You are on page 1of 13

Furidu Pulittingi : Peranan Hukuin Adaf dalonz Pembinaan Hukunz Nasional PERANAN

HUKUM ADAT DALAM PEMBINAAN HUKUM NASIONAL DALAM ERA GLOBALISASI


..

Oleh : Favida Patittingi . . Abstract


-.

Adat Law is a law derived from the awareness and lndonesian culture that has very important role to the Indonesian national legal development. Adat Law contents legal principles that can be formulated in the form of written law in lndonesia Pendahuluan Sejak kemerdekaan diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945, maka secara politis lndonesia telah menjadi negara yang merdeka dan berdaulat. Kemer-dekaan adalah suatu jernbatan untuk membangun kembali masyarakat lndonesia yang telah sekian lama dikendalikan oleh kekuasaan-kekuasaan asing dalam kehidupan politik, ekonomi dan sosial. ~ e j a ke rnerdekaandan selanjutnya, menjadi kewajiban yang sangat penting bagi para pernimpin untuk membuat kemerdekaan itu mknjadi berarti bagi rakyat: Dengan tamatnya masa kolonial, maka kita dihadapkan pada masalah mengubah dan membaharui Indonesia, yang berarti meruntuhkan;tata tertib masyarakat yang lampau dan menciptakan ukuran-ukuran baru berdasarkan kebutuhan-kebutuhan nasional bagi bangsa lndonesia, disesuaikan dengan sayarat-syarat hidup modern (Supomo, 19665). Sesungguhnya nasionalisme yang sehat dan bersifat membangun, harus bergandengan tangan dengan internasionalisme yang sehat pula: Ini berarti bahwa tata tertib sosial baru yang dibentuk mencantumkan dengan tepat warisan kebudayaan pada proses modernisasi, yaitu mempertinggi taraf-taraf penghidupan yang harus rnendapat ternpat pertama dalam program nasional. Walaupun tidak dapat dipungkiri bahwa dalarn proses modernisasi, ekspansi dunia Barat tetap memberi warna pada corak dunia, sehingga

dalam prakteknya sering diartikan sebagai pemungut lernbaga-lembaga dan cita-cita Barat. Khususnya citacita Barat tentang kemajuan tanpa harus meninggalkan kehormatan dan harga dirinya sendiri sebagai orang tirnur, yang tetap akan mempertahankan kebudayaannya (Supomo, 1966:6). Berdasarkan pernyataan Supomo tersebut di atas, maka tidak dapat dipungkiri bahwa ekspansi dunia Barat tetap akan mewarnai
406 MnjaInIt Nminh Hukunt Antanrtn Gappa No. 13/Tahua XUJanuari-Mare1 2003 Fnridn Patittifzgi : Peranan Hukzmz Adnt dalarn Pembinaan Hzikum Nasional

proses pembangunan hukum nasional. Dengan demikian, menurut Sunaryati Hartono (1991 : 37), kiranya yang perlu terlebih dahulu disepakati yaitu apakah yang sebenarnya dimaksud dengan Hukum Nasional atau Sistem Hukum Nasional. Menurut Sunaryati Harfono : (1991:37), Pengertian Hukum Nasional dipakai dalam arti yang berbeda dengan pengertian Hukum Positif, tetapi lebih mengandung arti ius constituendum atau sistem hukum yang dicita-citakan oleh bangsa lndonesia. Karena suatu sistem itu selalu terdiri atas sejumlah unsur atau komponen yang saling berkaitan dan pengaruh mempengaruhi, yang terikat oleh satu atau beberapa asas teftentu, maka sistem hukum pun terdiri atas sejumlah unsur yang sebagian pada saat ini sudah ada atau berfungsi, tetapi sebagian lagi masih harus diciptakan. Namun menurut Koesnoe (1979: 103), persoalan bagaimana wujudnya Hukum Nasional yang kita inginkan ternyata menyangkut masalahmasalah yang lebihdalam dari hanya asal membentuk saja, karena persoalan ini mem~. bawa kita kepada masalah tentang bahan-bahan hukum yang mana harus, dipergunakan. Artinya, apakah hukum nasional kita itu sebagai hukum dari sesuatu bangsa dari suatu yang moderen, masih harus .'memperguna'kan
'

bahan-bahan hukum warisan masa silam, ataukah menggantinya dengan bahan-bahan hukbm yang memang khas milik bangsa kita yaitu Hukum Adat di galam rangka Hukum Nasional ? Pembahasan Pengertian Hukum Nasional Dalam rangka pembinaan Hukum Nasional, mak-a sejak sebelum Proklamasi Kem'erdekaan hingga pada GBHN tahun ,1993, bangsa indonesia bertekad memiliki satu sistem Hukum ~asionayl ang berlaku diseluruh wilayah ~ e ~ u b l i k lndonesia bagi semua warga negara, bahkan unhk hal-ha1 tertentu jug4 bagi semua periduduk Indonesia. Oleh karena itu, pembinaan Hukum ~asionalharusd ilakukan berdasar: kan Wawasan Nusantara dan ~ awa s a n~e bangsaan. Dalam GBHN tahun 1993 huruf F tentang Arah Pembangunan Jangka Panjang Kedua, angka 17 telah ditegaskan mengenai arah pembangunan Hukum Nasional, yaitu : Dalam rangka memantapkan sistem Hukum Nasional yang bersumber pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, pembangunan hukum diarahkan untuk menghasilkan produk hukum nasional yang mampu mengaturtugas umum pemerintahan dan penyelenggaraan pembangunan nasional, didukung oleh aparatur:. hukum yang bersih, berwibawa, penuh pengabdian, sadar dan taat hukum, mempunyai rasa'keadilan sesuai dengan kemanusiaan, serta yang profesional, efisien daniefektif, dilengkapi sarana dan prasarana hukum yang memadai serta pengembangan masyarakat yang sadar dan taat hukum. Penyusunan dan perencanaan Hukum Nasional harus dilakukan secara terpadu dalam sistem hukum nasional.
'

Mnjnlalt Zlntinlt Hukum Amannn Gappn No. 1313/Talturr XffJanuari-Maret 2003 407

Furida Patiftingi : Peraiian Hukunz Adat dalam Pembmaan Hzrkum Nasronal bagaimana yang tertib

yang Kedua macam bahan-bahan

dikehendaki. Jad~ menetapkan itulah yang selalu menjadi perhatian peraturan-peraturan hukum, harus dalam pembangunan setiap tata dibimbing oleh pikiran-pikiran dan cita- hukum, karena setiap tata hukum cita yang dimiliki oleh masyarakat bertujuan mengatur persoalanyang bersangkutan, misalnya persoalan yang timbul di dalam bagaimana ketertiban itu seharusnya masyarakatnya, demikian halnya agar sesuai dengan cita-cita keadilan, cita-cita kepatutan yang hidup, dan apa yang dapat dimengerti atau dihayati secara mudah oleh masyarakat yang bersabgkutan guna diamalkan. ~erdasarkanh al-ha1 yang teiah diutarakan tersebut dktas, maka ada dua ha! yang terdapat didaiam setiap tata hukum, yang mutlak harus ada dalam setiap tata hukum nasional dimanasaja, yaitu bahan-bahan yang ada dalam jiwa manusia. Bahan-bahan yang pedama ialah bahan-bahan riil yaitu bahan yang membentuk pergaulan kemasyarakatan, yang terdiri dari manusia, alam dan adanya kenyataan bahwa kehidupari- manusia itu menurut kodratnya tunduk pada tradisi. Sedangkan bahan kedua ialah bahan idiil yaitu bahan yang memimpin bagaimana susunan, bentuk dan arah dari pengaturan oleh hukum itu. Bahan ini. terletak dalam jiwa manusia dan berbentuksebagai pikiran, perasaan dan cita-cita mengenai hukum. Di dalam bahanbahan idiil ini termuat pengertianpengertian hukum, sistem-sistem hukum, asas-asas dan cita-cita hukum dari masyarakat yang bersangkutan yang kesemuanya itu di tentukan oleh tata budaya yang diikutinya (Koesnoe, f979:104-105). pengaturan dan penertibannya diserahkan kepada pikiran-pikiran dan cita-cita yang hidup dalam masvarakatnva. ~ a i a m rangka pembinaan Hukum Nasional- sepeiti yang telah dikemukakan di atas - yang terpenting adalah kita harus sepakat dulu tentang apa yang dimaksud dengan Hukum Nasional itu sendiri. Dalam. ha1 ini, pengertian yang

diberikan oleh Sunaryati Hartono (1991:37) beium, dapat dirumuskan dalam suatu bentuk tentang apa dan bogairnana Hukum Nasional itu. Merujuk dari bahan-bahan hukum yang terdapat di Indonesia, isi pengertian Hukum Nasional oleh Koesnoe (1979:120-121) dibedakan dalam empat faham, yakni : Faham Pertama, melihat Hukum Nasional sebaga~ hukum (positlf) yang oleh pembentuk Undang-Undang Nasional dinyatakan sebagai hukum yang berlaku. Dalam pandangan lnr persoalan mengenal isinya, artinya darimana ha1 itu diambd dan bagimana dirumuskan, bahasa apa yang dipaka~,t ~dakm enjadi persoalan. Pokoknya yang penting dalam pandangan ini, ialah bahwa pembentuk ~ndeng-~ndanNga sional menyatakan sebagai hukum di dalam wilayah Negara ;ang bersangkutan yakni Indonesia.
Mnjalnh IIntinh Hukun~A lnnar~aG nppa No. 13/Tahun XUJa~tuari-Mare12003 409 Furidu Putitlingi :P eranan Hukum Adat dalam Pembinaan H U ~ INNasi~on al

Faham Kedua, mengartikan Hukum ~asionaisebagahiu kum yang merupakan pernyataan langsung dari budaya nasional yang ash. Dalam ha1 ini faktor pembentuk Undang-Undang Nasional tidak menjadi penting. Namun yang terpenting dalam Faham kedua ini ialah mengetahui lebih dahulu tata budaya dan isi dari Kebudayaan Nasional yang bersangkutan. Pembentuk UndangUndang dan para pejabat-pejabat hukum di dalam masyarakat hanyalah mempunyai fungsi pembantu saja, yakni nierurnuskan bagaimana pastinya isi dari ketentuan yang bersangkutan dan membantu memberikan kekuatan untuk dapat terlaksana dengan sebaik-baiknya. Faham Ketiga, mengartikan bahwa Hukum Nasional sebagai hukum yang bahan-bahannya diambil primair dari bahan-bahan nasional, artinya dari tata budaya Nasional dengan tidak menutup pintu bagi unsu-unsur luar, asal saja unsurunsur

luar tersebut diterima dan diolah dalam tata budaya Nasional, sehingga meru-pakan unsur yang benar-benar hidup dalam lingkungan kehidupan Nasional Peranan pembentuk Undang-Undang dalam ha1 ini ditempatkan sama dengan faham kedua, dengan pengertian bahwa bentuk bantuan itu adalah mengolah semua unsur-unsur itu sehingga sesuai denganrasa hukum dan kebutuhan hukum yang hidup pada waktunya. Faham Keempat, melihat Hukum Nasional dari segi politik, sehingga Hukum Nasional dihadpkan dengan pengertian Hukum Kolonial yang terdapat didalam masyarakat. ukUran yang dikemukakan tidaklah begitu jelas bagi masing-masing pengertian tersebut. Bagi hukum yang berasal dar~ masa kolonial diterima sebagai Hukum Kolon~al,e ntah itu berasal dari pemberituk undangundang dari masa kolonial atau berasal dari tata budaya rakyat indonesia itu sendiri. Sedangkan apa yang dimaksud dengan Hukum Nasional ialah segala hasil-hasil perundangan yang diciptakan sejak kemerdekaan oleh pembentuk undang-undang nasional. Faham-faham mengenai apa yang dimaksud dengan Hukum Nasional tersebut diatas, dapat dijelakskan secara singkat sebagai ber~kut: a Hukum Nasional sebaga~h uku~n yang dmyatakan berlaku secara nasional oleh pembentuk undangundang nasional. b. Hukum Nasional sebagai hukum yang bersumber dan menjadi pernyataan .langsung dari tata budaya nasional. c. Hukum Nasional sebagai hukum yang bahan-bahannya (baik idiil maupun riil) primair adalah dari kebudayaan nasional sendiri dengan tidak menutup kemungkinan memasukkan bahan-bahan dari luar sebagai hasil pengolahan

pengaruh-pengaruh luar dibawa oleh perhubungan luar nasional. d. Hukum Nasional sebagai penger' tian politis, yakni perlawanan antara Nasional dan kolonial.
'

410 Majalnlr IIrniali Huh-urnA mannn Gnppn No. 13l2hurr ~Jnnuur i -Mure2f0 03

Furidu Pafittingi : Peranan Hukum Adat dalam Pembmaan Hukzm A'asional Pengertian Hukum Adat Di dalam -masyarakat kita, pengertian Hukum Adat juga' masih simpang siur. Untuk lebih jelasnya, maka perlu kiranya kita mengikuti beberapa faham yang berkeinbang dalam masyarakat tentang apa Hukum Adat itu, seperti yang dikemukakan oleh Koesnoe (1979: 122-125), yakni: Faham Perfama, mengasosiasikan Hukum Adat dengan hukum primitif. Pandangan ini sering kita jumpai dalam ha1 bilamana kita datang pada sesuatu daerah untuk penelitian mengenai Hukum Adat. Oleh pejabat-pejabat setempat atau oleh informan-informan yang terpelajar di daerah yang bersangkutan, seringkali ditunjukkan suatu masyarakat dalam daerahnya yang hidup secara terisolir dan masih kuat berpegang pada tradisi-tradisi nenek moyangnya. Hukum Adat yang diartikan sebagai demikian, menimbulkan suatu konsekuensi yakni adanya suatu pandangan betapa tidak akan sesuainya Hukum Adat unttik dipergunakan sebagai hukum yang mengarah kepada kehidupan yang modern. Dalam pandangan ini, Hukum Adat hanya sesuai dengan kehidupan yang primitif. Faham Kedua, melihat bahwa Hukum Adat sama dengan hukum kebiasaan dan melihat Hukum Adat sama denagn kebiasaa-kebiasaan hukum. Hukum Adat yang dilihat sama dengan hukum kebiasaan; yaitu sama dengan gewoonterechf, sama dengan customarylaw yakni hukum yang hidup dalam praktek hukum sehari-hari dalam bentuknya yang relatif konstan untuk sepanjang masa mengenai persoalan-persoalan hukum yang terdapat di dalam

masyarakat yaang bersangkutan. Faham yang melihat Hukum Adat sebagai demikian' ini' membwa konsekuensi pandangan, bahwa Hukum Adat tidak berubah, tidak mengikuti perkembangan masyarakat dan tidak dapat menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Sedangkan Hukum Adat yang dilihat sebagai kebiasaan-kebiasaan hukum, akan menunjuk Hukum Adat pada kebiasaan-kebiasaan yang masih diikuti ddengan patuh oleh masyarakat desa yang masih terisolir atau masih berpegang teguh pada tradisi nenek moyangnya. Oleh .karena kebiasaan hukum ialah segala tingkah laku yang nyata di dalam pergaulan kemasyarakatan seharihari yang menyangkut persoalan pelaksanaan suatu ketentuan hukum. Konsekuensi pandangan tersebut, melihat Hukum Adat sebagai hukum yang benar-benar tidak dapat dipergunakan di dalam kehidupan yangmengalami kemajuan. ah am Ketiga, melihat hukum adat daiam arti sebagaimana diikuti oleh Snouck Hurgronye yang m.enyatakan. bahwa Hukum Adat adalah Adat yang mempunyai akibat hukum, kemudian van Vollenhoven menegaskanlebih lanjut dengan menyatakan bahwa Adat yang mempunyai sanksi, dan kemudian Ter Haar'lebih mempertegas untuk kepentingan penggarapan' secara yuridis: Menurut Ter Haar, apabila seseorang ingin mengetahui Hukum Adat maka ditunju'kkan pada
Mnjolah Ilminll Huhm Amnmzn Gnppa No. 13/Tflhun XVJRmori-Maret 2003 411

Furidu Putittingi : Peranan Hukum Adat dalam Pemblnaun Hukzlm Naslonal

keputusan pqra penguasa adat terhadap masalah yang terjad~d i dalam atau di luar persengketaan yang terikat secara strukturil dengan nilai-nllai yang h~dup di dalam masyarakat itu. Faham Keempat, me!ihat Hukum Adat bukan sebagai suatu rumusan tentang isinya bagaimana, akan tetapi dimulai dengan menunjuk nama suatu

pengertian hukum yang hidupdi dalam masyarakat bangsa kita sebagai hukum yang merupakan milik bangsa, karena lahirdari perasaan dan cita-cita budaya bangsa. Faham ini menamakan hukum yang demikian itu sebagai Hukum Adat, yang dinyatakan dalam keputusan Kongres Pemuda tahun 1928 (Sumpah Pemuda). Kemudian dipertegas kembali pada tahun 1960 dengan adanya Ketetapan MPRS, yang dalam bidang Hukum menghendaki pembangunan Hukum Nasional berlandaskan Hukum Adat. Dalam pengertian ini, Hukum Adata sebagai golongan golongan dalam kalangan rakyat lndonesia ask, dikehendaki menjadi hukum bagi bangsa lndonesia, artinya Hukum Nasional Indonesia. Peranan Hukum Adat dalam Pembinaan Hukum Nasional ~pabi lad'i pertanyakantentang peranan Hukum Adat dalam pembinaan Hukum Nasional, maka Hukum Adat yang mana yang dapat diperguriakan sebagai bahan dalam pembinaan Hukum Nasional. Untuk menjawab pedanyaan tersebut,maka kita harus bersandarkan pada faham mana yang dianut. . " Apabila Hukum ~asiona1.diartika.n dalam arti menurut faham pertama, yakni. hukumyang ditetapkan atau diputuskan oleh pembentuk undangundang nasional yang berlaku bagi seluruh bangsa lndonesia, maka Hukum Adat dalam pengertian apapun tidak akan mempunyai peranan dalam pembi-naan Hukum Nasional. Hal tersebut disebabkan karena menurut faham ini, kemauan pembentuk undang-undanglah yang menjadi kunci yang menentukan Hukum Nasional itu, bukan kenyataan yang hidup sebagai kesadaran. dan kebutuhan hukum dari rakyat. Namy apabila yang dijadikan patokan adalah faham yang kedua tentang ~ u k u mNa sional, yakni hukum yang merupakan pernyataan langsung dari kesadaran aan perasaan hukun bangsa lndonesia

atas dasar tata budaya nasional, maka Hukum Adat menjadi sangat penting peranannya, karena liukum Adat itulah Hukum Nasionalnya. Mengenai ha1 ini, perlu dibedakan dari faham Hukum Nasional yang berpendirian bahwa bahan-bahan hukum itu diambil .dari bahan-bahan baik dari dalam maupun dari luar yang telah diolah dan diberi tempat dalam tata budaya bangsa. Berdasarkan ha1 tersebut, maka Hukum Adat yang dimaksudkan adalah HukumAdat yang merupakan pernyataan hukum yang langsungdari budaya bangsa lndonesia sepanjang perkembangannya di dalam kehidupan sejarah. Jadi tidak hanya yang asli atau murni lndonesia, tetapi juga telah dicampur karena kontak dan. pengaruh dari luar atau karena pengaruh dari dalam diri
412 Mujnlnh Ilntinh Hukum Amnnnn Gappa No. 13/Tnhuir XINnnunri-Maret 2003

Farida Pafinirtgi : Peranan Hzikunz Adat dalam Pembinaan Hukurn Nasional

budaya bangsa. . Dengan demikian, maka Hukum Adat tidak perlu dikhawatirkan akan menghambat atau menentang perkembangan masyarakat kita ke arah kehidupan yang sesuai dengan tuntutan zaman. ~ atelrse but dapat dibuktikan dengan sifat-sifat Hukum Adat yang dinamis, kelu'wesan ketentuan-ketentuannya, serta asasasanya yang universal. Hukum Adat menjadi semakin penting peranannya dalam pembinan Hukum ~asionalk, arena Hukum Adat menurut ketetapan MPRS tahun 1960 merupakan landasan dari tata hukum nasional, dengan catatan bahwa yang sesuai dengan perkembangan kesadaran rakyat Indonesia dan tidak menghambatterciptanya masyarakat yang adil dan makmur. Sedangkan dalam Pasal 5 Undang-undang Pokok Agraria, dinyatakaan bahwa Hukum Agraria yang berlaku atas bumi, airdan ruang angkasa ialah Hukum Adat, sepanjang tidak bertentangan dengan

kepentingan nasional dan negara, yang berdasarakan atas persatuan bangsa, dengan sosialisme lndonesia seha peraturan-peraturan yang tercantum dalam Undang-undangjni dan dengan peraturan perundangan lainnya, segala sesuatu dengan mengindahkan unsur-unsur yang bersandar pada hukum agama. Menurut Boedi Harsono (1994:157), bahwa yang dimak-sudkan oleh UUPA dengan Hukum Adat itu adalah hukum aslinya golongan rakyat pribumi, yang merupakan huk~~yman g hidup dalam bentuk tidak tertulis dan mengandung unsur-unsur nasional yang ask, yaitu sifat kemasyarakatan dan kekeluar-gaan, yang berasaskan keseim-bangan serta diliputr oleh suasana keagamaan. Pangaruh Globalisasi terhadap Pambinaan Hukum Nasional Apabila kita berbicara tentang globalisasi, maka sesungguhnya yang terjadi adalah ketika manusia telah menguasai dan mampu menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang telekornunikasi, transportasi dan turisme. Globalisasi ini juga akan terjadi di bidang ekonomi. Dalam ha1 ini, apakah pengaruhnya terhadap pembinaan Hukum Nasional kita, dan hal-ha1 apa saja yang harus kita perhatikan untuk menghadapi arus globalisasi itu agar bangsa kita tetap memelihara identitas bangsa dimata dunia. Menurut Sunaryati Ha-rtono (1991:64), kerangka formal bagi pembangunan Sistem HukumNasional harus didasarkan pads . . Pancasila dan UUD 1845, sehingga setiap bidang hukum yang akan. merupakan bagian dari Sistem Hukum '~asional,y ang terdiri dari sejumlah peraturan perundangundangan, yurisprudensi, maupun hukum kebiasaan, wajib bersumber pada Pancasila dan UUD 1945. Karena pluralisme hukum tidak lagi ingin dipertahankan, maka unsurunsur Hukum Adat dan Hukum
:,
.,, , ,
''

Agama ditransformasikan atau menjadi bagian dari bidang-bidang hukum dalam Sistem Hukum Nasional, yang akan berkembang . .
Majnlali Ilrniah Huhurn Amnrrna Gappa No. 13/Tnlrun XffJu~~uori-Mn2r0e0i 3 413 '

Fnrida Patittingi : Per.anan Hukzim Adai dalam Pembznaan Hukzinm Nasronal

merupakan aturan permainan dalam komunikasi dan perekonom~an internasional dan global Akibatnya semakin kta memasuki abad ke 21, Hukum Nasional kita kan semakin memperlihatkan sifat yaang lebih transnasional, sehingga perbedaanperbedaan dengan sistem hukum yang lain akan semakin berkurang (Sunaryati Hartono, 1991 : 74). Penutup Seperti telah dlkemukakan dl atas, bahwa dalam rangka pembinaan Hukum Nas~onal, Hukum Adat memegang peranan yang sangat penting sebagiosumber utama, yaitu untuk memperoleh bahan-bahannya berupa asas-asas yang kemud~an dapat dirumuskan menladl normanorma hukum yang tertul~s Hukum adat yang dapat dijadikan bahan umntuk pembianan Hukum Nasional, ialah Hukum Adat yang bersumber dari kesadaran dan budaya bangsa, yakni hukum yang merupakan pernyataan langsung dari kesadaran dan perasaan hukum bangsa lndonesia atas dasar tata budaya nasional. Oleh karena itu, dalam era globalisasi Hukum Adat akan memegang peranan yang penting dalam mewarnai pembentukan Hukum Nasional. Hubungan antara hukum Adat dan Hukum Nasional dalam rangka pembinaan Hukum nasional adalah hubungan yang bersifat fungsional, dalam arti bahwa Hukum Adat berfungsi sebagaisumber utama dalam mengambil bahan-bahan yang diperlukan dalam rangka pembinaan Hukum Nasional. Unsur-urisur yang dapat diambil dari Hukum Adat sebagai bahan dalam rangka pembinaan Hukum Nasional, yaitu berupa konsepsi, asas-asas, lembaga-lembaga hukum dan sistem

dari Hukum Adat itu sendiri. Hukum Adat yang diperlukan dalam era globalisasi, yaitu Hukum Adat yang disesuaikan dengan keadaan dan perkembangan zaman, sehingga tidak menutup kemungkinan kemurnian penerapan kaidah-kaidah Hukurn Adat menjadi Hukum Nasional, akan mengalami pergeseran.

DAFTAR PUSTAKA
Boedi Harsono, 1994, Hukum Agraria Indonesia, Sejarah Pembentukan Undangundang Pokok Agraria. Isi dan Pelaksanaannya, Djambatan, Jakarta. Moh Koesno, 1979, Catatan-catatan Terhadap Hukum Adat Dewasa Ini, Airlangga University Press, Surabaya Sunaryati Hartono, 1991, Politik Hukum Menuju Satu Sistem Hukum Nasional, Alumni, Bandung. Soepomo, 1966, Bab-bab tentang Hukum Adat, Penerbitan Universitas, Jakarta.
Mnjalnh flntinh Huhnr Amanna Cappa No. I3/Talturt WJnuunri-Mnret2003 415

You might also like