Professional Documents
Culture Documents
) DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENGENDALIAN GULMA DI KABUPATEN MUSI RAWAS, SUMATERA SELATAN1) Oleh : Sri Utami2), Asmaliyah2), dan Fatahul Azwar2) ABSTRAK Tanaman pulai darat (Alstonia angustiloba Miq.) merupakan tanaman yang memiliki nilai ekonomi, multifungsi, dan mempunyai prospek besar untuk dikembangkan. Gulma merupakan salah satu faktor yang dapat menghambat pertumbuhan pulai darat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menginventarisasi jenis-jenis gulma yang terdapat di pertanaman pulai darat (A. angustiloba Miq.) yang berumur 1, 2, 3, dan 4 tahun dan mengetahui dominansinya yang sangat diperlukan dalam tindakan pengelolaan dan pengendalian gulma. Penelitian ini dilakukan di pertanaman pulai darat, areal hutan rakyat milik PT. Xylo Indah Pratama di Kabupaten Musi Rawas, Sumatera Selatan, dari bulan September sampai Desember 2006. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keragaman gulma yang terdapat di pertanaman pulai darat relatif sama dan didominasi famili Asteraceae, Melastomataceae, dan Poaceae. Imperata cylindrica, Melastoma affine, Chromolaena odorata, dan Clibadium surinamense merupakan gulma penting dan sangat dominan di semua areal pertanaman pulai darat, baik yang berumur 1, 2, 3, maupun 4 tahun. Oleh karena itu tindakan pengendaliannya perlu diperhatikan dengan tetap mempertimbangkan aspek ekonomi dan ekologinya. Kata kunci : Pulai darat, Alstonia angustiloba Miq., gulma, pengendalian I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman pulai darat (Alstonia angustiloba Miq.) merupakan tanaman yang bernilai ekonomis, multifungsi, dan mempunyai prospek besar untuk dikembangkan. Salah satu faktor yang dapat menghambat pertumbuhan pulai darat yaitu adanya gulma. Dalam hal ini gulma didefinisikan sebagai tumbuhan yang mempunyai sifat-sifat atau ciri khas tertentu yang memungkinkannya untuk mudah tersebar luas dan mampu menimbulkan kerugian dan gangguan (Fryer, 1977). Rumusan kerugian yang ditimbulkan dalam definisi gulma tidak terbatas hanya pada produksi tanaman saja, tetapi juga mencakup usaha-usaha manusia lainnya di dalam mencapai tujuan, termasuk nilai-nilai estetika. Pada tanaman pulai darat, gulma dapat menghambat pertumbuhan dan produksi serta menimbulkan gangguan bagi kegiatan pengusahaan tanaman pulai. Gulma umum yang terdiri dari Paspalum conjugatum, Axonopus compressus, dan Digitaria adscendes, yang dibiarkan tumbuh di pembibitan dapat mengakibatkan 85 % bibit karet tidak memenuhi syarat untuk diinokulasi karena pertumbuhan batangnya tertekan (Nasution, 1981). Bentuk atau pola komunitas gulma di suatu pertanaman tidak tetap tetapi berubah-ubah sesuai dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya mengikuti
1
Makalah Penunjang pada Ekspose Hasil-hasil Penelitian : Konservasi dan Rehabilitasi Sumberdaya Hutan. Padang, 20 September 2006 2 Peneliti pada Balai Litbang Hutan Tanaman Palembang
b. Kerapatan Relatif Kerapatan relatif adalah persentase kerapatan jenis terhadap kerapatan dari seluruh jenis, dirumuskan : Kerapatan suatu jenis Kerapatan Relatif = x 100 % Kerapatan seluruh jenis
136
Inventarisasi Gulma di Bawah Tegakan Pulai Darat (Sri Utami, Asmaliyah, dan Fatahul Azwar)
c. Frekuensi Frekuensi adalah pembandingan banyaknya petak contoh yang ditemui suatu jenis terhadap petak contoh yang dibuat, dirumuskan : Jumlah plot diketemukan suatu jenis Frekuensi = Jumlah seluruh plot pengamatan d. Frekuensi Relatif Frekuensi relatif adalah persentase frekuensi suatu jenis terhadap jumlah frekuensi seluruh jenis, dirumuskan : Frekuensi suatu jenis Frekuensi Relatif = x 100 % Frekuensi seluruh jenis e. Indeks Nilai Penting (INP) Nilai ini menunjukkan dominansi suatu jenis dalam suatu tegakan atau areal tertentu, dirumuskan : INP = Kerapatan Relatif + Frekuensi Relatif. III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Inventarisasi dan Dominansi Gulma di Pertanaman Pulai Darat (A. angustiloba) Hasil inventarisasi gulma menunjukkan bahwa di bawah tegakan pulai darat yang berumur 1, 2, 3, dan 4 tahun ditemukan masing-masing 24 jenis (spesies) gulma dari 12 famili, 37 jenis dari 15 famili, 36 jenis dari 18 famili, dan 28 jenis dari 12 famili (Tabel 1, 2, 3, 4). Famili tumbuhan yang mendominasi komunitas gulma tersebut adalah Asteraceae, Melastomataceae, dan Poaceae. Jenis tumbuhan dari Asteraceae dan Melastomataceae adalah gulma berdaun lebar dan dari famili Poaceae adalah jenis rumput-rumputan. Keragaman gulma yang terdapat di keempat lokasi pertanaman pulai darat relatif sama. Ada beberapa jenis gulma berdaun lebar habitus semak berkayu yang selalu dijumpai di semua pertanaman pulai darat, seperti senggani (Melastoma affine), kirinyuh (Chromolaena odorata), putihan (Clibadium surinamense), akar kala (Clidemia hirta), dan sembung rambat (Mikania micrantha). Adapun jenis rumput-rumputan yang selalu ditemukan di semua pertanaman pulai darat yaitu alang-alang (Imperata cylindrica), jaringan (Paspalum commersonii), dan rumput malela (Brachiaria mutica). Selain itu ditemukan juga jenis gulma dari pohon atau kayu-kayuan, yang ditemukan di semua pertanaman pulai darat, yaitu anakan kayu kandri (Bridelia monoica) dan anakan akasia (Acacia mangium). Kedua jenis kayu tersebut umum dijumpai di Sumatera (Heyne, 1987). Sedangkan gulma dari jenis teki-tekian dan pakis-pakisan hanya ditemukan di beberapa lokasi pertanaman pulai darat. Banyak faktor yang mempengaruhi keragaman komunitas gulma di antaranya yaitu jenis tanah. Komposisi gulma dan penutupannya pada pertanaman yang berbeda jenis tanahnya di suatu daerah ekologi tertentu menunjukkan perbedaan yang besar. Pada tanah Alluvial atau hidromorfik dijumpai gulma golongan tekitekian lebih banyak jenisnya dan lebih dominan dibanding dengan yang dijumpai pada tanah Podsolik. Sedangkan gulma berdaun lebar dijumpai lebih dominan pada pertanaman yang jenis tanahnya Podsolik (Nasution, 1981). Jenis tanah yang terdapat pada lokasi penelitian ini adalah asosiasi Podsolik, Podsolik Coklat Kekuningan, Latosol Coklat Kemerahan, dan Alluvial Kekuningan. Dengan tipe tanah seperti itu, pada pertanaman pulai darat dominan dijumpai gulma berdaun
137
138
Inventarisasi Gulma di Bawah Tegakan Pulai Darat (Sri Utami, Asmaliyah, dan Fatahul Azwar)
2 kali dalam setahun dengan tujuan untuk mempercepat pertumbuhan tanaman pulai darat. Dominansi senggani (M. affine) di bawah tegakan pulai darat yang berumur 2 tahun paling besar dibandingkan 3 lokasi lainnya (Tabel 2). M. affine merupakan tumbuhan perdu tahunan berbunga sepanjang tahun, tumbuh pada tanah lembab atau kering, lokasi terbuka atau agak ternaung dan penyebarannya meliputi 51.200 m dpl. Dengan lokasi pertanaman yang terletak 1.200 m dpl ditunjang dengan kondisi iklim yang cocok, maka M. affine ini mendominasi di semua pertanaman pulai darat. M. affine termasuk gulma penting karena efek persaingannya dan pengendaliannya memerlukan perhatian khusus. Kirinyuh (C. odorata) merupakan gulma berdaun lebar yang juga mendominasi pertanaman pulai darat dengan nilai INP di bawah M. affine. C. odorata merupakan tumbuhan perdu berkayu tahunan dan salah satu jenis gulma yang tangguh karena batangnya keras berkayu dan perakarannya kuat dan dalam. Selain itu C. odorata menghasilkan biji yang banyak dan mudah tersebar dengan bantuan angin karena adanya rambut papus. C. odorata tumbuh pada tanah lembab sampai kering, lokasi terbuka maupun ternaung, biasanya berbunga pada bulan AgustusSeptember, dan penyebarannya meliputi 50-1.000 m dpl. C. odorata juga merupakan gulma penting karena efek persaingan yang ditimbulkan besar dan pengendaliannya memerlukan perhatian khusus. Bahaya lainnya adalah mudah menimbulkan kebakaran di musim kemarau. Pada pertanaman pulai darat yang berumur 1 dan 2 tahun, dominansi putihan (C. surinamense) sangat besar, dengan nilai INP masing-masing 29,70 dan 14,85. C. surinamense merupakan gulma perdu tahunan yang tingginya dapat mencapai 3 m, perakarannya kuat, dalam, dan menyebar. C. surinamense ini mempunyai kemampuan bersaing yang tinggi, berbunga sepanjang tahun, berkembang biak dengan biji, dan dapat tumbuh pada ketinggian 90-1.000 m dpl. Gulma ini sangat merugikan pertanaman karena efek persaingan yang berat. Dari Melastomataceae, selain M. affine, ada juga akar kala (C. hirta) yang mempunyai nilai INP tinggi pada pertanaman pulai darat yang berumur 4 tahun, yaitu sebesar 14,54. C. hirta merupakan tumbuhan perdu tahunan, gulma yang tangguh, perakarannya kuat, batangnya keras, dan bila ditebas akan tumbuh tunas-tunas baru. Gulma ini tumbuh pada tanah yang lembab atau agak kering, lokasi terbuka atau ternaung, berbunga sepanjang tahun, dan penyebarannya meliputi 5-1.350 m dpl. Sedangkan dari Asteraceae, selain C. odorata, terdapat juga buyung (Vernonia cinerea) yang mempunyai nilai INP tinggi, yaitu 25,51 pada pertanaman pulai darat umur 1 tahun. Pada pertanaman lainnya, gulma tersebut tidak dominan. V. cinerea ini merupakan terna yang tumbuh di dataran rendah dan sangat cocok tumbuh di daerah yang cukup mendapat cahaya matahari dengan sedikit naungan (Heyne, 1987). Dengan demikian pada pertanaman pulai darat berumur 1 tahun dengan kondisi tajuk belum menutup menyebabkan intensitas naungan lebih kecil. Oleh karena itu gulma tersebut lebih kompetitif untuk tumbuh. Sedangkan dari jenis rumput-rumputan yang mendominasi hampir semua pertanaman pulai darat yaitu alang-alang (I. cylindrica), dengan nilai INP yang sangat tinggi, yaitu 35,88 pada pertanaman pulai darat berumur 2 tahun; 44,03 pada pertanaman pulai darat berumur 3 tahun; dan 38,16 pada pertanaman pulai darat berumur 4 tahun. I. cylindrica merupakan rumput tahunan yang tangguh, tumbuh tegak dan berumpun rapat. Gulma ini merupakan tumbuhan pawang atau pioneer, sangat tangguh, toleran terhadap kekeringan dan panas sehingga tidak
139
Inventarisasi Gulma di Bawah Tegakan Pulai Darat (Sri Utami, Asmaliyah, dan Fatahul Azwar)
cenderung mengakibatkan gundulnya permukaan tanah sehingga mendorong erosi dan cenderung pula mengakibatkan penggunaan herbisida secara berlebihan. Dengan demikian bisa mencemari lingkungan dan yang tak kalah penting adalah mengakibatkan pemborosan. Oleh karena itu pemberantasan gulma hanya dikenakan pada gulma tertentu yang sangat merugikan apabila tumbuh di pertanaman terutama tanaman pulai darat produktif, yaitu 1). I. cylindrica karena efek persaingan, efek alellopati, cepatnya berkembang biak, dan sulit pengendaliannya; 2). M. affine karena efek persaingannya dan pengendaliannya memerlukan perhatian khusus; 3) C. surinamense karena efek persaingan yang berat; dan 4) C. odorata karena efek persaingan yang ditimbulkan besar dan pengendaliannya memerlukan perhatian khusus. Demikian juga hal yang tidak kalah penting yang harus dilakukan yaitu membuat program pengendalian gulma jangka panjang disusun berdasarkan pengalaman dalam pelaksanaan pengendalian gulma di pertanaman pulai darat. Dalam program pengelolaan gulma jangka panjang termasuk tindakan-tindakan pencegahan maupun pengendalian dengan pertimbangan yang diperlukan dalam segi ekonomi dan ekologi.
Tabel 1. Jenis-jenis gulma, nilai kerapatan, frekuensi dan Indeks Nilai Penting (INP) gulma di tegakan pulai darat (A. angustiloba) yang berumur 1 tahun Kerapatan Kerapatan Frekuensi No Nama jenis Nama lokal Famili per plot relatif relatif 1 Melastoma affine D. Don Senggani Melastomatace 226 18,786 13,043 ae 2 Clibadium surinamense L. Putihan Asteraceae 209 17,373 12,319 3 Imperata cylindrica BEAUV Alang alang Poaceae 209 17,373 10,870 4 Vernonia cinerea Lass. Buyung Asteraceae 211 17,539 7,971 5 Erigeron sumatrensis Retz. Jabung Euphorbiaceae 146 12,136 13,043 6 Chromolaena odorata (L.) Kirinyuh Asteraceae 49 4,073 7,971 R.M. King & H. Robinson 7 Trema orientale Bl. Anggrung Ulmaceae 9 0,75 5,07 8 Cynodon dactylon PRESL. Grintingan Poaceae 29 2,41 2,17 9 Mikania micrantha H.B.K. Sembung Asteraceae 11 0,91 3,62 rambat 10 Lantana camara L. Tembelekan Verbenaceae 6 0,50 3,62 11 Ageratum swaviolens Nyawon Asteraceae 23 1,91 2,17 12 Arcangelisia flava MERR Peron Menispermace 14 1,16 2,90 ae 13 Scleria sumatrensis Retz Kerisan Cyperaceae 8 0,67 2,90 14 Bridelia monoica MERR Kandri Euphorbiaceae 5 0,42 2,90 15 Paspalum commersonii Lamk Jaringan Poaceae 20 1,66 0,73 16 Brachiaria mutica (Forsk.) Rumput Poaceae 8 0,67 1,45 Stapf malela 17 Macaranga sp. Mahang Euphorbiaceae 8 0,67 1,45 18 Passiflora foetida L. Ceplukan Passifloraceae 2 0,17 1,45 19 Cyrtococcum acrescens Kretekan Poaceae 6 0,50 0,73 (Trin.) Stapf 20 Borreria latifolia (Aubl.) K.Sch. Kentangan Rubiaceae 4 0,33 0,73 21 Solanum torvum Sw. Terong Solanaceae 2 0,17 0,73 terongan 22 Acacia mangium Willd Akasia Fabaceae 1 0,08 0,73 23 Helminthostachys zeylanica Manon Filices 1 0.08 0,73 HOOK 24 Lygodium scandens SWARZ Rotan Filices 1 0,08 0,73 cacing bawah INP 31,830 29,692 28,243 25,510 25,180 12,044 5,82 4,59 4,54 4,12 4,09 4,06 3,56 3,31 2,39 2,11 2,11 1,62 1,22 1,06 0,89 0,81 0,81 0,81
141
142
Inventarisasi Gulma di Bawah Tegakan Pulai Darat (Sri Utami, Asmaliyah, dan Fatahul Azwar) Tabel 3. Jenis-jenis gulma, nilai kerapatan, frekuensi dan Indeks Nilai Penting (INP) gulma di tegakan Pulai darat (A. angustiloba) yang berumur 3 tahun Kerapatan Kerapatan Frekuensi No Nama jenis Nama lokal Famili per plot relatif relatif 1 Imperata cylindrica BEAUV Alang alang Poaceae 660 35,39 8,64 2 Melastoma affine D. Don Senggani Melastomataceae 329 17,64 9,09 3 Chromolaena odorata (L.) Kirinyuh Asteraceae 124 6,65 9,09 R.M. King & H. Robinson 4 Helminthostachys zeylanica Manon Filices 119 6,38 7,27 HOOK 5 Paspalum commersonii Lamk Jaringan Poaceae 89 4.77 5,00 6 Bridelia monoica MERR Kandri Euphorbiaceae 32 1,72 5,91 7 Clibadium surinamense L. Putihan Asteraceae 43 2,31 5,00 8 Clidemia hirta DON Akar kala Melastomataceae 50 2,68 4,55 9 Gleichenia linearis CLARKE Paku kawat Gleicheniaceae 91 4,88 2,27 10 Erechtites valerianifolia RAF. Sintrong Asteraceae 37 1,98 5,00 11 Salvinia pubescens Rumput Salvinaceae 21 1,13 4,55 perahu 12 Cyclosorus aridus (Don.) Pakis kadal Thelypteridaceae 48 2,57 2,73 Ching 13 Borreria laevis (Lamk) Patikan Rubiaceae 17 0,91 2.73 14 Mikania micrantha H.B.K. Sembung Asteraceae 16 0,86 2.73 rambat 15 Oxalis barrelieri L. Kemangian Lamiaceae 31 1,66 1.82 16 Cyperus rotundus LINN. Teki Poaceae 13 0,70 2,73 17 Nephrolepis biserrata Paku harupat Dennsteadtiaceae 26 1,39 1,82 SCHOTT. 18 Hyptis rhomboidea Mart. & Godong puser Lamiaceae 19 1,02 1,82 Gal. 19 Mimosa sp. Putri malu Mimosaceae 8 0,43 2,27 20 Helicteres sp. Jelumpang Sterculiaceae 6 0,32 1,82 21 Borreria latifolia (Aubl.) K. Kentangan Rubiaceae 13 0,07 1,36 Sch. 22 Macaranga sp. Mahang Euphorbiaceae 7 0,38 1,36 23 Phyllanthus niruri L. Meniran Euphorbiaceae 6 0,32 1,36 24 Passiflora foetida L. Ceplukan Passifloraceae 5 0,27 1,36 25 Lantana camara L. Tembelekan Verbenaceae 4 0,21 1,36 26 Selaginella plana HIERON Lengkonai Selaginellaceae 19 1,02 0,46 27 Starchytarpheta indica (L.) Ngadi rengga Verbenaceae 8 0,43 0,91 Vahl 28 Poperromia pellucida KUNTH Piper Piperaceae 6 0,32 0,91 29 Crotalaria striata DC. KacangLeguminosae 2 0,11 0,91 kacangan 30 Ageratum conyzoides L. Babadotan Asteraceae 6 0,32 0,46 31 Eleusine indica (L.) Gaertn. Rumput belulang Poaceae 3 0,16 0,46 32 Ocimum basilicum LINN. Kemangian Lamiaceae 3 0,16 0,46 33 Azadirachta indica JUSS. Mimba Meliaceae 1 0,05 0,46 34 Echinochloa colonum (L.) Tuton Poaceae 1 0,05 0,46 Link. 35 Dioscorea alata LINN. Uwi liar Dioscoreaceae 1 0,05 0,46 36 Vernonia cinerea Lass. Buyung Asteraceae 1 0,05 0,46 bawah INP 44,03 26,73 15,74 13,65 9,77 7,63 7,31 7,23 7,15 6,98 5,67 5,30 3.64 3.59 3.48 3,42 3,21 2,84 2,70 2,14 2,06 1,74 1,69 1,63 1,58 1,47 1,34 1,23 1,02 0,78 0,62 0,62 0,51 0,51 0,51 0,51
143
IV. KESIMPULAN Keragaman gulma yang terdapat di pertanaman pulai darat relatif sama dan didominasi famili Asteraceae, Melastomataceae dan Poaceae. I. cylindrica, M. affine, C. odorata, dan C. surinamense merupakan gulma penting dan sangat dominan di semua areal pertanaman pulai darat, baik yang berumur 1, 2, 3, maupun 4 tahun. Oleh karena itu tindakan pengendaliannya perlu diperhatikan dengan tetap mempertimbangkan aspek ekonomi dan ekologinya. DAFTAR PUSTAKA Fryer, J.D. and R.J. Makepeace. 1977. Weed Control Handbook. Vol. 1. Blackwell Scientific Publication. London. Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Terjemahan. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Departemen Kehutanan. Nasution, U. 1981. Inventarisasi Gulma di Perkebunan Karet Sumatera Utara dan Hubungannya dengan Pengelolaan Gulma. Pros. Kongres ke-6 Himpunan Ilmu Gulma Indonesia. Medan. Nasution, U. 1984. Pengamatan Berbagai Jenis Tumbuhan Penutup Tanah di Perkebunan Karet. Pros. Lokakarya Karet 1984 PN/PT Perkebunan Wilayah I. P4TM. Tanjung Morawa.
144