Professional Documents
Culture Documents
sangat baik. Apabila yang kedua lebih kuat dari yang pertama, lebih baik lagi.
1
Akan tetapi jika yang kedua lebih dominan ketimbang yang pertama, maka cukup
mencemaskan, apalagi jika kurikulum yang ada hanya yang pertama, maka
pendidikan kita berada di ambang sebuah keruntuhan.
Kurikulum dapat disebut sebagai “muatan pendidikan” sehingga menjadi
isu terpokok untuk diperhatikan kualitasnya.
Pada masa lalu kelemahan kurikulum nasional di Indonesia diatasi dengan
sisipan substansi Muatan Lokal, termasuk penggunaan bahasa ibu pada kelas awal
di sekolah dasar, tetapi muatan nasional tetap dominan karena ada ujian nasional,
yang harus dikejar oleh siswa dan guru bahkan juga orangtua siswa, karena
menyangkut nasib dan harga diri.
Lalu bagaimana kiat mengatasi kelemahan yang ada, ditambah lagi saat
ada isu atau rencana perubahan kurikulum biasanya kita resah dan gelisah,
membayangkan berbagai dampak dan konsekuensinya, yang memang nyata ada,
baik yang menyangkut segi administratif maupun teknis edukatif yang tak pelak
lagi akan menambah kesibukan dan kerepotan guru serta insan pendidikan
lainnya. Padahal pada kurun waktu tertentu kurikulum memang harus disesuaikan
dengan perkembangan kehidupan “masa kini”. Setiap perubahan sekecil apapun
ada konsekuensi logisnya bagi guru, lalu bagaimana agar kita tidak resah dan
gelisah menghadapi perubahan tersebut, bagaimana kiat menyiasatinya?
Pertama, kita harus menyadari sepenuhnya hakekat kurikulum seperti
diuraikan di atas, kurikulum sebenarnya hanyalah seperangkat rencana, yang tidak
dapat berbuat apa-apa tanpa kebijakan dan kebajikan pelaksananya. Betapapun
bagusnya kurikulum disusun oleh pakar yang sangat ahli sekalipun, bahkan hasil
penelitian bertahun-tahun, kalau berada ditangan guru yang kurang piawai, tidak
banyak manfaatnya dalam pembelajaran, sebaliknya kurikulum yang bersifat
standar dan hanya berisi garis besar rencana pembelajaran, tetapi dikelola oleh
guru yang handal akan dapat memfasilitasi pembelajaran yang sangat efektif dan
bermakna bagi pembelajarnya. Jadi ternyata unsur siapa yang melaksanakan
kurikulum, sangat berperan.
Pembelajaran sendiri dapat kita maknai sebagai segala upaya untuk
melayani dan memfasilitasi siswa untuk dapat belajar seoptimal mungkin, sesuai
potensinya. Hal itu dapat berlangsung dengan baik pada suasana yang kondusif
baik secara fisik, mental maupun
Page
Ada yang disebut sebagai The Hidden Curriculum, kurikulum yang tersamar, atau
kurikulum yang tidak nyata tertulis. The hidden Curriculum, merupakan semua
hal yang menstimulir anak dan anak meresponnya, merupakan hal di luar
kurikulum formal serta mempunyai dampak terhadap proses tumbuh kembang
anak. Misalnya, tatatertib dan peraturan sekolah/kelas, lingkungan sekitar baik
fisik maupun sosial, performance guru dan warga sekolah lainnya, guru
merupakan kurikulum yang sangat efektif bagi siswa, apapun yang dilakukan
guru, cara berpakaian, cara bicara, sikap terhadap guru lain merupakan kurikulum
bagi siswa, ada lagi The hiden curriculum yang sangat efektif, yaitu tayangan
televisi, juga merupakan kurikulum bagi siswa, semua itu akan membentuk sikap
dan kepribadiannya, membentuk persepsi terhadap lingkungan masyarakatnya,
kemudian merespon, dan mempengaruhi tumbuhkembangnya. Jadi guru masa kini
harus berpacu dengan kurikulum lain tersebut di atas, yang relatif lebih efektif
dibanding kurikulum formal yang telah ditetapkan. Kurikulum mengarahkan pada
hidup rukun dan saling tolong menolong, tetapi dalam kehidupan nyata dan dalam
tayangan televisi misalnya anak setiap saat melihat orang berkelahi saling
menjatuhkan satu sama lain, dan sebagainya. Kurikulum mengisyaratkan hidup
tertib dan bersih, tetapi lingkungan sekolahnya sendiri kumuh dan gurunya sering
terlambat, misalnya.
Secara sederhana sebenarnya pendidikan bagi siswa adalah apa yang dia
lihat, dia dengar, dia rasakan, dia alami, setiap detik, sepanjang hari sepanjang
tahun, itulah yang akan membentuk karakter dan kepribadiannya. Tugas kita
adalah memfasilitasi agar apa yang dia dengar, dia lihat, dia rasakan dan dia alami
adalah hal-hal yang positif semata.
Ketiga, keberhasilan tujuan pendidikan, khususnya pembelajaran juga
ditentukan oleh perangkat lainnya seperti, kecukupan sarana dan prasarana,
kecukupan biaya yang tersedia, adanya sumberdaya pengelola yang kompeten
baik guru, kepala sekolah, pengawas sampai para pembina pendidikan lainnya,
dan tatakelola atau manajemen yang baik (demokratis, transparan dan akuntabel),
keterlibatan secara aktif, masyarakat dan stakeholder lainnya, dan tidak kalah
pentingnya adalah kebijakan dan kebajikan pemerintah pusat maupun daerah,
pengawas hingga sekolah bahkan guru kelas melalui policy- nya, sangat
mempengaruhi kualitas pembelajaran dan pencapaian tujuan pendidikan secara
Page
umum. (http://www.mbs-sd.org/warta_mbs.php?id=19).
3
rencana tertulis itu berisikan pernyataan mengenai kuahtas yang harus dimiliki
7
seorang peserta didik yang mengikuti kurikulum tersebut aspek lain dari makna
kurikulum adalah pengalaman belajar. Pengalaman belajar di sini dimaksudkan
adalah pengalaman belajar yang dialami oleh peserta didik seperti yang
direncanakan dalam dokumen tertuhs. Pengalaman belajar peserta didik tersebut
adalah konsekuensi langsung dari dokumen tertulis yang dikembangkan oleh
dosen/instruktur/pendidik. Dokumen tertulis yang dikembangkan dosen ini
dinamakan Rencana Perkuliahan/Satuan Pembelajaran. Pengalaman belajar ini
memberikan dampak langsung terhadap hasil belajar mahasiswa. Oleh karena itu
jika pengalaman belajar ini tidak sesuai dengan rencana tertulis maka hasil belajar
yang diperoleh peserta didik tidak dapat dikatakan sebagai hasil dari kurikulum.
Ada enam dimensi pengembangan kurikulum untuk pendidikan tinggi
yaitu pengembangan ide dasar untuk kurikulum, pengembangan program, rencana
perkuliahan/satuan pembelajaran, pengalaman belajar, penilaian dan hasil.
Keenam dimensi tersebut dapat dikelompokkan ke dalam tiga kategori yaitu
Perencanaan Kurikulum, Implementasi Kurikulum, dan Evaluasi Kurikulum.
Perencanaan Kurikulum berkenaan dengan pengernbangan Pokok Pikiran/Ide
kurikulum dimana wewenang menentukan ada pada pengambil kebijakan urtuk
suatu lembaga pendidikan. Sedangkan Implementasi kurikulum berkenaan dengan
pelaksanaan kurikulum di lapangan (lembaga pendidikan/kelas) dimana yang
menjadi pengembang dan penentu adaIah dosen/tenaga kependidikan. Evaluasi
KurikuIum merupakan kategori ketiga dimana kurikulum dinilai apakah
kurikulum memberikan hasil yang sesuai dengan apa yang sudah dirancang
ataukah ada masalah lain baik berkenaan dengan salah satu dimensi ataukah
keseluruhannya. Dalam konteks ini evaluasi kurikulum dilakukan oleh tim di luar
tim pengembang kurikulum dan dilaksanakan setelah kurikulum dianggap cukup
waktu untuk menunjukkan kinerja dan prestasinya.
1. Kurikulum Pendidikan Tinggi Berdasarkan Sk Mendiknas 232
Surat Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Vomor 232/U/2000 Mail
menetapkan Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian
Hasil Belajar Mahasiswa. Dalam Surat Keputusan tersebut dikemukakan struktur
kurikulum. berdasarkan tujuan belajar (1) Learning to know, (2) learning to do,
(3) learning to live together, dan (4) learning to be. Bersasarkan pemikiran tentang
tujuan belajar tersebut maka mata kuliah dalam kurikulum perguruan tinggi dibagi
Page
atas 5 kelompok yaitu: (1) Mata. kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK) (2)
8
Mata Kuliah Keilmuan Dan Ketrampilan (MKK) (3) Mata Kuliah Keahlian
Berkarya (MKB) (4) Mata Kuliah Perilaku Berkarya (MPB), dan (5) Mata Kuliah
Berkehidupan Bermasyarakat (MBB).
Dalam Ketentuan Umum (7.8,9.10,11) dikemukakan deskripsi setiap
kelompok mata kuliah dalam kurikulum inti dan pada pasal 9 berkenaan dengan
kurikulum institusional. Dengan mengambil rumusan pada Ketentuan Umum,
deskripsi tersebut adalah sebagai berikut:
Keputusan Mendiknas yang dituangkan dalam SK nomor 232 tahun 2000
di atas jelas menunjukkan arah kurikulum berbasis kompetensi walau. pun secara.
eksplisit tidak dinyatakan demikian.
2. Kurikulum Pendidikan Tinggi Berdasarkan SK Mendiknas
No.045/U/2002
Surat Keputusan Mendiknas nomor 045/U/2002. tentang Kurikulum Inti
Perguruan Tinggi mengemukakan "Kompetensi adalah seperangkat tindakan
cerdas, penuh tanggungjawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk
dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang
pekerjaan tertentu".
Kurikulum berbasis kompetensi adalah kurikulum yang pada tahap
perencanaan, terutama dalam tahap pengembangan ide akan dipengaruhi oleh
kemungkinan-kemungkinan pendekatan, kompetensi dapat menjawab tantangan
yang muncul. Artinya, pada waktu mengembangkan atau mengadopsi pemikiran
kurikulum berbasis kompetensi maka pengembang kurikulum harus mengenal
benar landasan filosofi, kekuatan dan kelemahan pendekatan kompetensi dalam
menjawab tantangan, serta jangkauan validitas pendekatan tersebut ke masa
depan. Harus diingat bahwa kompetensi bersifat terus berkembang sesuai dengan
tuntutan dunia kerja atau dunia profesi maupun dunia ilmu.
SK Mendilmas nomor 045 tahun 2002 ini memperkuat perlunya
pendekatan KBK dalam pengembangan kurikulum pendidikan tinggi. Bahkan
dalam SK Mendiknas 045 pasal 2 ayat (2) dikatakan bahwa kelima kelompok
mata kuliah yang dikemukakan dalam SK nomor 232 adalah merupakan elemen-
elemen kompetensi.
Selanjutnya, keputusan tersebut menetapkan pula arah pengembangan
program yang dinamakan dengan kurikulum inti dan kurikulum institusional. Jika
Page
diartikan melalui keputusan nornor 045 maka kurikulum inti berisikan kompetensi
9
pendidikan tinggi.
b. Mengembangkan kemampuan dosen untuk melakukan dan memanfaatkan
proses pernbelajaran
c. Mengembangkan kemampuan subyek didik untuk memanfaatkan hasil
penilaian dalam meningkatkan efektifitas belajar mereka
d. Memantau dan menilai dampak jangka panjang terhadap proses dan hasil
belajar.
Perubahan yang mendasar juga terjadi pada kriteria lulus dan tidak lulus
(menguasai kompetensi atau tidak). Dalam konteks ini tidak setiap kompetensi
memiliki rentangan 0 - 4 atau E, D, C. B, dan A, melainkan pendekatan penilaian
yang bersifat mastery (Mastery-based Evaluation) untuk menggantikan
pendekatan skala yang digunakan pada saat ini.
5. Komponen Yang Terlibat Serta Peranannya
Untuk mengembangkan dan mengimplementasikan KBK ini dengan baik
sejumlah komponen perlu terlibat secara inten dan memberikan perannya
masingmasing sesuai dengan kapasitasnya, antara lain:
a. Visi dan Misi kelembagaan dan kepemimpinan yang berorientasi kualitas
dan akuntabilitas serta peka terhadap dinamika pasar.
b. Partisipasi seluruh sivitas akademika (dosen, naahasiswa) dalam bentuk
"shared vision" dan "mutual commitment" untuk optimasi kegiatan
pembelajaran.
c. Iklim dan kultur akademik yang kondusif untuk proses pengembangan
yang berkesinambungan.
d. Keterlibatan kelompok masyarakat pemrakarsa (stakeholders) serta.
Masyarakat pengguna lulusan itu sendiri.
6. Strategi Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi
A. Penutup
2008: 145).
Page
15
REFERENSI