You are on page 1of 21

Pendahuluan

Tulang dan juga otot merupakan isi dari sebagian besar berat tubuh kita. Semakin tumbuh dewasa, otot dan tulang akan semakin bertambah besar dan semakin berat, begitu pula dengan otot. Semakin dewasa, otot yang ada semakin banyak jumlahnya bahkan mencapai 40% dari berat tubuh kita. Namun, semakin kita menua, semakin kecil dan semakin sedikit juga komposisi otot pada tubuh. Pada usia tua, otot hanya ada berkisar hingga 30% dari berat tubuh. Otot dan tulang adalah suatu sistem mukuloskeletal yang sifatnya saling membantu satu dengan yang lainnya dalam melakukan gerak pada tubuh manusia. Namun apabila otot tersebut lama untuk tidak digunakan, kemampuan otot tersebut pun akan berkurang. Berdasarkan masalah yang diberikan dalam pembelajaran kali ini, diketahui bahwa permasalahn utama yang diberikan adalah mengenai seorang yang ibu dimana pinggulnya terbentur sehingga tungkai kanannya terasa sakit. Setelah 3 bulan didiamkan begitu saja, ukuran tungkai kanannya semakin mengecil. Pada saat pemerikasaan pun dokter mengatakan bahwa oto ekstermitas dextra-nya mengalami atrofi dan hipotonus. Pada kejadian ini, dapat kita ketahui bahwa tungkai kanannyalah yang mengalami masalah. Pada tungkai bawah tidak hanya terdapat tulang saja melainkan juga terdapat otot serta jaringan-jaringan lainnya. Maka dapat diketahui bahwa rumusan masalah yang didapatkan dari kasus di atas adalah bahwa si ibu mengalami benturan pada tungkai kanannya sehingga terasa sakit. Selama 3 bulan ia diamkan begitu saja, akhirnya otot ekstermitas tungkai kanannya mengalami atrofi dan juga hipotonus. Oleh karena itu, akan dijelaskan mengenai bagian-bagian yang mengalami masalah baik secara makro (anatomi) maupun mikro (histologi), kemudian mekanisme dari kerja otot itu sendiri hingga enzim-enzim yang berperan pada mekanisme kerja otot tersebut.

Pembahasan
I. STRUKTUR MAYOR (ANATOMI)

Otot Tungkai - Kaki Otot pada tungkai dibagi menjadi 2 bagian besar yaitu tungkai bagian atas dan bagian bawah. Pada tungkai bagian atas dibagi menjadi 3 bagian besar otot yang terdiri dari beberapa otot lainnya. 1. Otot Ekstensor Sendi Lutut1 a. M. Sartorius, berorigo dengan spina iliaca anterior superior dan insertio pada fascies medialis tibiae b. M. Rectus Femoris, berorigo dengan caput rectum dan caput obliqum serta insertio pada tuberositas tibiae c. M. Vastus medialis, berorigo dengan bagian bawah linea intertrochanterica dan labiun medialis linea asperae serta insertio pada patella d. M. Vastus intermedius, berorigo pada permukaan anterior dan lateral corpus femoris dan insertio pada bagian tengah tendo inserionis m.rectus femoris e. M. Vastus lateralis, berorigo dengan permukaan anterior dan lateral trochanter major dan labiun lateral linea asperae serta insertio pada pinggir lateral patella f. M. Articularis Genu, berorigo dengan permukaan anterior os femur bagian distalis dan insertio pada permukaan superior dan lateral capsula articularis genus 2. Otot adductor femoris, terdiri dari 2 lapisan yaitu lapisan luar dan dalam.1 a. Otot adductor lapisan luar : M. Pectinus, berorigo pada pecten ossis pubis dan insertio pada linea pectinea femoris M. Gracillis, berorigo pada ramus inferior ossis pubis dan ossis ischii serta insertio pada permukaan medial tibiae
2

M. Adductor longus, berorigo pada ramus superior ossis pubis dan insertio pada labium mediale lineae asperae femoris

b. Otot adductor lapisan dalam M. Adductor brevis, berorigo pada ramus inferior ossis pubis dan insertio pada labium mediale lineae asperae femoris M. Adductor minimus, berorigo pada ramus inferior ossis pubis dan ossis ischii serta insertio pada labium mediale lineae asperae femoris M. Adductor magnus, berorigo pada ramus inferior ossis ischii dan tuberositas ischiadicum serta insertio pada epicondylus medialis femoris 3. Otot flexor sendi lutut1 a. M. Biceps femoris, berorigo pada tuberositas ischiadicum serta inseretio pada caputulum fibulae b. M. Semitendinosus, berorigo pada tuberositas ischiadicum dan insertio pada permukaan medial tibiae dekat tuberositas tibiae c. M. Semimembranosus, berorigo pada tuberositas ischiadicum dan insertio pada condylus medialis tibiae, fascia cruris, dan lig. Popliteum obliqum Pada tungkai bagian bawah, otot-otot akan dibagi menjadi : 1. Otot-otot flexor1 a. Otot flexor tungkai bawah lapis luar : M. Gastrocnemeus, berorigo pada sebelah atas condylus medilais dan lateralis femoris serta berorigo pada tuberositas calcanei

M. Soleus, beroigo pada capitulum, permukaan posterior fibulae, linea poplitea tibiae, dan arcus tendineus. Insertio terdapat pada tuberositas calcanei

M. Plantaris, beroigo pada platum popliteum femoris dan insertio pada tendo calcaneus

b. Otot flexor tungkai bawah lapis dalam : M. Popliteus, berorigo dengan epiciondylus lateralis femoris dan insertio pada planum popliteum tibiae M. Flexor digitorum longus, berorigo pada permukaan posterior tibiae serta insertio pada basis phalanx distal M. Tibialis posterior, berorigo pada permukaan posterior tibiae, memebrana interossea cruris dan permukaan medialis fibulae. Insertionya terdapat pada tuberositas ossis navicularis dan ossa cuneiforme 1-3 M. Flexor Hallucis Longus, berorigo pada permukaan posterior fibulae dan lembar dalam fascia cruris. Insertio pada basis phalanx distal jari 1 2. Otot ekstensor Tungkai Bawah1 a. M. Tibialis Anterior, berorigo pada condylus lateralis tibiae dan fascia cruris serta insertio pada permukaan plantar os cuneifrme 1, plantar basis ossis metatarsalis 1 b. M. Ekstensor digitorum longus, berorigo pada condylus lateralis tibiae dan fascia cruris serta insertio pada apponeurosis dorsalis jari kaki 2-5 c. M. Ekstensor hallucis longus, berorigo pada membrana interossa cruris dan insertio pada permukaan dorsal d. M. Peroneus tertius, berorigo pada bagian m. Ekstensor digitorum yang terletak di sebelah lateral dan insertio pada tuberositas ossi metatarsalis 5

3. Otot Peronei1 a. M. Peroneus lobgus, berorigo pada capitulum fibulae, fascia cruris, dan permukaan lateralis fibulae. Inertionya terdapat pada os. Cuneiforme 1 dan tuberositas ossis metatarsalis 1 b. M. Peroneus brevis dengan origo pada permukaan lateralis fibulae dan insertio pada tuberositas ossis metatarsalis 5 Pada bagian kaki terdiri atas : 1. Otot-otot dorsum pedis1 a. M. Ekstensor digitorum brevis, berorigo pada permukaan superior dan lateralis corporis calcanei, sedangkan insertio pada apponeurosis dorsalis jari kaki 2-4 b. M. Ekstensor hallucis brevis, berorigo pada permukaan superior corporis calcanei dan insertio pada apponeurosis dorsalis jari kaki 1 2. Otot plantar pedis1 a. Otot plantar pedis jari 1 M. Abduktor hallucis, berorigo pada processus medialis tuberalis calcanei dan tuberositas ossis navicularis. Insertio terdapat pada os. Sesamoideum mediale dan basis phalanx pertama jari kaki 1 M. Flexor hallucis brevis, berorigo pada ossa cuneiforme 1-3 dan os. Navicularis. Insertionya terletak pada os. Sesamoideum mediale et laterale M. Adduktor hallucis

b. Otot plantar pedis jari 5 M. Abductor digiti minimi, origo pada permukaan inferior tuberis calcanei dan aponeurosis plantaris. Insertio pada

tuberositas ossis metatarsalis 5 dan basis phalanx pertama jati kaki 5 M. Flexor digiti minimi, origo pada basis origo metatarsalis 5 dan insertio pada basis phal;anx pertama jari kaki 5 M. Oppenens digiti minimi, origo pada ligamen plantare longum dan insertio pada ujung distal os. Metatarsale 5 3. Otot ruang tengah pedis1 a. M. Flexor digitorum brevis, origo pada permukaan inferior corporis calcanei dan aponeurosis plantaris, insertio pada phalanx tengah jari kaki 2-5 b. M. Quadratus plantae, origo pada permukaan inferior dan medialis calcanei, insertio pada pinggir lateralis tendo m. Flexor digitorum longus c. Mm. Lumbricales d. Mm. Interossei plantares et dorsalis

Tulang Tungkai - Kaki Benturan yang dirasakan oleh si ibu berhubungan dengan tulang-tulang tungkai yaitu mulai dari os. Coxae, os. Femur, os. Patella, os. Tibia, os. Fibula, sampai pada ossa. Tarsalia, ossa. Metatarsalia, dan ossa. Digitorum.

Gambar 1. Os. Coxae

Gambar 2. Os. Femur

Gambar 3. Os. Tibia dan Os. Fibulae

Gambar 4. Ossa Tarsalia, Ossa Metatarsalia, dan Ossa Digitorum

STRUKTUR MINOR (HISTOLOGI) Otot Otot merupakan sarana utama yang ada pada tubuh manusia dimana digunakan untuk melakukan suatu gerakan yang sudah dipikirkan di dalam otak kita. 2 Otot yang ada di dalam tubuh manusia dibagi menjadi 3 jenis berdasarkan cara kerjanya yaitu otot lurik, otot polos, dan otot jantung.2 Otot jantung dan otot alus merupakan otot yang bekerja tanpa kita sadari atau tanpa perlu perintah dari otak kita.2 Ia sudah bisa mengerjakan fungsinya sendiri namun dibawah kesadaran kita. Otot yang bekerja diluar kesadaran kita dinamakan sebagai otot involuntary.2 Sedangkan pada otot lurik, kerjanya secara disadari oleh otak kita. Otot lurik paling banyak digunakan untuk melakukan kerja yang dilakukan manusia setiap harinya. Otot lurik disebut juga sebagai otot voluntary dimana kerjanya diatur oleh otak kita atau secara concious.2 Otot polos banyak terdapat pada organ-organ pencernaan, pembuluh darah, vesika urinaria dan organ lainnya yang kerjanya diluar kesadaran kita, kecuali pada jantung. 2 Otot polos terdapat di tubuh kita dengan bentuk yang terpisah-pisah seperti sel-sel dengan intinya yang berada di tengah-tengah pada setiap 1 otot polos.2 Otot polos terbagi menjadi 2 jenis yaitu otot polos multiunit dan otot polos viseral.3 Otot polos multiunit merupakan otot polos yang bekerja tanpa tergantung pada serabut otot lain di sekitarnya dan seringkali dipersarafi oleh sebuah ujung saraf tunggal.3 Sedangkan otot polos viseral adalah otot yang bekerja dengan menyebarkan rangsangan atau impuls yang diterima di ujung sarafnya ke otot-otot polos viseral yang ada disekitarnya.3 Otot polos viseral disebut juga sebagai otot polos berunit fungsi atau otot polos unitarian.3 Otot jantung merupakan otot yang khusus berada dan bekerja hanya di jantung saja. Kekuatannya seperti otot lurik dimana sangat besar namun, cara kerjanya seperti otot polos yang lambat dan tidak disadari sehingga tidak membuat otot cepat lelah. Otot jantung mempunyai 1 nukleus saja, namun memiliki banyak sekali mitokondria di dalam sel-nya. 2 Kegunaannya adalah sebagai otot penyusun jantung dimana digunakan untuk memompa darah bersih yang ada di jantung ke seluruh tubuh. 2 Begitu pula sebaliknya. Otot jantung juga dibagi menjadi 3 jenis berdasarkan letaknya di jantung yaitu otot atrium, otot ventrikel, dan serabut otot khusus penghantar dan pencetus rangsangan.3 Otot jantung memiliki corak bergaris-garis dan memiliki miofibril tertentu yang mengandung filamen aktin dan miosin
9

yang saling bertautan.3 Hanya pada otot jantung saja akan ditemukan suatu bagian yang disebut sebagai sinsitium atau diskus interkalaris.3 Otot lurik atau otot skelet, adalah otot yang bekerja paling sering di dalam tubuh kita. Cara kerja dari otot ini adalah secara kita sadari dan bisa mudah atau cepat lelah. Otot lurik biasanya memiliki bagian yang menyambung dengan tulang dengan tendon. 2 Otot lurik inilah yang membuat kita bisa melakukan berbagai kegiatan secara sadar seperti mengangkat tangan, menggerakan bola mata, dan lainnya.2 Setiap otot lurik memiliki 1 ikatan fibrous otot yang disambungkan dengan jaringan penyambung.2 setiap ikatan terdiri dari beratus-ratus fibrous otot yang dikelilingi oleh jaringan penyambung yaitu endomysium.2 Setiap fiber otot memiliki otot yang lebih dari 1 dan berada di tepi atau perifer.2 Setiap fiber otot terletak di bawah plasma membran yang disebut sarcolema. 2 Di dalam sarkolema ditemukan sitoplasmanya yang disebut sebagai sarkoplasma dan mengandung banyak sekali mitokondria.2 Pada otot lurik juga tersusun atas miofibril yang disusun oleh 2 macam filamen yaitu aktin dan miosin.2 Sarkomer adalah membran sel serabut otot.3 Terdiri dari memebran sel yang sebenarnya disebut sebagai memebran plasma dan sebuah lapisan luar yang terdiri dari lapisan tipis polisakarida yang mengandung beberapa serat kolagen.3 Miofibril terdiri dari 2 jenis yaitu filamen aktin dan miosin.3 Setiap serabut otot memiliki beberapa ratus hingga beberapa ribu miofibril.3 Pada tiap miofibril akan ditemukan sekitar 1500 miosin dan 3000 aktin dimana merupakan molekul protein polimer besar yang bertanggung jawab untuk terjadinya kontraksi otot.3 Sarkoplasma adalah miofibirl-miofibril yang terpendam di dalam serabut otot di dalam sebauh matriks.3 Pada cairan sarkoplasma mengandung kalium, magnesium, fosfat, dan enzim protein dalam jumlah yang besar.3 Juga rerletak banyak mitokondria yang sejajar dan diantara miofibril-miofibril tersebut, dimana menunjukkan bahwa setiap kali berkontraksi miofibril membutuhkan sejumlah besar ATP yang dibentuk oleh mitokondria. 3 Retikulum sarkoplasma, disebut juga sebagai serabut otot yang memiliki organisasi yang penting untuk pengaturan kontraksi otot.3 Jumlah retikulum sarkoplasma tergantung dari seberapa cepat otot tersebut dapat berkontraksi.3 Semakin cepat otot tersebut bisa berkontraksi, maka semakin banyak pula retikulum sarkoplasma yamg ada.3

10

Tulang Tulang merupakan salah satu bagian dari tubuh kita yang disusun oleh suatu jaringan penyambung. Jaringan penyambung itu sendiri tersusun atas berbagai macam sel yang membuat tulang berfungsi sebagai pelindung, pendukung badan, dan organ internal lainnya. 2 Tulang juga berperan dalam menyabungkan sistem dalam tubuh dan juga mengabungkan berbagai jaringan menjadi 1.2 Tulang sendiri dibagi menjadi 2 jenis yaitu tulang rawan dan tulang sejati. Tulang rawan dibagi menjadi 3 jenis yaitu tulang rawan hyalin, tulang rawan elastin, dan tulang rawan fibrosa.2 Pada tulang rawan, jaringan penyambung terletak pada matrixnya. Tulang rawan elastin, banyak terdapat pada bagian epiglotis.2 Kartilago elastin berwarna kuning.4 Substansi interselular ini mengandung banyak serabut-serabut elastin dan sedikit serabut kolagen.4 Besarnya perbandingan serabut elastin ini membuat jenis tulang rawan ini lentur dan elastis. Tulang rawan ini tidak mengandung endapan kalsifikasi.4 Tulang rawan fibrosa, banyak ditemukan pada capsul ligamentum yang mengelilingi sendi dan juga pada symphisis pubis.2 Tulang rawan fibrosa juga dikenal sebagai jaringan penyambung tulang rawan, yang berisi lebih sedikit sel daripada jenis lain, tetapi lebih banyak mengandung berkas serabut kolagen.4 Tulang rawan hyalin, memiliki matriks chondrin yang tersusun atas mucopolisakarida dan kondroitin sufat (glikosaminoglikan) yang disekresikan sel kondroblast. 2 Banyaknya glikosaminoglikan ini tergantung dari beban yang diterima pada tiap-tiap tulang rawan hyalin, semakin besar beban yang diterima, maka jumlah glikosaminoglikan semakin banyak.4 Fiber yang berada di dalam matriks ini penyusun utamanya adalah kolagen dan fiber elastis.2 Nantinya kondroblas akan berkembang menjadi kondrosit dan terbentuk semacam ruang yang disebut lakuna, serta dikelilingi oleh kapsul penutupnya. 2 Tidak terdapat pembuluh darah di dalam tulang rawan hyalin ini maka, cara melakukan pertukaran material dilakukan dengan proses difusi sengan jaringan di sekitarnya.2 Selain itu karena tulang rawan tidak atau kurang mengandung pembuluh darah maka, bagian dalamnya mudah mengalami proses degenerasi yang dipicu oleh pembukaan selubung (demasking) serabut-serabut kolagen seperti yang terlihat serabut-serabut kolagen pada mikroskop.4 Di luar tulang rawan diliputi oleh jaringan penyambung penutup disebut perikondrium yang lebih kurang bersambungan dengan tulang rawan.4
11

Tulang rawan hyalin memiliki fungsi sebagai penahan gesekan antar tulang dimana terletak di ujung tulang sejati yang berperan sebagai sendi dalam melakukan gerakan.2 Pada masa embrionik, sebagai penyusun utama dari tulang-tulang vertebrata yang nantinya akan digantikan dengan matriks dari tulang-tulang sejati.2 Tulang, atau compact bone, tersusun dari sel-sel hidup, 30% kolagen, fiber glikoprotein, dan 70% substansi inorganik.2 Mineral utama yang berada pada compact bone ini adalah calcium hydroxyapatite crystal (Ca10 (PO4)6 (OH)2).2 Tulang sebagai suatu jaringan terdiri dari sel-sel tulang, osteosit, substansi dasar, serabut kolagen, substansi semen, dan bermacam-macam garam.4 Substansi dasar dan serabut-serabut kolagen membentuk substansi interselular, osteoid.4 Serabut-serabut merupakan bagian zat organik. Garam-garam merupakan unsurunsur inorganik.4 Beberapa garam yang sangat penting seperti kalsium fosfat, magnesium fosfat, dan kalsium karbonat.4 Selain itu terdapat senyawa-senyawa kalsium, kalium, dan natrium dengan klorin dan fluorin juga ditemukan.4 Compact bone sendiri tersusun atas banyak sekali sistem harvesian atau osteon. 2 Setiap osteon tersusun dari lubang-lubang kecil yang disebut lamale yang mengelilingi canal haversian yang mengandung arteri, vena, dan serabut saraf. 2 Haversian canal pada setiap osteon ada yang bergabung dengan membentuk jembatan yang disebut canal volkman. 2 Untuk sel tulang yang sudah mengeras disebut sebagai osteoblas yang ditemukan juga lakuna di dalamnya.2 Osteoblas akan berkembang menjadi osteosit dan menjadi semakin pasif.2 Osteosit bisa diaktifkan untuk membentuk osteoblas jika sekresi dari tulang baru diperlukan. 2 Perbedaannya dengan tulang rawan adalah pada compact bone terdapat pembuluh darah arteri dan vena yang membantu dalam pertukaran material antar tulang. 2 Periosteum juga akan dihubungkan dengan tulang dengan Sharpery Shafer.2 Fungsi dari tulang itu sendiri adalah memberikan bentuk tubuh dan melindungi organ-organ internal.2 Selain itu juga sebagai penyedia permukaan menempelnya otot rangka yang membantu pergerakan dan sumber calsium serta fosfor.2

12

II.

MEKANISME KERJA OTOT

Otot dapat berkontraksi dan berelaksasi karena adanya pengahantaran impuls saraf dari saraf ke otot. Dalam penghantaran impuls saraf ini terlibat beberapa ion dan enzim yang membantu jalannya impuls saraf. Setelah impuls saraf sampai pada otot, maka otot akan mengubah energi kimia menjadi energi mekanis. Selanjutnya akan dibahas bagaimana terjadinya kontraksi dan relaksasi pada otot rangka. Penghantaran impuls saraf dimulai dengan adanya potensial membrane dan potensial aksi pada saraf kita. Potensial membrane istirahat Potensial membrane pada serabut saraf besar ketika tidak mentransmisikan sinyal saraf adalah sekitar -90 milivolt. Artinya potensial di dalam serabut adalah 90 milivolt lebih negative daripada potensial ekstrasel di luar serabut. Pada saat potensial membrane istirahat ini, ion Na+ dan Cl- berada di luar membrane sel, sedangkan K+ dan protein terdapat di dalam sel.3 Potensial aksi saraf Sinyal saraf dihantarkan oleh potensial aksi, yang merupakan perubahan cepat pada potensial membrane yang menyebar secara cepat di sepanjang membrane serabut saraf. Setiap potensioal aksi dimulai dengan perubahan mendadak dari potensial membrane negative istirahat normal menjadi potensial positif dan kemudian berakhir dengan kecepatan yang hampir sama dan kembali ke potensial negative. Untuk menghantarkan impuls saraf, potensial aksi bergerak di sepanjang serabut saraf sampai tiba di ujung serabut saraf. Urutan tahap potensial aksi adalah sebagai berikut.3 Tahap Istirahat. Ini adalah potensial membrane istirahat sebelum terjadinya potensial aksi. Membran dikatakan menjadi terpolarisasi selama tahap ini karena adanya potensial membrane negative sebesar -90 milivolt.3 Tahap Depolarisasi. Pada saat ini membran tiba-tiba menjadi sangat permeable terhadap ion natrium yang disebabkan dari terbukanya pintu-pintu viltage gated natirum, sehingga sejumlah besar ion natrium bermuatan positif berdifusi ke dalam akson. Ketika potensial membrane lebih besar dari -90 milivolt, semakin banyak kanal natrium terbuka dan semakin banyak pula natrium masuk ke dalam sel. Proses ini merupakan lingkaran setan umpan balik positif yang terus berlanjut sampai seluruh kanal natrium bergerbang voltase menjadi
13

teraktivasi. Keadaan terpolarisasi normal sebesar -90 milivolt segera dinetralisasi oleh natrium bermuatan positif yang mengalir masuk, dan potensial meningkat dengan cepat kearah positif. Keadaan ini disebut depolarisasi. Saat potensial aksi mencapai nilai 30 milivolt, pintu natrium tidaka dapat terbuka lagi, sehingga natrium tidak dapat masuk ataupun keluar dari sel. Selanjutnya yang terjadi ialah tahap repolarisasi.3 Tahap Repolarisasi. Dalam waktu seperbeberapa puluh ribu detik sesudah membrane menjadi sangat permeable terhadap ion natrium , kanal natrium mulai tertutup dank anal kalium terbuka dari biasanya. Selanjutnya, difusi ion kalium yang berlangsung cepat ke bagian luar akan membentuk kembali potensial membrane istirahat negative yang normal. Peristiwa ini disebut repolarisasi membrane.3 Kanal Natrium dan Kalium Bergerbang Voltase Pelaku utama yang menyebabkan peristiwa depolarisasi dan repolarisasi membrane saraf selama potensial aksi adalah kanal natrium bergerbang voltase. Kanal kalium bergerbang voltase juga berperan penting dalam meningkatkan kecepatan repolarisasi membrane. Kedua kanal dengan gerbang voltase ini akan menunjang pompa Na+-K+.3 Aktivasi kanal Natrium. Bila potensial membrane menjadi kurang negative ketimbang pada keadaan istirahat, meningkat dari -90 milivolt menjadi nol, dan akhirnya mencapai suatu voltase biasannya antara -70 samapai -50 milivolt yang menyebabkan perubahan bentuk yang tibva-tioba pada gerbang aktivasi, yang akan membalikkan gerbang seluruhnya menjadi posisi terbuka. Keadaan ini disebut keadaan teraktivasi.; pada keadaaan ini, ion natrium dapat tertuang ke dalam melalui kanal, yang akan meningkatkan permeabilitas natrium membrane sebesar 500 sampai 5000 kali lipat.3 Inaktivasi kanal natrium. Kenaikan voltase yang sama besarnya membuka gerbang aktivasi juga menutup gerbang inaktivasi. Walaupun begitu, gerbang inaktifasi menutup dalam waktu seperberapa puluh ribu detik sesudah gerbang aktivasi terbuka. Dengan kata lain perubahan bentuk yang membalikkan gerbang inaktivasi menjjadi tertutup merupakan proses yang lebih lambat dari proses perubahan bentuk yang membuka gerbang aktivasi. Karena itu, sesudah kanal natrium tetap terbuka seperbeberapa puluh ribu detik, gerbang inaktivasi menutup dan ion natrium tidak dapat lagi tertuang ke dalam membrane. Pada saat ini, potensial membrane mulai pulih kembali ke keadaan membrane istirahat, yang merupakan proses polarisasi. Sifat penting lain dari proses inaktivasi kanal natrium adalah bahwa gerbang yang inaktif tidak
14

akan terbuka lagi sampai potensial membrane kembali kea tau hmendekati nilai potensial membrane istirhatnya.guy Kanal kalium bergerbang voltase. Selama istirahat gerbangg kanal kalium tertutup, dan ion kalium terhalangi melalui kanal ini keluar. Bila potensial membrane meningkat dari -90 milivolt menuju nol, perubahan voltase ini menyebabkan perubahan bentuk yang membuka gerbang dan memudahkan peningkatan difusi kalium ke luar melalui kanal. Namun, karena terjadi sedikit perlambatan pada pembukaan kanmal kalium ini, pada banyak bagian, kanal kalium hanya terbuka pada saat yang bersamnaan ketika kanal natrium mulai tertutup karena inaktivasi. Jadi menurunnya jumlah natrium yang masuk ke dalam sel dan peningkatanm pengeluaran kalium yang bersamaan waktunya dari sel secara bersama-sama mempercepat proses repolarisasi, dan menimbulkan pemulihan sempurna pada potensial membrane istirahat dalam waktu seperbeberapa puluh ribu detik kemudian.3 Selain ion natrium dan kalium yang berperan, juga terdapat ion lain yang juga ikut berperan dalam potensial aksi. Ion-ion bermuatan negative (anion) yang tidak permeable di dalam akson. Ion-ion ini meliputi anion dari molekul protein dan banyak komponen fosfat organic, senyawa sulfat dan sebagainya. Karena ion-ion ini tidak permeable, maka ketika terjadi defisit ion positif akan menyebabkan kelebihan ion negatif dalam sel. Selain anion dari protein, ion kalsium turut berperan. Hampir seluruh membran sel tubuh mempunyai pompa kalsium yamg mirip denganm pompa natrium, kalsium bekerja bersama dengan (atau menggantikan) natrium di beberapa sel untuk menghasilkan sebagain besar potensial aksi.3 Potensial aksi menyebar samapi ke ujung saraf selama saraf yang terlibat dalam keadaan utuh dan baik. Dalam penghantaran potensial aksi terdapat hokum all or none. Di mana begitu suatu potensial aksi timbul p[ada titik manapun dalam membrane serabut normal, proses depolarisasi berjalan sepanjang membrane jika kondisinya memungkinkan, atau tidak berjalan sama sekali jika keadaan tidak memungkinkan. Keadaan ini disebut prinsip all or none dan prinsip tersebut berlaku di semua jaringan normal yang mudah tereksitasi. Selain itu, ketika potensial aksi telah sampaiu pada trigger zone, maka besarnya potensial aksi yang diteruskan sampai pada ujung saraf adalah sama.3

Kontraksi otot

15

Suatu potensial aksi berjalan di sepanjang sebuah saraf motorik samapi ke ujungnya pada serabut otot. Bila suatu impuls saraf tiba di taut neuromuscular, sekitar 125 vesikel asetilkolin dilepaskan dari terminal dan masuk ke dalam ruangan sinaps. Dengan terlepasnya asetil kolin ke dalam ruang sinaps, maka kanal asetilkolin akan membuka dan memungkinkan sebagian besar ion natrium untuk berdifusi ke dalam membrane serabut otot. Peristiwa ini akan menimbulkan potensial aksi pada membrane serabut otot (sarkolema). Potensial ini diteruskan ke sepanjang myofibril dan samapi ke dalam reticulum sarkoplasma. Di dalam reticulum sarkoplasma terdapat kolam tempat dimana banyak terdsapat ion kalsium. Dengan adanya potensial aksi ini, enzim-enzim yang ada dalam retikuluum sarkoplasma bekerja dan menyebabkan ion kalsium keluar ke sarrkomer.3 Sarkomer otot terdiri dari filament miosin dan aktin. Pada filament aktin terdapat tropomiosin dan troponin. Tropomiosin ini berbentuk filament, sedangkan troponin berbentuk globular. Troponin terdiri dari troponin I, C, dan T. Troponin I berfungsi untuk menghambat interaksi aktin dan myosin melalui kerja tropomiosin. Troponin C akan mengikat calcium secara reversible, dapat mengikat 4 Ca. Troponin T akan berinteraksi dengan tropomiosin. Tropomiosin dan tropoinin inilah yang mencegah aktin dan myosin berikatan pada saat relaksasi atau istirahat.3 Ketika ion kalsium ke luar ke sarkomer, maka ion kalsium akan berikatan dengan troponin C. Troponin C ini akan berinteraksi dengan troponin I dan T sehingga aktin akan dapat berikatan dengan myosin. Ketika aktin telah berikatan dengan calcium, maka aktin akan mencari kepala myosin yang memiiliki ATP. Saat aktin dan myosin telah berikatan, ATP akan diuraikan menjadi ADP dan P yang merupakan energy akan dilepas. Hal ini akan berlanjut terus dan menyebabkan filament aktin dan myosin saling bertumpang tindih, dan menghasilkan kontreksi. Setelah kurang dari satu detik, ion kalsium dipompa kembali ke dalam reticulum sarkoplasma oleh pompa membrane Ca++, dan ion-ion ini tetap disimpan dalam reticulum samapi potensial aksi otot baru datang lagi; kembalinya ion kalsium ke dalam reticulum sarkoplasma akan meyebabkan terlepasnya ikatan aktin dan myosin, proses inilah yang disebut dengan relaksasi.3

Hubungan antara kecepatan kontraksi dan beban

16

Sebuah otot rangka akan berkontraksi sangat cepat bila ia berkontraksi tanpa melawan bebanmencapai keadaan kontraksi penuh kira-kira dalam 0,1 detik untuk otot rat-rata. Bila beban diberikan, kecepatan kontraksi akan menurun secara progresif seiring dengan penambahan beban. Jadi, bila beban telah ditingkatkansamapiu sama dengan kekuatan maksimum yang dapat dilakukan otot tersebut, kecepatan kontraksi menjadi nol dan tidak terjadi kontraksi sama sekali, walaupun terjadi aktivasi serabut otot. Penurunan kecepatan kontraksi dengan beban ini disebabkan oleh kenyataan bahwa beban pada otot yang berkontraksi adalah kekuatan yang berlawanan arah yang melawan kekuatan kontraksi akibat kontraksi otot. Oleh karena itu, kekuatan netto yang tersedia untuk menumbulkan kecepatan pemendekan akan berkurang secara sesuai.3 Atrofi dan Hipotonus Sesuai dengan kasus di dalam skenario bahwa si ibu mengalami atrofi pada otot ekstermitas dekstranya, hal ini disebabkan karena otot yang sudah lama tidak digunakan atau hanya untuk kontraksi yang lemah-lemah saja sehingga mengalami penurukana ukuran otot. 3 Atrofi sendiri merupakan pengurusan atau pengecilan ukuran dari suatu sel, jaringan, dan organ atau bagian tubuh lainnya.6 Atrofi dibagi menjadi 2 macam tergantung pada cara terjadinya atrofi ini.7 Pertama adalah disuse atrophy, terjadi jika suatu otot tidak digunakan dalam jangka waktu yang lama walaupun persarafannya utuh.7 Yang kedua adalah Atrofi denervasi yang terjadi setelah pasokan saraf ke otot terputus.7 Hipotonus, merupakan keadaan tonus otot rangka berkurang atau keadaan otot terhadap ketegangan pasif berkurang.6 Maka otot dari si ibu yang mengalami atrofi dan hipotonus ini mengalami pengecilan ukuran dan juga kemampuannya untuk menegang berkurang sehingga tidak bisa lagi otot pada tungkai bawahnya itu untuk digunakan.

17

III.

MEKANISME ENZIM PADA KERJA OTOT

Dari siklus mekanisme kerja otot, mekanisme kerja enzim lebih terlihat pada proses pembentukkan ATP yang diperlukan untuk melakukan gerak. Maka dari itu, mekanisme penghasilan ATP akan menjelaskan mengenai sumber-sumber ATP yang tersedia untuk proses kontraksi otot. Sumber Energi untuk Kontraksi Otot Kontraksi otot bergantung pada energi yang disediakan oleh ATP. Sebagian besar energi ini dibutuhkan untuk menjalankan walk-along mechanism ketika jembatan silang menarik filament-filamen aktin, tetapi sejumlah kecil energy dibutuhkan untuk (1) memompa ion kalsium dari sarkoplasma ke dalam retikulum sarkoplasma setelah kontraksi berakhir, dan (2) memompa otot. Sumber energi pertama yang digunakan untuk menyusun kembali ATP adalah substansi keratin fosfat, yang membawa ikatan fosfat berenergi tinggi yang serupa dengan ikatan ATP. Ikatan fosfat berenergi tinggi dari keratin fosfat memiliki jumlah energi bebas yang sedikit lebih tinggi daripada yang dimiliki oleh ATP. Karena itu, keratin fosfat segera dipecahkan, dan pelepasan energinya menyebabkan terikatnya sebuah ion fosfat baru pada ADP untuk menyusun kembali ATP. Namun, jumlah total keratin fosfat pada serabut otot juga sangat kecil hanya sekitar limakali lebih besar daripada jumlah ATP. Karena itu, kombinasi energi dari ATP cadangan dan keratin fosfat di dalam otot dapat menimbulkan kontraksi otot maksimal hanya untuk 5 sampai 8 detik.3 Sumber energi penting kedua, yang digunakan untuk menyusun kembali keratin fosfat dan ATP, adalah glikolisis dari glikogen yang sebelumnya tersimpan dalam sel otot. Pemecahan glikogen secara enzimatik menjadi asam piruvat dan asam laktat yang berlangsung dengan cepat akan membebaskan energy yang digunakan untuk mengubah ADP menjadi ATP; ATP kemudian dapat digunakan secara langsung untuk member energi untuk kontraksi otot tambahan dan juga untuk membentuk kembali simpanan keratin fosfat. Otot dapat berkontraksi secara singkat tanpa memakai oksigen dengan menggunakan ATP yang dihasilkan melaui glikolisis anaerob, langkah pertama dalam respirasi anaerob. Glikolisis ion-ion natrium dan kalium melalui membrane serabut otot untuk mempertahankan lingkungan ionic yang cocok untuk pembentukan potensial aksi serabut

18

berlangsung dalam sarkoplasma, tidak memerlukan oksigen, dan melibatkan pengubahan satu molekul glukosa menjadi dua molekul asam piruvat.5 Sumber energi ketiga ialah reaksi aerob (memakai oksigen). Saat aktivitas berlangsung, asam piruvat yang terbentuk melalui glikolisis anaerob mengalir ke mitokondria sarkoplasma untuk masuk dalam siklus asam sitrat (trikarboksilat) untuk oksidasi. Jika ada oksigen, glukosa terurai dengan sempurna menjadi karbon dioksida, air, dan energy (ATP). Reaksi aerob berlangsung lambat tetapi efisien, menghasilkan energi samapai 36 mol ATP per mol glukosa.5 Sumber energi keempat adalah metabolism oksidatif. Hal ini berarti mengombinasikan okjsigen dengan produk akhir glikolisis dan berbagai zat makanan untuk membebaskan ATP. Lebih dari 95% energi yang digunakan oleh otot untuk kontraksi jangka panjang yang berkesinambungan berasal dari sumber ini. Zat makanan yang dikonsumsi adalah karbohidrat, lemak dan protein. Untuk aktivatas otot maksimal yang berlangsung sangat lama- lebih dari berjam-jam proporsi energi yang terbesar berasal dari lemak, tetapi untuk periode kontraksi selama 2 sampai 4 jam, separuh dari energinya berasal dari karbohidrat.3

19

Penutup
Kesimpulan Dari pembahasan diatas, dapat kita ketahui bahwa setelah pinggul si ibu terbentur kakinya tidak bisa digunakan untuk berjalan. Maka dari itu, ia tidak menggunakan kakinya untuk berjalan. Ia mendiamkan saja kaki kanannya seperti itu. Setelah 3 bulan diketahui bahwa kaki si ibu mengalami atrofi dan hipotonus. Arti dari atrofi sendiri adalh saat dimana otot menjadi mengalami pengecilan ukuran karena sudah lama tidak dipergunakan untuk melakukan aktivitas. Hipotonus sendiri adalah dimana kemampuan tegang si otot berkurang sehingga tidak bisa melakukan kontraksi. Maka bisa disimpulkan bahwa bila otot tidak dipergunakan dalam jangka waktu yang lama bisa mengakitakan atrofi dan hipotonus karena mengurangi ataupun bisa menghilangkan kemampuan si otot melakukan kontraksi seperti seharusnya.

20

Daftar Pustaka
1. Munandar D. Iktisar Anatomi Alat Gerak. Ed. 1. EGC. Jakarta; 2001 2. Ching L. Arunasalam J. Pre-U Text STPM Biology. Volume 2. Malaysia. Longman;2007.p.59-62 3. Guyton A. Hall J. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed. 11. Jakarta: EGC; 2007 4. Platzer W. Color Atlas of Human Anatomy. Ed. 6. New York Thieme. 2009 5. Sloane E. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. EGC: Jakarta; 2004 6. Kamus Kedokteran Dorland. Ed. 29. Jakarta: EGC; 2007 7. Sherwood L. Fisiologi Manusia. Ed. 2. EGC. p. 237. Jakarta; 2001

21

You might also like