You are on page 1of 35

KOLOM ( Konstruksi Beton II )

Page 1


2013
A. PENDAHULUAN
Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang
memikul beban dari balok. Kolom merupakan suatu elemen struktur
tekan yang memegang peranan penting dari suatu bangunan, sehingga
keruntuhan pada suatu kolom merupakan lokasi kritis yang dapat
menyebabkan runtuhnya (collapse) lantai yang bersangkutan dan juga
runtuh total (total collapse) seluruh struktur (Sudarmoko, 1996). SK
SNI T-15-1991-03 mendefinisikan kolom adalah komponen struktur
bangunan yang tugas utamanya menyangga beban aksial tekan vertikal
dengan bagian tinggi yang tidak ditopang paling tidak tiga kali dimensi
lateral terkecil.

Fungsi kolom adalah sebagai penerus beban seluruh bangunan
ke pondasi. Bila diumpamakan, kolom itu seperti rangka tubuh
manusia yang memastikan sebuah bangunan berdiri. Kolom termasuk
struktur utama untuk meneruskan berat bangunan dan beban lain
seperti beban hidup (manusia dan barang-barang), serta beban
hembusan angin. Kolom berfungsi sangat penting, agar bangunan tidak
mudah roboh. Beban sebuah bangunan dimulai dari atap. Beban atap
akan meneruskan beban yang diterimanya ke kolom. Seluruh beban
yang diterima kolom didistribusikan ke permukaan tanah di bawahnya.
KOLOM ( Konstruksi Beton II )


Page 2


2013
Sebuah bangunan akan aman dari kerusakan bila besar dan
jenis pondasinya sesuai dengan perhitungan. Namun, kondisi tanah
pun harus benar-benar sudah mampu menerima beban dari pondasi.
Kolom menerima beban dan meneruskannya ke pondasi, karena itu
pondasinya juga harus kuat, terutama untuk konstruksi rumah
bertingkat, harus diperiksa kedalaman tanah kerasnya agar bila tanah
ambles atau terjadi gempa tidak mudah roboh. Struktur dalam kolom
dibuat dari besi dan beton. Keduanya merupakan gabungan antara
material yang tahan tarikan dan tekanan. Besi adalah material yang
tahan tarikan, sedangkan beton adalah material yang tahan tekanan.
Gabungan kedua material ini dalam struktur beton memungkinkan
kolom atau bagian struktural lain seperti sloof atau balok yang bisa
menahan gaya tekan dan gaya tarik pada bangunan.
Pada saat sekarang ini pembuatan kolom selalu memakai bahan
dari tulang besi sehingga sering dinamakan beton bertulang. Menurut
beberapa ahli bangunan kolom ini dibagi menjadi tiga jenis yang
pertama kolom ikat atau tie column, lalu kolom spiral atau spiral
column dan yang terakhir adalah kolom komposit atau composite
column.
Dasar- dasar perhitungan
Menurut SNI-03-2847-2002 ada 4 ketentuan terkait perhitungan
kolom diantaranya:
1. Kolom harus direncanakan untuk memikul beban aksial terfaktor
yang bekerja pada semua lantai atau atap dan momen maksimum yang
berasal dari beban terfaktor pada satu bentang terdekat dari lantai
atau atap yang ditinjau. Kombinasi pembebanan yang menghasilkan
rasio maksimum dari momen terhadap beban aksial juga harus
diperhitungkan.
KOLOM ( Konstruksi Beton II )


Page 3


2013
2. Pada konstruksi rangka atau struktur menerus pengaruh dari
adanya beban tak seimbang pada lantai atau atap terhadap kolom luar
atau dalam harus diperhitungkan. Demilkian pula pengaruh dari beban
eksentris karena sebab lainnya juga harus diperhitungkan.
3. Dalam menghitung momen akibat beban gravitasi yang bekerja pada
kolom, ujung-ujung terjauh kolom dapat dianggap jepit, selama ujung-
ujung tersebut menyatu (monolit) dengan komponen struktur lainnya.
4. Momen-momen yang bekerja pada setiap level lantai atau atap harus
didistribusikan pada kolom di atas dan di bawah lantai tersebut
berdasarkan kekakuan relative kolom dengan juga memperhatikan
kondisi kekekangan pada ujung kolom.
Adapun dasar-dasar perhitungannya sebagai berikut:
1. Kuat perlu
2. Kuat rancang
No. Kondisi Faktor reduksi ()
1 Lentur tanpa beban aksial 0,8
2 Aksial tarik dengan lentur 0,8
3 Aksial tekan dengan lentur 0,8
3a Tulangan spiral maupun
sengkang ikat
0,8
3b Sengkang biasa 0,7 ; 0,65



KOLOM ( Konstruksi Beton II )


Page 4


2013

Kondisi keseimbangan regangan-penampang kolom persegi
Distribusi tegangan
Menurut SK SNI T-15-1991-03 ayat 3.3.2 butir 6 bahwa antara
distribusi tegangan tekan yang berbentuk trapesium, parabola, atau
bentuk lainnya merupakan pendekatan perhitungan yang cukup baik
bila dibandingkan dengan hasil pengujian yang menyeluruh.
Whitney dalam Salmon dan Wang, (1986) mengusulkan tegangan
tersebut berbentuk persegi dengan besar rata-rata 0,85.fc yang
terdistribusi merata pada daerah tekan ekivalen. Nilai tersebut dibatasi
oleh tepi tampang balok dan garis lurus yang sejajar dengan garis
netral sejarak a = 1 . c dari serat tekan terluar. Harga 1 dapat
dihitung sebagai berikut :

Untuk fc 30 Mpa 1 = 0,85
Untuk 30 < fc < 55 MPa 1 = 0,85 0,008 (fc 30)
Untuk fc 55 MPa 1 = 0,65


KOLOM ( Konstruksi Beton II )


Page 5


2013
Keruntuhan kolom
Keruntuhan kolom dapat terjadi bila tulangan baja lelehnya
karena tarik, atau terjadi kehancuran pada beton yang tertekan, ada 3
kondisi keruntuhan :
1. Keruntuhan bahan dengan suatu lendutan kesamping yang tidak
berarti, yang biasanya terjadi pada kolom-kolom pendek tetapi
dapat pula terjadi pada suatu kolom dengan suatu rasio
kelangsingan sedang apabila terdapat momen ujung yang besar
2. Keruntuhan diperhebat oleh lendutan kesamping dan momen
tambahan,type keruntuhan biasanya terjadi pada kolom-kolom
sedang
3. Keruntuhan goyang yang terjadi pada kolom-kolom langsing dan
mungkin didahului oleh lendutan yang berlebihan.

B. JENIS KOLOM
Ismawan Dipohusodo, seorang ahli bangunan dan konstruksi
yang berasal dari Indonesia pada tahun 1994 melalui buku yang
ditulisnya dia mengatakan bahwa ada tiga macam kolom . Yang
pertama yaitu kolom ikat yang menggunakan suatu pengikat yang
dinamakan sengkang lateral.
Jenis kolom yang satu ini merupakan kolom beton yang diberi
tulang pokok yang bentuknya memanjang. Pada jarak tertentu ada
ikatan sengkang yang menuju arah lateral. Fungsi dari tulangan ini
adalah untuk mengikat tulangan pokok yang memanjang dengan
tujuan agar tidak bisa terlepas dari tempatnya dan terus melekat
dengan kokoh.
Yang kedua adalah kolom spiral yang menggunakan ikatan
tulangan berbentuk spiral. Bentuk dan wujudnya sebenarnya bisa
KOLOM ( Konstruksi Beton II )


Page 6


2013
dikatakan sama dengan jenis yang pertama. Namun tulang pengikat
yang memanjang berupa tulang spiral yang dililitkan atau ikatannya
membentuk heliks secara terus menerus pada seluruh bagian panjang
kolom.

Fungsi dari tulangan berbentuk spiral ini yaitu agar bisa
memberi kekuatan pada kolom sehingga komponen ini bisa menyerap
deformasi dengan ukuran yang cukup besar. Sehingga ketika ada
keruntuhan pada bangunan, tulangan spiral ini masih mempunyai
kesempatan untuk melakukan pencegahan proses robohnya semua
bagian struktur bangunan sebelum ada proses tegangan dan
redistribusi momen bisa terwujud.
Kemudian yang terakhir yaitu dinamakan dengan kolom
komposit. Kolom tulangan ini adalah wujud dari struktur yang diberi
pipa atau gelegar dari baja profil untuk sehingga tekanannya bisa
semakin kuat. Ada kolom komposit yang diberi kelengkapan batang
tulangan yang memanjang tapi ada pula yang tidak menggunakannya.
Menurut hasil penelitian dan percobaan yang telah dilakukan beberapa
kali, kolom yang satu ini punya kekuatan yang lebih bagus apabila
dibandingkan dengan jenis kolom yang memakai tulang sengkang.
KOLOM ( Konstruksi Beton II )


Page 7


2013
Hasil berbagai eksperimen juga menunjukkan bahwa kolom
berpengikat spiral ternyata lebih tangguh daripada yang menggunakan
tulangan sengkang, seperti yang terlihat pada diagram di bawah ini.

Sementara itu untuk bangunan yang bentuknya sederhana, bisa
memakai bentuk beton bertulang lain yang terbagi menjadi dua jenis
antara lain:
1. Kolom Utama
Yang dimaksud dengan kolom utama adalah kolom yang fungsi
utamanya menyanggah beban utama yang berada diatasnya. Untuk
rumah tinggal disarankan jarak kolom utama adalah 3.5 m, agar
dimensi balok untuk menompang lantai tidak tidak begitu besar, dan
apabila jarak antara kolom dibuat lebih dari 3.5 m, maka struktur
bangunan harus dihitung. Apabila rumah itu terdiri dari dua lantai,
ukuran dimensi untuk kolom utamanya adalah 20/20 dengan tulangan
pokok 8D12 mm, sedangkan begelnya 8 - 10 cm. Maksudnya
tulangan yang dipakai adalah tulangan ulir berdiameter 12 mm dan
KOLOM ( Konstruksi Beton II )


Page 8


2013
jumlahnya ada 8 buah. Sedangkan 8 -10 cm mempunyai arti begelnya
berdiameter 8 mm dan jarakanya 10 cm.

2. Kolom Praktis
Adalah kolom yang berpungsi membantu kolom utama dan juga
sebagai pengikat dinding agar dinding stabil, jarak kolom maksimum
3,5 meter, atau pada pertemuan pasangan bata, (sudut-sudut).
Dimensi kolom praktis 15/15 dengan tulangan beton 4D10 begel 8-
20.
Letak kolom dalam konstruksi. Kolom portal harus dibuat terus
menerus dari lantai bawah sampai lantai atas, artinya letak kolom-
kolom portal tidak boleh digeser pada tiap lantai, karena hal ini akan
menghilangkan sifat kekakuan dari struktur rangka portalnya. Jadi
harus dihindarkan denah kolom portal yang tidak sama untuk tiap-tiap
lapis lantai. Ukuran kolom makin ke atas boleh makin kecil, sesuai
dengan beban bangunan yang didukungnya makin ke atas juga makin
kecil.
Perubahan dimensi kolom harus dilakukan pada lapis lantai,
agar pada suatu lajur kolom mempunyai kekakuan yang sama. Prinsip
KOLOM ( Konstruksi Beton II )


Page 9


2013
penerusan gaya pada kolom pondasi adalah balok portal merangkai
kolom-kolom menjadi satu kesatuan. Balok menerima seluruh beban
dari plat lantai dan meneruskan ke kolom-kolom pendukung.
Hubungan balok dan kolom adalah jepit-jepit, yaitu suatu sistem
dukungan yang dapat menahan momen, gaya vertikal dan gaya
horisontal. Untuk menambah kekakuan balok, di bagian pangkal pada
pertemuan dengan kolom, boleh ditambah tebalnya.

C. KOLOM PENDEK DENGAN BEBAN SENTRIS
Kapasitas beban sentris maksimum diperoleh dengan menambah
kontribusi beton yaitu (Ag Ast) 0,85 fc dan kontribusi baja tulangan
yaitu Ast fy, dimana Ag (luas penampang bruto) dan Ast (luas total
tulangan baja). Kapasitas beban sentris maksimum yaitu :
Po = (Ag Ast) 0,85 fc + Ast fy (C.1)
Pada kenyataannya, beban eksentrisitas sebesar nol sangat sulit
terjadi dalam struktur aktual. Hal tersebut disebabkan karena ketidak
tepatan ukuran kolom, tebal plat yang berbeda dan
ketidaksempurnaan lainnya. Batas eksentrisitas minimal untuk kolom
sengkang dalam arah tegak lurus sumbu lentur adalah 10% dari tebal
kolom dan 5% untuk kolom bulat (E.G Nawy., 1998).
Berdasarkan SNI 03-2847-2002 tentang tata cara perencanaan
beton untuk bangunan gedung, kuat rencana kolom tidak boleh lebih
dari :
a. Kolom sengkang (pasal 12.3.(5(1))
Pn = 0,80 (Ag Ast) 0,85 fc + Ast fy . (C.2)
b. Kolom bulat (pasal 12.3.(5(1))
KOLOM ( Konstruksi Beton II )


Page 10


2013
Pn = 0,85 (Ag Ast) 0,85 fc + Ast fy . (C.3)
Dengan faktor reduksi kekuatan untuk kolom sengkang sebesar
0,65 dan untuk kolom bulat 0,70. Persyaratan detail penulangan
kolom bulat antara lain :
a. Luas tulangan longitudinal komponen struktur tekan tidak
boleh kurang dari 0,01 ataupun lebih dari 0,08 kali luas
penampang bruto (pasal 12.9(1)).
b. Jumlah tulangan longitudinal munimum adalah 4 untuk kolom
persegi empat atau lingkaran, 3 untuk kolom sengkang segitiga
dan 6 untuk kolom pengikat spiral (pasal 12.9(2)).
c. Rasio penulangan spiral untuk fy 400 tidak boleh kurang dari
(pasal 12.9(3)) :
y
c
c
g
f
f
A
A
'
1 45 , 0
min
|
|
.
|

\
|
= . (C.4)

D. KOLOM PENDEK DENGAN BEBAN EKSENTRIS
Kolom yang menahan beban eksentris mengakibatkan baja pada
sisi yang tertarik akan mengalami tarik dengan garis netral dianggap
kurang dari tinggi efektif penampang (d). Apabila angka kelangsingan
klu/r 22 maka tergolong kolom pendek. Berdasarkan regangan yang
terjadi pada baja tulangan yang tertarik, kondisi awal keruntuhan
digolongkan menjadi dua yaitu :
a. Keruntuhan tarik yang diawali dengan luluhnya tulangan tarik
dimana Pn < Pnb.
KOLOM ( Konstruksi Beton II )


Page 11


2013
b. Keruntuhan tekan yang diawali dengan kehancuran beton
dimana Pn > Pnb.
Kondisi balance terjadi saat baja tulangan mengalami luluh
bersamaan dengan regangan beton. Beton mencapai kekuatan
maksimum fc pada saat regangan desak beton maksimal mencapai
0,003. Perencanaan kolom eksentris diselesaikan dengan dua cara
antara lain :
1. Metode Pendekatan Diagram Pn - Mn
Diagram Pn - Mn yaitu suatu grafik daerah batas yang
menunjukkan ragam kombinasi beban aksial dan momen yang dapat
ditahan oleh kolom secara aman. Diagram interaksi tersebut dibagi
menjadi dua daerah yaitu daerah keruntuhan tekan dan daerah
keruntuhan tarik dengan pembatasnya adalah titik balance. Tulangan
dipasang simetris untuk mempermudah pelaksanaan, mencegah
kekeliruan dalam penempatan tulangan tarik atau tulangan tekan dan
mengantisipasi perubahan tegangan akibat beban gempa. Analisis
kolom dengan diagram Pn - Mn diperhitungkan pada tiga kondisi yaitu :
a. Pada Kondisi Eksentrisitas Kecil
Prinsip-prinsip pada kondisi ini dimana kuat tekan rencana
memiliki nilai sebesar kuat rencana maksimum.
Pn = Pn max = 0,80 (Ag Ast) 0.85 fc + Ast fy . (D.1)
sehingga kuat tekan kolom maksimum yaitu :

. (D.2)

KOLOM ( Konstruksi Beton II )


Page 12


2013
b. Pada Kondisi Momen Murni
Momen murni tercapai apabila tulangan tarik belum luluh
sedangkan tulangan tekan telah luluh dimana fs adalah
tegangan tulangan tekan pada kondisi luluh. Pada kondisi
momen murni keruntuhan terjadi saat hancurnya beton (Pn =
Pu = 0). Keseimbangan pada kondisi momen murni yaitu :
ND1 + ND2 = NT .........................(D.3)
dimana :
ND1 = 0,85 fc b a .........................(D.4)
ND2 = fs As .........................(D.5)
NT = fy As .........................(D.6)
Selisih akibat perhitungan sangat kecil sehingga dapat
diabaikan. Persamaan yang diperoleh dari segitiga sebangun
dengan tinggi sumbu netral pada c yaitu :

()

.............. (D.7)
Dengan mensubtitusikan persamaan (7) dan (11) akan
dihasilkan persamaan pangkat dua dengan perubah tinggi
sumbu netral c. Momen rencana dapat dihitung sebagai
berikut :
Mr = Mn ......................... (D.8)
Mn = Mn1 + Mn2 = ND1 Z1 + ND2 Z2 ......................... (D.9)
c. Pada Kondisi Balance
KOLOM ( Konstruksi Beton II )


Page 13


2013
Kondisi keruntuhan balance tercapai apabila tulangan tarik
luluh dan beton mengalami batas regangan dan mulai
hancur. Persamaan yang diperoleh dari segitiga yang
sebangun dengan persamaan sumbu netral pada kondisi
balance (Cb) yaitu :

......................... (D.10)
atau dengan Es = 200000, maka :

......................... (D.11)
Persamaan kesetimbangan pada kondisi balance :
Pb = ND1 + ND2 NT ......................... (D.12)
Sehingga eksentrisitas balance (eb) dapat ditulis sebagai
berikut :
Pb (eb + d/2) = Mnb ......................... (D.13)
Mrb = Pb eb ......................... (D.14)
2. Metode Pendekatan Whitney
Persamaan-persamaan yang disarankan Whitney digunakan
sebagai solusi alternatif dengan cara coba-coba walaupun tidak selalu
konservatif khususnya apabila beban rencana terlalu dekat dengan
beban balance.
Kolom Segi Empat
Persamaan-persamaan Whitney pada kondisi keruntuhan tekan
yang disarankan berdasarkan asumsi-asumsi :
KOLOM ( Konstruksi Beton II )


Page 14


2013
1) Tulangan dipasang simetris pada satu lapis sejajar
terhadap sumbu lentur penampang segi empat.
2) Tulangan tekan telah leleh.
3) Luas beton yang ditempati tulangan diabaikan.
4) Tinggi balok tegangan ekivalen dianggap sebesar 0,54d
setara dengan harga a rata-rata kondisi balance pada
penampang segi empat.
5) Keruntuhan tekan menentukan.
Dalam banyak hal, metode Whitney konservatif apabila
eksentrisitas sangat kecil.
Persamaan Whitney untuk hancur tekan menentukan :

()
+

)
......................... (D.15)
Persamaan Whitney untuk hancur tarik menentukan
berdasarkan asumsi-asumsi keruntuhan ditandai dengan
luluhnya tulangan tarik sedangkan tulangan tekan bisa
belum luluh.

) ............. (D.16)
Kolom Bulat
Persamaan-persamaan Whitney pada kondisi keruntuhan tekan
yang disarankan berdaarkan asumsi-asumsi :
1) Transformasi kolom bulat menjadi kolom segi empat
akivalen.
KOLOM ( Konstruksi Beton II )


Page 15


2013
2) Tebal penampang segi empat ekivalen diambil sebesar 0,8h
dimana h adalah diameter kolom bulat.
3) Lebar kolom segi empat ekivalen diambil sebesar Ag / 0,8h.
4) Luas total tulangan segi empat ekivalen pada dua lapis
yang sejajar berjarak 2Ds /3 dalam arah lentur dimana Ds
adalah diameter tulangan terluar dari as ke as.
Persamaan Whitney untuk keruntuhan tekan :

]
......................... (D.17)
Persamaan Whitney untuk keruntuhan tarik :

)] ....... (D.18)
dimana h : diameter penampang
Ds : diameter tulangan terluar dari as ke as
e : eksentrisitas terhadap pusat plastis



E. KOLOM LANGSING (PANJANG)
Analisis pada kolom panjang dibagi atas analisa terhadap dua
faktor yang terjadi pada elemen tekan tersebut, yaitu :

KOLOM ( Konstruksi Beton II )


Page 16


2013
1. Tekuk Euler
Beban tekuk kritis untuk kolom yang ujung-ujungnya sendi
disebut sebagai beban tekuk Euler, yang dinyatakan dalam Rumus
Euler :

Dimana :
Lk = panjang tekuk
E = modulus elastisitas baja
I = momen inersia terhadap sumbu yang ^ arah tekuk

Sehingga tegangan kritis diperoleh :

Dengan rumus ini, dapat diprediksi bahwa apabila suatu kolom
menjadi sangat panjang, beban yang dapat menimbulkan tekuk pada
kolom menjadi semakin kecil menuju nol, dan sebaliknya. Rumus Euler
ini tidak berlaku untuk kolom pendek, karena pada kolom ini yang
lebih menentukan adalah tegangan hancur material. Bila panjang
kolom menjadi dua kali lipat, maka kapasitas pikulbeban akan
berkurang menjadi seperempatnya. Dan bila panjang kolom menjadi
setengah dari panjang semula, maka kapasitas pikul beban akan
meningkat menjadi 4 kali. Jadi, beban tekuk kolom sangat peka
terhadap perubahan panjang kolom.


KOLOM ( Konstruksi Beton II )


Page 17


2013
2. Tegangan Tekuk Kritis
Beban tekuk kritis kolom dapat dinyatakan dalam tegangan
tekuk kritis (fcr), yaitu dengan membagi rumus Euler dengan luas
penampang A. Jadi persamaan tersebut adalah :
Unsur L/r disebut sebagai rasio kelangsingan kolom. Tekuk kritis
berbanding terbalik dengan kuadrat rasio kelangsingan. Semakin besar
rasio, akan semakin kecil tegangan kritis yang menyebabkan tekuk.
Rasio kelangsingan (L/r) ini merupakan parameter yang sangat penting
dalam peninjauan kolom karena pada parameter inilah tekuk kolom
tergantung. Jari-jari girasi suatu luas terhadap suatu sumbu adalah
jarak suatu titik yang apabila luasnya dipandang terpusat pada titik
tersebut, momen inersia terhadap sumbu akan sama dengan momen
inersia luas terhadap sumbu tersebut. Semakin besar jari-jari girasi
penampang, akan semakin besar pula tahanan penampang terhadap
tekuk, walaupun ukuran sebenarnya dari ketahanan terhadap tekuk
adalah rasio L/r.
3. Kondisi Ujung
Pada kolom yang ujung-ujungnya sendi, titik ujungnya mudah
berotasi namun tidak bertranslasi. Hal ini akan memungkinkan kolom
tersebut mengalami deformasi.
4. Bracing
Untuk mengurangi panjang kolom dan meningkatkan kapasitas
pikul bebannya, kolom sering dikekang pada satu atau lebih titik pada
panjangnya. Pengekang (bracing) ini merupakan bagian dari rangka
struktur suatu bangunan gedung. Pada kolom yang diberi pengekang
(bracing) di tengah tingginya, maka panjang efektif kolom menjadi
setengah panjangnya, dan kapasitas pikul-beban menjadi empat kali
KOLOM ( Konstruksi Beton II )


Page 18


2013
lipat dibandingkan dengan kolom tanpa pengekang. Mengekang kolom
di titik yang jaraknya 2/3 dari tinggi tidak efektif dalam memperbesar
kapasitas pikul-beban kolom bila dibandingkan dengan mengekang
tepat di tengah tinggi kolom.

5. Kekuatan Kolom Aktual vs Ideal
Apabila suatu kolom diuji secara eksperimental, maka akan
diperoleh hasil yang berbeda antara beban tekuk aktual dengan yang
diperoleh secara teoritis. Hal ini khususnya terjadi pada pada kolom
yang panjangnya di sekitar transisi antara kolom pendek dan kolom
panjang. Hal ini terjadi karena adanya faktor-faktor seperti
eksentrisitas tak terduga pada beban kolom, ketidak-lurusan awal pada
kolom, adanya tegangan awal pada kolom sebagai akibat dari proses
pembuatannya, ketidakseragaman material, dan sebagainya. Untuk
memeperhitungkan fenomena ini, maka ada prediksi perilaku kolom
pada selang menengah (intermediate range).
KOLOM ( Konstruksi Beton II )


Page 19


2013
6. Momen dan Beban Eksentris
Banyaknya kolom yang mengalami momen dan beban eksentris,
dan bukan hanya gaya aksial. Untuk kolom pendek, cara
memperhitungkannya adalah dinyatakan dengan M = Pe , dan dapat
diperhitungkan tegangan kombinasi antara tegangan aksial dan
tegangan lentur. Untuk kolom panjang, ekspresi Euler belum
memperhitungkan adanya momen.
Apabila angka kelangsingan kolom melebihi batas untuk kolom
pendek maka kolom tersebut akan mengalami tekuk sebelum mencapai
batas limit kegagalan material. Kolom tersebut adalah jenis kolom
langsing yang mengalami momen tambahan akibat efek P dimana P
adalah beban aksial dan adalah defleksi akibat kolom tertekuk pada
penampang yang ditinjau.
a. Besarnya k dapat dihitung dengan persamaan-persamaan dari
peraturan ACI (E.G Nawy., 1998) antara lain :
1) Batas atas faktor panjang efektif untuk batang tekan
berpengaku diambil dari nilai terkecil antara persamaan
berikut:
k = 0,7 + 0,05 (A + B) 1,0
k = 0,85 + 0,05 min 1,0
Dimana A dan B adalah pada ujung kolom dan min adalah
yang terkecil dari kedua harga tersebut.
balok
l
EI
kolom
l
EI
n
u
|
|
.
|

\
|

|
|
.
|

\
|

= ......................... (E.1)
Dimana lu adalah panjang tak tertumpu kolom dan ln adalah
bentang bersih balok.
2) Batas atas faktor panjang efektif untuk batang tekan tanpa
pengaku yang tertahan pada kedua ujungnya diambil sebesar :
KOLOM ( Konstruksi Beton II )


Page 20


2013
Untuk m < 2
m
m
k

= 1
20
20
.........................(E.2)
Untuk m 2
m k + = 1 9 , 0
Diamana m adalah harga rata-rata dari kedua ujung batang
tertekan tersebut.
3) Batas atas faktor panjang efektif untuk batang tekan tanpa
pengaku yang kedua ujungnya sendi diambil sebesar :
k = 2,0 + 0,3

b. Pengaruh kelangsingan
SNI (1991) mensyaratkan pengaruh kelangsingan boleh diabaikan
apabila :
1)
b
b u
M
M
r
kl
2
1
12 34 s untuk komponen struktur tekan yang ditahan
terhadap goyangan kesamping.
2) 22 s
r
kl
u
untuk komponen struktur tekan yang tidak ditahan
terhadap goyang kesamping.
M1b dan M2b adalah momen pada ujung-ujung yang berlawanan
pada kolom dengan M2b adalah momen yang lebih besar dan M1b
adalah momen yang lebih kecil.

c. Metode pembesaran momen
Pembesaran momen bergantung pada kelangsingan batang, desain
penampang dan kekuatan seluruh rangka portal bergoyang.
Komponen struktur tekan harus direncanakan menggunakan
beban aksial terfaktor dan momen terfaktor yang diperbesar.
KOLOM ( Konstruksi Beton II )


Page 21


2013

.........................(E.3)
Dengan: :
Pc =
2
EI/(klu)
2
.........................(E.4)

.........................(E.5)

.........................(E.6)



.........................(E.7)
Dimana Pu adalah beban vertikal trfaktor pada suatu tingkat dan
Pc adalah kapasitas tekan total kolom-kolom pada suatu tingkat.

d. Kuat geser
Perencanaan kolom harus mempertimbangkan gaya geser yang
bekerja antara lain :
1) Komponen struktur yang menerima beban aksial tekan :

) (

.............................. (E.8)
Dimana besaran Nu/14Ag harus dalam MPa.
2) Kuat geser boleh dihitung dengan perhitungan yang lebih rinci
yaitu :

............................. (E.9)
Dengan nilai Mm menggantikan Mu dan nilai Vud/Mu boleh
diambil lebih daripada 1,0 dengan :

( )


Tetapi dalam hal ini Vc tidak boleh diambil lebih besar dari
pada :
g
u
w c c
A
N
d b f V
3 , 0
1 ' 3 , 0 + = ................................. (E.10)
KOLOM ( Konstruksi Beton II )


Page 22


2013
Bila gaya geser Vu lebih besar daripada kuat geser Vc maka
harus disediakan tulangan geser.
s
d f A
V
y v
s
=
Dimana
y
w c
v
f
s b f
A
) 1200 (
' 75
= tidak boleh kurang dari
y
w
f
s b
3
1
dengan bw
dan s dalam milimeter. Kuat geser Vs tidak boleh diambil lebih
dari d b f
w c
'
3
2
.
Jika Vs > d b f
w c
'
3
1
, maka spasi tulangan geser yang dipasang
tegak lurus terhadap sumbu aksial komponen struktur tidak
boleh lebih dari d/2 atau 600 mm.

F. DIAGRAM INTERAKSI KOLOM
Diagram interaksi kolom atau biasa disebut diagram Pn - Mn yaitu
suatu grafik daerah batas yang menunjukkan ragam kombinasi beban
aksial dan momen yang dapat ditahan oleh kolom secara aman.
Diagram interaksi tersebut dibagi menjadi dua daerah yaitu daerah
keruntuhan tekan dan daerah keruntuhan tarik dengan pembatasnya
adalah titik balance. Tulangan dipasang simetris untuk mempermudah
pelaksanaan, mencegah kekeliruan dalam penempatan tulangan tarik
atau tulangan tekan dan mengantisipasi perubahan tegangan akibat
beban gempa. Analisis kolom dengan diagram Pn - Mn diperhitungkan
pada tiga kondisi yaitu :
a. Pada Kondisi Eksentrisitas Kecil
Prinsip-prinsip pada kondisi ini dimana kuat tekan rencana
memiliki nilai sebesar kuat rencana maksimum.
KOLOM ( Konstruksi Beton II )


Page 23


2013
Pn = Pn max = 0,80 (Ag Ast) 0.85 fc + Ast fy . (F.1)
sehingga kuat tekan kolom maksimum yaitu :

. (F.2)
b. Pada Kondisi Momen Murni
Momen murni tercapai apabila tulangan tarik belum luluh
sedangkan tulangan tekan telah luluh dimana fs adalah
tegangan tulangan tekan pada kondisi luluh. Pada kondisi
momen murni keruntuhan terjadi saat hancurnya beton (Pn =
Pu = 0). Keseimbangan pada kondisi momen murni yaitu :
ND1 + ND2 = NT .........................(F.3)
dimana :
ND1 = 0,85 fc b a .........................(F.4)
ND2 = fs As .........................(F.5)
NT = fy As .........................(F.6)
Selisih akibat perhitungan sangat kecil sehingga dapat
diabaikan. Persamaan yang diperoleh dari segitiga sebangun
dengan tinggi sumbu netral pada c yaitu :

()

.............. (F.7)
Dengan mensubtitusikan persamaan (7) dan (11) akan
dihasilkan persamaan pangkat dua dengan perubah tinggi
sumbu netral c. Momen rencana dapat dihitung sebagai
berikut :
KOLOM ( Konstruksi Beton II )


Page 24


2013
Mr = Mn ......................... (F.8)
Mn = Mn1 + Mn2 = ND1 Z1 + ND2 Z2 ......................... (F.9)
c. Pada Kondisi Balance
Kondisi keruntuhan balance tercapai apabila tulangan tarik
luluh dan beton mengalami batas regangan dan mulai
hancur. Persamaan yang diperoleh dari segitiga yang
sebangun dengan persamaan sumbu netral pada kondisi
balance (Cb) yaitu :

......................... (F.10)
atau dengan Es = 200000, maka :

......................... (F.11)
Persamaan kesetimbangan pada kondisi balance :
Pb = ND1 + ND2 NT ......................... (F.12)
Sehingga eksentrisitas balance (eb) dapat ditulis sebagai
berikut :
Pb (eb + d/2) = Mnb ......................... (F.13)
Mrb = Pb eb ......................... (F.14)

KOLOM ( Konstruksi Beton II )


Page 25


2013












KOLOM ( Konstruksi Beton II )


Page 26


2013



















KOLOM ( Konstruksi Beton II )


Page 27


2013

KOLOM ( Konstruksi Beton II )


Page 28


2013


KOLOM ( Konstruksi Beton II )


Page 29


2013






DIAGRAM INTERAKSI KOLOM
KOLOM ( Konstruksi Beton II )


Page 30


2013

KOLOM ( Konstruksi Beton II )


Page 31


2013

KOLOM ( Konstruksi Beton II )


Page 32


2013
KOLOM ( Konstruksi Beton II )


Page 33


2013
DIAGRAM INTERAKSI KOLOM KURVA ACI






KOLOM ( Konstruksi Beton II )


Page 34


2013

KOLOM ( Konstruksi Beton II )


Page 35


2013

You might also like