You are on page 1of 21

MAJAS

Majas atau gaya bahasa atau sering disebut bahasa figuratif merupakan bahasa kias,
bahasa yang diciptakan untuk menciptakan efek tertentu.

Jenis-Jenis Majas

JENIS-JENIS MAJAS

Majas Pertautan
Majas Perbandingan Metonimia
Personifikasi Sinekdoke
Simile/perumpamaan Pars pro toto
Metafora Totem pro parte
Alegori Alusio
Elipsis
Inversi

Majas Pertentangan Majas Perulangan


Hiperbola Aliterasi
Litotes Antanaklasis
Ironi Repetisi
Paradoks Paralelisme
Antitesis Kiasmus

A. Majas Perbandingan
1. Personifikasi
Personifikasi adalah majas yang membandingkan benda-benda tidak bernyawa
seolah-olah memiliki sifat seperti manusia.
Contoh:
Ataukah ia tangan kabut yang nakal yang telah mencekik lehernya?
2. Perumpamaan/Simile
Simile adalah majas yang membandingkan dua hal yang pada hakikatnya berbeda
namun dianggap sama. Majas ini ditandai oleh pemakaian kata pembanding:
bagai(kan), bak, semisal, seperti, serupa, umpama, laksana, dan kata pembanding
lainnya.
Contoh:
Engkau pelik menarik ingin
Serupa dara di balik tirai

3. Metafora
Metafora adalah majas perbandingan yang diungkapkan secara singkat dan padat
tanpa kata-kata pembanding.
Contoh:
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang

1
4. Alegori
Alegori adalah gaya bahasa yang mempertautkan satu hal atau kejadian dengan hal
atau kejadian lain dalam satu kesatuan utuh. Majas ini merupakan majas simile atau
metafora yang berkelanjutan.
Contoh:
Teratai
Kepada Ki Hajar Dewantara
Dalam kebun di tanah airku
Tumbuh sekuntum bunga teratai
Tersembunyi kembang indah permai
Tidak terlihat orang yang lalu
Akarnya tumbuh di hati dunia
Daun bersemi Laksmi mengarang
Biarpun ia diabaikan orang
Seroja kembang gemilang mulia
.....................
(Sanusi Pane)
Dalam puisi di atas, penyair menyimbolkan Ki Hajar Dewantara dengan kuntum
bunga teratai dengan maksud untuk membandingkan ciri-ciri bunga teratai dengan
gagasan, pikiran, dan cita-cita tokoh pendidikan itu.

B. Majas Pertentangan
1. Hiperbola
Hiperbola ialah majas yang mengandung pernyataan yang berlebih-lebihan dengan
maksud yang memperhebat, meningkatkan kesan dan pengaruhnya.
Contoh:
Sorak penonton mengguntur membelah angkasa.
2. Litotes
Majas litotes adalah majas yang mengurangi, mengecilkan kenyataan yang
sebenarnya.
Contoh:
Terimalah bingkisan yang tidak berharga ini.
3. Ironi
Ironi adalah majas yang menyatakan makna bertentangan dengan maksud untuk
menyindir atau memperolok-olok.
Contoh:
Masih sore begini sudah pulang, padahal baru jam 2 malam.
4. Paradoks
Paradoks adalah majas yang antarbagiannya menyatakan sesuatu yang bertentangan.
Contoh:
Dia merasa kesepian di antara orang-orang yang ramai berjoget.
5. Antitesis
Antitesis adalah majas pertentangan yang menggunakan paduan kata yang
berlawanan arti.
Contoh:
Besar-kecil, tua-muda, pria-wanita, semua datang ke alun-alun.

C. Majas Pertautan
1. Metonimia
Metonimia adalah majas yang memakai nama ciri atau nama hal yang ditautkan
dengan nama orang, barang atau lainnya sebagai penggantinya.
2
Contoh:
Saya suka membaca Chairil Anwar.
Tolong belikan gudang garam 1 bungkus!
2. Sinekdoke
a. Pars Pro Toto
ialah menyebut nama sebagian sebagai pengganti keseluruhan.
Contoh:
Dia selalu menyembunyikan muka semenjak kejadian itu.
b. Totem Pro Parte
ialah menyebut nama keseluruhan untuk mengganti nama sebagian.
Contoh:
Dalam Piala Asia, Indonesia kewalahan menghadapi Arab Saudi.
3. Alusio
ialah majas yang menunjuk secara tidak langsung pada suatu tokoh atau peristiwa
yang sudah diketahui bersama.
Contoh:
Tugu ini mengingatkan kita pada peristiwa 10 November.
Jangan pernah peniru perilaku Si Malin Kundang.
4. Elipsis
adalah yang di dalamnya terdapat penghilangan kata atau bagian kata atau bagian
kalimat.
Contoh:
Sunyi. Menunggu mentari muncul. Terus saja hatiku masygul.
5. Inversi
ialah majas yang dinyatakan oleh pengubahan susunan kalimat.
Contoh:
Menggigil aku di sini. Dan nama-Mu terus saja kupanggil.
D. Majas Perulangan
1. Aliterasi
adalah majas yang memanfaatkan kata-kata yang permulaannya sama bunyinya.
Contoh:
Sepi sekitar tiada tanda hayati
Hanya hamparan haru tanpa tepi
2. Antanaklasis
adalah majas yang mengandung ulangan kata yang sama dengan makna yang berbeda.
Contoh:
Pintu-pintu awan, nadi-nadi cahaya
Dan kegelapan, rimba sepi dan kejadian......
3. Repetisi
ialah majas perulangan kata sebagai penegasan yang dirunut dalam baris yang sama.
Contoh:
Badai kencang menerpa kencang menerjang
4. Paralelisme
adalah majas perulangan kata yang disusun dalam baris yang berbeda.
Contoh:
Ada cinta yang terpahat
Ada cinta yang tertambat
Ada cinta yang terhambat

3
Membuat terlambat mengucap
“Aku cinta padaMU”

5. Kiasmus
adalah majas yang berisi perulangan dan sekaligus merupakan inversi.
Contoh:
Karena malam bukan siangnya gelombang
Dan siang bukan malamnya jalang

***
PARAGRAF

Berdasarkan letak kalimat utamanya, paragraf dibedakan menjadi sebagai berikut.

1. Paragraf Deduktif
Paragraf deduktif adalah paragraf yang kalimat utamanya terletak di awal. Secara
otomatis, gagasan utamanya terletak pada awal paragraf.

Contoh:
Balon sebenarnya merupakan pesawat terbang yang paling sederhana.
Balon biasanya terdiri atas kantung bulat dari kertas, sutra, atau kain yang dilapisi
dengan karet. Pada kantung itu terdapat udara panas dan hidrogen atau helium. Pada
kantung itu dapat diikatkan tali atau jala untuk membawa barang atau orang.
Kalimat utama : Balon sebenarnya merupakan pesawat terbang yang paling sederhana.
Ide pokok : Balon merupakan pesawat terbang sederhana.

2. Paragraf Induktif
Paragraf induktif adalah paragraf yang kalimat utamanya terletak di akhir paragraf.
Gagasan utamanya pun terletak di akhir paragraf.
Contoh:

Smesnya sangat keras dan menghunjam. Permainan netnya halus dan tipis.
Kontrol bolanya akurat. Permainan tipuannya begitu taktis. Serangannya gencar
sepanjang permainan. Pertahanannya kuat sehingga sulit dijebol oleh lawan. Itulah
ciri utama permainan Tik dan Rexy, ganda bulu tangkis kelas internasional
dari Indonesia.
Kalimat utama : Itulah ciri utama permainan Tik dan Rexy, ganda bulu tangkis kelas
internasional dari Indonesia.
Ide pokok : Ciri utama permainan bulu tangkis Tik dan Rexy.

3. Paragraf Repetitif
Paragraf repetitif disebut juga paragraf campuran. Paragraf ini diawali dengan kalimat
utama dan pada akhir paragraf, kalimat utamanya diulang kembali walaupun redaksinya tidak
mesti sama persis. Pengulangan kalimat utama hanya bersifat penegasan. Walaupun
demikian, bukan berarti paragraf ini memiliki dua ide pokok. Ide pokok tetap satu, yakni hal
pokok dari kedua kalimat utama tersebut.

Contoh:
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak dapat dilepaskan dari
komunikasi. Kegiatan apa pun yang dilakukan manusia pasti menggunakan sarana
komunikasi, baik sarana komunikasi yang sederhana maupun yang modern. Sarana
4
komunikasi yang digunakan manusia selalu berkembang seiring perkembangan
zaman. Kebudayaan dan peradaban manusia tidak akan bisa maju seperti sekarang
ini tanpa adanya sarana komunikasi.

Kalimat utama : 1. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak dapat dilepaskan dari
komunikasi.
2. Kebudayaan dan peradaban manusia tidak akan bisa maju seperti
sekarang ini tanpa adanya sarana komunikasi.
Ide pokok : Sarana komunikasi dalam kehidupan manusia..

4. Paragraf Ineratif
Paragraf ineratif adalah paragraf yang kalimat utamanya terletak di tengah paragraf.
Contoh:
Tingkah lakunya menawan. Tutur katanya sopan. Senyumnya murah dan
jarang marah. Dia tidak pernah berbohong dan tidak suka mempercakapkan orang
lain. Kesukaannya menolong orang lain. Pantas Ajeng menjadi gadis pujaan bagi
setiap orang. Tambahan lagi wajahnya cantik. Perangainya lembut. Otaknya
cerdas. Dia mudah diajak bicara dan cepat menyesuaikan diri. Dia ramah terhadap
siapa pun dalam pergaulan.

Kalimat utama : Pantas Ajeng menjadi gadis pujaan bagi setiap orang.
Ide pokok : Ajeng menjadi gadis pujaan.

5. Paragraf Deskriptif dan Naratif


Pada paragraf ini, semua kalimat merupakan kalimat utama sehingga kalimat utama
terletak di terletak pada seluruh paragraf. Oleh sebab itu, penentuan ide pokok bisa kedua
jenis paragraf ini bisa berupa kesimpulan dari seluruh kalimat atau salah sayu kalimat dari
kalimat-kalimat yang berada pada paragraf.
Contoh:
Pada pagi hari tanggal 30 Juni 1908, ada benda cerah melayang menyusuri
lengkungan langit sambil meninggalkan jejak kehitam-hitaman dengan disaksikan
oleh paling sedikit seribu orang di pelbagai dusun di Siberia Tengah. Jam
menunjukkan pukul tujuh waktu setempat. Penduduk desa Vanovara melihat benda
itu menjadi bola api menyilaukan di atas hutan cemara. Kobaran api membentuk
cendawan membubung tinggi ke angkasa, disusul ledakan dahsyat yang menggelegar
bagai guntur dan terdengar sampai lebih dari seribu kilometer jauhnya.

Kalimat utama : semua kalimat.


Ide pokok : Benda berapi jatuh di hutan cemara Siberia Tengah.

***
PARAGRAF INDUKTIF

Paragraf induktif F Paragraf yang dimulai dengan menyebutkan peristiwa-peristiwa yang


khusus, untuk menuju kepada kesimpulan umum, yang mencakup semua peristiwa khusus di
atas.

Ciri-Ciri Paragraf Induktif:


• Terlebih dahulu menyebutkan peristiwa-peristiwa khusus.
• Kemudian, menarik kesimpulan berdasarkan peristiwa-peristiwa khusus.
• Kesimpulan terdapat di akhir paragraf.

5
Kalimat Utama, Gagasan Utama, dan Kalimat Penjelas dalam Paragraf Induktif
• Kalimat utama paragraf induktif terletak di akhir paragraf
• Gagasan Utama terdapat pada kalimat utama
• Kalimat penjelas terletak sebelum kalimat utama, yakni yang mengungkapkan
peristiwa-peristiwa khusus
• Kalimat penjelas merupakan kalimat yang mendukung gagasan utama

Jenis Paragraf Induktif


• Generalisasi
• Analogi
• Klasifikasi
• Perbandingan
• Sebab akibat:
1. Sebab–akibat
2. Akibat–sebab

1. Paragraf Generalisasi
General = umum
Generalisasi F Penalaran induktif dengan cara menarik kesimpulan secara umum
berdasarkan sejumlah data. Jumlah data atau peristiwa khusus yang dikemukakan harus
cukup dan dapat mewakili
Contoh:
Setelah karangan anak-anak kelas 3 diperiksa, ternyata Ali, Toto, Alex,
dan Burhan mendapat nilai 8. Anak-anak yang lain mendapat 7. Hanya Maman
yang 6, dan tidak seorang pun mendapat nilai kurang. Boleh dikatakan, anak
kelas 3 cukup pandai mengarang.

2. Paragraf Analogi

Analogi adalah penalaran induktif dengan membandingkan dua hal yang banyak
persamaannya. Berdasarkan persamaan kedua hal tersebut, Anda dapat menarik kesimpulan.

Contoh:
Ketika manusia itu meraih kepandaian, kebesaran, dan kekayaan, sifatnya
akan menjadi rendah hati dan dermawan. Begitu pula dengan padi yang semakin
berisi, ia akan semakin merunduk. Apabila padi itu kosong, ia akan berdiri tegak.
Memang, sifat manusia itu ibarat padi.

3. Paragraf Sebab Akibat

Paragraf hubungan sebab akibat adalah paragraf yang dimulai dengan mengemukakan
fakta khusus yang menjadi sebab, dan sampai pada simpulan yang menjadi akibat.

Contoh:

Kemarau tahun ini cukup panjang. Sebelumnya, pohon-pohon di hutan


sebagai penyerap air banyak yang ditebang. Di samping itu, irigasi di desa ini tidak
lancar. Ditambah lagi dengan harga pupuk yang semakin mahal dan kurangnya
pengetahuan para petani dalam menggarap lahan pertaniannya. Oleh karena itu,
tidak mengherankan panen di desa ini selalu gagal.

6
4. Paragraf Akibat Sebab

Paragraf hubungan akibat sebab adalah paragraf yang dimulai dengan fakta khusus
yang menjadi akibat, kemudian fakta itu dianalisis untuk diambil kesimpulan.

Contoh:

Hasil panen para petani di Desa Cikaret hampir setiap musim tidak
memuaskan. Banyak tanaman yang mati sebelum berbuah karena diserang hama.
Banyak pula tanaman yang tidak berhasil tumbuh dengan baik.
Bukan itu saja, pengairan pun tidak berjalan dengan lancar dan penataan letak
tanaman tidak sesuai dengan aturannya. Semua itu merupakan akibat dari kurangnya
pengetahuan para petani dalam pengolahan pertanian.

PARAGRAF DEDUKTIF

Pada dasarnya, paragraf deduktif merupakan paragraf yang kalimat utamanya terletak
di awal paragraf.

Ciri-Ciri Paragraf Deduktif:


• Terlebih dahulu menyebutkan hal-hal yang bersifat umum.
• Kemudian, diikuti oleh kalimat-kalimat pendukung yang bersifat khusus.

Kalimat Utama, Gagasan Utama, dan Kalimat Penjelas dalam Paragraf Induktif
• Kalimat utama paragraf deduktif terletak di awal paragraf
• Gagasan Utama terdapat pada kalimat utama
• Kalimat penjelas terletak setelah kalimat utama, yakni yang mengungkapkan
peristiwa-peristiwa khusus.
• Kalimat penjelas merupakan kalimat yang mendukung gagasan utama.

Jenis Paragraf Deduktif


Berdasarkan pola pengembangannya, paragraf deduktif pada umumnya mempunyai 2 jenis:
• Paragraf contoh
• Paragraf definisi

1. Paragraf Contoh
Paragraf jenis ini diawali dengan informasi yang bersifat umum kemudian diikuti
pernyataan-pernyataan yang berupa contoh.
Contoh:
Berbagai masalah melanda dunia pendidikan di Indonesia. Permasalahan-
permasalahan terkait dengan pendidikan nasional seakan-akan tumpang tindih. Sebagai
contoh, kualitas pendidikan nasional kita masih jauh di tertinggal jika dibandingkan dengan
negara-negara tetangga. Anggaran pendidikan nasional yang masih minim turut menyulitkan
berkembangnya pendidikan kita. Kurangnya sarana dan prasarana pendidikan, terutama di
daerah terpencil dan terisolasi, masih menghambat kemajuan dan pemerataan mutu
pendidikan. Belum lagi, animo belajar peserta didik yang dirasakan kian menurun
menjadikan kualitas lulusan pendidikan kita memprihatinkan.

2. Paragraf Definisi
Paragraf ini dikembangkan dengan menjelaskan suatu istilah yang mengandung
konsep atau teori-teori tentang sesuatu yang dikemukakan pada awal paragraf.
7
Contoh:
Karya sastra yang mencerdaskan adalah karya sastra yang memberi informasi,
mengayakan pengalaman, dan memberikan pemahaman baru. Karya sastra yang
mencerdaskan, secara keseluruhan, merupakan karya yang mampu mengeksplorasi
persoalan kemanusiaan. Dalam konteks Indonesia, karya sastra yang mencerdaskan ialah
karya yang mampu memberikan percerahan dan pemahaman terkait hal-hal yang dihadapi
bangsa dan negara ini.

***

JENIS-JENIS KARANGAN DAN


LANGKAH-LANGKAH MENGARANG

Jenis Karangan

Eksposisi Argumentasi Persuasi

Deskripsi Narasi

fakta fiksi fakta fiksi

1. DESKRIPSI
Karangan ini berisi gambaran mengenai suatu hal/keadaan sehingga pembaca seolah-
olah melihat, mendengar, atau merasakan hal tersebut. Karangan deskripsi ada yang berupa
fakta (berdasarkan kenyataan), ada pula yang berupa fiksi (hasil imajinasi).

Contoh deskripsi berisi fakta:


Hampir semua pelosok Mentawai indah. Di empat kecamatan masih terdapat hutan
yang masih perawan. Hutan ini menyimpan ratusan jenis flora dan fauna. Hutan Mentawai
juga menyimpan anggrek aneka jenis dan fauna yang hanya terdapat di Mentawai. Siamang
kerdil, lutung Mentawai dan beruk Simakobu adalah contoh primata yang menarik untuk
bahan penelitian dan objek wisata.

Contoh deskripsi berupa fiksi:


Salju tipis melapis rumput, putih berkilau diseling warna jingga; bayang matahari
senja yang memantul. Angin awal musim dingin bertiup menggigilkan, mempermainkan
daun-daun sisa musim gugur dan menderaikan bulu-bulu burung berwarna kuning
kecokelatan yang sedang meloncat-loncat dari satu ranting ke ranting yang lain.

Langkah menyusun deskripsi:


1) Tentukan objek atau tema yang akan dideskripsikan
2) Tentukan tujuan
8
3) Tentukan aspek-aspek yang akan dideskripsikan dengan melakukan pengamatan
4) Susunlah aspek-aspek tersebut ke dalam urutan yang baik, apakah urutan lokasi,
urutan waktu, atau urutan menurut kepentingan
5) Kembangkan kerangka menjadi deskripsi

2. NARASI
Secara sederhana, narasi dikenal sebagai cerita. Pada narasi terdapat peristiwa atau
kejadian dalam satu urutan waktu. Di dalam kejadian itu, ada pula tokoh yang menghadapi
suatu konflik. Karangan narasi juga terbagi menjadi dua, yaitu:

a. Narasi ekspositoris (narasi yang berupa fakta)


Narasi jenis ini dapat berupa: biografi, autobiografi, atau kisah pengalaman.

Contoh:
Ir. Soekarno, Presiden Republik Indonesia pertama adalah seorang nasionalis. Ia
memimpin PNI pada tahun 1928. Soekarno menghabiskan waktunya di penjara dan di
tempat pengasingan karena keberaniannya menentang penjajah. Soekarno mengucapkan
pidato tentang dasar-dasar Indonesia merdeka yang dinamakan Pancasila pada sidang
BPUPKI tanggal 1 Juni 1945.

b. Narasi sugesif (narasi yang berupa fiksi)


Narasi sugesif dapat berupa: novel, cerpen, cerbung, cergam.

Contoh:
Aku tersenyum sambil mengayunkan langkah. Angin dingin yang menerpa, membuat
tulang-tulang di sekujur tubuhku bergemeretak. Kumasukkan kedua telapak tangan ke
dalam saku jaket, mencoba memerangi rasa dingin yang terasa begitu menyiksa. Wangi
kayu cadar yang terbakar di perapian menyambutku ketika Eriza membukakan pintu.
Wangi yang kelak akan kurindui ketika aku telah kembali ke tanah air. Tapi wajah ayu di
hadapanku, akankah kurindui juga?

Langkah menyusun narasi:


Langkah menyusun narasi melalui proses kreatif, dimulai dengan mencari, menemukan,
dan menggali ide. Cerita dirangkai dengan menggunakan “rumus” 5 W + 1 H. Di mana
seting/lokasi ceritanya, siapa pelaku ceritanya, apa yang akan diceritakan, kapan
peristiwa-peristiwa berlangsung, mengapa peristiwa-peristiwa itu terjadi, dan bagaimana
cerita itu dipaparkan.

3. EKSPOSISI
Karangan ini berisi uraian atau penjelasan tentang suatu topik dengan tujuan memberi
informasi atau pengetahuan tambahan bagi pembaca. Untuk memperjelas uraian, dapat
dilengkapi dengan grafik, gambar atau statistik.
Contoh:
Pada dasarnya pekerjaan akuntan mencakup dua bidang pokok, yaitu akuntansi dan
auditing. Dalam bidang akuntansi, pekerjaan akuntan berupa pengolahan data untuk
menghasilkan informasi keuangan, juga perencanaan sistem informasi akuntansi yang
digunakan untuk menghasilkan informasi keuangan. Dalam bidang auditing pekerjaan
akuntan berupa pemeriksaan laporan keuangan secara objektif untuk menilai kewajaran
informasi yang tercantum dalam laporan tersebut.
Tidak jarang eksposisi berisi uraian tentang langkah/cara/proses kerja. Eksposisi demikian
lazim disebut paparan proses.

9
Contoh paparan proses:
Cara mencangkok tanaman:
1. Siapkan pisau, tali rafia, tanah yang subur, dan sabut secukupnya.
2. Pilihlah ranting yang tegak, kekar, dan sehat dengan diameter kira-
kira 1,5 – 2 cm.
3. Kulit ranting yang akan dicangkok dikerat dan dikelupas sampai
bersih kira-kira sepanjang 10 cm.
Langkah menyusun eksposisi:
1) Menentukan topik/ tema
2) Menetapkan tujuan
3) Mengumpulkan data dari berbagai sumber
4) Menyusun kerangka karangan sesuai dengan topik yang dipilih
5) Mengembangkan kerangka menjadi karangan eksposisi.

4. ARGUMENTASI
Karangan ini bertujuan membuktikan kebenaran suatu pendapat/ kesimpulan dengan
data/ fakta sebagai alasan/ bukti. Dalam argumentasi pengarang mengharapkan pembenaran
pendapatnya dari pembaca. Adanya unsur opini dan data, juga fakta atau alasan sebagai
penyokong opini tersebut.

Contoh:
Jiwa kepahlawanan harus senantiasa dipupuk dan dikembangkan karena dengan jiwa
kepahlawanan. Pembangunan di negara kita dapat berjalan dengan sukses. Jiwa
kepahlawanan akan berkembang menjadi nilai-nilai dan sifat kepribadian yang luhur, berjiwa
besar, bertanggung jawab, berdedikasi, loyal, tangguh, dan cinta terhadap sesama. Semua
sifat ini sangat dibutuhkan untuk mendukung pembangunan di berbagai bidang.

Tema/topik yang tepat untuk argumentasi, misalnya:


• Disiplin Kunci Sukses Berwirausaha
• Teknologi Komunikasi Harus segera Dikuasai
• Sekolah Menengah Kejuruan sebagai Aset Bangsa yang Potensial
Langkah menyusun argumentasi:
1) Menentukan topik/ tema
2) Menetapkan tujuan
3) Mengumpulkan data dari berbagai sumber
4) Menyusun kerangka karangan sesuai dengan topik yang dipilih
5) Mengembangkan kerangka menjadi karangan argumentasi

5. PERSUASI
Karangan ini bertujuan mempengaruhi pembaca untuk berbuat sesuatu. Dalam
persuasi pengarang mengharapkan adanya sikap motorik berupa motorik berupa perbuatan
yang dilakukan oleh pembaca sesuai dengan yang dianjurkan penulis dalam karangannya.

Contoh persuasi:
Salah satu penyakit yang perlu kita waspadai di musim hujan ini adalah infeksi
saluran pernapasan akut ( ISPA ). Untuk mencegah ISPA, kita perlu mengonsumsi makanan
yang bergizi, minum vitamin dan antioksidan. Selain itu, kita perlu istirahat yang cukup,
tidak merokok, dan rutin berolah raga.

Topik/tema yang tepat untuk persuasi, misalnya:


• Katakan tidak pada NARKOBA
• Hemat energi demi generasi mendatang
10
• Hutan sahabat kita
• Hidup sehat tanpa rokok
• Membaca memperluas cakrawala

Langkah menyusun persuasi:


1) Menentukan topik/ tema
2) Merumuskan tujuan
3) Mengumpulkan data dari berbagai sumber
4) Menyusun kerangka karangan
5) Mengembangkan kerangka karangan menjadi karangan persuasi

***
KALIMAT MAJEMUK

Kalimat majemuk ialah kalimat yang memiliki dua klausa atau lebih yang antarklausanya
dihubungkan dengan konjungsi setara atau bertingkat.

Macam-Macam Kalimat Majemuk:


1. Kalimat Majemuk Setara
ialah kalimat majemuk yang kedudukan klausa-klausanya sederajat, artinya tidak ada
pola kalimat yang menduduki fungsi pola kalimat yang lain.
Macam-Macam Kalimat Majemuk Setara (KMS):
a. KMS Menggabungkan
Konjungsi yang dipakai: dan, serta.
Contoh:
Rinto bermain gitar dan Rinta menyanyikan lagunya.
b. KMS Mempertentangkan
Konjungsi yang dipakai: namun, tetapi, sedangkan, padahal, melainkan.
Contoh:
1) Rinto mahir bermain gitar tetapi tidak bisa menyanyi.
2) Rinta tidak mau menyanyi padahal suaranya bagus.
c. KMS Memilih
Konjungsi yang dipakai: atau.
Kamu serius atau hanya bercanda saja?
d. KMS Menegaskan
Konjungsi yang dipakai: bahkan, malahan, lagi pula.
Contoh:
Rinta bisa menyanyi bahkan bisa menciptakan lagu.
e. KMS Mengurutkan
Konjungsi yang dipakai: lalu, kemudian, setelah itu, akhirnya.
Contoh:
1) Rinto mengambil gitar kemudian mulai memetiknya.
2) Rinto memainkan intro, setelah itu barulah Rinta mulai menyanyi.

2. Kalimat Majemuk Bertingkat (KMB)


ialah kalimat majemuk yang kedudukan pola-pola kalimatnya tidak sederajat, artinya ada
pola kalimat yang menduduki fungsi pola kalimat yang lain, dengan cara memperluas
salah satu fungsi tersebut. Dalam kalimat majemuk bertingkat, terdapat induk kalimat
(klausa utama) dan anak kalimat (klausa bawahan). Anak kalimat ini merupakan hasil
perluasan dari salah satu fungsi (jabatan) dalam klausa utama (induk kalimat).
Macam-Macam Kalimat Majemuk Bertingkat (KMB):
11
a. KMB Perluasan Subjek
Contoh:
(1a) Orang itu pergi.
S P
(1b) Orang yang berbaju biru itu pergi.
S’ P’ Pel
S P
b. KMB Perluasan Predikat
Contoh:
(2a) Ayahnya guru.
S P
(2b) Ayahnya seorang yang mengajar di sekolah.
S’ P’ Kt
S P

c. KMB Perluasan Objek


(3a) Ayah membeli baju.
S P O
(3b) Ayah membeli baju yang berwarna merah.
S’ P’ Pel
S P O

d. KMB Perluasan Pelengkap


(4a) Kakak menjadi dokter.
S P Pel
(4b) Kakak menjadi dokter yang mengabdi di pedesaan.
S’ P’ Kt
S P Pel

e. KMB Perluasan Keterangan


1) Perluasan Keterangan Waktu.
Konjungsi yang digunakan: sejak, semenjak, ketika, sewaktu, tatkala, seraya,
sementara, sambil, setelah, dsb.
Contoh:
Sejak ditinggal pacarnya, dia selalu murung.
2) Perluasan Keterangan Tempat
Konjungsi yang digunakan: di, ke, dari.
Contoh:
Dari kamar yang sempit dan penuh sarang laba-laba, dia menghasilkan karyanya.
3) Perluasan Keterangan Tujuan
Konjungsi yang digunakan: agar, supaya, biar.
Contoh:
Supaya kegugupannya tidak ketahuan, dia langsung mengalihkan pembicaraan.
4) Perluasan Keterangan Sebab
Konjungsi yang digunakan: sebab, karena.
Contoh:
Karena sangat gugup, badannya gemetar.
5) Perluasan Keterangan Hasil/Akibat
Konjungsi yang digunakan: sehingga, sampai-sampai, akibatnya, maka, dll.
Contoh:
Dia sangat ketakutan sehingga seluruh tubuhnya gemetar.
6) Perluasan Keterangan Konsesif

12
Konjungsi yang digunakan: biarpun, meskipun, walaupun,kendatipun, dll.
Contoh:
Dia maju juga meskipun seluruh badannya sudah lemas.
7) Perluasan Keterangan Syarat/Pengandaian
Konjungsi yang digunakan: jika, kalau, asalkan, bila, manakala, andaikan,
umpama, seandainya, sekiranya, dll.
Contoh:
Seandainya dia tidak gemetar, aku tidak akan curiga.
8) Perluasan Keterangan Cara
Konjungsi yang digunakan: dengan, tanpa.
Contoh:
Dia pun maju dengan langkah malu-malu.
9) Perluasan Keterangan Alat
Konjungsi yang digunakan: dengan, tanpa.
Contoh:
Dia datang dengan mobil yang baru dibelinya.
10) Perluasan Keterangan Kesertaan
Konjungsi yang digunakan: dengan, tanpa, bersama.
Contoh:
Dia maju bersama kedua kakaknya yang bekerja di kepolisian.
11) Perluasan Keterangan Komplementasi
Konjungsi yang digunakan: bahwa.
Contoh:
Mereka mengatakan bahwa dia tidak terlibat.

menggabungkan

mempertentangkan

Setara memilih

mengurutkan

menegaskan
at
Kalim uk
m
Maje Perluasan subjek

Perluasan predikat

Bertingkat Perluasan objek

Perluasan pelengkap

Perluasan keterangan

13
MEMO DAN SURAT
MEMO
 Singkatan dari memorandum F bentuk komunikasi tertulis yang di dalamnya berupa
pesan singkat.
 Merupakan jenis surat dinas yang dipakai secara intern dalam suatu instansi/ lembaga
dan bersifat informal.
 Biasanya berupa pertanyaan, perintah, informasi, peringatan, permintaan, atau
harapan.
 Pesan-pesan yang disampaikan dalam memo singkat, dan tidak dikenal adanya
pembuka atau kalimat penutup tetapi penulis langsung kepada pesan yang
dimaksudkannya.
 Biasanya berupa perintah dari atasan kepada bawahannya.
 Isinya singkat dan pendek.
Sistematika Penulisan Memo
1 Keterangan: Contoh:
PT. BUKIT BARISAN
MEMO 1. kepala memo Jalan Hasanudin No.14 Bandung
2. penulis memo
Dari : ...................... 1 MEMO
Untuk : ...................... 1
3. pihak yang dituju Kepada : Kepala bagian Personalia
........................................... 4. isi memo Dari : Direktur Utama
........................................... 4 5. tanggal penulisan
................. 5 Kami minta laporan kepegawaian
................. 6
6. identits jabatan secepatnya. Terima kasih.
................. 7 7. tanda tangan
................. 8 8. nama penulis 3 April 2006
Direktur Utama,

Danu Wijaya

SURAT
Sarana komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan informasi tertulis oleh suatu pihak
kepada pihak lain.
Informasi itu dapat berupa :
- pemberitahuan
- pernyataan
- perintah
- permintaan / permohonan
- laporan
FUNGSI SURAT
1. Sebagai sarana komunikasi.
2. Sebagai alat untuk menyampaikan pemberitahuan / permintaan atau permohonan,
buah pikiran atau gagasan.
3. Sebagai alat bukti tertulis.
4. Sebagai alat untuk mengingat.
5. Sebagai bukti historis.
6. Sebagai pedoman kerja.
Dilihat dari segi bentuk, isi, dan bahasanya, surat digolongkan atas 3 jenis, yaitu :
1. Surat pribadi
2. Surat dinas
3. Surat niaga
Surat Pribadi
14
 Surat yang dibuat oleh seseorang yang isinya menyangkut kepentingan pribadi.
 Komunikasi antara anak dan orang tua, antarkerabat, antarsejawat, dan antarteman.
 Digunakan kartu pos, warkat pos, atau surat bersampul.
Bagian-bagian surat pribadi:
Keterangan:
........................... 1 1. tempat dan tanggal pembuatan surat.
....................... 2 2. alamat surat
....................... 3 3. salam pembuka
...................................................... 4 4. paragraf pembuka
...................................................... 5 5. isi surat
...................................................... 6
6. paragraf penutup
............................ 7 7. salam penutup
............................ 8 8. tanda tangan pengirim
............................ 9
9. nama pengirim

Surat Dinas
 Segala komunikasi tertulis yang menyangkut kepentingan tugas dan kegiatan dinas
instansi.
 Salah satu alat komunikasi kedinasan yang sangat penting dalam pengelolaan
administrasi, seperti penyampaian berita tertulis yang berisi pemberitahuan,
penjelasan, permintaan, pernyataan pendapat dari instansi kepada instansi lain dan
dari instansi kepada perseorangan atau sebaliknya.
Bagian-bagian surat dinas:
Keterangan:
1
1. Kepala surat
..................... ................. 3 2. No, Lampiran, Perihal surat
...................... 2
......................
3. Tanggal surat
4. Alamat surat
.................... 4 5. Salam pembuka
.................... 5 6. Paragraf pembuka
...................................................... 6 7. Isi surat
...................................................... 7
...................................................... 8
8. Paragraf penutup
9. Salam penutup
............................ 9 10. Tanda tangan
.......................... 10
.......................... 11 11. Nama pengirim

Surat Niaga
Surat yang dipergunakan orang atau badan yang menyelenggarakan kegiatan usaha niaga,
seperti perdagangan, perindustrian, dan usaha jasa.
Macam-macam surat niaga :
- surat penawaran - surat pengaduan
- surat pesanan - surat pengiriman barang
- surat pembayaran - surat penagihan, dll.

Penulisan bagian-bagian surat:


1. Kepala surat
Kepala surat yang lengkap terdiri atas:
a. nama instansi
b. alamat lengkap
c. nomor telepon
15
d. nomor kotak pos
e. lambang atau logo.

Dalam penulisan kepala surat hendaklah diperhatikan hal-hal sebagai berikut:


a. Nama instansi jangan disingkat, misalnya: Biro Diklat, Depdiknas, Badan Bimas,
tetapi Biro pendidikan dan Pelatihan, Departemen Pendidikan Nasional, Badan
Bimbingan Masyarakat.
b. Kata jalan jangan disingkat Jln. Atau Jl. tetapi Jalan.
c. Kata telepon hendaklah ditulis dengan cermat, yaitu Telepon, bukan Tilpun atau
Telpun dan jangan pula disingkat Tlp.,Tilp.,Telp.
d. Logo atau lambang disertakan apabila ada.

2. Penulisan Nomor, Lampiran, dan Perihal


a. Kata nomor, lampiran, dan hal ditulis dengan diawali huruf KAPITAL.
b. Nomor, Lampiran, dan Hal diikuti oleh tanda titik dua yang ditulis secara estetik ke
bawah sesuai dengan panjang pendeknya ketiga kata itu.
c. Penulisan No. dan Lamp. harus taat asas.
d. Kata Nomor diikuti oleh nomor berdasarkan nomor urut surat dengan kode yang
berlaku pada instansi pengiriman surat. Nomor surat dan kode surat yang dibatasi
garis miring ditulis rapat tanpa spasi dan tidak diakhiri tanda titik atau tanda hubung.
Contoh : Nomor: 110/U/DS/2006 atau No.: 110/U/DS/2006
e. Bila penulisan kode surat dengan angka, penulisannya dibatasi tanda titik atau tanda
hubung.
Contoh: Nomor: 10.10.3.03.90 atau Nomor: 10-10-3-03-90
f. Penulisan Lampiran atau disingkat Lamp.
Contoh: Lampiran: Satu berkas atau Lamp.: Satu berkas
g. Penulisan Hal hendaklah menggambarkan pesan yang ada dalam isi surat.
Contoh : - Hal: Permohonan menjadi tenaga pengajar

3. Tanggal surat
a. Tanggal surat ditulis secara lengkap, yaitu tanggal ditulis dengan angka, bulan ditulis
dengan huruf, dan tahun ditulis dengan angka.
b. Untuk surat pribadi dicantumkan nama kota.
Contoh: Krempong, 23 Oktober 2008
c. Untuk surat dinas tidak dicantumkan nama kota karena nama kota sudah tercantum
pada kepala surat.
Contoh : 22 Februari 2008

4. Penulisan alamat surat ada dua bentuk, yaitu :


a. Bentuk alamat yang ditulis di sebelah kanan atas (terletak di bawah tanggal
bulan, dan tahun surat ).
b. Bentuk alamat yang ditulis di sebelah kiri atas (terletak di bawah bagian hal).

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menulis alamat surat:


a. Penulisan nama penerima harus cermat dan lengkap, sesuai kebiasaan yang
dilakukan oleh yang bersangkutan (pemilik nama).
b. Nama diri penerima diawali huruf kapital pada setiap unsurnya, bukan
menggunakan huruf kapital seluruhnya. Penulisan alamat penerima surat juga harus
cermat dan lengkap serta informatif.
c. Penulisan kata kepada sebelum Yth. tidak diperlukan karena kata kepada
berfungsi sebagai penghubung antarbagian kalimat yang menyatakan arah.
d. Kata sapaan hendaknya ditulis penuh seperti: Bapak, Ibu, Sdr.
16
e. Nama gelar seperti : Drs.,Dr.,dr., atau pangkat tidak boleh mengikuti kata
sapaan.
Contoh :
Yth. Bapak Handoyo
Kepala Biro Tata Usaha
Departemen A
Jalan Pattimura Raya 17
Jakarta

5. Penulisan salam pembuka


a. Penulisan salam pembuka ditulis dengan huruf awal kapital (Dengan).
b. Huruf pertama kata hormat ditulis dengan huruf kecil, bukan huruf kapital
(hormat).
c. Pada akhir salam pembuka, dibubuhkan tanda koma (,) bukan tanda titik, titik
dua
(Dengan hormat,).
Contoh ungkapan salam pembuka :
 Dengan hormat,
 Salam sejahtera,
 Assalamualaikum Wr.Wb.
 Saudara….
 Saudara… yang terhormat,
 Ibu… yang terhormat,
 Bapak… yang terhormat,
 Salam perjuangan,

6. Penulisan salam penutup


a. Huruf pertama kata Hormat, Salam, dan Wassalam ditulis dengan huruf
kapital.
b. Pada akhir salam penutup dibubuhkan tanda koma, bukan tanda titik, atau
tanda baca lain.
Contoh : - Hormat saya,
- Salam takzim,
- Hormat kami,
7. Isi Surat
Secara garis besar, isi surat terbagi atas tiga bagian, yaitu:
a. Paragraf pembuka
Paragraf pembuka mengantarkan isi surat yang akan diberitahukan, misalnya
pemberitahuan, pertanyaan, pernyataan, atau permintaan.
b. Paragraf Isi
Paragraf isi mengemukakan hal yang perlu disampaikan kepada penerima surat. Isi
surat harus singkat, lugas, dan jelas.
c. Paragraf Penutup
Paragraf penutup merupakan simpulan dan kunci isi surat, dan dapat mengandung
harapan penulis surat atau berisi ucapan terima kasih kepada penerima surat.

8. Nama Pengirim
Nama pengirim surat ditulis di bawah tanda tangan dan salam penutup. Tanda tangan
diperlukan sebagai keabsahan surat dinas.
Penulisan nama pengirim :
a. Penulisan nama tidak perlu menggunakan huruf kapital seluruhnya tetapi
menggunakan huruf awal huruf kapital pada setiap unsur nama.
17
b. Nama tidak perlu ditulis di dalam kurung, tidak perlu bergaris bawah, dan
tidak perlu diakhiri tanda titik.
c. Nama jabatan dapat dicantumkan di bawah nama pengirim.
Contoh:
Hormat kami, Hormat kami,
Kepala,
atau
Drs. Doni Damari Drs. Doni Damari
Kepala NIP. 130678991
SILOGISME

Silogisme adalah proses penalaran yang menghubungkan dua persyaratan yang


berlainan untuk menurunkan kesimpulan. Dalam silogisme ada 3 pernyataan. Pernyataan
pertama disebut premis mayor, pernyataan kedua disebut premis minor, dan Pernyataan
ketiga disebut konklusi.
Contoh:
Premis mayor : Semua binatang mamalia berkembang biak dengan beranak.
Premis minor : Kelelawar adalah binatang mamalia.
Konklusi : Jadi, semua kelelawar berkembang biak dengan beranak.

Jenis Silogisme:
1. Silogisme Kategorial
yaitu proses penalaran yang dalam premis mayornya mengandung pernyataan kategorial
atau penggolongan atas sesuatu. Oleh sebab itu, dalam silogisme kategorial ada istilah
kelas dan anggota.
Contoh:
Premis mayor : Manusia adalah makhluk berakal budi.
Premis minor : Boneng adalah manusia..
Konklusi : Jadi, Boneng adalah makhluk berakal budi..

2. Silogisme Alternatif
Silogisme alternatif disebut juga silogisme disjungtif, yaitu proses penalaran yang dalam
premis mayornya mengandung pernyataan alternatif atau pemilihan. Cirinya adalah
menggunakan kata atau dalam premis mayor. Pernyataan minornya berupa pernyataan
kategorial yang menerima atau menolak salah satu alternatifnya. Adapun konklusinya
tergantung pada premis minornya.
Contoh:
Premis mayor : Akbar berada di sekolah atau rumah.
Premis minor : Akbar berada di sekolah.
Konklusi : Jadi, Akbar tidak berada di rumah.
atau
Premis mayor : Akbar berada di sekolah atau rumah.
Premis minor : Akbar tidak berada di sekolah.
Konklusi : Jadi, Akbar berada di rumah.

3. Silogisme Hipotesis
Silogisme hipotesis disebut juga silogisme pengandaian, yaitu proses penalaran yang
dalam premis mayornya mengandung pernyataan hipotesis atau dugaan.
Contoh:
Premis mayor : Jika tidak turun hujan maka panen akan gagal.
Premis minor : Hujan tidak turun.
Konklusi : Sebab itu, panen akan gagal.
atau
18
Premis mayor : Jika tidak turun hujan maka panen akan gagal.
Premis minor : Hujan turun.
Konklusi : sebab itu, panen tidak gagal.

***

19
PIDATO

1. IMPROMPTU  serta merta


 berdasarkan kebutuhan sesaat
 tidak ada persiapan
 berdasarkan kemahiran dan pengetahuan
pembaca
2. MENGHAFAL  lawan dari impromptu
 ditulis lengkap
 dihafal

3. NASKAH  biasanya pada pidato resmi


Metode Pidato  pembicara selalu melihat naskah
 pembicara tidak bebas menatap mendengar
 tidak menghidupkan pembicaraan.

4. EKSTEMPORAN  tanpa persiapan naskah


 direncanakan dengan cermat
 dibuat kerangka/rancangan
 bebas berbicara
 menyesuaikan kepada keadaan

5. GABUNGAN (Naskah  naskah disiapkan sebagai pegangan


dan Ekstemporan)  berbicara bebas berdasarkan kerangka/
rancangan yang dipersiapkan.

1. Penguasaan bahasa yang baik dan benar


2. Kemampuan penalaran
3. Keberanian
Syarat Berpidato 4. Ketenangan sikap di depan massa
5. Kesanggupan mengungkapkan gagasan
6. Kesanggupan mengadakan reaksi dengan sepat dan tepat.
7. Kesanggupan menyesuaikan diri dengan situasi
8. Kemampuan bersikap wajar, tidak canggung di depan massa

1. Penentuan maksud pidato


2. menganalisis pendengar dan A. Meneliti Masalah
suasana
3. memilih dan menyempitkan topik

4. mengumpulkan bahan B. Mengumpulkan bahan


5. membuat kerangka (outline)
6. menguraikan isi secara terperinci
C. Latihan oral
7. berlatih dengan suara nyaring

1. Mendorong • timbul
inspirasi
• tingkat emosi
2. Meyakinkan • persesuaian pendapat dan
intelektual
Maksud dan
• percaya dan yakin
Tujuan Pidato 3. Bertindak dan berbuat • tindakan atau perbuatan tertentu

4. Memberitahukan • pengertian atau perbuatan tertentu

5. Menyenangkan • minat dan kegembiraan

20
21

You might also like