You are on page 1of 14

TINJAUAN PUSTAKA 1. BIOETIKA Etik pasien stadium terminal.

Prioritas pelayanan kesehatan pada pasien stadium terminal, meskipun masih dalam tingkat paling dini cenderung berubah, dari pengobatan (cure) ke perawatan (care); dari intervensi ke prevensi dan rehabilitasi, dan tidak hanya memperhatikan apa yang diinginkan, tetapu mengutamakan efektivitas dan efisiensi perawatan, termasuk dari sudut pertimbangan ekonomi. Seperempat abad lalu di Inggris telah berkembang palliative medicine. WHO memberikan definisi perawatan paliatif sebagai tindakan aktif guna meringankan beban pasien, terutama yang tidak mungkin disembuhkan; yang antara lain terdiri dari menghilangkan nyeri dan keluhan lain, serta perbaikan dalam bidang psikologis, social, dan spiritual. Tujuannya adalah mencapai kualitas hidup maksimal bagi pasien dan keluarganya. (2) Etik pada akhir kehidupan. Tindakan medis yang diketahui sebagai tindakan sia-sia (futile) saat ini dipertimbangkan untuk tidak lagi dilanjutkan dan secara moral dapat dibenarkan apabila tindakan tersebut dihentikan. Pertimbangan ini bukanlah pertimbangan baru, melainkan pertimbangan yang telah ada pada jaman Hippocrates, yang dikenal sebagai anjuran to refuse to treat those who ar overmastered by their diseases, realizing that in such cases medicine is powerless. Namun demikian keputusan bahwa sesuatu tindakan medis adalah tindakan sia-sia haruslah diambil dengan melalui pertimbangan ketat.(1) Gerakan hospitium atau Hospice Movement, yang justru mau memberi kesempatan kepada pasien stadium terminal untuk meninggal dengan baik dan terhormat, berkembang di luar kalangan rumah sakit dan dapat dilihat sebagai tanda kegagalan dunia medis untuk memberi tempat kepada kematian.

Etika pengobatan alternatif.

Pandangan bioetika mengenai kasus

seseorang yang dianggap memiliki anugerah untuk menyembuhkan adalah didasarkan pada 4 kaidah dasar moral (Beauchamp and Childress, 1994) : Prinsip otonomi, yaitu prinsip moral yang menghormati hak-hak pasien (the rights to self determination) Prinsip beneficence, yaitu primsip moral yang mengutamakan tindakan yang ditujukan ke kebaikan pasien, dimana manfaat lebih besar daripada sisi buruknya. Prinsip non-maleficence, yaitu prinsip moral yang melarang tindakan yang memperburuk keadaan pasien. Prinsip justice, yaitu prinsip moral yang mementingkan keadilan dalam bersikap maupun dalam mendistribusikan sumber daya. 2. HUKUM Dalam hubungan pasien dan dokter yang adalah sebagai partner, pasien memiliki hak dan kewajiban tertentu. Hak-hak pasien antara lain: (5) 1) Hak untuk memeroleh informasi 2) Hak untuk memberikan persetujuan 3) Hak atas rahasia kedokteran 4) Hak untuk memilih dokter 5) Hak untk memilih sarana kesehatan 6) Hak untuk menolak pengobatan/perawatan 7) Hak untuk menolak tindakan medis tertentu 8) Hak untuk menghentikan pengobatan/perawatan 9) Hak atas second opinion 10)Hak inzage rekam medis 11)Hak beribadat menurut agama dan kepercayaannya Berdasarkan mendapatkan UU Praktik Kedokteran secara pasien memiliki hak untuk medis penjelasan lengkap tentang tindakan

sebagaimana dimaksud. Pasal 45 ayat (3): Penjelasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sekurangkurangnya mencakup : a. diagnosis dan tata cara tindakan medis;

b. tujuan tindakan medis yang dilakukan; c. alternatif tindakan lain dan risikonya; d. risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi; dan e. prognosis terhadap tindakan yang dilakukan. Pengobatan paliatif dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan bagi pasien stadium terminal dengan penyakit yang belum dapat disembuhkan dapat diatur dalam: Keputusan Menteri Kesehatan RI NOMOR : 812/Menkes/SK/VII/2007 TENTANG KEBIJAKAN PERAWATAN PALIATIF Dasar hukum yang mengatur pelayanan pengobatan komplementer-alternatif di Indonesia : (3) 1. Undang-Undang RI No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan Pasal 1 butir 16: Pelayanan kesehatan tradisional adalah pengobatan dan atau perawatan dengan cara dan obat yang mengacu pada pengalaman dan keterampilan turun temurun secara empiris yang dapat dipertanggung jawabkan dan diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat Pasal 48 Pelayanan kesehatan tradisional Bab III Pasal 59 s/d 61 tentang Pelayanan Kesehatan Tradisonal 2. 3. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. : 1076/Menkes/SK/2003 tentang pengobatan tradisional. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. : 1109/Menkes/Per/IX/2007 tentang penyelenggaraan pengobatan komplementer-alternatif di fasilitas pelayanan kesehatan. 4. 5. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 120/Menkes/SK/II/2008 tentang standar pelayanan hiperbarik. Keputusan Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik No. HK.03.05/I/199/2010 tentang pedoman kriteria penetepan metode pengobatan komplementer alternatif yang dapat diintegrasikan di fasilitas pelayanan kesehatan

3. AGAMA a. Agama Buddha Penyakit adalah salah satu corak dari hidup manusia. Sakit akibat kamma buruk masa lalu sukar untuk disembuhkan. Manfaat pasien sakit parah : Memberikan kesempatan kepada keuarga dan kerabat untuk mewujudkanrasa cinta kasih dan kasih saying terhadap si sakit, lalu mengembangkan empati, melakukan perawatan paliatif sesuai dengan kemampuan finansia, kondisi sakit penderita dan harapan hidup. Adanya kesempatan untuk merenungkan perjalan hidupnya, lalu menganjurkan pasien untuk berbuat baik seperti berdana, melepaskan hewan, baca paritta, meditasi, melepaskan segala kemelekatan terhadap dunia ini; sehingga batinnya menjadi tenang dan bahagia, dan apabila kematian tiba maka ia kelak akan terlahir di alam bahagia. Melunasi kamma buruk dari masa lalu Belajar menerima hidup apaa danya Sebagai objek meditasi Sebagai sarana untuk berbuat jasa kebajikan

Manfaat bagi keluarga:

Dhammapada 147: Lihatlah tubuh indah ini, banyak orang yang menganggapnya sangat berharga dan dirawat dengan sungguh-sungguh tetapi sesungguhnya tubuh ini tidaklah kekal, penuh luka, ditopang oleh sekumpulan tulang dan mudah sekali terserang penyakit. Pengobatan sia-sia. Daripada hidup vegetatif tidak berguna dengan alat bantu kedokteran, lebih baik pasien dibiarkan meninggal dunia dengan cara terhormat. Mengantarkan kepergian pasien dengan pembacaan paritta paritta suci semoga cuti citta yang muncul menyebabkan kelahiran di alam bahagia.

Pengobatan alternatif. Tidak ada masalah sepanjang tidak ada pelanggaran sila dan Dhamma. Serta dilakukan dengan sadar dan sukarela. Ada 5 cara menyembuhkan orang sakit (Anguttara Nikaya III,143): Mengetahui obat yang baik dan cocok Mengetahui dosis obat atau cara yang tepat Memberikan obat tersebut. Menjelaskan merawatnya. Sehingga dapat menahan bermacam-macam rasa sakit dari penyakit yang sedang diderita. b. Agama Hindu Ayurveda merupakan salah satu cara penyembuhan alternatif dengan menghubungkan antara sifat-sifat alam dengan tubuh yaitu vata, pitta, dan kapha. Ketidakseimbangan antara tubuh dengan alam dan ketiga sifat-sifat tersebut maka tubuh akan mengalami gangguan (sakit). Sakit terjadi karena terjadinya disharmonisasi antara alam dengan tubuh dan ketidakseimbangan antara vata, pitta, dan kapha (tridosa). Tiga segi pengobatan Ayurveda: Mengilangkan penyebabnya Pembersihan (sodana) Peremejaan proses penyakit kepada orang yang sedang

Melalui penyembuhan alternatif Ayurveda dan terapi maka segala jenis penyakit dapat disembuhkan. Pandangan terhadap sakit parah. Bagi manusia hendaknya

memandang sakit parah itu dihubungkan dengan karmaphala, bukan kutukan Tuhan. Sabaiknya diusahakan pengobatan secara medis oleh dokter dan secara rohaniah mohon kepada Tuhan (Sang Hyang Widhi Wasa) serta doa-doa dari para umat Hindu yang dapat melaksanakan pengobatan secara semadi dari jarak dekat maupun jauh.

Pengobatan sia-sia. Adakalanya pengobata secara modern mengalami bahwa segala macam pengobatan ilmiah rasional dan telah diuji klinik sesuai syarat/standar kedokteran. Dalam hal ini sebaiknya dokter merundingkan dengan pihak keluarga pasien bahwa penyakit pasien tidak dapat disembuhkan dengan pengobatan modern. Dipertimbangkan apakah pasien akan tetap dirawat di rumah sakit atau dipulangkan ke rumah, untuk dicarikan obat alternatif. c. Agama Islam Sakit adalah Ujian Allah subhanahu wa taala berfirman dalam al-Quran, Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: Inna lillaahi wa innaa ilaihi raajiuun. (QS. Al-Baqarah: 155-156). Dalam ayat yang lain, Allah juga berfirman, Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan. (QS. Al-Anbiyaa`: 35) Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampuryang Kami hendak mengujinya, karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat. (QS. Al-Insaan:2) Begitulah Allah subhanahu wa taala menguji manusia, untuk melihat siapa di antara hambaNya yang memang benar-benar berada dalam keimanan dan kesabaran. Karena sesungguhnya iman bukanlah sekedar ikrar yang diucapkan melalui lisan, tapi juga harus menghujam di dalam hati dan teraplikasian dalam kehidupan oleh seluruh anggota badan. Allahsubhanahu wa taala menegaskan bahwa Dia akan menguji setiap orang yang mengaku beriman, Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: Kami telah beriman, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya kami telah menguji orangorang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-

orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.(QS. Al-Ankabuut: 2-3) Semua ujian yang diberikan-Nya semata-mata hanya agar hamba-Nya menjadi lebih baik di hadapanNya. Rasulullah shallallahu alayhi wasallambersabda : Barangsiapa dikehendaki baik oleh Allah, maka Dia akan menguji dan menimpakan musibah kepadanya. (HR. Bukhari). Jadi, sudah selayaknya bagi setiap mu`min untuk kemudian bertambah imannya saat ujian itu datang, termasuk di dalamnya adalah ujian sakit yang merupakan bagian dari ujian yang menimpa jiwa. Jangan sampai kita menjadi seperti orang-orang munafiq yang tidak mau bertaubat atau mengambil pelajaran saat mereka diuji oleh Allah subhanahu wa taala,Dan tidaklah mereka memperhatikan bahwa mereka diuji sekali atau dua kali setiap tahun, dan mereka tidak (juga) bertaubat dan tidak (pula) mengambil pelajaran? (QS. At-Tawbah: 126) Manfaat dari sakit. Sudah selayaknya pula kita merenungi segala amalan yang telah kita lakukan, karena bisa jadi ada beberapa amalan yang memang dianggap sebagai sebuah kemakshiyatan di hadapan Allah subhanahu wa taala. Begitu cintanya Allah kepada kita sehingga Dia mengingatkan kita melalui sakit ini, agar kita dapat segera bertaubat sebelum ajal menjemput kita. Dari Anas ibn Malik radhiyallahu anhu diriwayatkan bahwa ia : menceritakan : Rasulullah shallallahu alayhi wasallam bersabda

Sesungguhnya pahala yang besar didapatkan melalui cobaan yang besar pula. Kalau Allah mencintai seseorang, pasti Allah akan memberikan cobaan kepadanya. Barangsiapa yang ridha menerima cobaanNya, maka ia akan menerima keridhaan Allah. Dan barangsiapa yang kecewa menerimanya, niscaya ia akan menerima kermurkaan Allah.(HR. Tirmidzi) Sakit adalah Adzab Bagi seorang mu`min sakit dapat menjadi tadzkirah atau ujian yang akan mendekatkan dirinya kepada Allah subhanahu wa taala. Namun bagi sebagian orang, sakit bisa menjadi adzab yang akan membinasakan dirinya. Allah subhanahu wa taala berfirman, Katakanlah: Dialah yang

berkuasa untuk mengirimkan adzab kepadamu, dari atas kamu atau dari bawah kakimuatau Dia mencampurkan kamu dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan) dan merasakan kepada sebahagian kamu keganasan sebahagian yang lain. Perhatikanlah, betapa Kami mendatangkan tanda-tanda kebesaran Kami silih bergantiagar mereka memahami(nya). (QS. Al-Anaam: 65) Dan sesungguhnya Kami merasakan kepada mereka sebagian adzab yang kecil di dunia sebelum adzab yang lebih besar di akhirat, mudah-mudahan mereka kembali ke jalan yang benar. (QS. As-Sajdah: 21) Maka dari itu, pertaubatan adalah langkah nyata menuju kesembuhan. Seseungguhnya, segala macam bencana yang menimpa kita, pada hakikatnya adalah karena perbuatan kita sendiri. Allah subhanahu wa taala berfirman, artinya, Apa saja musibah yang menimpa kamu maka disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu). (QS. Asy-Syura: 30) Syaikh Abdurrahman As-Sadi ketika menafsirkan ayat ini, beliau berkata, Allah Subhanahu wa Taala memberitakan bahwa semua musibah yang menimpa manusia, (baik) pada diri, harta maupun anakanak mereka, serta pada apa yang mereka sukai, tidak lain sebabnya adalah perbuatan-perbuatan buruk (maksiat) yang pernah mereka lakukan. Dari A`isyah radhiyallahu anha ia berkata , Aku mendengar Rasulallahshallallahu alayhi wa sallam bersabda : Tidaklah seorang muslim tertimpa musibah walau hanya tertusuk duri, kecuali Allah akan mencatat baginya kebaikan dan dihapus baginya kesalahan dan dosanya. (HR.Muslim) Ingatlah bahwa adzab yang diturunkan Allah subhanahu wa taalaterhadap seseorang di dunia bisa berbagai macam bentuknya. Kekurangan harta, bencana alam, peperangan, sakit, atau bahkan kematian. Cukuplah kiranya pelajaran kaum terdahulu yang diadzab oleh Allah subhanahu wa taala dengan berbagai macam penyakit yang aneh dan sulit disembuhkan. Hal itu dikarenakan mereka tetap bertahan di dalam kekafiran, padahal bukti-bukti dan tanda-tanda kebesaran-Nya

telah ditampakkan di hadapan mereka. Firman Allah, Dan demikianlah Kami menurunkan Al Quran dalam bahasa Arab, dan Kami telah menerangkan dengan berulang kali, di dalamnya sebahagian dari ancaman, agar mereka bertakwa atau (agar) Al-Quran itu menimbulkan pengajaran bagi mereka (QS. Thaahaa: 113) Allah swt. juga berfirman, Sesungguhnya orang-orang yang kafir baik harta mereka maupun anak-anak mereka, sekali-kali tidak dapat menolak azab Allah dari mereka sedikitpun (QS. Ali Imraan: 116) Lihatlah bahwa azab yang diturunkan oleh Allah subhanahu wa taala tidak dapat ditahan, baik oleh harta ataupun sanak saudara kita. Demi Allah, saat azab itu telah sampai pada kita, tidak ada tangan-tangan yang sanggup menahannya, baik tangan manusia, jin, ataupun malaikat. Jangan sampai kita menjai seperti Firaun yang baru bertaubat saat ajal di depan mata, dimana Allah subhanahu wa taala telah menutup pintu ampunan-Nya. Semoga kita bukan termasuk orang yang diberi adzab di dunia ataupun di akhirat. Sakit adalah Cinta Telah dijelaskan sebelumnya bahwa Allah subhanahu wa taala senantiasa menguji hamba-hambaNya untuk menilai siapa yang memang benarbenar memiliki ketulusan iman. Siapa di antara hamba-hambaNya yang sabar, yang sanggup bertahan, baik dalam susah maupun senang. Inilah golongan yang dirahmati Allah subhanahu wa taala. Para shahabat berkata saat golongan ini sedang ditimpa sakit, Demam sehari dapat menghapuskan dosa setahun. Imam Ibn Qayyim al-Jawziyyah dalam Ath Thibb An Nabawi menafsirkan riwayat atsar ini dalam dua pengertian. Pertama, bahwa demam itu meresap ke seluruh anggota tubuh dan sendi-sendinya. Sementara jumlah tiap sendi-sendi tubuh ada 360. Maka, demam itu dapat menghapus dosa sejumlah sendi-sendi tersebut, dalam satu hari. Kedua, karena demam itu dapat memberikan pengaruh kepada tubuh yang tidak akan hilang seratus persen dalam setahun. Sebagaimana Sabda Nabi shallallahu alayhi wa sallam, Barangsiapa meminum minuman keras, maka shalatnya tidak akan diterima selama empat puluh

hari. Karena pengaruh minuman keras tersebut masih tetap ada dalam tubuhnya, pembuluh nadi, dan anggota tubuh lainnya selama empat puluh hari. Wallahu alam. Beliau mengakhiri perkataannya. Hal tersebut dapat dipahami dan diterima walaupun beliau (Imam Ibn alQayyim) masih belum mengetahui kedudukan atsar tersebut, karena kita senantiasa mengingat doa yang seringkali diucapkan oleh Rasulullahshallallahu alayhi wa sallam saat beliau menjenguk orang sakit. Beliaushallallahu alayhi wa sallam senantiasa mengucapkan, Laa basa thahuurun, insya Allahu taala Tidak mengapa, insya Allah menjadi pembersih (atas dosa-dosamu). Inilah yang dimaksud bahwa Islam memandang sakit bisa bermakna cinta. Cinta dari Sang Ilahy agar hambaNya tidak mendapatkan azab di akhirat, maka Dia membersihkan segala noda dan dosanya di dunia. Ma syaa Allah. Rasulullah shallallahu alayhi wasallam pernah bersabda : Sesungguhnya besarnya pahala (balasan) sangat ditentukan oleh besarnya cobaan. Dan jika sekiranya Allah mencintai suatu kaum, maka Dia akan menguji dan memberikan cobaan kepada mereka. (HR. Tirmidzi dan Baihaqi). Dari Abdullah ibn Masud radhiyallahu anhu diriwayatkan bahwa ia menceritakan: Rasulullah shallallahu alayhi wasallam bersabda : Setiap muslim yang terkena musibah penyakit atau yang lainnya, pasti akan Allah hapuskan berbagai kesalahnnya, seperti sebuah pohon meruntuhkan daundaunya. (HR. Muslim) Dari Abu Hurayrah radhiyallahu anhu diriwayatkan bahwa Rasulullahshallallahu alayhi wasallam bersabda : Cobaan itu akan selau menimpa seorang mukmin dan mukminah, baik pada dirinya, pada diri anaknya ataupun pada hartanya, sehingga ia bertemu dengan Allah tanpa dosa sedikit pun. (HR. Tirmidzi) Begitu pula, Rasulullah shallallahu alayhi wasallam bersabda : Tiadalah kepayahan, penyakit, kesusahan, kepedihan dan kesedihan yang menimpa seorang muslim sampai duri di jalan yang mengenainya, kecuali Allah menghapus dengan itu kesalahan kesalahannya. (HR. Bukhari dan Muslim)

Seorang wanita datang menemui Nabi shallallahu alayhi wasallam, ia berkata : Saya mengidap penyakit epilepsi dan apabila penyakitku kambuh, pakaianku tersingkap. Berdoalah kepada Allah untuk diriku. Rasulullah shallallahu alayhi wasallam bersabda : Kalau engkau bersabar, engkau mendapatkan jannah. Tapi kalau engkau mau, aku akan mendoakan agar engkau sembuh. Wanita itu berkata : Aku bersabar saja. (HR. Bukhari dan Muslim) Dari Abu Musa Al-Asyari radhiyallahu anhu diriwayatkan bahwa ia menceritakan: Rasulullah shallallahu alayhi wasallam bersabda : Kalau seorang hamba sakit atau sedang bepergian, pasti Allah akan menuliskan baginya pahala seperti saat ia mengamalkan ibadah di masa masih sehat dan sedang bermukim. (HR. Bukhari) Syaikh Al Faqih Muhammad ibn Shalih Al-

Utsaymin rahimahullahberkata: Apabila engkau ditimpa musibah maka janganlah engkau berkeyakinan bahwa kesedihan atau rasa sakit yang menimpamu, sampaipun duri yang mengenai dirimu, akan berlalu tanpa arti. Bahkan Allah akan menggantikan dengan yang lebih baik (pahala) dan menghapuskan dosa-dosamu dengan sebab itu. Sebagaimana pohon menggugurkan daun-daunnya. Pandangan pengobatan sia-sia. Hendaklah kita bersabar dan ridha terhadap sakit yang menimpa kita. Dengan bersabar, kita akan mendapatkan apa yang dijanjikan Allah terhadap orang yang bersabar : Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas. (QS. Az-Zumar: 10) Selain itu, Imam Ibn Qayyim al-Jawziyyah berpendapat bahwa sakit, khususnya demam, sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia. Karena, menurutnya, orang yang sedang demam akan meninggalkan makanan yang buruk dan kemudian beralih kepada makanan yang baik-baik. Ia pun akan mengonsumsi obat-obatan yang bermanfaat bagi tubuh. Hal ini tentu akan membantu proses pembersihan tubuh dari segala macam kotoran dan kelebihan yang tidak berguna. Sehingga prosesnya mirip api

terhadap besi yang berfungsi menghilangkan karat dari inti besi. Proses seperti ini sudah dikenal di kalangan medis. Karenanya tidak heran jika Abu Hurayrah radhiyallahu anhu pernah berkata, Tidak ada penyakit yang menimpaku yang lebih aku sukai daripada demam. Karena demam merasuki seluruh organ tubuhku. Sementara Allah akan memberikan pahala pada setiap organ tubuh yang terkena demam. d. Agama Katolik Pandangan pengobatan alternatif. Ketika usaha manusia tersebut terbatas atau tak mampu menyembuhkan maka ada kemungkinan orang kemudian mencari penyembuhan alternatif, sebagaimana terjadi di 'kolam' dekat Pintu Gerbang Anak Domba di Yerusalem (Yoh 5:5-16), dimana orang mendambakan mujizat. Ada seseorang yang berpenyakit lumpuh mendambakan mujizat penyembuhan di kolam tersebut, namun karena keterbatasan fisiknya ia senantiasa kalah berjuang dengan orang lain, sehingga bertahun-tahun menunggu apa yang didambakan tak menjadi kenyataan. Akhirnya Yesus datang menyembuhkannya dan setelah sembuh dari kelumpuhannya kepadanya dipesan : "Engkau telah sembuh; jangan berbuat dosa lagi, supaya padamu jangan terjadi yang lebih buruk.". Mungkin kita tidak lumpuh secara fisik, tetapi ada kemungkinan lumpuh secara psikologis atau spiritual, maka baiklah kita mohon rahmat penyembuhan kepada Tuhan. Jika kita telah sembuh hendaknya hidup dengan penuh syukur dan terima kasih, dan secara konkret berusaha tidak melakukan aneka perbuatan yang membuat kita sakit atau lumpuh. Pandangan mengenai pasien stadium terminal. Keberadaan manusia terdiri dari dimensi jiwa dan raga. Sakit dan penderitaan adalah konsekuensi dari kepemilikan tubuh yang lemah dan rapuh. Aneka pelayanan medis dan obat buatan manusia sering mengalami ketebatasan dalam penyembuhan pasien. Pandangan terhadap pengobatan sia-sia. Ilmu pengetahuan manusia yang terbatas sering membuat kita tidak dapat mengobati segala

penyakit. Pada orang yang dalam keadaan bahaya kematian atau orang yang dalam kondisi sakit berat/parah biasanya akan diberikan Sakramen Pengurapan Orang Sakit oleh Gereja Katolik. Karena selain pengobatan terhadap fisiknya, perlu diperhatikan juga psikis dan spiritual pasien. Melalui sakramen ini, Tuhan ingin hadir dekat dengan si sakit, melalui Perantaraan Pelayan Gereja. Tanda lahiriah yang meneguhkan itu diharapkan akan menumbuhkan/menguatkan Iman si sakit. Tanda itu terdiri dari penumpangan tangan (tanda perlindungan, penghiburan dan penguatan) dan pengurapan dengan minyak (tanda kedekatan yang meringankan, Tanda Roh Kudus yang menyerupakan Manusia dengan Kristus [Kristus: yang Terurapi]). Sakramen ini memiliki dasar kitab suci antara lain Mark 6:13 "dan mereka mengusir banyak setan, dan mengoles banyak orang sakit dengan minyak dan menyembuhkan mereka"; Mark 16:18 "mereka akan memegang ular, dan sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh"; Yak 5:14-16 "Kalau ada seorang di antara kamu yang sakit, baiklah ia memanggil para penatua jemaat, supaya mereka mendoakan dia serta mengolesnya dengan minyak dalam nama Tuhan. Dan doa yang lahir dari iman akan menyelamatkan orang sakit itu dan Tuhan akan membangunkan dia; dan jika ia telah berbuat dosa, maka dosanya itu akan diampuni. Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh. Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya." dengan Menerima sakramen ini mereka yang sakit mendapat peneguhan bahwa Allah hadir dan mendampingi sehingga mereka percaya bahwa Allah membantu menanggung pula beban si sakit (lihat Mat 8:17). Dengan Menerima Sakramen ini si sakit mau menggabungkan penderitaannya bersama penderitaan Yesus, sehingga jalan salib yang ditempuh si sakit menjadi jalan menuju Paska, dan bila memang kehendak Penyelenggaraan Ilahi maka si sakit bisa kembali sembuh dan pulih seperti sediakala. (6)

e. Agama Kristen 4. SYARAT PASIEN KOMPETEN Dalam mengambil keputusan, seorang pasien haruslah seseorang yang kompeten. Kompeten disini diartikan sebagai kapasitas untuk membuat keputusan (medis). Sacara hukum seseorang dianggap cakap (kompeten) adalah apabila telah dewasa (telah mencapai 21 tahun atau telah pernah menikah), sadar dan berada dalam keadaan mental yang tidak di bawah pengampuan. Keadaan mental yang tidak dianggap kompeten adalah apabila ia mempunyai penyakit mental sedemikian rupa atau perkembangan mentalnya terbelakang sedemikian rupa, sehingga kemampuan membuat keputusannya terganggu. (4) DAFTAR PUSTAKA 1. B Sampurna, Z Syamsu, T Dwidja. Bioetik dan Hukum Kedokteran: Etik pada akhir kehidupan. Jakarta: Pustaka Dwipar. 2007. Hal. 36-7 2. D Wiradharma. Etika Profesi Medis: Pasien stadium terminal. Jakarta: Penerbit Universitas Trisakti. 2008. Hal.172-3 3. Ditjen BUK , Kemenkes RI. Pengobatan komplementer tradisional-alternatif. http://buk.depkes.go.id. Diakses pada tanggal 29 januari 2013. 4. idem dafpus 2. Hal 79. 5.D Wiradharma. Hukum Kedokteran: Hak-hak pasien dan kewajibannya. Jakarta: Sagung Seto. 2010. Hal. 51 6. R Thomas. Romo pendamping: F.X. Agis Triatmo O.Carm. Sakramen Pengurapan Orang Sakit. http://www.imankatolik.or.id. Diakses pada tanggal 30 Januari 2013

You might also like