Professional Documents
Culture Documents
1
Miftah Thoha, 2008, Ilmu Administrasi Publik Kontemporer, Kencana, Jakarta,
hlm: 18.
1
politik (1950-1970), administrasi negara sebagai ilmu administrasi (1956-
1970), dan administrasi negara sebagai administrasi negara (tahun 1970).2
2
Untuk mengetahui lebih lanjut penjelasan akan paradigma-paradigma
tersebut, silakan baca Yeremias T. Keban, 2004, Enam Dimensi Strategis
Administrasi Publik: Konsep, Teori, dan Isu, Gava Media, Yogyakarta.
3
Sama dengan catatan kaki No. 1, hlm: 39.
4
Sama dengan catatan kaki No. 1, hlm:3.
2
pada hakikatnya adalah suatu disiplin yang menanggapi masalah-masalah
pelaksanaan persoalan-persoalan masyarakat (public affairs), dan manajemen
usaha-usaha masyarakat (public business).5
3
Target utama dari kesemua hal tersebut yaitu terwujudnya masyarakat yang
semakin baik. Maka dalam rangka pencapaian tujuan tersebut, prioritas utama
selain pembangunan fisik juga meliputi pembangunan sektor publik yang besar
dan produktif. Konsekuensi logisnya, berusahalah untuk diciptakan sebuah
sistem pelayanan publik yang baik dan berkualitas. Di titik ini, dapat dilihat
bahwa administrasi memegang peranan penting. Sebagai catatan, fenomena
dan euforia pembangunan dan peningkatan kapasitas pelayanan publik di Barat
ini mendapatkan momentumnya untuk menjadi gejala global karena pada
waktu tak lama berselang, negara-negara berkembang pun sedang giat-giatnya
melakukan pembangunan sektor ekonomi dan penataan administrasi
pembangunan, termasuk di antaranya Indonesia.7
7
Sama dengan catatan kaki No. 1, hlm: 59.
8
Sama dengan catatan kaki No.1, hlm: 60.
9
Sama dengan catatan kaki No. 1, hlm: 12.
4
Untuk mengetahui sejarah pelaksanaan adminisrasi negara di negeri ini,
dapat ditelisik buku karangan Bintoro Tjokroamidjojo yang berjudul
“Perkembangan Ilmu Administrasi Negara di Indonesia: Research di
Indonesia 1945-1966.”
Selepas Indonesia merdeka pada tahun 1945, barulah negeri ini berkuasa
secara penuh dan otonom untuk melaksanakan sistem administrasinya sesuai
dengan suasana dan keadaan lingkungan saat itu dan sesuai dengan apa yang
menjadi kebutuhan saat itu. Ditambah dengan semangat untuk lepas dari
warisan kolonial dan euforia kemerdekaan bergelora di masyarakat, maka
berusahalah diciptakan pembaruan tatanan administrasi negara. Namun seperti
yang telah dijelaskan dalam tulisan pembuka bab ini bahwa administrasi pada
dasarnya berjalan secara incremental dan tidak bisa dilepaskan dari pengaruh
masa lalu, maka dapat ditebak penyelenggaraan administrasi negara pada masa
pascakemerdekaan tidak jauh berbeda dengan praktik yang telah ada
sebelumnya karena masih kuatnya pengaruh sistem administrasi Belanda11.
10
Nilai yang mengagungkan hukum ini sejalan dengan praktika administrasi
negara model tradisional, di mana adminisitrasi negara dirumuskan sebagai
law in action.
11
Sebelum Indonesia merdeka, sistem administrasi yang dianut sebenarnya
merupakan sistem administrasi Jepang karena pada masa itu Jepang
menggantikan Belanda sebagai penjajah negeri. Namun demikian, sistem
administrasi Jepang tidak memberikan pengaruh yang signifikan pada masa
depan sistem administrasi Indonesia karena Jepang hanya bercokol di
Indonesia selama tiga tahun (1942-1945), bandingkan dengan Belanda yang
telah menjajah Indonesia selama tiga abad lebih.
5
Selain itu, sistem administrasi juga tidak dapat berjalan dengan efisien dan
efektif karena para administrator dan pejabat negara pada waktu itu menempati
posisi-posisi administrasi tanpa pernah mengecap pendidikan administrasi
negara sebelumnya, dan juga tanpa kesempatan bekerja di bawah pengawasan
ahli administrasi yang berpengalaman dan kompeten.
12
Kecenderungan untuk terpukau dan berusaha untuk meniru sistem
administrasi di luar negeri, terutama AS, ini rupanya menjadi semacam pola
pengembangan administrasi Indonesia pada masa sesudahnya. Ketika
konsepsi-konsepsi baru penyelenggaraan administrasi publik di AS seperti
reinventing government, good governance, dan new public management
muncul, dengan segera pemerintah Indonesia berusaha untuk
mewacanakannya dan mengadopsinya.
6
Perencanaan Nasional), dan Kantor Urusan Pegawai (yang kelak kemudian
menjadi Badan Administrasi Keegawaian Negara dan sekarang berubah
menjadi Badan Kepegawaian Negara). Seterusnya, reformasi administrasi yang
digalakkan ini mampu menjadikan sistem administrasi Indonesia meninggalkan
coraknya yang legalistis seperti di Eropa menjadi lebih bersifat modern,
praktis, pragmatis, efisien, dan efektif seperti yang juga banyak dikembangkan
di AS.13
7
Tahun 1975 yang mengatur penyusunan sistem serta struktur lembaga birokrasi
pemerintah. Sebagai akibatnya, semua hal yang berkaitan dengan
penyelenggaraan birokrasi pemerintah diseragamkan, mulai dari kelembagaan
dan sistem departemen, sistem penyusunan, pelaksanaan, pertanggungjawaban
anggaran, rekrutmen pegawai, pengangkatan pejabat, sistem diklat pegawai,
sistem penggajian pegawai, sampai sistem pengawasan.14
14
Sama dengan catatan kaki No. 1, hlm: 64-65.
15
Namun demikian, fenomena tersebut juga terjadi di semua negara
berkembang karena pada masa itu lembaga-lembaga donor
mempromosikan secara masif jargon pembangunan sehingga untuk mampu
melaksanakan resep tunggal kesejahteraan versi mereka, mau tak mau
negara-negara berkembang harus meminjam uang kepada mereka.
8
Konsepsi administrasi negara belum mantap pada awal
perkembangannya, tetapi dengan secara tiba-tiba kita melompat
jauh dengan pengenalan konsepsi administrasi pembangunan.
Sehingga dengan demikian isi (content) dan bentuk (structure)
administrasi negara kita belum menunjukkan isi dan bentuk yang
jelas.16
16
Sama dengan catatan kaki No. 1, hlm: 4.
9
Kini setelah Orde Baru tumbang dan memasuki Orde Reformasi, wajarlah
kiranya bila istilah adminstrasi negara di Indonesia diganti menjadi
administrasi publik, sesuai dengan terjemahan harafiah dari sumber aslinya:
public administration. Hal ini sudah seharusnya terjadi karena dengan
bergantinya penyelenggaraan negara dari otoriter menjadi demokratis, maka
penyelenggaraan administrasi publik pun haruslah sesuai dengan semangat dan
asas yang terjadi di ranah politik: bersifat demokratis. Dalam bahasa yang lain,
Indonesian public administration yang baru merupakan perubahan paradigma
dari proses pemerintahan (government) menjadi proses kepemerintahan
(governance). Secara ideologis, perubahan ini dapat dikatakan telah
mengembalikan administrasi publik yang selama ini telah hilang dengan
mengembalikannya kepada jati diri aslinya, di mana melayani kepentingan
masyarakat tanpa reserve merupakan tujuan utamnya.
10
Kelembagaan dan sistem administrasi negara kita hingga
sekarang ini masih seperti yang direformasi oleh Presiden Soeharto.
Belum ada perubahan sedikitpun. Susunan dan struktur organisasi
kelembagaan birokrasi pemerintah masih seperti dulu. Sementara
itu lingkungan strategis nasional dan global baik politik maupun
ekonomi telah mengalami perubahan yang dahsyat.17
Pendidikan
30
Hukum
10 Ekonomi
0
2006 2007 2008
17
Sama dengan catatan kaki No. 1, hlm: 66.
11
Grafik 1: Tingkat ketidakpuasan responden terhadap kinerja aparat birokrasi
dalam berbagai pelayanan.
Setuju
36.5
56.5
58
34. 8
39.9
55
Tidak setuju
7
7. 2
5.1 Tidak tahu /
tidak jawab
2006
2007 2008
Grafik 2: Setuju atau tidak setujukah Anda bahwa aparat pemerintah (birokrasi)
gampang disuap?
Pemerintahan
Grafik 3: Secara umum, puas atau tidak puaskah Anda dengan kinerja dari
Lembaga kem
instansi berikut ini?
daerah
departem 12
Ketidakpuasan masyarakat terhadap pelayanan publik yang tecermin dari
hasil jajak pendapat tersebut sebaiknya tidak kita telan mentah-mentah,
melainkan seharusnya kita kritisi pula. Indonesia merupakan masyarakat
multikultur. Sebagaimana ciri dominan masyarakat multikultur, seingkali
apriori buruk sangka dan stereotip negatif mengakibatkan kebanyakan warga
masyarakat lebih memosisikan lembaga birokrasi dan personel anggotanya
dalam kesan yang kurang atau tidak baik atau buruk, ketimbang dalam posisi
in between di antara yang baik dan yang buruk. Kebiasaan itu juga
menyebabkan masyarakat kehilangan kemampuan untuk tidak selalu
mengutamakan nilai-nilai dan idealisasi berbasis kultur dominan dalam menilai
segala sesuatunya.18
Salah satu contoh konkrit adalah apabila kita bermaksud mengkaji kinerja
birokrasi, kita terbiasa membandingkan dengan kinerja birokrasi di AS atau
negara maju lainnya. Perbandingan ini karena masyarakat mempunyai
keinginan, hasrat, dan tuntutan agar kualitas pengabdian dan pelayanan
birokrasi, sama seperti kualitas pengabdian dan pelayanan publik di negara
maju. (Tapi apa salahnya? Pemerintah sendiri sejak era Soekarno sudah
berusaha untuk mengadopsi sistem administrasi AS.) Padahal dalam mencoba
memotret kinerja birokrasi, sebaiknya yang kita pakai adalah kondisi dan fakta
sebagaimana adanya (das sein) dan juga didasarkan kepada berbagai
pertimbangan yang membedakan secara substansial dan material antara
birokrasi kita dengan birokrasi di negara lain. Apabila pertimbangan tersebut
menjadi acuan bagi masyarakat, maka akan terlihat bahwa pembandingan
antara Indonesia dengan negara maju tersebut tidaklah relevan dan terlampau
jomplang karena kondisi bangunan administasi publik di Indonesia yang belum
mapan dan belum jelas.
18
Novel Ali, Potret Polisi, Kinerja, dan Gaji, Suara Merdeka, 7 Juli 2005.
13
Reformasi. Apabila sampai sekarang, 10 tahun setelah Reformasi berjalan,
masyarakat tetap terlihat tidak puas terhadap birokrasi, maka dalih perihal
kecenderungan masyarakat untuk memandang negatif birokrasi menjadi tidak
berlaku sebab masa 10 tahun kiranya lebih dari cukup untuk (seharusnya)
dikatakan sudah melewati masa transisi dan pembelajaran dari yang buruk
menjadi ideal.
19
Hadriyanus Suharyanto, 2006, Rencana Program dan Kegiatan
Pembelajaran Semester (RKKPS) Pengantar Ilmu Administrasi Negara,
Yogyakarta, hlm: 5.
20
Sama dengan catatan kaki No. 19, hlm: 7.
14
reformasi atau perubahan sistem administrasi negara sampai
sekarang saya belum mengetahui secara jelas.21
15
Lebih jauh, penyelenggaraan administrasi publik di Indonesia selain jauh
dari ideal juga dapat dikatakan tercerabut dari akarnya karena tidak dapat
diidentifikasinya ciri-ciri pokok yang terkandung dalam administrasi publik.
Salah satunya yaitu ciri dari administrasi publik di mana dalam memberikan
pelayanannya tidak dikendalikan oleh harga pasar, melainkan ditentukan oleh
rasa pengabdian kepada masyarakat umum24. Jika demikian, bagaimana hal ini
menjelaskan fluktuasi harga BBM di negara kita yang ditentukan oleh harga
pasar (harga minyak dunia)? Meskipun pemerintah berdalih bahwa era
globalisasi mau tak mau membuat negara satu dengan lainnya saling terhubung
secara global, namun tetap saja dari perspektif ilmu administrasi publik
langkah pemerintah tersebut mengingkari jati diri administrasi publik. Tapi
tentu keadaan ini tidak bisa disalahkan sebab seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya, proses administrasi publik tak mungkin terlepas dari proses
politik. Dalam konteks ini, keputusan kenaikan dan penurunan harga BBM
adalah proses politik tersebut.
24
Sama dengan catatan kaki No. 19, hlm: 35.
25
Sama dengan catatan kaki No. 1, hlm: 62.
16
Selain itu pada tanggal 9 September 2008 yang lalu, Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR) telah mengesahkan RUU Ombudsman RI menjadi UU. UU ini
merupakan bukti penguatan komitmen pemerintah untuk secara serius
mengawasi kinerja pelayanan publik. Setelah disahkannya UU Ombudsman RI
ini, lembaga Komisi Ombudsman Nasional berubah menjadi Ombudsman RI.
Ombudsman RI memiliki kewenangan mengawasi pemberian pelayanan umum
oleh penyelenggara negara dan pemerintah kepada masyarakat. Penyelenggara
negara dimaksud meliputi Lembaga Peradilan, Kejaksaan, Kepolisian, Badan
Pertanahan Nasional, Pemerintah Daerah, Instansi Departemen dan Non-
Departemen, BUMN, dan Perguruan Tinggi Negeri, serta badan swasta dan
perorangan yang seluruh/sebagian anggarannya menggunakan APBN/APBD.
26
Untuk mengetahui lebih jauh mengenai Ombudsman RI, silakan akses situs
resminya di laman web http://www.ombudsman.go.id/
17
Berkaitan dengan hal tersebut, kita akan dapat menemui beberapa cerita
keberhasilan pelayanan publik di daerah. Kepemimpinan daerah yang
mumpuni menjadi kuncinya. Berikut adalah beberapa contoh cerita
keberhasilan penyelenggaraan pelayanan publik. Pelayanan publik yang
berhasil diselenggarakan dengan baik ini meliputi berbagai sektor seperti
pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan lain-lain.
27
Langkah konkret Alex Noerdin untuk menyejahterakan masyarakat Muba
mampu mengantarkannya menjabat sebagai gubernur Sumsel setelah
menang pada pilkada pemilihan gubernur Sumsel yang lalu.
18
dia torehkan. Dia secara damai dan dengan penuh empati mampu melakukan
rekolasi pedagang kaki lima barang bekas dari Banjarsari ke Pasar Klithikan
Notoharjo. Selain itu, revitalisasi ruang publik seperti Taman Balekambang,
Taman Sriwedari, dan Tirtonadi juga dilakukannya. Tata ruang kota terlihat
memang menjadi perhatian utamanya ketika dia menguba jalur lambat jalan
protokol Jalan Slamet Riyadi menjadi pedestrian yang nyaman dan luas bagi
penduduk Kota Solo.
Namun, tidak ada yang lebih fenomenal selain dari cerita keberhasilan
penyelenggaraan pemerintahan daerah di Provinsi Gorontalo yang dipimpin
Fadel Muhammad. Beliau memimpin Provinsi Gorontalo sejak 10 Desember
2001. Di bawah kepemimpinannya, human development index Provinsi
Gorontalo meningkat pesat. Seperti yang diakuinya, pembangunan di provinsi
yang dipimpinnya menganut konsep kewirausahaan.
28
Ardus M. Sawega, Laporan Akhir Tahun Bidang Nusantara: Kunci
Kepemimpinan di Daerah, KOMPAS, 4 Desember 2008, hlm: 6.
19
Konsep kewirausahaan ini diterapkan dalam tiga hal. Pertama,
kewirausahaan dalam penyelenggaraan pemerintahan atau yang disebutnya
sebagai entrepreneurial government (pemerintah yang berwawasan
kewirausahaan). Kedua, konsep kewirausahaan di sekolah-sekolah.
Pelaksanaannya yaitu ada bulan tertentu di mana para siswa dan mahasiswa
menjual berbagai produk hasil karyanya yang ada. Yang ketiga penyadaran dan
promosi besar-besaran mengenai pentingnya inovasi, sehingga terjadi suatu
pergerakan bisnis sampai ke tingkat usaha-usaha kecil seperti misalnya
menjual jagung, ternak, ikan, dan sebagainya. Melalui praktik ini nanti pada
akhirnya akan terjadi bisnis antarmasyarakat.
20
menerapkan konsep new public management dalam penyelenggaraan
pemerintahan daerah dan administrasi publiknya.29
29
Hari Setiyowanto, Gubernur Provinsi Gorontalo Dr. H. Fadel
Muhammad: Ide Brilian Yayasan Damandiri,
http://72.14.235.132/search?
q=cache:6w4d3Fib0wwJ:kbi.gemari.or.id/beritadetail.php%3Fid
%3D4722+prestasi+gorontalo+fadel+muhammad&hl=id&ct=clnk&c
d=3&gl=id, diakses pada tanggal 24 Desember 2008.
21
pengaruhnya yang terlalu kuat dan tidak proporsional terhadap pelaksanaan di
lapangan.
Berkaca dari rekam jejak usaha pemerintah selama 10 tahun terakhir ini
untuk mereformasi penyelenggaraan administrasi publiknya, sepertinya
prospek ke depan pelaksanaan administrasi publik di Indonesia masih suram
jika pemerintah tidak kunjung tersadar diri.
30
Tri Agung Kristanto, Laporan Diskusi Akhir Tahun Bidang Politik: Korupsi
kelembagaan Masih Ancaman, KOMPAS, 12 Desember 2008, hlm: 7.
22
sketsa lukisan menjadi lukisan tanpa ekspresi31. Artinya, pemerintah hanya
melakukan langkah-langkah reformasi dalam bentuk ide-ide (ideas) saja, bukan
langkah aksi nyata (real action). Debirokratisasi, deregulasi, dan perampingan
birokrasi hanya merupakan kebijakan yang berkisar pada aras idea karena tidak
dapat dilihat dalam aksi nyata aparatur pemerintah melainkan hanya dapat
dilihat melalui tabel struktural organisasi atau peraturan tertulis. Pemerintah
berasumsi bahwa sifat-sifat birokrasi lama akan hilang dengan sendirinya
dengan memindah dan menghapus susunan kotak-kotak dalam tabel struktural
organisasi, namun melupakan bahwa berbicara perubahan organisasi berarti
sesungguhnya berbicara perubahan budaya dan kapasitas SDM dalam
organisasi.
31
Sama dengan catatan kaki No. 1, hlm: 68-69.
32
Sama dengan catatan kaki No. 30.
23
Dalam hal pengembangan SDM, usaha yang dilakukan penuh dengan
nuansa formalitas belaka. Sebagai contohnya, pemerintah melalui LAN giat
melakukan diklat terhadap para pejabat eselon tanpa menyadari bahwa untuk
meningkatkan kapasitas mereka dalam memberikan pelayanan, hal itu hanya
dapat dilakukan melalui praktek pembelajaran nyata di lapangan dan bukannya
melalui pertemuan dan seminar di hotel-hotel. Apabila pemerintah ingin
meningkatkan SDM agar kualitas pelayanan publik ikut meningkat, konsentrasi
dan reformasi harus dilakukan sejak dalam tahap perekrutan. Perekrutan
seharusnya diorientasikan pada kompatibilitas antara soft skill dan latar
belakang pendidikan calon pelamar dengan posisi dan dinas yang akan
dimasukinya. Namun selama ini yang terjadi, tes CPNS justru seperti dagelan
karena menanyakan pelajaran SMA dan hal remeh-temeh lainnya bagi para
pelamar lulusan sarjana atau pascasarjana. Selain itu, proses kongkalikong,
nepotisme, dan clientele juga ditengarai masih banyak terjadi dalam proses
perekrutan. Ombudsman RI pun terkesan hanya merupakan lembaga main-
main sebab hanya mempunyai empat kantor cabang di seluruh Indonesia selain
kantor pusatnya di ibukota.
24
Pelembagaan kemampuan administrasi untuk mencapai tujuan bersama
atau kolektif adalah merupakan pilar fundamental dari administrasi negara33.
Maka sebagai salah satu upaya untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah
pusat perlu meningkatkan kapasitas manajemen dan mengubah budaya ke arah
new public management. Dalam paradigma sistem tersebut, pemerintah diajak
untuk tidak mengutamakan sistem dan prosedur, tetapi lebih berorientasi pada
kinerja dan hasil kerja dengan mengutamakan jiwa dan semangat
kewirausahaan34. Semangat kewirausahaan itu menurut Osborne dengan
mengutip pendapat J.B. Say seperti dikutip Thoha adalah “semangat yang
berupaya untuk mengubah sumber-sumber ekonomi keluar dari tingkat
produktivitas yang rendah ke arah tingkat produktivitas yang tinggi dan yang
menghasilkan lenih besar”.35
25
terhadap tuntutan masyarakat, yang justru semakin banyak dan tinggi seiring
dengan dinamika perubahan zaman yang cepat.
26
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Novel, Potret Polisi, Kinerja, dan Gaji, Suara Merdeka, 7 Juli 2005.
Gianie dan Tim Litbang KOMPAS, Jajak Pendapat “KOMPAS”: Biaya Mahal
untuk Reformasi Birokrasi, KOMPAS, 22 Desember 2008.
Kristanto, Tri Agung, Laporan Diskusi Akhir Tahun Bidang Politik: Korupsi
Kelembagaan Masih Ancaman, KOMPAS, 12 Desember 2008.
27
.
28