai dan kepercayaan. Kaji pasien dalam kemungkinan masalah yang terjadi atau pengobatan yang berkaitan dengan nilai dan kepercayaan. Setiap usaha harus dilakukan untuk menyelesaikan masalah agar pasien tidak mengalami stres tambahan. Bertanya pada pasien tentang perawatan di rumah dengan mengoles minyak pada telinga (cth: minyak angin, koyo,dll) c) Pemeriksaan Fisik Mengumpulkan data objektif tentang kemampuan mendengar pasien pada saat dikaji melalui wawancara. Petunjuk seperti perubahan sikap pada kepala atau kepala mengarah ke proksimal menunjukkan suatu

12

data. Seperti apakah pasien meminta perawat untuk mengulang katakata? apakah pasien benar-benar melihat pemeriksa tetapi tidak berespon pada saat pemeriksa memanggil atau bertanya? Catat data yang signifikan. Hal ini penting karena pasien sering tidak menyadari, tidak mengakui telah terjadi perubahan pada pendengarannya secara bertahap. Temuan normal pada telinga yaitu telinga simetris antara kiri dan kanan, daun telinga dan tragus tidak ada lesi, saluran telinga yang paten, membrana timpani yang utuh, dengan menggunakan alat yang tembus cahaya. Dan mampu mendengar bisikan rendah pada jarak 30 cm, hasil tes rinne bahwa konduksi udara lebih besar dari konduksi tulang, dan hasil tes weber tidak ada lateralisasi. Telinga Luar. Diperiksa dan diraba daerah telinga luar, tulang

mastoid, apakah simetris dan adakah tanda-tanda perforasi dari kedua daun telinga seperti warna kulit, ada/tidak nya nodul, bengkak, kemerahan dan lesi. Daun telinga dan mastoid di palpasi dengan lembut apakah terdapat nodul. Memegang daun telinga dapat menimbulkan rasa sakit. Untuk menguji jika dicurigai terjadi otitis media, daun telinga di tarik ke atas dan ke bawah, dan tekan pada tragusnya, jika merasakan nyeri berarti kemungkinan terjadi otitis. Tekan dengan kuat tulang mastoid untuk mengidentifikasi kasus otitis media dan mastoiditis Liang telinga dan Gendang telinga (membrana timpani).

Melakukan inspeksi dengan menggunakan otoskope. Caranya pegang daun telinga dengan lembut ke arah atas, dan ke belakang, untuk memeriksa kepatenan liang telinga, raba tragus dan kaji adanya ketidaknyamanan (nyeri). Penggunaan otoscope yang baik adalah dengan pencahayaan ruangan yang memadai, tidak adanya serumen yang menutupi liang telinga, dan penyempitan pada telinga. Ukuran otoscope yang dipakai harus lebih kecil dari liang telinga. Kepala pasien diletakkan di bahu, daun telinga diarahkan ke atas dan ditarik

13

kebelakang lalu masukkan otoscope secara berlahan. Saluran di lihat dari warna, jumlah dan jenis serumen. keadaan gendang telinga yang memisahkan antara telinga tengah dan dalam. Jika serumen banyak maka gendang telinga tidak terlihat, amati gendang telinga dari bentuk, ukuran, warna, bentuk, kontur dan keutuhan. Amati warna apakah putih abu-abu, merah muda, mengkilap dan tembus cahaya. Uji Weber. Memanfaatkan konduksi tulang untuk menguji adanya lateralisasi suara. Sebuah garpu tala dipegang erat pada gagangnya dan pukulkan pada lutut atau pergelangan tangan pemeriksa. Kemudian diletakkan pada dahi atau gigi pasien. Pasien ditanya apakah suara terdengar di tengah kepala, di telinga kanan atau telinga kiri. Individu dengan pendengaran normal akan mendengar suara seimbang pada kedua telinga atau menjelaskan bahwa suara terpusat di tengah kepala. Bila ada kehilangan pendengaran konduktif (otosklerosis, otitis media), suara akan lebih jelas terdengar pada sisi yang sakit. Ini disebabkan karena obstruksi akan menghambat ruang suara, sehingga akan terjadi peningkatan konduksi tulang. Bila terjadi kehilangan sensorineural, suara akan meng-alami lateralisasi ke telinga yang pendengarannya lebih baik. Uji Weber berguna untuk kasus kehilangan pendengaran unilateral. Uji Rinne. Gagang garpu tala yang bergetar ditempatkan di belakang aurikula pada tulang mastoid (konduksi tulang) sampai pasien tak mampu lagi mendengar suara. Kemudian garpu tala dipindahkan pada jarak 1 inci dari meatus kanalis auditorius eksternus (konduksi udara). Pada keadaan normal pasien dapat terus mendengarkan suara, menunjukkan bahwa konduksi udara berlang-sung lebih lama dari konduksi tulang. Pada kehilangan pendengaran konduktif, konduksi tulang akan melebihi konduksi udara begitu konduksi tulang melalui tulang temporal telah menghilang, pasien sudah tak mampu lagi mendengar garpu tala melalui mekanisme konduktif yang biasa. Sebaliknya kehilangan pendengaran sensorineural memungkinkan suara

14

yang dihantarkan melalui udara lebih baik dari tulang, meskipun keduanya merupakan konduktor, yang buruk dan segala suara diterima seperti sangat jauh dan lemah.

Uji Schwabach, membandingkan hantaran tulang pasien dengan pemeriksa. pasien diminta melaporkan saat penala bergetar yang ditempelkan pada mastoidnya tidak lagi dapat didengar. Pada saat itu pemeriksa memindahkan penala ke mastoidnya sendiri dan menghitung berapa lama ia masih dapat menangkap gelombang bunyi. Uji ini dikatakan normal bila hanatran tulang pasien dan pemeriksa hampir sama. Uji ini dikatakan memanjang atau meningkat bila hantaran tulang pasien lebih lama dibandingkan pemeriksa, misalnya pada kasus kehilangan pendengarn konduktif. Dan dikatakan memendek jika pemeriksa masih bias mendengar penala setelah pasien tidak lagi mendengar d) 1. Uji audiometri ada dua macam: a) Audiometri nada-murni, di mana stimulus suara terdiri atas nada murni atau musik (semakin keras nada sebelum pasien bisa b) mendengar berarti semakin besar kehilangan pendengarannya) audiometri wicara di mana kata yang diucapkan digunakan untuk menentukan kemampuan mendengar dan membedakan suara. Ahli audiologi melakukan uji dan pasien mengenakan Pemeriksaan Diagnostik Uji Adiometri

15

earphone dan sinyal mengenai nada yang didengarkan. Ketika nada dipakai secara langsung pada meatus kanalis auditorius eksiernus, kita mengukur konduksi udara. Bila stimulus diberikan pada tulang mastoid, melintas mekanisme konduksi (osikulus), langsung menguji konduksi saraf. Agar hasilnya akurat, evaluasi audiometri dilakukan di ruangan yang kedap suara. Respons yang dihasil-kan diplot pada grafik yang dinamakan audiogram.

2.

Radiorafi Pemeriksaan radiologi daerah mastoid pada penyakit telinga tengah kronis nilai diagnostiknya terbatas dibandingkan dengan manfaat otoskopi dan audiometric. Pemeriksaan radiologi biasanya mengungkapkam mastoid yang tampak sklerotik, lebih kecil denga pneumatisasi lebih sedikit dibandingkan mastoid yang satunya atau yang normal. Erosi tulang, terutama pada daerah atik memberikan kesan kolesteatoma. Proyeksi radiografi yang sekarang biasanya digunakan adalah : 1. Proyeksi Schuller, yang memperlihatkan luasnya

pneumatisasi mastoid dari arah lateral dan atas. Foto ini berguna untuk pembedahan karena memperlihatkan posisi sinus lateral dan tegmen. Pada keadaan mastoid yang sklerotik, gambaran radiologi ini sangat membantu ahli bedah untuk menghindari dura atau sinus lateral. 2. Proyeksi Mayer atau Owen, diambil dari arah anterior telinga tengah, akan tampak gambaran tulang-tilang pendengaran dan atik sehingga dapat diketahui apakah kerusakan tulang telah mengenai struktur-struktur.

16

3. Proyeksi Stenver, memperlihatkan gambaran sepanjang pyramid petrosus dan yang lebih jelas memperlihatkan kanalis auditorius interna, vestibulum, dan kanalis semisirkularis. Proyeksi ini menempatkan antrum dalam potongan melintang sehingga dapat menunjukkan adanya pembesaran akibat kolesteatoma. 4. Proyeksi Chausse III, memberikan gambaran atik secara longitudinal sehingga dapat memperlihatkan kerusakan dini dinding lateral atik. Politomografi dan atau CT scan dapat menggambarkan kerusakan tulang oleh karena kolesteatoma, ada atau tidak tulang-tulang pendengaran dan beberapa kasus terlihat fistula pada kanalis semisirkularis horizontal. Keputusan untuk melakukan operasi jarang berdasarkan hanya dengan hasil sinar X saja. Pada keadaan tertentu seperti bila dijumpai sinus lateralis terletak lebih anterior menunjukkan adanya penyakit c) MRI ( Magnetic resonance imaging) Pencitraan resonansi magnetik (bahasa Inggris: Magnetic Resonance Imaging, MRI) ialah gambaran potongan cara singkat badan yang diambil dengan menggunakan daya magnet yang kuat mengelilingi anggota badan tersebut. Berbeda dengan CT scan, MRI tidak memberikan rasa sakit akibat radiasi karena tidak digunakannya sinar-X dalam proses tersebut. Magnetic Resonance Imaging (MRI) untuk merupakan menghasilkan

suatu teknik yang

digunakan

gambar organ dalam pada organisme hidup dan juga untuk menemukan jumlah kandungan air dalam struktur geologi. Biasa digunakan untuk menggambarkan

17

secara patologi atau perubahanfisiologi otot hidup dan juga memperkirakan ketelusan batu kepada hidrokarbon. Cara Kerja MRI 1. Pertama, putaran nukleus atom molekul

otot diselarikan dengan magnet yang berkekuatan tinggi. 2. Kemudian,

menggunakan medan

denyutan/pulsa frekuensi radio dikenakan

pada tingkat menegak kepada garis medan magnet agar sebagian nuklei hidrogenbertukar arah. 3. Selepas itu, frekuensi radio akan dimatikan menyebabkan nuklei berganti pada konfigurasi awal.

Ketika ini terjadi, tenaga frekuensi radio dibebaskan yang dapat ditemukan oleh gegelung yang mengelilingi pasien. 4. Sinyal ini dicatat dan data yang dihasilkan diproses oleh komputer untuk menghasilkan gambar otot. Dengan ini, ciri-ciri anatomi yang jelas dapat dihasilkan. Pada pengobatan, MRI digunakan untuk membedakan otot patologi seperti tumur otak dibandingkan otot normal. Teknik ini bergantung kepada ciri tenang

nuklei hidrogen yang dirangsang menggunakan magnet dalam air. Bahan contoh ditunjukkan seketika pada tenaga radio frekuensi, yang dengan kehadiran medan megnet, membuatkan nuklei dalam keadaan bertenaga tinggi. Ketika molekul kembali menurun kepada normal, tenaga akan dibebaskan ke sekitarnya, melalui proses yang dikenal sebagai relaksasi. Molekul bebas menurun pada ambang normal, tenang lebih pantas. Perbedaan antara kadar tenang merupakan asas gambar MRI

18

sebagai contoh, molekul air dalam darah bebas untuk tenang lebih pantas, dengan itu, tenang pada kadar berbeda berbanding molekul air dalam otot lain. d). Tympanometri Tympanometry (timpanometri) bukan tes pendengaran tetapi prosedur yang dapat menunjukan seberapa baik gerakan gendang telinga saat suara yang lembut dan tekanan udara diberikan di liang telinga. Sangat menolong dalam menilai masalah di telinga tengah seperti cairan di telinga tengah. Timpanogram timpanometri. adalah Garis gambaran datar pada grafik dari

timpanogram

mengindikasikan gendang telinga tidak mudah bergerak, sementara gambaran paku menunjukan bahwa gendang telinga berfungsi normal. Pemeriksaan visual keadaan gendang telinga harus dilakukan bersamaan dengan timpanometri. Menguji kinerja alat pendengaran dari gendang sampai tengah telinga (tulang sanggurdi). Caranya mirip OAE tapi responnya dari defleksi (perubahan gerak) gendang telinga. Tesnya tidak menyakitkan, objektif dan tidak perlu respon aktif dari pasien. Biasanay digunakan untuk mengeliminasi kemungkina gangguan telnga tengah jika hasil OAE menunjukan 3. a. 1) Tuli konduktif Kelainan dan Gangguan Sistem Pendengaran Tuli

19

Karena kelainan ditelinga luaaar atau di telinga tengah. Kelainan telingna luar yang menyebabkan tuli konduktif adalah astresia liang telinga, sumbatan oleh serumen, otitis eksterna sirkumsripta, osteoma liang telinga. Kelainan telinga tengah yang menyebabkan tuli konduktif adalah tubakar/sumbatan tuba eustachius, dan dislokasi tulang pensdengaaran. 2) Tuli perseptif Disebabkan oleh kerusakan koklea (N. audiotorius) atau kerusakan pada sirkuit system saraf pusat dari telinga. Orang tersebut mengalamipenurunan atau kehilangan kemampuan total untuk mendengar suara dan akan terjadi kelainan pada : Organo corti, Saraf : N.coclearis dan N.vestibularais, Pusat pendengaran otak 3) Tuli campuran Terjadi karena tuli konduksi yang pada pengobatannya tidak sempurna sehingga infeksi skunder (tuli persepsi juga).

b. Gangguan Telinga Luar


1) Malformasi congenital Malformasi congenital pada telinga luar adalah sebagai akibat gangguan perkembangan arkus brakial 1 dan 2 diantaranya adalah : Atresia Liang Telinga. Kelainan ini jarang ditemukan,

penyebabnya belum diketahui dengan jelas, diduga oleh factor genetic seperti infeksi virus atau intoksikasi bahan kimia pada kehamilan muda misalnya talidomida. Manifestasi klinis yang

20

tampak adalah daun telinga yang tidak tumbuh dan liang telinga yang atressia sehingga tindakan yang dapat dilakukan untuk kelainan ini adalah rekonstruksi yang bertujuan memperbaiki fungsi pendengaran juga untuk kosmetik. Mikrotia atau Makrotia.Pinna yang sangat besar (makrotia) atau sangat kecil (mikrotia). Secara umum deformitas pinna berkorelasi dengan deformitas pada membran timpani dan telinga tengah dalam derajat yang dapat diperkirakan. Intervensi yang dapat dilakukan adalah perbaikan kosmetik dari pinna sendiri sebelum anak berinteraksi di lingkungan sekolah. Fistula Preaurikular. Fistula dapat ditemukan di depan tragus dan sering terinfeksi. Pada keadaan tenang tampak muara fistula berbentuk bulat atau lonjong, berukuran seujung pensil, dan dari muara tersebut sering keluar secret yang berasal dari kelenjar sebasea. Lop Ear (Bats Ear). Merupakan bentuk abnormal dari daun telinga, dimana daun telinga tampak lebih lebar dan lebih berdiri. Secara fisiologis tidak terdapat gangguan body image karena berpengaruh pada estetika. 2) Trauma Trauma pada telinga luar dapat merusak dan menghancurkan aurikula dan kanalis autikus eksternus, yang termasuk bagaian dari trauma ini diantaranya : Laserasi. Trauma akibat laserasi biasa terjadi karena klien tampak mengorek-ngorok telinga dengan jari atau penjepit rambut atau klip kertas. Frostbite. Frostbite pada aurikula dapat timbul dengan cepat pada lingkungan bersuhu rendah dengan angin dingin yang kuat, pemanasan yang cepat dinjurkan seperti dengan mengguyur telinga

21

yang terkena dengan air hangat bersuhu 100 dan 108F sampai terlihat tanda-tanda pencairan. Hematoma. Hematoma telinga luar sering dijumpai pada pengulat dan petinju akibat penumpukan bekuan darah diantara perikondrium dan tulang rawan, yang dapat berakibat terbentuknya telinga bunga kol jika tidak diobati, oleh karena itu perlunya tindakan insisi dan drainage kumpulan darah dalam kondisi steril diikuti dengan pemasangan balutan tekan khususnmya pada konka. Pada para pegulat atau petinju perlunya memakai pelindung kepala saat latihan atau saat bertanding.

3) Infeksi dan Non Infeksi Pada Pinna, Aurikula dan Kananlis Autikus Eksternus Serumen. Adalah secret kelenjar sebasea dan apokrin yang terdapat pada bagia kartilaginosa liang telinga yang diketahui memiliki fungsi sebagai sarana pengangkut debris epitel dan kontaminan untuk dikeluarkan dari membrane timpani. Serumen juga berfungsi sebagai pelumas dan dapat mencegah kekeringan dan pembentukan fisura pada epidermis. Pada keadaan normal serumen tidak akan tertumpuk di liang telinga, tetapi akan keluar sendiri pada waktu mengunyah dan setelah sampai diluar liang telinga akan menguap oleh panas. Penumpukan serumen yang berlebihan akan menimbulkan gangguan pendengaran, juga bila liang telinga kemasukan air maka serumen akan mengembang sehingga menyebabkan rasa tertekan yang menggangu pendengaran. Benda Asing. .Benda asing yang sering ditemukan pada liang telinga dapat berupa : 1. Benda hidup seperti serangga (kecoa, semut atau nyamuk) 2. Benda mati seperti komponen tumbuh-tumbuhan atau mineral ? (kacang kacangan, karet penghapusan, potongan korek api, dll)

22

Otitis Eksternus. Otitis eksterna adalah radang liang telinga akut maupun kronis disebabkan oleh bakteri dapat terlogalisir atau difus, telinga rasa sakit. Faktor ini penyebab timbulnya otitis eksterna ini, kelembaban, penyumbatan liang telinga, trauma local dan alergi. Faktor ini menyebabkan berkurangnya lapisan protektif yang menyebabkan edema dari epitel skuamosa. Keadaan ini menimbulkan trauma local yang mengakibatkan bakteri masuk melalui kulit, inflasi dan menimbulkan eksudat. Bakteri patogen pada otitis eksterna akut adalah pseudomonas (41 %), strepokokus (22%), stafilokokus aureus (15%) dan bakteroides (11%).

c. Abnormalitas Gendang telinga Perforasi. Lubang pada gendang telinga yang mungkin berada di tengah atau tepi. Biasanya merupakan akibat dari otitis media atau trauma Timpanosklerosis. Bercak putih mengandung kapur. Jaringan parut dari otitis media lama, disertai dengan sedikit atau tanpa dampak klinis Efusi Serosa. Cairan berwarna kuning gading di belakang

gendang telinga, dengan atau tanpa gelembung udara. Berkaitan dengan infeksi virus dari saluran pernafasan atas atau perubahan mendadak tekanan atmosfer (menyelam, terbang). Otitis media Akut. Gendang telinga berwarna merah, menonjol, kehilangan tandanya. Berkaitan dengan infeksi bakteri

23

DAFTAR PUSTAKA
Berman, A., Snyder, S., Kozier, B., Erb, G. (2009). Buku ajar praktik keperawatan klinis kozier & erb. Edisi 5. Jakarta: EGC. Bickley, L.S., & Szilagyi, P.G. (2009). Buku ajar pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan bates. Edisi 8. Jakarta: EGC. Lewis, S.L.; Dirksen, S.R.; Heitkemper, M.M.; Bucher, C. (2011). Medicalsurgical nursing: assessment and managemen of clinical problems. 8th ed. Volume 2. St. Louis, Missouri: Mosby Elsevier, Inc. Wilson, S., & Giddens, J. (2005). Health assessment for nursing practice . 3rd edition. St. Louis, Missouri: Mosby Elsevier, Inc.

24

25

You might also like