You are on page 1of 104

ANALISIS EFISIENSI MODAL KERJA DAN PENGARUHNYA TERHADAP RENTABILITAS EKONOMI PADA KPRI DI SEMARANG

SKRIPSI Untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Pada Universitas Negeri Semarang

Oleh : NISA FITRIA 3351402064

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2007

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian skripsi pada :

Hari Tanggal

: :

Dosen Pembimbing I

Dosen Pembimbing II

Drs. Kusmuryanto, M.Si NIP. 131404309

Drs. Bambang Prishardoyo NIP.

Mengetahui, Ketua Jurusan Akuntansi

Drs. Sukirman, M.Si NIP. 131967646

ii

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang pada :

Hari Tanggal

: :

Penguji Skripsi

.................................... NIP.

Anggota I

Anggota II

Drs. Kusmuryanto, M.Si NIP. 131404309

Drs. Bambang Prishardoyo NIP.

Mengetahui, Dekan Fakultas Ekonomi

Drs. Agus Wahyudin, M.Si NIP. 131658236

iii

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang,

Februari 2007

Nisa Fitria NIM. 3351402064

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO : 1. Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu, dan jangan bersandar kepada pengertianmu sendiri 2. Suatu usaha yang dimulai janganlah dihentikan sebelum dirasakan hasilnya.

PERSEMBAHAN 1. Ayah dan Ibunda tercinta 2. Seseorang yang ada dihati terima kasih atas kesetiaannya 3. Teman-teman seperjuangan 4. Almamaterku

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan, sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan skripsi ini. Penulisan skripsi ini tidak lepas dari hambatan dan rintangan, tetapi berkat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, kesulitan itu dapat teratasi untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan terima kasih sedalam-dalamnya kepada: 1. Drs. Agus Wahyudin, M.Si, Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang. 2. Drs. Sukirman, M.Si, Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang. 3. Drs. Kusmuriyanto, M.Si, dosen pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini. 4. Drs. Bambang Prishardoyo, M.Si, dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini. 5. Ketua KPRI se-Kota Semarang yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di instansi yang dipimpinnya. 6. Rekan-rekan Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Negeri Semarang yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian. 7. Bapak dan Ibu tercinta yang selalu mendoakan dan memberikan dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 8. Teman - teman yang selalu mendukung dan memberikan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

vi

9. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu yang telah membantu dalam penelitian ini. Kemudian atas bantuan dan pengorbanan yang telah diberikan, semoga mendapat berkah dari Tuhan Yang Maha Esa. Penulis menyadari sepenuhnya dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan, sehingga kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak pada umumnya dan bagi mahasiswa ekonomi pada khususnya.

Semarang

Maret 2007

Penulis

vii

SARI

Nisa Fitria. 2007. Analisis Efisiensi Modal Kerja Dan Pengaruhnya Terhadap Rentabilitas Ekonomi Pada KPRI Di Semarang. Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang. Kata Kunci : Modal Kerja Dan Rentabilitas Ekonomi Pada awal perkembangannya, koperasi seringkali dipandang sebelah mata. Namun sekarang koperasi dapat dijadi sebuah alternatif yang baik bahkan menjadi soko guru perekonomian nasional. Ini yang kemudian membuat banyak orang berharap banyak pada koperasi. Koperasi sebagai badan usaha yang beranggotakan orangorang atau badan hukum koperasi melandaskan kegiatannya sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan serta bertujuan meningkatkan kesejahteraan rakyat pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Usaha-usaha yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Semarang antara lain memberikan bantuan modal kepada koperasi dan pengusaha kecil dalam betuk pinjaman modal, pembinaan koperasi, membentuk Forum Koordinasi Pembinaan Koperasi dan Pengusaha Kecil (FKPPK). Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana tingkat efisiensi penggunaan modal kerja pada (Koperasi Pegawai Republik Indonesia) KPRI di Semarang dan adakah pengaruh antara efisiensi modal kerja dengan rentabilitas pada (Koperasi Pegawai Republik Indonesia) KPRI di Semarang ? Tujuan yang hendak dicapai oleh penulis dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara efisiensi modal kerja dengan rentabilitas KPRI di Semarang. Untuk mengetahui seberapa besar hubungan efisiensi modal kerja terhadap rentabilitas di KPRI Semarang. Untuk mengetahui tingkat efisiensi modal kerja di KPRI kota Semarang. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh KPRI yang ada di kota Semarang, diambil sebanyak 17 buah koperasi.. dari hasil perhitungan diperoleh sampel dalam penelitian ini sebanyak 17 KPRI. Adapun variabel dalam penelitian ini adalah tingkat perputaran kas, tingkat perputaran piutang dan perputaran persediaan sebagai variabel bebas sedangkan rentabilitas ekonomi sebagai variabel terikat. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linear berganda. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS diketahui nilai Fhitung sebesar 2.972 dengan df pembilang 3 dan df penyebut 30 diketahui nilai Ftabel sebesar 2.92. Dari hasil tersebut terlihat bahwa Fhitung >Ftabel (2.972 > 2.92) sehingga dapat disimpulkan ada pengaruh antara perputaran kas, perputaran piutang dan perputaran persediaan terhadap rentabilitas ekonomi, atau Ha diterima. Berdasarkan hasil perbandingan diatas terlihat bahwa variabel X1, dan X2 hasil thitung < ttabel. dengan demikian hipotesis kerja (Ha) ditolak yang berarti bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara perputaran kas dan perputaran piutang terhadap rentabilitas ekonomi secara parsial. Sedangkan untuk

viii

variabel X3 diperoleh hasil thitung > ttabel sehingga hipotesis kerja (Ha) diterima yang berarti ada pengaruh yang signifikan antara perputaran persediaan terhadap rentabilitas ekonomi secara parsial. Adapun saran yang dapat peneliti berikan diantaranya untuk KPRI di Kota Semarang agar mengelola penjualan kredit secara baik, dalam jangka waktu yang pendek dan melakukan penagihan piutang secara aktif. Sehingga tidak terjadi piutang tak tertagih dan efisien penggunaan piutang koperasi dapat tercapai. Penelitian ini hanya terbatas pada kajian empiris tentang pengaruh unsur-unsur modal kerja terhadap rentabilitas pada KPRI di Kota Semarang, tetapi tidak sampai kepada pemecahan masalah tentang bagaimana dampak unsur-unsur modal kerja itu sendiri terhadap kinerja perusahaan. Oleh karena itu, peneliti lain yang berminat terhadap permasalahan unsur-unsur modal kerja dan profit margin dapat mengembangkan penelitian ini dalam rangka mengetahui dampak dari unsur-unsur modal kerja yang digunakan perusahaan terhadap kinerja perusahaan. Karena dalam penelitian ini terbatas hanya mengungkap pengaruh unsur-unsur modal kerja terhadap rentabilitas pada KPRI di Kota Semarang, maka untuk penelitian selanjutnya perlu dikembangkan lagi dengan penambahan variabel yang lain misalnya rasio profit margin sehingga hasil penelitiannya akan lebih akurat.

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................... ii PENGESAHAN KELULUSAN ..................................................................... iii PERNYATAAN .............................................................................................. iv MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................. v KATA PENGANTAR .................................................................................... vi SARI ................................................................................................................ viii DAFTAR ISI ................................................................................................... ix DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xi DAFTAR TABEL ........................................................................................... xii DAFTAR GABAR .......................................................................................... xiii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1 1.2 Perumusan Masalah ............................................................................. 1.3 Penegasan Istilah ................................................................................. 1.4 Tujuan dan Manfaat ............................................................................. 1.5 Sistematika Penulisan Skripsi .............................................................. BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS 2.1.Rentabilitas........................................................................................... 2.1.1 Pengertian Rentabilitas ............................................................ 2.1.2 Macam-Macam Rentabilitas .................................................... 2.1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rentabilitas .................... 2.2.Modal Kerja ......................................................................................... 2.2.1 Pengertian Modal Kerja .............................................................. 2.2.2 Jenis-Jenis Modal Kerja .............................................................. 2.2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Modal Kerja.... 2.2.4 Unsur-Unsur Modal Kerja .......................................................... 2.2.5 Fungsi Modal Kerja ...................................................................

2.2.6 Sumber Modal Kerja .................................................................. 2.2.7 Sumber-Sumber Penyebab Perubahan Modal Kerja................... 2.2.8 Penggunaan Modal Kerja ........................................................... 2.2.9 Perputaran Modal Kerja ............................................................. 2.2.10 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Besarnya Modal Kerja ... 2.2.11 Efesiensi Modal Kerja............................................................... 2.3.Kerangka Pemikiran ............................................................................ 2.4.Hipotesis .............................................................................................. BAB III METODE PENELITIAN 2.1 Populasi dan Sampel Penelitian .......................................................... 2.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ...................................... 2.3 Metode Pengumpulan Data .................................................................. 2.4 Metode Analisis Data .......................................................................... BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1.Hasil Penelitian ................................................................................... 4.2.Pembahasan ......................................................................................... BAB V PENUTUP 5.1.Simpulan ............................................................................................. 5.2.Saran .................................................................................................... DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN LAMPIRAN

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1 Data Hasil Penelitian ................................................................... Lampiran 2 Hasil Analisis Data ...................................................................... Lampiran 3 Ijin Penelitian ............................................................................... Lampiran 4 Surat Keterangan Telah Penelitian ..............................................

xii

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1 Perkembangan Anggota KPRI tahun 2001 2005 ............................. Tabel 2 Perkembangan Modal Koperasi tahun 2001 2005 ........................... Tabel 3 Volume Usaha, Asset dan SHU ......................................................... Tabel 4 Daftar Rasio Standar Produktifitas Koperasi ..................................... Tabel 5 Daftar KPRI Yang Terpilih Menjadi Sampel .................................... Tabel 6 Klasifikasi Durbin Watson.................................................................. Tabel 4.1 Jumlah Anggota KPRI Sampel di Kota Semarang .......................... Tabel 4.2 Keadaan Rata-Rata Asset KPRI Kota Semarang............................. Tabel 4.3 Rata-Rata Posisi SHU, Model dan Rentabilitas............................... Tabel 4.4 Deskripsi Data Rentabilitas Ekonomi .............................................. Tabel 4.5 Deskripsi Data Perputaran Kas ....................................................... Tabel 4.6 Deskripsi Data Perputaran Piutang .................................................. Tabel 4.7 Deskripsi Data Perputaran Persediaan ............................................. Tabel 4.8 Hasil Pengujian Multikolinearitas.................................................... Tabel 4.9 Hasil Pengujian Heterokesdasitas .................................................... Tabel 4.10 Hasil Pengujian Normalitas .......................................................... Tabel 4.11 Perbandingan thitung dengan ttabel .....................................................

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rentabilitas Ekonomi ........... Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ....................................................................... Gambar 4.1 Perkembangan Rentabilitas KPRI di Kota Semarang ................. Gambar 4.2 Perkembangan Perputaran Kas KPRI di Kota Semarang ............ Gambar 4.3 Perkembangan Perputaran Piutang KPRI di Kota Semarang ..... Gambar 4.4 Perkembangan Perputaran Persediaan KPRI di Kota Semarang

xiv

SURAT REKOMENDASI

Yang bertanda tangan dibawah ini, Dosen Pembimbing skripsi dari mahasiswa : Nama : Nim :

Program studi : Fakultas :

Judul skripsi : Menerangkan bawha mahasiswa yang bersangkutan telah menyelesaikan bimbingan skripsi dan siap untuk diajukan pada sidang ujian skripsi. Demikian surat rekomendasi ini dibuat agar dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Semarang, Dosen Pembimbing I

Maret 2007

Dosen Pembimbing II

Drs. Kusmuryanto, M.Si NIP. 131404309

Drs. Bambang Prishardoyo NIP.

Mengetahui, Ketua Jurusan Akuntansi

Drs. Sukirman, M.Si NIP. 131967646

xv

xvi

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi yang berkepanjangan sampai saat ini ternyata membuat tiga bentuk kegiatan atau bangun usaha sebagai pelaku ekonomi yaitu: perusahaan swasta, negara dan koperasi mengalami hambatan dalam perolehan modal, akan tetapi ketiga pelaku ekonomi tersebut diharapkan dapat bekerjasama untuk mewujudkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat. Pada awal perkembangannya, koperasi seringkali dipandang sebelah mata. Namun sekarang koperasi dapat dijadikan sebuah alternatif yang baik bahkan menjadi soko guru perekonomian nasional. Ini yang kemudian membuat banyak orang berharap banyak pada koperasi. Koperasi sebagai badan usaha yang beranggotakan orangorang atau badan hukum koperasi melandaskan kegiatannya sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan serta bertujuan meningkatkan kesejahteraan rakyat pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Usaha-usaha yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Semarang antara lain memberikan bantuan modal kepada koperasi dan pengusaha kecil dalam betuk pinjaman modal, pembinaan koperasi, membentuk Forum Koordinasi Pembinaan Koperasi dan Pengusaha Kecil (FKPPK). Dalam lima tahun terakhir ini Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) dapat dilihat perkembangan jumlah anggotanya selalu mengalami pasang surut, artinya KPRI mengalami tidak hanya penambahan anggota baru tetapi juga 1 xvii

pengurangan anggota. Beberapa hal itu disebabkan pengabungan atau pembubaran badan usaha. Perkembangan tersebut secara lebih rinci dapat dilihat melalui Tabel 1.1:

Tabel 1.1 Perkembangan Anggota KPRI tahun 2001-2005 Tahun 2001 2002 2003 2004 2005 KPRI aktif 127 126 126 115 104 KPRI tidak aktif 1 1 1 10 21 Jumlah 128 127 127 125 125 Jumlah anggota (Orang) 36.931 36.931 36.954 30.897 30.752

Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Semarang

Dari Tabel 1.1 dapat digambarkan perkembangan KPRI di Semarang lima tahun terakhir. Pada tahun 2001 di Semarang terdapat 128 KPRI dengan keterangan 127 KPRI yang masih aktif dan 1 KPRI tidak aktif beranggotakan 36.931 orang. Tahun 2002 terdapat 127 KPRI dengan keterangan 126 KPRI yang masih aktif dan 1 KPRI tidak aktif KPRI, jumlah anggotanya sama dengan tahun 2001, artinya jumlah KPRI yang aktif mengalami penurunan, tetapi jumlah anggota tidak mengalami penurunan. Tahun 2003 terdapat 127 KPRI dengan

xviii

keterangan 126 KPRI yang masih aktif dan 1 KPRI tidak aktif, jumlah koperasi tahun 2003 sama dengan 2002 hanya saja jumlah anggotanya sedikit bertambah dari 36.931 orang menjadi 36.945 orang. Tahun 2004 terdapat 125 KPRI dengan keterangan 115 KPRI yang masih aktif dan 10 KPRI tidak aktif dan jumlah anggotanya 30.897 orang. Dari keterangan tersebut pada tahun 2004 jumlah KPRI dan anggotanya mengalami penurunan yang besar dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun 2005 juga mengalami penurunan kembali yaitu jumlah KPRI menjadit 125 dengan keterangan 104 KPRI yang masih aktif dan 21 KPRI tidak aktif dan jumlah anggotanya 30.752 orang. Selain data mengenai jumlah KPRI dan anggotanya dapat juga dilihat data mengenai permodalan koperasi pada Tabel 1.2:

Tabel 1.2 Perkembangan Modal Koperasi Tahun 2001-2005 (Dalam jutaan rupiah) Tahun 2001 2002 2003 2004 Modal Sendiri Rp. 21.689 Rp. 21.689 Rp. 21.697 Rp. 27.990 Modal Luar Rp. 14.128 Rp. 14.128 Rp. 20.056 Rp. 20.056 Jumlah Rp. 35.818 Rp. 35.818 Rp. 35.826 Rp. 48.047

xix

2005

Rp. 28.528

Rp. 23.983

Rp. 52.510

Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Semarang

Dari Tabel 1.2 dapat diketahui, bahwa dalam situasi krisis ekonomi permodalan Koperasi terjadi kenaikan terus-menerus, permodalan koperasi sendiri terdiri dari dua macam yaitu modal sendiri dan modal asing atau modal luar. Hal ini dapat dilihat dari tabel di atas yaitu dari tahun 2001 KPRI di Semarang jumlah modal sendiri sebesar Rp. 21.689 sedangkan modal asing Rp. 14.128 jadi jumlah total modal tahun 2001 adalah Rp. 35.818. Tahun 2002 modal koperasi tidak mengalami peningkatan. Sedangkan tahun 2003 mengalami sedikit peningkatan menjadi Rp. 35.826 dengan perincian modal sendiri sebesar Rp. 21.697 sedangkan modal asing Rp. 20.056. pada tahun 2004 kembali mengalami kenaikan dengan jumlah modal sendiri Rp. 27.990 dan modal luar Rp. 20.056 sehingga jumlah total Rp. 48.047. Tahun 2005 juga mengalami kenaikan modal sendiri Rp. 28.528 dan modal luar Rp. 23.983 sehingga jumlah total Rp. 52.510. Sebagai indikator lain seperti volume usaha, asset dan SHU dari tahun 2001 sampai tahun 2005 dapat dilihat pada Tabel 1.3:

Tabel 1.3 Volume Usaha, Asset dan SHU ( Sisa Hasil Usaha) (Dalam jutaan rupiah)

xx

Tahun 2001 2002 2003 2004 2005

Volume Usaha Rp. 73.641 Rp. 73.203 Rp. 74.667 Rp. 48.047 Rp. 89.455

Asset Rp.35.818 Rp.35.818 Rp.35.826 Rp.84.404 Rp.52.510

SHU Rp.3.261 Rp.3.273 Rp.110.493 Rp.3.913 Rp.3.641

Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Semarang

Keterangan dari Tabel 1.3 menyatakan bahwa volume usaha, asset, SHU pada KPRI di Semarang mengalami naik turun atau tidak stabil yaitu tahun 2001 sampai tahun 2003 volume usaha mengalami naik turun tetapi prosentasenya tidak begitu besar dari Rp. 73.641 tahun 2001, turun menjadi Rp. 73.203 ditahun 2002, kemudian naik Rp. 74.667 tahun 2003. Volume usaha mengalami penurunan dan kenaikan dengan prosentase besar ditahun 2004 dan 2005 yaitu dari Rp. 48.047 menjadi Rp. 89.455 ditahun 2005. Asset dan SHU tahun 2001 adalah Rp.35.818 dan Rp.3.261,tahun 2002 tidak begitu mengalami perubahan dari tahun sebelumnya yaitu Rp.35.818 dan Rp.3.273, tahun 2003 mengalami perubahan yang cukup besar untuk SHU yaitu naik menjadi Rp.110.493 sedangkan untuk asset perubahan tidak terlalu banyak Rp.35.826 dari tahun sebelumnya. Tahun 2004 jumlah SHU dan Asset adalah Rp.84.404 dan Rp.3.913,

xxi

tahun 2005 mengalami penurunan baik Asset maupun SHU menjadi Rp.52.510 dan Rp.3.641. Agar koperasi dapat mewujudkan fungsi dan perannya , maka kecuali bertujuan untuk memenuhi kebutuhan anggotanya juga harus mampu menghasilkan keuntungan atau laba yang layak dan kontiyuitas. Untuk membiayai kegiatan operasional atau usaha koperasi, maka koperasi membutuhkan dana. Dana sering juga disebut modal kerja, penggunaan modal kerja harus seefisien mungkin dalam arti modal kerja yang tersedia tidak perlu berlebihan dan tidak kekurangan. Modal kerja yang terlalu besar memungkinkan terjadinya Idle fund (dana yang menganggur). Hal ini akan mengakibatkan terjadinya inefisiensi demikian sebaliknya modal kerja terlalu kecil akan mengakibatkan terganggunya operasi koperasi seharihari. Meskipun koperasi bukan badan usaha yang sematamata mencari laba, namun koperasi senantiasa berusaha mendapatkan laba yang optimal untuk meningkatkan pembagian SHU (Sisa Hasil Usaha) anggotanya. Perolehan laba mempengaruhi tingkat rentabilitas suatu badan usaha. Oleh karena itu laba yang optimal belum dapat dijadikan ukuran bahwa suatu badan usaha telah bekerja secara efisien, maka suatu badan usaha dalam menjalankan usahanya diarahkan untuk mendapatkan tingkat rentabilitas yang optimal. Efisiensi kerja suatu badan usaha baru dapat diketahui setelah membandingkan laba yang diperoleh selama periode tertentu dengan modal yang digunakan untuk menghasilkan laba, inilah yang disebut rentabilitas. Dengan rentabilitas yang tinggi maka:

xxii

1. Koperasi akan mampu bersaing dengan perusahaan lain. 2. Koperasi akan dapat memberikan kesejahteraan bagi anggotanya. 3. Koperasi akan dipercaya oleh masyarakat sebagai badan usaha yang mampu bertahan hidup dan bahkan berkembang. 4. Pada akhirnya dengan rentabilitas yang tinggi akan dapat meningkatkan nilai koperasi. Rentabilitas itu sendiri memiliki pengertian menurut Riyanto (1999:35), rentabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Dengan demikian maka tingkat rentabilitas yang tinggi dapat mengakibatkan penerimaan yang tinggi pula. Mengukur efisiensi perusahaan dengan mendasarkan pada jumlah keuntungan sematamata kurang tepat, sebab keuntungan yang tinggi belum tentu disertai tingkat rentabilitas yang tinggi pula. Untuk mengukur tingkat rentabilitas yang ada pada perusahaan dapat dilakukan dengan bermacammacam cara, tergantung pada laba atau modal mana yang akan diperbandingkan. Modal dalam rasio rentabilitas adalah modal yang digunakan untuk menghasilkan laba oleh karena itu dapat berasal dari modal sendiri atau hutang sebagai modal asing (Indriyo, 2002:57). Rentabilitas dapat diperhitungkan dengan membandingkan laba yang diperoleh dengan modal yang dipakai untuk menghasilkan laba disebut rentabilitas ekonomi. Jika modal sebagai pembanding adalah modal sendiri dan laba adalah laba bersih sesudah pajak disebut rentabilitas modal sendiri.

xxiii

Rentabilitas sering digunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan modal dalam suatu badan usaha, sedangkan keuntungan yang besar belum tentu sebagai jaminan bahwa perusahaan tersebut efisien. Badan usaha yang memiliki modal lebih besar lazimnya akan memperoleh laba yang lebih besar pula dibandingkan badan usaha yang mempunyai modal lebih kecil. Meskipun demikian, terdapat kemungkinan badan usaha yang mempunyai modal lebih kecil, lebih efisien dibanding badan usaha yang memiliki modal besar. Pada setiap koperasi tingkat rentabilitas tidak selamanya sesuai dengan harapan, kadangkala mengalami peningkatan dan kadang mengalami penurununan. Tingkat rentabilitas berdasarkan kenyataan yang ada pada KPRI di Semarang juga berbeda-beda. Melihat kenyataan tersebut tidak semua KPRI tingkat rentabilitasnya sesuai dengan standart rentabilitas. Efisiensi Modal Kerja adalah ketepatan cara (usaha dan kerja) dalam menjalankan sesuatu yang tidak membuang waktu, tenaga, biaya dan kegunaan berkaitan penggunaan modal kerja yaitu mengupayakan agar modal kerja yang tersedia tidak kelebihan dan tidak juga kekurangan. Untuk dapat menentukan jumlah modal kerja yang efisien, terlebih dahulu diukur dari elemen-elemen modal kerja. Elemen Modal Kerja terdiri dari kas, piutang, dan persediaan. Dari semua elemen modal kerja dihitung perputarannya semakin cepat tingkat perputaran masing-masing elemen modal kerja, maka modal kerja dapat dikatakan efisien, tetapi jika perputarannya semakin lambat maka penggunaan modal kerja yang ada dalam koperasi tersebut kurang efisien.

xxiv

Perputaran modal kerja yang rendah menunjukkan adanya kelebihan modal kerja yang disebabkan rendahnya turnover persediaan dan piutang atau adanya saldo kas yang terlalu besar. Penurunan laba menunjukkan pendapatan yang menurun atau naiknya biaya-biaya yang digunakan untuk menghasilkan laba. Maka sesuai dengan penjelasan yang telah dipaparkan diatas, diperlukan standar-standar agar koperasi-koperasi di kota Semarang khususnya dapat

mengoperasikan usaha koperasi dengan baik dan dapat memperoleh efisiensi penggunaan modal kerja. Tabel 1.4 merupakan stadar koperasi yang ditetapkan Mentri Koperasi.

Tabel 1.4 Daftar Rasio Stadar Produktifitas Koperasi Uraian Asset turn Over Profit Margin to Sale Return on Investment/rentabilitas Ekonomi Rentabilitas Modal Sendiri Sumber: Dinas Koperasi Semarang Standar Normal Minimal 4 kali 4% 8% 14%

xxv

Berdasarkan uraian di atas, menunjukkan bahwa betapa pentingnya rentabilitas dan modal kerja dalam suatu badan usaha koperasi, oleh karena itu peneliti mengambil judul : ANALISIS EFISIENSI MODAL KERJA DAN PENGARUHNYA DENGAN RENTABILITAS EKONOMI PADA KPRI di SEMARANG

1.2. Penegasan Istilah Untuk menghidari kesalah pahaman penafsiran dan memberi ruang lingkup permasalahan pada penelitian ini, maka dipergunakan batasan istilah sebagai berikut: 1. Analisis Efisiensi Modal Kerja Efisiensi Modal Kerja adalah ketepatan cara (usaha dan kerja) dalam menjalankan sesuatu yang tidak membuang waktu, tenaga, biaya dan kegunaan berkaitan penggunaan modal kerja yaitu mengupayakan agar modal kerja yang tersedia tidak kelebihan dan tidak juga kekurangan. Untuk dapat menentukan jumlah modal kerja yang efisien, terlebih dahulu diukur dari elemen-elemen modal kerja. Modal Kerja terdiri dari kas, piutang, dan persediaan. Modal kerja dapat dihitung dari elemen-elemennya perputaran kas, perputaran piutang, perputaran persediaan. Semakin cepat tingkat perputaran masing-masing elemen modal kerja, maka modal kerja dapat dikatakan efisien, tetapi jika perputarannya semakin lambat maka penggunaan modal kerja yang ada dalam koperasi tersebut kurang efisien.

xxvi

2.

Rentabilitas Rentabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan atau badan usaha

untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. (Bambang Riyanto, 1999:35) rentabilitas pada penelitian ini adalah rentabilitas ekonomi yaitu perbandingan antara laba usaha (SHU) dengan modal sendiri dan modal pinjaman yang dipergunakan untuk menghasilkan laba yang dinyatakan dalam prosen.

3.

KPRI (Koperasi Pegawai Republik Indonesia) KPRI adalah suatu badan koperasi yang beranggotakan pegawai

negeri. KPRI yang dimaksud dalam penelitian ini adalah KPRI di Semarang yang memiliki unit pertokoan Pegawai negeri adalah pegawai pemerintah yang berada diluar politik, bertugas melaksanakan administrasi pemerintah berdasarkan perundangundangan yang ditetapkan.

Dalam penelitian ini koperasi yang akan dijadikan obyek yaitu KPRI dikota Semarang, karena koperasikoperasi tersebut sudah memenuhi syarat untuk dijadikan obyek penelitian. Selain itu juga memiliki badan hukum dan berbagai unit usaha serta sistem administrasi yang tertata dengan baik.

1.3. Perumusan Masalah Rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :

xxvii

1. Bagaimana tingkat efisiensi penggunaan modal kerja pada (Koperasi Pegawai Republik Indonesia) KPRI di Semarang ? 2. Adakah pengaruh antara efisiensi modal kerja dengan rentabilitas pada (Koperasi Pegawai Republik Indonesia) KPRI di Semarang ?

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: a. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara efisiensi modal kerja dengan rentabilitas KPRI di Semarang. b. Untuk mengetahui seberapa besar hubungan efisiensi modal kerja terhadap rentabilitas di KPRI Semarang c. Untuk mengetahui tingkat efisiensi modal kerja di KPRI kota Semarang

1.4.2. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah:


a. Sebagai bahan masukkan bagi koperasi dalam mengelola keuangannya agar dimasa yang akan datang koperasi mempunyai perkembangan dan pengelolaan keuangan yang lebih baik. b. Sebagai bahan pertimbangan bagi koperasi dalam menyusun strategi untuk mengembangkan usahanya.

c.

Sebagai bahan masukkan bagi koperasi dalam mengelola keuangannya agar dimasa yang akan datang koperasi mempunyai perkembangan dan pengelolaan keuangan yang lebih baik.

d.

Sebagai bahan pertimbangan bagi koperasi dalam menyusun strategi untuk mengembangkan usahanya.

xxviii

BAB II LANDASAN TEORI

2.1. Rentabilitas i. Pengertian Rentabilitas Menurut Riyanto (1999:35), rentabilitas adalah kemampuan

perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Dengan demikian maka tingkat rentabilitas yang tinggi dapat mengakibatkan penerimaan yang tinggi pula. Mengukur efisiensi perusahaan berdasarkan jumlah keuntungan semata kurang tepat, sebab keuntungan yang tinggi belum tentu disertai tingkat rentabilitas yang tinggi pula. Untuk mengukur tingkat rentabilitas yang ada pada perusahaan dapat dilakukan dengan bermacam macam cara, tergantung pada laba atau modal mana yang akan diperbandingkan. Faktor-faktor yang mempengaruhi rentabilitas lebih penting

dibandingkan laba, karena laba yang besar belum merupakan ukuran bahwa

xxix

perusahan itu telah bekerja dengan efisien. Efisiensi baru dapat diketahui dengan membandingkan laba yang diperoleh dengan kekayaan modal yang menghasilkan laba tersebut atau dengan kata lain menghitung rentabilitasnya. (Riyanto, 1999:37)

ii.

Macam-macam Rentabilitas 13 Terdapat dua macam rentabilitas untuk mengukur efisien atau tidaknya suatu perusahaan dalam menggunakan modal, yaitu rentabilitas ekonomi dan rentabilitas modal sendiri. 1. Rentabilitas Ekonomi Rentabilitas Ekonomi (Return On Investment) adalah

perbandingan antara SHU koperasi dengan modal sendiri dan modal pinjaman yang dipergunakan untuk menghasilkan laba tersebut yang dinyatakan dalam prosentase (%). Dalam menghitung rentabilitas ekonomi ini, modal sendiri dan modal pinjaman tidak diadakan perbedaan dan dianggap sebagai satu kesatuan. Dengan menghitung ROI ini kita dapat memperoleh gambaran efisiensi badan usaha secara keseluruhan. Laba yang dipakai sebagai dasar menghitung rentabilitas ini adalah laba sebelum dikurangi pajak dan bunga pinjaman, karena besarnya pajak tidak dipengaruhi oleh efisiensi tidaknya usaha, tetapi dipengaruhi

xxx

banyaknya sedikitnya laba yang diperoleh. Rentabilitas Ekonomi dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

ROI=

Laba sebelum pajak / SHU x100% Modal Sendiri + Modal A sin g

(Riyanto, 1999:35)

Tinggi rendahnya ROI dipengaruhi oleh : 1) Profit Margin Profit margin ini merupakan perbandingan antara laba usaha dengan penjualan bersih, perbandingan tersebut dinyatakan dalam bentuk persentase.

Pr ofit

M arg in =

Laba Usaha x100% Penjualan Bersih

Profit margin ini mengukur tingkat keuntungan yang dapat dicapai oleh perusahaan dihubungkan dengan tingkat pendapatan, dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa perhitungan profit margin dimaksudkan untuk mengetahui efisiensi perusahaan dengan melihat besar kecilnya laba usaha dalam hubungannya dengan pendapatan yang diterima. Semakin tinggi profit margin yang

xxxi

diterima perusahaan berarti semakin efisien operasi perusahaan tersebut. 2) Turn of Operating Asset (Tingkat perputaran aktiva) Tingkat perputaran aktiva usaha yaitu kecepatan

berputarnya aktiva usaha dalam satu periode tertentu. Perputaran tersebut dapat ditentukan dengan membagi pendapatan dengan total ratarata aktiva usaha. Rumus yang digunakan:

Turn of Operating Asset =

Penjualan x100% Modal Bersih

(Riyanto,1999:36-43) Rasio ini merupakan ukuran seberapa jauh modal ini telah digunakan dalam operasi perusahaan atau menunjukkan seberapa kali aktiva usaha berputar dalam suatu periode tertentu. Dalam menganalisis ratio ini akan diperbandingkan beberapa tahun, sehingga diketahui kecenderungan penggunaan aktiva usaha. Bila angka rasio naik maka semakin efisien penggunaan modal perusahaan. Tinggi rendahnya Turn of Operating Asset selama periode tertentu ditentukan oleh dua faktor, yaitu net sales (penjualan) dengan operating assets (aktiva usaha). Dengan jumlah aktiva

xxxii

tertentu dan dengan semakin kecilnya aktiva usaha akan mengakibatkan makin tingginya perputaran aktiva usaha. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa profit margin dimaksudkan untuk mengetahui efisiensi perusahaan dengan melihat besar kecilnya laba usaha dalam hubungannya dengan penjualan. Sedangkan operating asset turnover dimaksudkan untuk mengetahui efisiensi perusahaan dengan melihat pada kecepatan perputaran operating asset dalam periode tertentu.

Hubungan antara profit margin dan operating assets turnover dapat digambarkan sebgai berikut:

Rentabilitas = Profit margin x Operating assets turnover =

Laba Usaha Penjualan Bersih x Penjualan Bersih Modal Usaha Laba Usaha Modal Usaha

Terdapat cara untuk menaikkan rentabilitas ekonomi menurut (Riyanto, 1999:39) adalah sebagai berikut: 1. Menaikkan profit margin a. Dengan menambah biaya usaha sampai tingkat tertentu diusahakan tercapai tambahan sales lebih besar

daripada tambahan operating expenses.

xxxiii

b. Dengan mengurangi pendapatan dari sales sampai tingkat tertentu, atau mengurangi biaya usaha menjadi relatif lebih besar dari berkurangnya pendapatan dari sales. 2. Menaikkan atau mempertinggi turnover of operating assets a. Dengan menambah modal usaha b.Dengan mengurangi sales sampai tingkat tertentu diusahakan besarnya. penurunan operating assets sebesar

2. Rentabilitas Modal Sendiri

Rentabilitas modal sendiri atau rentabilitas usaha adalah perbandingan jumlah laba yang tersedia bagi pemilik modal sendiri dengan jumlah modal sendiri untuk menghasilkan laba tersebut (Munawir, 2000:33). Dengan kata lain rentabilitas modal sendiri adalah kemampuan suatu perusahaan dengan modal sendiri yang bekerja didalamnya untuk menghasilkan laba. Rentabilitas modal sendiri dipengaruhi oleh rentabilitas ekonomi serta dept equity ratio. Rumus yang digunakan adalah:

Rentabilitas Modal Sendiri =

SHU bersih x100% Modal Sendiri

xxxiv

Faktor-faktor yang mempengaruhi rentabilitas modal sendiri adalah: a. Rentabilitas ekonomi Tingkat rentabilitas ekonomi dapat mempengaruhi

rentabilitas modal sendiri, hal ini dapat dilihat pada unsur yang berhubungan dengan rentabilitas modal sendiri. Dari pengertian rentabilitas ekonomi, maka dapat dilihat bahwa rentabilitas ekonomi mempunyai hubungan erat dengan rentabilitas modal sendiri mengigat besar kecilnya keuntungan yang menjadi hak pemilik modal.

b. Tingkat bunga modal pinjaman Hutang merupakan dana yang berasal dari luar

perusahaan, dimana hutang itu disertai kewajiban untuk menyerahkan sejumlah jasa kepada pihak lain dimasa yang akan datang. Jika sejumlah jasa yang dimaksudkan telah disepakati sebagai balas jasa, maka disebut sebagai bunga. Laba yang diperhitungkan di dalam menghitung

rentabilitas modal sendiri adalah laba bersih setelah dikurangi bunga modal pinjaman dan pajak perseroan. Semakin tinggi tingkat bunga modal pinjaman yang harus dibayar berarti akan memperkecil laba yang menjadi bagian pemilik modal sendiri.

xxxv

c. Tingkat pajak pendapatan Penghasilan kena pajak dihitung dengan mengurangi semua biaya, termasuk penyusutan bunga dan pendapatan kotornya. Jika laba setelah bunga semakin besar maka pajak yang dibayar semakin besar, dan begitu sebaliknya. Semakin tinggi pajak yang ditentukan pemerintah, maka akan

memperkecil laba yang menjadi hak bagi pemilik begitu sebaliknya. Hal ini menyebabkan rentabilitas modal sendiri terpengaruh.

d. Tingkat rasio utang terhadap rentabilitas modal sendiri. Pengaruh rasio utang terhadap rentabilitas modal sendiri dapat positif tetapi dapat pula negatif atau tidak berpengaruh sama sekali. Bila berpengaruh positif artinya, makin besar rasio ini mengakibatakan besarnya rentabilitas modal sendiri. Hal ini terjadi jika rentabilitas ekonomi lebih besar dari pada tingkat bunga. Dan pengaruh negatif terjadi dalam keadaan ekonomi yang sebaliknya, yaitu dalam keadaan rentabilitas ekonomi lebih kecil dari pada tingkat bunga.

iii.

Faktor-faktor yang mempengaruhi rentabilitas

Menurut Wasis (1993:71) rentabilitas dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut:

xxxvi

1. Volume Penjualan Merupakan salah satu indikator untuk mengetahui kemajuan perusahaan adalah penjualan. Dengan semakin bertambahnya penjualan maka akan menaikkan volume pendapatan yang diperoleh perusahaan sehingga biaya-biaya akan tertutup juga. Hal ini akan mendorong perusahaan mengefektifkan modal untuk mengembangkan usahanya.

2. Efisiensi penggunaan biaya Modal dan investasi usahanya yang harus diperoleh benar-benar perusahaan dipelihara untuk dan

mengembangkan

dipertanggungjawabkan secara terbuka. Dalam jangkauan pemeliharaan dan pertanggungjawaban secara terbuka berarti bahwa penggunaan modal harus digunakan untuk usaha-usaha yang tepat dengan pengeluaran yang hemat sehingga keberhasilan usaha akan tercapai yang secara tidak langsung akan mempengaruhi tingkat rentabilitas.

3. Profit margin Profit margin adalah laba yang diperbandingkan dengan penjualan. Profit margin mengukur tingkat keuntungan yang dapat dicapai oleh
perusahaan berkaitan dengan besarnya penjualan perusahaan.

4. Struktur modal perusahaan

xxxvii

Struktur

modal

adalah

pembiayaan

pembelanjaan

permanent

perusahaan yang terutama hutang jangka panjang, saham preferen/prioritas dan modal saham biasa, tetapi tidak termasuk hutang jangka pendek. Menurut Riyanto (1999:37) tinggi rendahnya rentabilitas ekonomi /earning power dipengaruhi 2 faktor: a) Profit margin

Profit margin adalah perbandingan antara laba usaha


dengan penjualan bersih yang dinyatakan dalam persentase. Besar kecilnya profit margin pada setiap transaksi penjualan ditentukan oleh 2 faktor yaitu: net sales (penjualan) dan laba usaha. Besar kecilnya laba net operating income tergantung pada pendapatan, penjualan dan besarnya biaya usaha (operating expences). Dengan jumlah biaya usaha profit margin dapat diperbesar dengan menekan jumlah atau memperkecil biaya usaha.

b) Turnover of Operating Assets (Tingkat perputaran modal kerja ) Turnover of Operating Assets yaitu kecepatan perputaran
operating asset pada periode tertentu. Turnover tersebut dapat ditentukan dengan membagi penjualan bersih dengan modal usaha.

xxxviii

Faktor-faktor yang mempengaruhi rentabilitas ekonomi/earning power dapat dilihat pada gambar berikut:

Penjualan netto Harga Pokok Penjualan Laba Bersih Profit Margin Biaya Penjualan Biaya usaha Penjualan Netto Biaya administrasi dan umum Penjualan netto

Rentabilitas ekonomi

Kas Piutang Persediaan Aktiva Tetap Modal Kerja Modal Usaha

Perputaran Modal Kerja

xxxix

Gambar 2.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi rentabilitas ekonomi

Dari gambar di atas dapat diketahui bahwa besarnya modal kerja dipengaruhi oleh besarnya kas, piutang dan persediaan. Besarnya perputaran modal kerja dipengaruhi oleh perputaran masing-masing komponen yang terdapat dalam modal kerja tersebut, yaitu perputaran kas, perputaran piutang, perputaran persediaan. Semakin tinggi tingkat perputaran kas, piutang dan persediaan maka tinggi pula modal kerja, begitu sebaliknya jika perputaran kas, piutang dan persediaan rendah maka modal kerjanya juga rendah.

2.2. Modal Kerja 2.2.1. Pengertian Modal Kerja

Dengan perkembangan teknologi dan semakin banyaknya perusahaan berlombalomba untuk menjadi besar, maka faktor produksi modal mempunyai arti yang lebih penting lagi. Arti dari faktor produksi modal dalam perusahaan adalah sesuai dengan perkembanganm pengertian modal itu sendiri. Secara ilmiah pada permulaanya orientasi pengertian modal adalah

phisycal oriented. Dalam hubungan ini dapat dikemukakan misalnya


pengertian modal yang klasik, dimana pengertian modal adalah sebagai hasil produksi yang digunakan untuk memproduksi lebih lanjut. Dalam

perkembangan kemudian ternyata pengertian modal mulai bersifat non

xl

phisycal oriented yaitu pada nilai, daya beli atau kekuasaan yang terkandung
pada barangbarang modal adalah barangbarang yang ada dalam perusahaan yang belum digunakan, jadi yang ada dalam neraca sebelah debet (Riyanto, 1999:17) Menurut Indriyo (2002:35), modal kerja adalah kekayaan atau aktiva yang diperlukan oleh perusahaan untuk menyelenggarakan kegiatan sehari hari yang selalu berputar dalam periode tertentu. Modal yang dimaksud adalah modal kerja netto (aktiva lancar) perusahaan. Dalam melakukan operasional perusahaan diperlukan adanya modal kerja. Menurut Bangun (1989:65) modal kerja adalah dana yang diinvestasikan dalam aktiva lancar untuk memungkinkan berlangsungnya siklus produksi. Sedangkan menurut Soediyono, modal kerja adalah sumber pembelanjaan jangka panjang yang khusus berfungsi untuk membiayai kegiatan operasional seharihari. Dari kedua pengertian tersebut diatas maka dapat disimpulkan, bahwa modal kerja adalah sejumlah dana yang tertanam dalam aktiva lancar yang digunakan untuk membiayai kegiatan operasional sehari hari. Pengertian modal kerja akan menjadi lebih jelas jika ditinjau dari konsepkonsep yang mendasarinya. Dalam membahas modal kerja ada tiga konsep yaitu: 1. Konsep Kuantitatif Konsep ini berdasarkan pada kuantitas dana yang tertanam dalam unsur unsur aktiva lancar dimana aktiva ini merupakan aktiva yang sekali berputar kembali dalam bentuk semula, atau aktiva dimana dana yang

xli

tertanam didalamnya akan dapat bebas lagi dalam waktu singkat. Dengan demikian modal kerja dalam konsep ini adalah keseluruhan dari jumlah aktiva lancar. Konsep ini berdasarkan pada kuantitas dana yang tertanam dalam unsurunsur aktiva lancar dimana aktiva ini merupakan aktiva yang sekali berputar kembali dalam bentuk semula, atau aktiva dimana dana yang tertanam didalamnya akan dapat bebas lagi dalam waktu singkat. Dengan demikian modal kerja dalam konsep ini adalah keseluruhan dari jumlah aktiva lancar. Sering disebut dengan modal kerja bruto (gross

working capital).
2. Konsep Kualitatif Konsep ini mempertimbangkan dua kepentingan perusahaan yang terdiri dari pembiayaan perusahaan yang terdiri dari pembiayaan operasional seharihari dan pemenuhan kewajiban dari pihak luar (kreditur). Konsep ini mengaitkan jumlah aktiva lancar dengan hutang lancar. Modal kerja menurut konsep kualitatif adalah kelebihan aktiva lancar diatas utang lancar. Sering disebut dengan modal kerja netto (net working capital). 3. Konsep Fungsional Menurut Darwin (1989:66), jumlah modal kerja yang dimiliki oleh suatu perusahaan pada suatu saat dapat dilihat pada neraca perusahaan yang bersangkutan. Perlu dikemukakan bahwa dalam menghitung jumlah modal kerja terdapat dua konsep yang berlainan, yaitu konsep modal kerja bruto dan konsep modal kerja netto. Modal kerja bruto adalah jumlah seluruh aktiva lancar yang dimiliki perusahaan. Sedangkan modal kerja netto adalah jumlah

xlii

seluruh aktiva lancar dikurangi dengan jumlah hutang lancar yang dimiliki perusahaan.

2.2.2. Jenisjenis Modal Kerja

Jenisjenis modal kerja menurut W. B. Taylor dam buku karangan Riyanto, 1999:61 digolongkan menjadi : 1) Modal kerja permanen (permanent working capital) Modal kerja yang harus tetap ada pada perusahaan untuk dapat menjalankan fungsinya, dengan kata lain modal kerja yang secara terus menerus diperlukan untuk kelancaran usaha. Modal kerja permanen dapat dibedakan menjadi : a. Modal kerja primer (primary working capital) yaitu jumlah modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjamin kontinuitas usahanya. b. Modal kerja normal (normal working capital) yaitu jumlah modal kerja yang diperlukan untuk menyelenggarakan luas produksi normal. Pengertian normal adalah dalam artian yang dinamis. 2) Modal kerja variabel (variable working capital) Modal kerja yang jumlahnya berubah ubah sesuai dengan perubahanb keadaan. Modal ini dibedakan menjadi : a. Modal kerja musiman yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah ubah disebabkan karena fluktuasi musiman.

xliii

b. Modal kerja siklis yaitu modal kerja yang jumlahnya barubah ubah karena fluktuasi konjungtur. c. Modal kerja darurat (emergency working capital ) yaitu modal kerja yang berubahubah karena adanya keadaan darurat yang tidak diketahiu sebelumnya, seperti pemogokan buruh, banjir dan perubahan keadaan ekonomi yang mendadak

2.2.3. Faktorfaktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Modal Kerja

Faktorfaktor yang mempengaruhi modal kerja dipengaruhi oleh empat faktor pada umumnya dan lima faktor pada khususnya. Keempat faktor tersebut antara lain adalah: a. Volume Penjualan Perusahaan memerlukan modal kerja untuk menjalankan aktivitasnya puncak dari perusahaan adalah penjualan. Jika tingkat penjualan tinggi maka modal kerja yang diperlukan relatif tinggi, sebaliknya bila penjualan rendah dibutuhkan modal kerja yang rendah. b. Kebijaksanaan yang diterapkan oleh perusahaan, yaitu politik penjualan kredit dan politik penentuan persediaan besi. c. Pengaruh Musim d. Fluktuasi tingkat penjualan akan mempengaruhi besar kecilnya modal kerja yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan kegiatan produksi. e. Kemajuan Teknologi

xliv

Perkembangan teknologi membuat perusahaan perlu mengimbangi dengan membeli alatalat investasi baru sehingga diperlukan modal kerja yang relatif besar. Sedangkan lima faktor khususnya adalah: a. Ukuran Perusahaan Perusahaan besar mempunyai perbedaan modal kerja yang mencilik dibandingkan dengan perusahaan kecil. Perusahaan besar dengan banyak sumber dana mungkin membutuhkan modal kerja yang lebih kecil dibandingkan dengan total aktiva atau penjualan. b. Aktivitas Perusahaan Keadaan bisnis berdampak pada tingkat modal kerja. Sebuah perusahaan yang menawarkan barang tidak membutuhkan persediaan, dan perusahaan yang menjual dengan tunai tidak akan memberikan piutang. c. Ketersediaan Kredit Jika perusahaan dapat meminjam untuk membiayai kredit maka diperlukan kas yang lebih sedikit. d. Perilaku Menghadapi Keuntungan Suatu jumlah yang relatif besar pada aktiva lancar mengurangi keuntungan keseluruhan. e. Perilaku Menghadapi Resiko Makin besar tingkat aktiva lancar, makin kecil resiko. Kas menyediakan keamanan dalam membayar tagihan. Persediaan memberikan resiko yang lebih kecil akan kebutuhan lebih barang untuk dijual

xlv

2.2.4. Unsurunsur Modal Kerja

Menurut Sawir (2001:57) unsurunsur modal kerja terdiri dari tiga yaitu: 1. Kas Kas merupakan unsur modal kerja yang paling tinggi tingkat likuiditasnya. Dalam pengertian ini termasuk pula simpanan uang yang ada pada suatu bank. Kas dapat digunakan untuk memenuhi segala kewajiban finansial perusahaan. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kas sangat berperan dalam menentukan kelancaran kegiatan perusahaan, sehingga kas harus diawasi dengan sebaikbaikya baik dari segi penerimaan (sumbersumbernya) maupun penggunaanya.

Penerimaan dan pengeluaran kas dalam suatu perusahaan pada dasarnya bersal dari: a) Hasil penjualan investasi jangka panjang ,aktiva tetap baik yang berwujud atau adanya penurunan aktiva tidak lancar yang diimbangi dengan penambahan kas. b) Penjualan atau adanya emisis maupun adanya penambahan modal pemilik perusahaan dalam bentuk kas. c) Pengeluaran surat tanda bukti hutang baik jangka panjang maupun jangka pendek yang lain serta bertambahnya hutang yang diimbangi dengan adanya penerimaan kas.

xlvi

d) Adanya penurunan atau berkurangnya aktiva lancar selain kas yang diimbangi dengan adanya penerimaan kas. e) Adanya penerimaan kas karena sewa, bunga atau deviden dari investasinya, sumbangan atau hadiah maupun adanya pengembalian sebelumnya. Penggunaan atau pengeluaran kas dapat disebabkan adanya transaksitransaksi sebagai berikut: a. Pembelian saham atau obligasi sebagai investasi jangka pendek maupun jangka panjang. b. Penarikkan kembali saham yang beredar maupun adanya pengambilan kas perusahaan oleh pemilik. c. Pelunasan atau pembayaran angsuran hutang jangka pendek atau jangka panjang d. Pembelian barang dagangan secara tunai, adanya pembayaran pajak pada periodeperiode

pembayaran biaya operasi yang meliputi upah dan gaji, pembelian perlengkapan kantor, advertensi, dan adanya persekot biaya maupun persekot pembelian. e. Pengeluaran kas untuk membayar deviden, pembayaran pajak, dendadenda lainnya. ( Munawir, 2000:159) Aliran kas masuk dan keluar akan terus terjadi dalam perusahaan, sedangkan pengaturan kas dimaksudkan agar aliran kas keluar

xlvii

berjalan

sesuai

kebutuhan,

termasuk

pengawasan

terhadap

terjadinya kebocoran kebocoran yang disebabkan oleh: a. Kurang pengaturan pelayanan yang menyebabkan

perusahaan kehilanggan langganan. b. Kurang pengamatan terutama dalam hal penjualan, misal penjualan tidak cacat seluruhnya. c. Kesalahan pekerjaan serupa berupa kesalahan hutang d. Kebocoran kas keluar artinya diperbesarnya tingkat dari pengeluaran sesungguhnya. 2. Piutang Piutang merupakan kekayaan perusahaan yang timbul akibat adanya penjualan secara kredit. Adapun yang mempengaruhi besarnya piutang adalah: a) Volume Penjualan Kredit Makin besar proporsi penjualan kredit dari keseluruhan penjualan memperbesar jumlah investasi dalam piutang. Dengan demikian semakin meningkat volume penjualan maka piutang semakin besar. b) Syarat Pembayaran Penjualan Kredit Syarat pembayaran penjualan kredit bisa bersifat ketat ataupun lunak. Apabila perusahaan menetapkan syarat penjualan ketat, berarti lebih mengutamakan keselamatan

xlviii

kredit daripada pertimbangan profitabilitas, sehingga piutang yang terjadi akan semakin kecil. c) Ketentuan Tentang Pembatasan Kredit Semakin selektif para langganan yang diberi kredit, semakin memperkecil investasi dalam piutang. d) Kebijakan Dalam Pengumpulan Piutang Apabila perusahaan dalam pengumpulan piutangnya

dengan cara aktif, maka piutang yang terjadi semakin kecil, sebaliknya jika perusahaan pasif dalam pengumpulan piutangnya, maka piutang yang terjadi semakin besar. e) Kebiasaan Membayar Para Langganan Kebiasaan membayar para langganan didasarkan pada alternatif dari cara penilaian mereka terhadap alternatif yang menguntungkan bagi pihaknya. Apabila menggunakan cash discount, maka dana yang tertanan dalam piutang semakin kecil. Piutang yang ada dalam koperasi yaitu terdiri dari: a. Piutang usaha kepada anggota Yaitu tagihan yang tibul kepada anggota yang dihasilkan dari kegiatan transakasi usaha atau penyaluran bantuan pinjaman yang jangka waktu penagihannya tidak lebih dari satu tahun atau siklus usaha normal diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.

xlix

b. Piutang usaha kepada non anggota Tagihan yang timbul dari transakasi usaha kepada pihak lain diluar anggotra koperasi yang jangka waktunya sesuai dengan usaha normal diungkapkan dalam catatan atas laporan keunagan. c. Piutang non usaha Adalah piutang yang tidak termasuk dalam piuatang usaha koperasi. (Tugiman, 1995:29)

Piutang yang dimiliki suatu perusahaan mempunyai hubungan yang erat dengan volume penjualan kredit. Posisi piutang dan taksiran waktu pengumpulannya dapat dinilai dengan menghitung tingkat perputaran piutang tersebut (turn over

receivable), yaitu dengan membagi total penjualan kredit (netto)


dengan piutang ratarata. Ratarata piutang diukur dengan menambah saldo piutang awal tahun dengan saldo piutang akhir tahun kemudian dibagi dua. Rumus yang digunakan untuk menghitung perputaran piutang:

Penjualan Kredit Perputaran Piutang = Rata-rata piutang =............. kali

(Riyanto, 1999:90)

3. Persediaan Persediaan barang atau investasi merupakan elemen dari modal kerja. Penentuan besarnya investasi dalam persediaan barang merupakan masalah yang penting bagi perusahaan, karena persediaan barang mempunyai akibat langsung terhadap keuntungan perusahan. Oleh karena itu perusahaan harus mengadakan persediaan barang yang cukup, sehingga memungkinkan untuk beroperasi dengan efisien. Rumus yang digunakan untuk menghitung perputaran persediaan:

Perputaran Persediaan =

H arg a Pokok Penjualan = ............kali Rata rata Persediaan

(Riyanto, 1999:70)

2.2.5. Fungsi Modal Kerja

Modal kerja dalam suatu perusahaan digunakan untuk operasi perusahaan, tergantung dari tipe dan sifat dari aktiva lancar yang dimiliki seperti kas, piutang dan persediaan. Modal kerja yang tersedia harus cukup jumlahnya. Artinya harus mampu membiayai pengeluaran seharihari,

disamping memungkinkan bagi perusahaan untuk beroperasi seekonomis mungkin sehingga perusahaan tidak mengalami kesulitan keuangan. Modal kerja yang cukup bagi perusahaan, mempunyai peranan penting yaitu : a. Melindungi perusahaan terhadap krisis modal kerja karena turunya nilai dari aktiva lancar.

li

b. Memungkinkan untuk membayar semua kewajiban tepat pada waktunya. c. Memungkinkan bagi perusahaan untuk menghadapai kesulitan keuangan yang mungkin terjadi. d. Memungkinkan perusahaan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup untuk melayani par konsumen. e. Memungkinkan bagi perusahaan untuk memberikan syarat kredit yang lebih menguntungkan kepada para pelanggan. f. Memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat beroperasi dengan lebih efisien, karena tidak ada kesulitan untuk memperoleh barang atau jasa yang dibutuhkan.

2.2.6. Sumber Modal Kerja

Modal kerja yang dibutuhkan suatu perusahaan menurut sumber dapat dipenuhi dari dua sumber yaitu: 1. Sumber internal perusahaan yang merupakan modal kerja yang dihasilkan oleh perusahaan itu sendiri yang terdiri dari: a. Laba ditahan Besar kecilnya laba ditahan menjadi sumber internal pemenuhan modal kerja dipengaruhi oleh faktor besarnya laba yang diperoleh pada periode yang bersangkutan. b. Hasil penjualan aktiva tetap yang dilakukan oleh perusahaan. c. Keuntungan penjualan aset berharga atau efek atas harga normal.

lii

d. Cadangan Penyusutan Penyusutan merupakan biaya operasional perusahaan yang bukan merupakan pengeluaran kas. 2. Sumber eksternal perusahaan yang berasal dari luar perusahaan dan merupakan hutang bagi perusahaan seperti hutang dari supplier, bank atau lembaga pemberi kredit lainnya.

2.2.7. Sumber sumber Penyebab Perubahan Modal

Tidak semua transaksi yang mengakibatkan berubahnya aktiva lancar atau berubahnya pasiva lancar mengakibatkan perubahan pada besarnya modal kerja. Hal ini tergantung dari sudut pandang pendefinisian modal kerja itu sendiri. Dalam konsep modal kerja netto, penambahan aktiva lancar yang didapat dari pinjaman tidak akan merubah jumlah modal kerja. Meskipun transaksi tersebut mengakibatkan meningkatnya nilai aktiva lancar, akan tetapi nilai pasivapun meningkat pula dengan jumlah yang sama, sehingga besarnya modal kerja yang merupakan selisih antara aktiva lancar total dengan pasiva lancar total, tidak berubah. Sementara apabila dilihat dari konsep modal kerja bruto, penambahan aktiva lancar meskipun berasal dari pinjaman dianggap menambah jumlah modal kerja, karena menurut konsep ini modal kerja adalah keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan tanpa melihat perolehan atau sumber adanya aktiva lancar tersebut.

liii

Secara umum dapat disebutkan halhal yang menyebabkan berubahnya modal kerja yaitu sebagai berikut (Soediyono, 1991:168) a. Modal Kerja meningkat sebagai akibat: 1) Perusahaan memperoleh laba 2) Perusahaan menjual aktiva tetap 3) Penyusutan aktiva tetap 4) Bertambah besarnya hutang jangka panjang 5) Perushaan menambah besarnya modal penyertaan b. Modal Kerja menurun sebagai akibat: 1) Perusahaan menderita kerugian 2) Perusahaan membeli aktiva tetap 3) Hutang Jangka Panjang perushaan menurun 4) Perusahaan mengurangi besarnya modal penyertaan 5) Perusahaan membagikan deviden

2.2.8. Penggunaan Modal Kerja

Pemakaian modal kerja menyebabkan perubahan bentuk maupun penurunan jumlah aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan, akan tetapi semua pemakaian aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan, akan tetapi tidak semua pemakaian aktiva lancar yang akan menyebabkan turunya modal kerja adalah : a) Pembayaran operasional perusahaan yang meliputi gaji, upah dan biaya lainnya.

liv

b) Kerugian yang diderita perusahaan karena adanya surat berharga . c) Adanya pembelian aktiva tetap, investasi atau aktiva tidak lancar lainnya yang mengakibatkan berkurangnya modal kerja. d) Adanya pembentukkan dana atau pemisahan aktiva lancar untuk tujuan tujuan jangka panjang. e) Pembayaran hutang jangka panjang atau adanya penurunan hutang jangka panjang yang diikuti penurunan aktiva lancar. f) Pengambilan uang atau barang oleh pemilik untuk keperluan pribadinya atau adanya pengambilan laba oleh pemiliknya. (Munawir, 2000:124-127 )

2.2.9. Perputaran Modal Kerja

Untuk mengetahui kemampuan modal kerja berputar dalam setiap periodenya dapat dilihat melalui rasio antara total penjualan dengan jumlah modal kerja ratarata. Rasio ini menunjukkan hubungan antara modal kerja dengan penjualan dan menunjukkan banyaknya penjualan yang dapat diperoleh perushaan untuk tiap rupiah modal kerja. Perputaran modal kerja yang rendah menunjukkan adanya kelebihan modal kerja yang mungkin disebabkan rendahnya perputaran komponenkomponen dalam modal kerja tersebut, seperti perputaran persediaan, piutang atau adanya saldo kas yang terlalu besar.

2.2.10. Peran Modal Kerja

lv

Modal kerja pada dasarnya merupakan sejumlah dana yang terusmenerus berputar dan harus ada dalam menopang usaha perusahaan yang menjembatani antara saat pengeluaran untuk memperoleh bahan atau jasa dengan waktu penerimaan penjualan. Modal kerja digunakan untuk membiayai operasional perusahaan, misalnya membayar pajak. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa modal kerja mempunyai dua peranan yang penting yaitu: 1) Menopang kegiatan produksi dan penjualan atau sebagai jembatan saat pengeluaran dan pembelian persediaan dengan penjualan penerimaan kembali hasil pembayaran. 2) Menutup dana atau pengeluaran tetap dan dana yang tidak berhubungan secara langsung dengan produksi dan penjualan. (Ahmad, 1997:5-6)

2.2.11. Efisiensi Modal Kerja

Efisiensi penggunaan modal kerja berarti bagaimana mengupayakan agar modal kerja yang tersedia tidak kelebihan dan tidak juga kekurangan. Dari segi ekonomis, efisiensi yang paling baik adalah suatu tingkat yang diperoleh dari hasil yang optimal dengan biaya yang rasional. Untuk dapat menentukan jumlah modal kerja yang efisien, terlebih dahulu diukur dari elemen-elemen modal kerja. Elemen Modal Kerja terdiri dari kas, piutang, dan persediaan. Dari semua elemen modal kerja dihitung

lvi

perputarannya semakin cepat tingkat perputaran masing-masing elemen modal kerja, maka modal kerja dapat dikatakan efisien, tetapi jika perputarannya semakin lambat maka penggunaan modal kerja yang ada dalam koperasi tersebut kurang efisien. Tingkat Perputaran Modal Kerja diukur melalui

elemen-elemennya dapat dirumuskan sebagai berikut:

Perputaran Kas:

Perputaran Kas =

Penjualan Bersih / Pendapa tan Rata rata kas dan Bank


(Riyanto, 1999:94)

Perputaran Piutang: (Riyanto, 1999:94)

Perputaran Piu tan g

Penjualan Kredit Rata rata Piu tan g (Riyanto, 1999:90)

Perputaran Persediaan: Perputaran Persedian = H arg a Pokok Penjualan Rata rata Persediaan (Riyanto, 1999:70)

2.3. Kerangka Pemikiran

Kas adalah nilai uang kontan yang ada dalam perusahaan beserta pospos lain yang dalam jangka waktu dekat dapat diuangkan sebagai alat pembayaran kebutuhan finansiil, yang mempunyai sifat paling tinggi likuiditasnya

lvii

(Indriyo,2002:61).

Semua perusahaan yang memiliki tingkat likuiditas yang

tinggi karena adanya kas dalam jumlah besar berarti tingkat perputaran kas tersebut rendah mengakibatkan kurang efektif dalam pengelolaan kas. Piutang merupakan kekayaan perusahaan yang timbul sebagai akibat dilaksanakannya penjualan kredit. Periode perputaran piutang tergantung dari panjang pendeknya ketentuan waktu yang disyaratkan dalam penjualan kredit. Semakin lambat tingkat perputaran piutang maka semakin lama terikatnya modal pada piutang, begitu pula sebaliknya. Jika perputaran piutang maka semakin lama terikatnya modal pada piutang mengakibatkan tingkat perputaran piutang dalam suatu periode rendah, sehingga diperoleh rentabilitas yang rendah. Elemen modal kerja yang selanjutnya adalah persediaan, persediaan menurut (Indriyo, 2002:93) yaitu aktiva yang setiap saat dapat mengalami perubahan. Tinggi rendahnya perputaran persedian secara tidak langsung berpengaruh pada besar kecil modal yang diinvestasikan dalam persediaan. Makin tinggi perputarannya maka makin besar tingkat rentabilitas yang diperoleh. Jika semua komponenkomponen dalam modal kerja dapat berputar dalam waktu yang relatif singkat mempunyai efek perolehan laba atau SHU juga tinggi. Rentabilitas yang dihasilkan koperasi diukur dari kesuksesan koperasi dan

kemampuan menggunakan aktiva atau modal secara produktif. Rentabilitas koperasi dapat diperoleh dengan memperbandingkan antara SHU yang diperoleh dengan aktiva atau modal koperasi tersebut. Dari semua uraian diatas dapat dipahami bahwa modal kerja sangat berpengaruh dengan rentabilitas melalui tingkat perputaran komponen

lviii

komponennya. Dengan demikian dapat dilihat berapa persen koperasikoperasi di Semarang yang telah sesuai dengan standar rentabilitas yang telah ditetapkan, serta berapa persen yang belum sesuai standar. Maka dapat daiambil kesimpulan melalui gambar sederhana (bagan kerangka berpikir) sebagai berikut:

Perputaran Kas

Perputaran Piutang

Modal Kerja

Rentabilitas

Perputaran Persediaan

Rentabilitas Ekonomi

Rentabilitas Modal Sendiri

2.4. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara yang masih harus dibuktikan kebenarannya. Berdasarkan kerangka berpikir diatas maka hipotesis dapat dirumuskan sebagai berikut:

lix

1. Perputaran kas, perputaran piutang, dan perputaran persediaan secara simultan berpengaruh positif secara signifikan terhadap rentabilitas pada KPRI di Semarang. 2. Perputaran kas, perputaran piutang, dan perputaran persediaan secara parsial berpengaruh positif secara signifikan terhadap rentabilitas pada KPRI di Semarang.

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1. Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 1998:115). Berdasarkan pengertian diatas populasi merupakan subyek penelitian guna memperoleh data dan informasi. Dalam penelitian ini populasinya adalah seluruh KPRI yang ada di kota Semarang, sebanyak 104 buah koperasi.

3.3.2. Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. (Suharsimi, 1998:117). Sampel penelitian ini diambil berdasarkan teknik random pada koperasi yang memiliki unit pertokoan.

lx

Sesuai dengan teknik random, subyek yang ada dalam populasi tersebut diambil dengan menggunakan kriteria, dianggap semua subyek sama, yaitu dengan cara menulis semua koperasi yang memiliki unit pertokoan pada secarik kertas. Tiap kertas ditulis satu nama koperasi kemudian digulung dan diambil secara acak. Dengan demikian maka setiap subyek memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel. Oleh karena hak setiap subyek sama, maka penelitian terlepas 44 dari perasaan ingin mengistimewakan satu atau beberapa subyek untuk dijadikan sampel (Arikunto, 1998:120 ). Untuk menentukan jumlah sampel, menurut Suharsimi apabila sampel kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiaanya merupakan penelitian populasi. Tetapi jika lebih dari seratus, dapat diambil 10-15% atau 20-25% atau lebih. Dalam penelitian ini mengambil sampel 16%, maka jumlah sampelnya adalah 16% dari 104 yaitu 16,64 dibulatkan menjadi 17 KPRI.

Tabel 3.1 Daftar KPRI yang terpilih menjadi sampel


NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 NAMA KOPERASI KPRI GEMI DINAS P&K KPRI PEMKOT KPRI AMAL BHAKTI DEPAG JATENG KPRI MANUNGGAL SEJAHTERA KPRI WIDYA LESTARI KPRI BHAKTI CITRA KPRI TERATAI DINKESOS JATENG KPRI BINA CITRA HUSADA KARIADI KPRI TULUS KARYA DEPAG KPRI BHAKTI PRAJA

lxi

11 12 13 14 15 16 17

KPRI HANDAYANI KPRI MAKARTI RUKUN SEJAHTERA KPRI DWIJA USAHA MIJEN KPRI KOPERKAAP KPRI SEJAHTERA BLKI SEMARANG KPRI SAEKO KPRI MANFAAT

3.2. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 3.2.1. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Rentabilitas Ekonomi Rentabilitas Ekonomi (Return On Investment) adalah perbandingan antara SHU koperasi dengan modal sendiri (Simpanan Pokok, Simpanan Wajib, dana cadangan,SHU tahun berjalan) dan modal pinjaman ( pinjaman dari pihak luar) yang dipergunakan untuk menghasilkan laba tersebut yang dinyatakan dalam prosentase (%). Sebagai variabel dependen (Y) atau variabel yang dipengaruhi oleh variabel independen, dalam hal ini rentabilitas ekonomi dianggap sebagai variabel yang dipengaruhi oleh efisiensi modal kerja.

ROI=

Laba sebelum pajak / SHU x100% Modal Sendiri + Modal A sin g (Riyanto, 1999:35)

2. Efisiensi Modal Kerja

lxii

Sebagai variabel independen (X) atau variabel yang mempengaruhi variabel yang lain, didalam hal ini efisiensi modal kerja dianggap sebagai variabel yang mempengaruhi nilai rentabilitas ekonomi.

Variabel modal kerja dapat dibagi menjadi: a. Tingkat Perputaran Kas (X1) Kas adalah nilai konstan yang ada diperusahaan beserta pos-pos lain yang dalam waktu dekat dapat diuangkan sebagai alat pembayaran dan memiliki sifat likuiditas yang tinggi. (Indriyo, 2002:61) Tingkat Perputaran Kas Tingkat Perputaran Kas dapat dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Perputaran Kas =

Penjualan Bersih / Pendapa tan Rata rata kas dan Bank (Riyanto, 1999:94)

b. Tingkat Perputaran Piutang (X2) Piutang adalah aktiva perusahaan yang masih berada ditangan pihak lain dan dianggap sebagai kekayaan perusahaan. Merupakan aktiva atau kekayaan perusahaan yang timbul sebagai akibat dari dilaksanakannya kebijakan penjualan kredit (Indriyo, 2002:81)

lxiii

Tingkat Perputaran Piutang dapat dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Perputaran Piu tan g = Penjualan Kredit Rata rata Piu tan g

(Riyanto, 1999:90)

c. Perputaran Persediaan (X3) Persediaan adalah aktiva yang meliputi barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual kembali dalam suatu periode usaha. Tingkat Perputaran Persediaan dapat dicari deng menggunakan rumus sebagai berikut: Perputaran Persediaan = H arg a Pokok Penjualan Rata rata Persediaan (Riyanto, 1999:70)

3.3. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumentasi, yaitu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan mengumpulkan data data yang berupa laporan rugi laba dan neraca.

lxiv

3.4. Metode Analisis Data

Pada dasarnya analisis data digunakan untuk mengolah data dengan menggunakan metodemetode statistik yang dapat dipergunakan untuk menarik kesimpulan.metode analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif dan korelasi. Langkah yang harus dilakukan dalam analisis data pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Analisis Deskriptif

Untuk menghitung elemenelemen pada modal kerja dan tingkat rentabilitas ekonomi a) Rentabilitas ekonomi Rentabilitas ekonomi adalah perbandingan antara laba usaha dengan modal sendiri dan modal asing yang digunakan untuk menghasilkan laba tersebut dan dinyatakan dengan presentase. ROI= Laba sebelum pajak / SHU x100% Modal Sendiri + Modal A sin g (Riyanto, 1999:35)

b) Perputaran Kas Rasio ini mengukur kemampuan modal yang tertanam dalam kas yang berputar pada suatu perusahaan periode tertentu. Perputaran tersebut ditentukan dengan membagi penjualan bersih dengan kas

lxv

ratarata. Perputaran kas yang rendah menyebabkan kas yang tidak produktif, tetapi perputaran yang terlalu tinggi menggangu likuiditas. Dengan terganggunya likuiditas maka dapat disimpulkan pemakaian modal kerja tidak efisisen. Perputaran Kas = Penjualan Bersih / Pendapa tan Rata rata kas dan Bank (Riyanto, 1999:94)

c) Perputaran Piutang Rasio ini digunakan untuk mengukur perputaran atau periode terikatnya modal dalam piutang. Tingkat perputaran piutang dapat diketahui dengan membagi jumlah penjualan kredit bersih selam periode tertentu dengan jumlah piutang rata- rata. Semakin tinggi tingkat perputaran piutang yang beratai semakin rendah terikatnya modalkerja terhadap piutang dan semakin rendah tingkat perputaran berarti semakin tinggi terikatnya modal kerja terhadap piutang, maka modal kerja tidak efisien. Perputaran Piu tan g = Penjualan Kredit Rata rata Piu tan g (Riyanto, 1999:90) d) Perputaran Persediaan Rasio ini menunjukkan berapa kali jumlah persediaan barang dagang diganti atau dijual. Perputaran ini dapat ditentukan dengan membandingkan harga pokok barang dengan persediaan ratarata.

lxvi

Makin tinggi tingkat perputarannya, maka semakin sering persediaan barang diganti atau dijual. Tingkat perputaran persediaan yang tinggi menunjukkan bahwa modal kerja yang digunakan efisien Perputaran Persediaan = H arg a Pokok Penjualan Rata rata Persediaan (Riyanto, 1999:70)

2. Analisis Statistik

1. Analisis Linier Berganda Analisis linier berganda adalah analisis untuk mengukur hubungan variabel independen (X) dengan variabel dependen (Y), rumus yang digunakan yaitu sebagai berikut:

Y = bo + b1 X 1 + b2 X 2 + b3 X 3 + e
Y bo = Rentabilitas Ekonomi = Konstanta

b1, b2 dan b3 merupakan persamaan regresi predictor dari X1, X2, X3

X1 X2 X3

= Variabel Kas = Variabel Piutang = Variabel Persediaan

lxvii

(Sudjana, 1996:87)

Menurut Algifari (2000:83) spesifikasi model harus memenuhi berbagai asumsi klasik yaitu sebagai berikut: 1. Non-multikolinieritas, yaitu antara variabel independen yang satu dengan variabel independen yang lain dalam model regresi tidak saling berhubungan secara sempurna atau mendekati.

2. Homoskedastisitas, yaitu varian semua variabel adalah konstan (sama). 3. Non-autokorelasi, yaitu tidak terdapat pengaruh dari variabel dalam model melalui tenggang waktu. 4. Nilai rata-rata kesalahan (error) populasi pada model stokhastiknya sama dengan nol. 5. Variabel independen adalah non sokhastik (nilai konstan pada setiap kali percobaan yang dilakukan secara berulang) 6. Distribusi kesalahan (error). Apabila dalam suatu model telah memenuhi asumsi klasiktersebut, maka dapat dikatakan model tersebut sebagai model yang ideal, dalam ekonometrika dinamakan BLUE (Best Linier Unbiased Estimator). Untuk menguji apakah model yang digunakan diterima secara ekonometrika dan apakah estimator yang diperoleh dengan metode kuadrat terkecil sudah memenuhi syarat BLUE, maka akan dilakukan uji multikolinieritas, uji heteroskedastisitas, dan uji otokorelasi. Pengujian Hipotesis:

lxviii

Pengujian hipotesis dilakukan berdasarkan pada hasil analisis regresi dilakukan dengan cara: a) Uji F atau uji Simultan. Uji F digunakan utuk mengetahui sejauh mana variabel independen secara simultan mampu menjelaskan variabel

dependen. Untuk pembuktian hal tersebut dilakukan dengan membandingkan nilai kritis F (Ftabel) dengan (Fhitung) yang terdapat dalam tabel SPSS. Apabila (Ftabel) lebih besar dari (Fhitung) maka menolak hipotesis nol (Ho) dan hipotesis

alternatif (Ha) diterima yang berarti ada hubungan positif antara variabel independen X1, X2, X3 yaitu modal kerja

dengan variabel dependen Y yaitu Rentabilitas Ekonomi. Sedangkan apabila maka hipotesis tidak diterima, yaitu tidak ada hubungan antara efisiensi modal kerja dengan Rentabilitas ekonomi b) Uji t atau Uji Parsial Digunakan untuk menguji kemaknaan koefisien regresi parsial (r) masing-masing variabel bebas dengan menggunakan rumus:

t=

bi Sbi

Sy bi = i Sx i

lxix

Sbi =

S 2 y123 X 22 1 Ri2

)
(Sudjana, 1996:110)

Keterangan: t = Keberartian koefisien regresi

bi = Bilangan Koefisien Sbi = Galat Baku Koefisien regresi Ri = Koefisien Korelasi ganda Untuk mengetahui apakah benar terdapat hubungan yang signifikan antara efisiensi modal kerja dan rentabilitas, dilakukan dengan uji t kemudian dicocokkan dengan t tabel dengan taraf signifikan 5% derajad bebas n-k-1, dengan kaidah kesimpulanya adalah: a. ttabel < thitung maka Ho ditolak, artinya ada hubungan antara efisiensi modal kerja dengan rentabilitas ekonomi pada KPRI Semarang b.ttabel > thitung maka Ho diterima, artinya tidak ada hubungan antara efisiensi modal kerja dengan rentabilitas ekonomi pada KPRI di Semarang.

c) Koefisien Determinasi Untuk mengetahui besarnya kontribusi sumbangan yang diberikan variabel X terhadap variabel Y digunakan rumus determinasi:

lxx

Koefisien determinasi (KD) = R x 100% Jika R mendekati 1 (satu) maka dapat dikatakan semakin kuat model tersebut menerangkan variasi variabel X terhadap variabel Y. sebaliknya jika R mendekati nol maka semakin lemah variasi variabel X terhadap variabel Y.

3. Evaluasi Ekonometrika
Evaluasi ekonometrika dimaksudkan untuk mengetahui apakah model regresi linier berganda yang digunakan untuk menganalisis dalam penelitian ini memenuhi asumsi klasik atau tidak. 1. Uji multikolinieritas Salah satu asumsi klasik adalah tidak terjadinya multikolinieritas diantara variabel-variabel bebas yang berada dalam satu model. Artinya antar variabel independen yang terdapat dalam model memiliki hubungan yang sempurna atau mendekati sempurna (koefisien korelasinya tinggi atau bahkan 1). (Algifari, 2000:84). Apabila hal ini terjadi berarti antara variabel bebas itu sendiri saling berkorelasi, sehingga dalam hal ini sulit diketahui variabel bebas mana yang mempengaruhi variabel terikat. Salah satu cara untuk mendekati kolinieritas dilakukan dengan mengkorelasikan

lxxi

antar variabel bebas dan apabila korelasinya signifikan maka antar variabel bebas tersebut terjadi multikolinieritas. 2. Uji Heterokesdasitas Uji heterokesdasitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi terjadi ketidaksamaan variance dan residu satu pengamatan yang lain. 3.Uji Autokorelasi Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui apakah terjadi korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu (data time series) atau ruang data (data cross section).Untuk mendeteksi terjadinya otokorelasi atau tidak dalam suatu model regresi dilakukan melalui pengujian menggunakan Durbin Watson (Aifigari 2000:89). Cara pengujiannya dengan membandingkan nilai Durbin Watson (d) dengan di dan du tertentu atau dengan melihat tabel Durbin Watson yang telah ada klasifikasinya untuk menilai perhitungan d peroleh. Kriteria untuk menilai tersebut ada tidaknya kolerasi dapat dihitung pada tabel Durbin Watson test dibawah ini:

Tabel 3.2 Klasifikasi Durbin Waston


Hasil Perhitungan Kurang dari 1,08 1,08 sampai dengan 1,66 1,66 sampai dengan 2,34 2,34 sampai dengan 2,92 Kalsifikasi Ada autokorelasi Tanpa kesimpulan Tidak ada autokorelasi Tanpa kesimpulan

lxxii

Lebih dari 2,92 Sumber: ( Algifari 2000:89) 4. Uji Normalitas

Ada autokorelasi

Uji normalitas adalah untuk menguji apakah model regresi, variabel independen, dan variabel dependennya memiliki disribusi data normal atau tidak normal.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1.HASIL PENELITIAN 4.1.1 Gambaran Umum KPRI Kota Semarang 1) Tujuan Didirikannya KPRI di Kota Semarang
Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) merupakan badan usaha yang beranggotakan pegawai-pegawai negeri dan pensiunan dalam suatu daerah kerja. Tujuan pendirian KPRI adalah untuk membantu meringankan beban pegawai negeri dalam memenuhi kebutuhannya serta meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Sedangkan pegawai negeri merupakan orang yang mengabdikan diri pada negara, oleh karena itu masalah kesejahteraan pegawai negeri selayaknya menjadi perhatian.

lxxiii

Tujuan lain dari didirikannya KPRI yaitu lebih bersifat non materi, dimana sebagai upaya pendidikan berorganisasi. Pendidikan berorganisasi ini diarahkan pada penghayatan dan pengamalan jiwa-jiwa koperasi sebagai soko guru perekonomian nasional. Untuk itu diharapkan dengan pendidikan tersebut mampu mencetak generasi yang mempunyai militansi jiwa berkoperasi pada pegawai negeri yang menjadi anggota KPRI. Dinas Pelayanan Koperasi dan UKM Se-Kota Semarang

memiliki kurang lebih 125 anggota KPRI, yang masing-masing berkedudukan di instansi pemerintahan yaitu kantor dinas dan sekolah57 KPRI di Kota Semarang secara sekolah yang tersebar di Kota Semarang. lebih rinci memiliki tujuan sebagai berikut : a. Meningkatkan kesejahteraan anggotanya dengan mempertinggi taraf hidup perekonomian anggota. b. Memperbaiki kualitas hidup anggota c. Memberikan pendidikan dan pelatihan perkoperasian kepada anggota d. Mencapai keuntungan

2) Jenis Usaha
Peran koperasi sebagai badan usaha adalah menjalankan kegiatan dalam menopang perekonomian nasional. Dalam menjalankan kegiatan usaha KPRI mempunyai tujuan untuk mendapatkan keuntungan guna mensejahterakan anggota. Kegiatan usaha yang dijalankan koperasi, biasanya terbagi dalam unit-unit usaha koperasi. Dan setiap KPRI di

lxxiv

Kota Semarang memiliki unit usaha utama yang menjadi penopang kelangsungan hidup koperasi. Sebagai unit utama utama adalah Unit Usaha Simpan Pinjam (USP).

3) Keanggotaan pada KPRI di Kota Semarang


UU No. 25 Tahun 1992 tentang perkoperasian disebutkan bahwa koperasi sebagai badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip-prinsip ekonomi sekaligus sebagai gerakan ekonomi berdasarkan atas asas kekeluargaan. Anggota adalah orang atau badan yang menjadi bagian atau masuk dalam suatu golongan atau perserikatan. Sedangkan anggota koperasi adalah setiap warga hukum negara atau Indonesia koperasi yang mampu

melaksanakan

tindakan

yang

memenuhi

persyaratan sebagaimana ditetapkan dalam anggaran dasar (UU Koperasi No. 25 Tahun 1992). Kemajuan koperasi juga ditentukan oleh ketrampilan anggota, baik dalam menghadiri rapat maupun aktif memajukan usaha koperasi. Keanggotaan koperasi diatur dalam Bab V UU No. 25 Tahun 1992, yang membahas berbagai hal yang berkaitan dengan keanggotaan koperasi, baik sifat dan persyaratannya maupun hak dan kewajibannya anggota kepada koperasi. Dimana sifat keanggotaan koperasi adalah sukarela dan terbuka. Sukarela artinya bahwa setiap orang berhak untuk mendaftar sebagai anggota atas kemauannya sendiri dan dapat

lxxv

mengajukan pengunduran diri jika merasa belum adanya manfaat yang dirasakan dari usaha koperasi atau karena alasan-alasan lain seperti perpindahan alamat dan sebagainya. Terbuka adalah bahwa keanggotaan koperasi tidak mengenal diskriminasi dalam bentuk apapun. Setiap orang yang mampu untuk memenuhi syarat-syarat keanggotaan sebuah koperasi dapat diterima menjadi anggota koperasi itu. Keanggotaan koperasi dapat mempengaruhi tingkat permodalan KPRI di Kota Semarang. Karena permodalan KPRI berasal dari anggota yang meliputi simpanan pokok dan simpanan wajib. Apabila simpanan pokok satu orang anggota belum bisa dianggap layak ekonomis, sedangkan simpanan pokok seluruh anggota koperasi sudah memenuhi skala ekonomi. Artinya dapat digunakan untuk permodalan dan usaha KPRI. Banyak sedikitnya anggota KPRI akan menentukan pada besar kecilnya simpanan pokok dan simpanan wajib serta volume usaha yang dicapai KPRI. Secara lebih jelasnya, daftar yang menunjukkan keadaan jumlah anggota pada KPRI sampel dapat dilihat pada Tabel berikut ini :

No.

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.

Tabel 4.1 Jumlah Anggota KPRI Sampel di Kota Semarang Nama KPRI Kenaikan Tahun /penurunan 2004 2005 (Orang) (Orang) GEMI DINAS P&K 220 213 -7 PEMKOT 5.655 5.656 1 AMAL BHAKTI DEPAG 209 209 0 MANUNGGAL. S 210 210 0 WIDYA LESTARI 128 128 0 BHAKTI CITRA 332 332 0 TERATAI DINKESOS 163 163 0 BINA CITRA HUSADA 800 800 0 TULUS KARYA DEPAG 450 450 0 BHAKTI PRAJA 3.044 3.044 0 HANDAYANI 500 500 0

lxxvi

12. MAKARTI RUKUN. S 100 13. DWIJA USAHA MIJEN 244 14. KOPERKAAP 271 15. SEJAHTERA BLKI 100 16. SAEKO 129 17. MANFAAT 162 Sumber : Laporan Pertanggungjawaban KPRI

350 244 271 100 129 162

250 0 0 0 0 0

4) Keadaan Finansial
Keadaan finansial koperasi juga dapat dipengaruhi oleh partisipasi finansial anggotanya. Partisipasi finansial anggota adalah partisipasi anggota di dalam membiayai organisasi koperasi berbentuk perhatian margin harga kepada koperasi pada setiap saat anggota memanfaatkan pelayanan koperasi. Umumnya masalah finansial merupakan masalah yang berhubungan dengan asset yang dimiliki oleh koperasi. Asset merupakan modal finansial yang akan digunakan dalam rangka kelangsungan dan pengembangan kegiatan usaha. Besarnya asset atau harta bukanlah merupakan aspek utama pembentukan koperasi. Namun asset merupakan aspek penting yang dapat menunjang tercapainya tujuan KPRI dalam mencapai tujuannya untuk mensejahterakan anggotanya. Keadaan finansial masing-masing KPRI sampel di Kota Semarang secara lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut :

No. 1.
2.

Tabel 4.2 Keadaan Rata-rata Assets pada KPRI Kota Semarang Besarnya Asset Nama KPRI < Rp. 100.000.000 Widya Lestari, Sejahtera BLKI Rp. 100.000.000 Rp. 500.000.000 Gemi Dinas P&K, Amal Bakti, Bhakti Citra, Teratai Dinkesos, Makarti

lxxvii

3.

Rp. 500.000.000 Rp. 10.000.000.000

4. Rp. 1.000.000.000 Rp. 1.500.000.000 5. Rp. 1.500.000.000 < Sumber : data Laporan Keuangan KPRI yang diolah

Rukun, Saeko, Manfaat Manunggal Sejahtera, Bina Citra Husada, Handayani, Dwija Usaha, Koperkaap Tulus Karya Depag Pemkot, Bhkati Praja

Dalam Tabel 4.2 tampak bahwa secara umum besarnya asset yang dimiliki oleh KPRI Kota Semarang rata-rata telah mencapai nilai ratusan juta rupiah. Bahkan ada yang memiliki asset mencapai miliaran rupiah. Hal ini merupakan potensi tersendiri bagi KPRI di Kota Semarang dalam menghadapi persaingan dunia usaha dengan badan usaha lainnya. Kenaikan jumlah asset tersebut diharapkan mampu menaikkan SHU untuk setiap periodenya, sehingga rentabilitas ekonomi pada KPRI di Kota Semarang juga akan mengalami kenaikan.

4.1.2 Deskripsi Variabel Penelitian


Untuk memperoleh gambaran tentang data hasil penelitian yang telah dilakukan maka berikut ini akan disajikan deskripsi data hasil penelitian untuk tiap variabel yang diteliti yaitu deskripsi mengenai perputaran kas, perputaran piutang dan perputaran persediaan, sedangkan variabel terikatnya adalah rentabilitas ekonomi. Untuk memperoleh gambaran tentang data hasil penelitian yang telah dilakukan secara lebih jelas dapat dilihat pada tiap-tiap variabel berikut ini.

lxxviii

a. Posisi Kas, Piutang dan Persediaan terhadap Modal Kerja pada KPRI di Kota Semarang Modal kerja erat hubungannya dengan kegiatan operasional koperasi sehari-hari. Modal kerja ini digunakan untuk menjalankan aktivitas usaha koperasi dalam setip harinya. Modal kerja ini hendaknya dapat dikelola secara ekonomis sehingga KPRI tidak mengalami kesulitan dalam bidang keuangan serta mampu digunakan secara efektif dan efisien. Karena modal kerja merupakan salah satu masalah kebijaksanaan keuangan yang dihadapi KPRI. Manajemen modal kerja yang baik sangat penting dalam bidang keuangan karena kesalahan dalam mengelola modal kerja dapat mengakibatkan kegiatan operasional koperasi menjadi terhambat atau terhenti. Sehingga, peranan modal kerja dalam koperasi sangat penting, apalagi dihubungkan dengan situasi keuangan yang akan dihadapi koperasi di masa yang akan datang. Dengan menggunakan konsep kuantitatif, besarnya modal kerja dalam penelitian ini adalah sebesar jumlah komponen aktiva lancar yang dimiliki oleh masing-masing KPRI. Komponen aktiva lancar tersebut diantaranya; kas, piutang, dan persediaan. Rata-rata posisi kas, piutang dan persediaan terhadap modal kerja dalam neraca telah dikonsolidasikan pada masing-masing KPRI sampel, dapat dilihat pada Tabel 4.3 :

lxxix

Tabel 4. 3 Perputaran Kas, Piutang dan Persediaan Tahun 2004-2005


Tertinggi Terendah Rata-rata kota Semarang

Handayani Makarti Rukun Sejahtera = 63 X = 6 hari = 9.65 X = 37 hari Amal Bhakti = 12.10 X Pemkot Perputaran = 30 hari =2.07 = 174 hari Piutang Amal Bhakti Tulus Karya Perputaran = 9.9 X =37 hari =1.32 X = 272 hari Persediaan Handayani =14,69% Sejahtera BLKI =3.03% Rentabilitas Sumber : Data Laporan Keuangan KPRI yang diolah

Perputaran Kas

26.8 X = 15 hari 4.84 X = 74 hari 4.13 X = 87 hari 7.78%

Komponen modal kerja ini harus selalu berputar dengan tingkat perputaran yang tinggi. Dimana dengan perputaran modal kerja yang tinggi berarti dana masuk kembali dengan cepat sehingga dapat dipergunakan kembali serta meminimalkan dari masalah keuangan. b. Rentabilitas ekonomi Rentabilitas ekonomi merupakan perbandingan antara laba usaha dengan menggunakan modal sendiri dan modal pinjaman yang dipergunakan untuk menghasilkan laba tersebut yang dinyatakan dalam bentuk persentase. Berikut ini adalah hasil perhitungan deskripsi rentabilitas ekonomi pada KPRI di Kota Semarang :

Tabel 4.4 Deskripsi Data Rentabilitas ekonomi Pada KPRI di Kota Semarang
Descriptive Statistics Rentabilitas P.Kas P.Piutang P.Persediaan Mean 7.7750 23.7930 4.8494 5.7596 Std. Deviation 4.06132 15.54962 3.23205 2.93023 N 34 34 34 34

lxxx

Hasil perhitungan deskripsi variabel rentabilitas ekonomi diatas diketahui bahwa N valid atau data yang terproses sebanyak 34 dan N missing atau data yang tidak terproses sebesar 0. Rata-rata atau mean sebesar 7.7750, Dari standart deviasi sebesar 4.06132 Perbandingan antara laba usaha dengan menggunakan modal sendiri dan modal pinjaman untuk masing-masing KPRI secara lebih jelasnya disajikan dalam Gambar 4.1 :

Perkembangan Rentabilitas 2004-2005


16.00 14.00 12.00 10.00 8.00 6.00 4.00 2.00 0.00 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 KPRI

Rentabilitas

Series1 Series2

Keterangan gambar : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. GEMI DINAS P&K PEMKOT AMAL BHAKTI DEPAG MANUNGGAL. S WIDYA LESTARI BHAKTI CITRA TERATAI DINKESOS BINA CITRA HUSADA 9. TULUS KARYA DEPAG 10. BHAKTI PRAJA 11. HANDAYANI 12. MAKARTI RUKUN. S 13. DWIJA USAHA MIJEN 14. KOPERKAAP 15. SEJAHTERA BLKI 16. SAEKO 17. MANFAAT

Gambar 4.1 Perkembangan Rentabilitas Ekonomi Pada KPRI di Kota Semarang


c. Perputaran Kas

lxxxi

Kas merupakan nilai uang kontan yang ada dalam perusahaan beserta pos-pos lain yang dalam jangka waktu dekat dapat diuangkan. Perputaran kas dihitung dengan cara membagi penjualan bersih dengan rata-rata kas dan bank. Berikut ini adalah hasil perhitungan deskripsi Perputaran Kas pada KPRI di Kota Semarang :

Tabel 4.5 Deskripsi Data Perputaran Kas Pada KPRI di Kota Semarang
Statistics Perputaran Kas N Valid Missing Mean Median Mode Std. Deviation Minimum Maximum Sum

34 0 26.8024 15.2580 8.29a 21.9600 8.29 90.28 911.28

a. Multiple modes exist. The smallest value is shown

Hasil perhitungan deskripsi variabel perputaran kas diatas diketahui bahwa N valid atau data yang terproses sebanyak 34 dan N missing atau data yang tidak terproses sebesar 0. Rata-rata atau mean sebesar 26.8024, modus atau angka yang sering muncul sebesar 8.29 dan median atau nilai tengah sebesar 15.2580. Dari standart deviasi sebesar 21.9600 maka akan diketahui nilai maksimum dan nilai minimum. Nilai maksimum sebesar 90.28 dan nilai minimum sebesar 8.29.

lxxxii

Perkembangan perputaran kas pada masing-masing KPRI secara lebih jelasnya disajikan dalam Gambar 4.2 :
Pe rke mba nga n Pe rputa ra n Ka s Ta hun 2004-2005
100x 90x 80x 70x P e rp u ta ra nK a s 60x 50x 40x 30x 20x 10x 0x 2004 2005

9
KPRI

10

11

12

13

14

15

16

17

Keterangan gambar : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. GEMI DINAS P&K PEMKOT AMAL BHAKTI DEPAG MANUNGGAL. S WIDYA LESTARI BHAKTI CITRA TERATAI DINKESOS BINA CITRA HUSADA 9. TULUS KARYA DEPAG 10. BHAKTI PRAJA 11. HANDAYANI 12. MAKARTI RUKUN. S 13. DWIJA USAHA MIJEN 14. KOPERKAAP 15. SEJAHTERA BLKI 16. SAEKO 17. MANFAAT

lxxxiii

Gambar 4.2 Perkembangan perputaran kas pada KPRI di Kota Semarang


d. Perputaran Piutang Piutang sebagai elemen modal kerja selalu mengalami perputaran. Perputaran piutang dengan cara membagi jumlah penjualan kredit dengan rata-rata piutang. Berikut ini adalah hasil perhitungan tingkat Perputaran Piutang pada KPRI di Kota Semarang selama tahun 2004 2005 :

Tabel 4.6 Deskripsi Data Perputaran Piutang Pada KPRI di Kota Semarang
Statistics Perputaran Piutang N Valid Missing Mean Median Mode Std. Deviation Minimum Maximum Sum

34 0 4.8494 3.2860 1.17a 3.2320 1.17 12.34 164.88

a. Multiple modes exist. The smallest value is shown

Hasil perhitungan deskripsi variabel perputaran piutang diatas diketahui bahwa N valid atau data yang terproses sebanyak 34 dan N missing atau data yang tidak terproses sebesar 0. Rata-rata atau mean sebesar 4.8494, modus atau angka yang sering muncul sebesar 1.17 dan median atau nilai tengah sebesar 3.2860. Dari standart deviasi sebesar 3.2320 maka akan diketahui nilai

lxxxiv

maksimum dan nilai minimum. Nilai maksimum sebesar 12.34 dan nilai minimum sebesar 1.17.

Perkembangan perputaran piutang pada masing-masing KPRI secara lebih jelasnya disajikan dalam Gambar 4.3 :

Pe rke mba nga n Pe rputa ra n Piuta ng Ta hun 2004-2005


14x 12x 10x 8x 6x 4x 2x 0x 1 2 3 4 5 6 7 8 9 KPRI 10 11 12 13 14 15 16 17

P e rp u ta ra nP iu ta n g

2004 2005

Keterangan gambar : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. GEMI DINAS P&K PEMKOT AMAL BHAKTI DEPAG MANUNGGAL. S WIDYA LESTARI BHAKTI CITRA TERATAI DINKESOS BINA CITRA HUSADA 9. TULUS KARYA DEPAG 10. BHAKTI PRAJA 11. HANDAYANI 12. MAKARTI RUKUN. S 13. DWIJA USAHA MIJEN 14. KOPERKAAP 15. SEJAHTERA BLKI 16. SAEKO 17. MANFAAT

lxxxv

Gambar 4.3 Perkembangan Perputaran Piutang Pada KPRI di Kota Semarang


e. Perputaran Persediaan Persediaan sebagai elemen modal kerja selalu mengalami perputaran. Untuk mengetahui perputaran persediaan dengan cara membagi Harga Pokok Penjualan (HPP) dengan rata-rata

pernjualan. Berikut ini adalah hasil perhitungan deskripsi perputaran persediaan pada KPRI di Kota Semarang :

Tabel 4.7 Deskripsi Data Perputaran Persediaan Pada KPRI di Kota Semarang
Statistics Perputaran Persediaan N Valid Missing Mean Median Mode Std. Deviation Minimum Maximum Sum

34 0 5.7596 5.5905 1.33a 2.9302 1.33 9.90 195.83

a. Multiple modes exist. The smallest value is shown

Hasil perhitungan deskripsi variabel perputaran persediaan diatas diketahui bahwa N valid atau data yang terproses sebanyak 34 dan N missing atau data yang tidak terproses sebesar 0. Rata-rata atau mean sebesar 5.7596, modus atau angka yang sering muncul sebesar 1.33 dan median atau nilai tengah sebesar 5.5905. Dari standart deviasi sebesar 2.9302 maka akan diketahui nilai maksimum dan nilai minimum. Nilai maksimum sebesar 1.33 dan nilai minimum sebesar 9.90

lxxxvi

Perkembangan perputaran persediaan pada masing-masing KPRI secara lebih jelasnya disajikan dalam Gambar 4.4 :
Perkembangan Perputaran Persediaan Tahun 2004-2005
12.000 10.000 8.000 6.000 4.000 2.000 0.000 1 2 3 4 5 6 7 8 9 KPRI 10 11 12 13 14 15 16 17 2004 2005

Perputaran Persediaan

Keterangan gambar : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. GEMI DINAS P&K PEMKOT AMAL BHAKTI DEPAG MANUNGGAL. S WIDYA LESTARI BHAKTI CITRA TERATAI DINKESOS BINA CITRA HUSADA 9. TULUS KARYA DEPAG 10. BHAKTI PRAJA 11. HANDAYANI 12. MAKARTI RUKUN. S 13. DWIJA USAHA MIJEN 14. KOPERKAAP 15. SEJAHTERA BLKI 16. SAEKO 17. MANFAAT

Gambar 4.4 Perkembangan Perputaran Persediaan Pada KPRI di Kota Semarang 4.1.3 Analisis data

lxxxvii

1. Uji Asumsi Klasik


a. Multikolonieritas Uji Multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Salah satu cara untuk mendeteksi kolonier dilakukan dengan mengkorelasikan antar variabel bebas dan apabila korelasinya signifikan antar variabel bebas tersebut maka terjadi multikolonieritas. Berdasarkan hasil pengujian korelasi dengan menggunakan program SPSS diketahui hasil sebagai berikut :

Tabel 4.8 Hasil Pengujian Multikolinieritas


Correlations Pearson Correlation Rentabilitas P.Kas P.Piutang P.Persediaan Rentabilitas P.Kas P.Piutang P.Persediaan Rentabilitas P.Kas P.Piutang P.Persediaan Rentabilitas 1.000 .021 -.336 .264 . .454 .026 .066 34 34 34 34 P.Kas .021 1.000 -.321 .015 .454 . .032 .466 34 34 34 34 P.Piutang -.336 -.321 1.000 .158 .026 .032 . .186 34 34 34 34 P.Persediaan .264 .015 .158 1.000 .066 .466 .186 . 34 34 34 34

Sig. (1-tailed)

Hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel perputaran kas (X1), tidak berkorelasi secara signifikan dengan perputaran

lxxxviii

piutang. Jadi dapat disimpulkan tidak terjadi multikolinearitas pada serangkain variabel penelitian b. Heterokesdatisitas Uji heterokesdasitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi terjadi ketidaksamaan variance dan residu satu pengamatan yang lain. Dalam penelitian ini uji

heterokesdatisitas dilakukan dengan korelasi spearmen, dimana jika nilai koefisien korelasi semua prediktor terhadap residual adalah > 0,05 dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak terjadi heterokesdatisitas. Berdasarkan perhitungan SPSS

diperoleh hasil seperti pada tabel berikut ini :

Tabel 4.9 Hasil Pengujian Heterokesdatisitas Korelasi Spearman


Correlations Control Variables Rentabilitas Kas Correlation Significance (1-tailed) df Correlation Significance (1-tailed) df Correlation Significance (1-tailed) df Kas 1.000 . 0 -.334 .029 31 .010 .477 31 Piutang -.334 .029 31 1.000 . 0 .271 .063 31 Persediaan .010 .477 31 .271 .063 31 1.000 . 0

Piutang

Persediaan

Hasil pengujian korelasi spearman pada tabel diatas menunjukkan bahwa korelasi antara variabel X2 dan X3 dengan nilai residual adalah tidak signifikan (Sig > 0.05) sehingga dapat

lxxxix

diasumsikan bahwa tidak terjadi heterokesdasitas dalam model regresi ini. c. Autokorelasi Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui apakah terjadi korelasi antar anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu. Untuk mendeteksi terjadinya

autokorelasi atau nilai dalam suatu model regresi dilakukan dengan menggunakan Durbin watson.

Tabel 4.10 Hasil Pengujian Autokorelasi


b Model Summary

Model 1

Change Statistics Adjusted Std. Error ofR Square DurbinR R Square R Squarethe Estimate Change F Change df1 df2 Sig. F Change Watson .479a .229 .152 3.73995 .229 2.972 3 30 .047 2.045

a.Predictors: (Constant), P.Persediaan, P.Kas, P.Piutang b.Dependent Variable: Rentabilitas

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai Durbin Watson sebesar 2.045 berada pada interval 1.66 2.34 yang berarti tidak terdapat autokorelasi pada serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu. d. Normalitas Uji normalitas adalah untuk menguji apakah model regresi, variabel independen, dan variabel dependennya

memiliki distribusi data normal atau tidak. Uji normalitas

xc

dilakukan dengan uji kolmogorov-smirnov satu arah atau analisis grafis. Berikut ini adalah hasil uji normalitas dengan kolmogorov-smirnov pada variabel independen dan variabel dependen.

Tabel 4.11 Hasil Pengujian Normalitas


One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test N Normal Parameters a,b Most Extreme Differences Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. P.Kas 34 17.0700 8.51910 .221 .221 -.151 1.289 .072 P.Piutang 34 4.8488 3.23148 .258 .258 -.143 1.507 .021 P.Persediaan 34 5.7591 2.92966 .136 .123 -.136 .790 .560 Rentabilitas 34 7.8353 2.77434 .135 .135 -.126 .788 .564

Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative

Hasil analisis kolomogorov smirnov dengan nilai Z untuk Y sebesar 0.788, untuk X1 sebesar 1.289, untuk X2 sebesar 1.507 dan untuk X3 serbesar 0.790. Asymp signifikan untuk varriabel Y, X1, X2 dan X3, secara berturut-turut adalah 0.564 untuk Y, 0.072 untuk X1, 0.021 untuk X2 0.560 untuk X3. Dari hasil tersebut nampak bahwa pada variabel Y, X1, X3 memiliki distribusi data yang normal.

xci

2. Persamaan Regresi
Berdasarkan perhitungan analisis regresi linier yang dilakukan melalui analisa statistik dengan mengunakan program SPSS 10.0 for windows, maka diperoleh persamaan regresi linier sebagai berikut : Y = 8.476 - 0.032X1 - 0.537X2 + 0.462X3

Dimana : Y X1 X2 X3 = Rentabilitas = Perputaran kas = Perputaran piutang = perputaran persediaan Persamaan regresi linier tersebut berarti bahwa nilai negatif pada konstanta sebesar 8.476 menyatakan bahwa perputaran kas, perputaran piutang berpengaruh secara negatif dan perputaran persediaan terhadap rentabilitas ekonomi Koefisien regresi variabel X1, X2 dan X3 menyatakan bahwa setiap peningkatan perputaran kas, perputaran piutang dan perputaran persediaan sebesar satu satuan maka akan menyebabkan peningkatan atau kenaikan rentabilitas ekonomi sebesar nilai koefisien tersebut.

3. Uji Hipotesis
a. Simultan Untuk mengetahui pengaruh antara perputaran kas, perputaran piutang dan perputaran persediaan terhadap

rentabilitas secara simultan dilakukan uji F.

xcii

Tabel 4.12
ANOVAb Model 1 Sum of Squares 124.695 419.617 544.312 df 3 30 33 Mean Square 41.565 13.987 F 2.972 Sig. .047a

Regression Residual Total

a. Predictors: (Constant), P.Persediaan, P.Kas, P.Piutang b. Dependent Variable: Rentabilitas

Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS diketahui nilai Fhitung sebesar 2.972 dengan df pembilang 3 dan df penyebut 30 diketahui nilai Ftabel sebesar 2.92. Dari hasil tersebut terlihat bahwa Fhitung >Ftabel (2.972 > 2.92) sehingga dapat disimpulkan ada pengaruh antara

perputaran kas, perputaran piutang dan perputaran persediaan terhadap rentabilitas ekonomi, atau Ha diterima. b. Parsial Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat secara parsial maka dilakukan uji t. Hasil pengujian dengan menggunakan program SPSS dapat diketahui pada Tabel 4.13 :

Tabel 4.13

xciii

a Coefficients

Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Mode B Std. Error Beta t 1 (Constant) 8.476 2.091 4.054 P.Kas -.032 .044 -.122 -.718 P.Piutang -.537 .216 -.428 -2.488 P.Persedia .462 .226 .333 2.049 a.Dependent Variable: Rentabilitas

Correlations ollinearity Statistic Sig. Zero-orde Partial Part Tolerance VIF .000 .478 .021 -.130 -.115 .892 1.121 .019 -.336 -.414 -.399 .870 1.149 .049 .264 .350 .328 .970 1.031

Berdasarkan hasil perbandingan diatas terlihat bahwa variabel X1, dan X2 hasil thitung < ttabel. dengan demikian hipotesis kerja (Ha) ditolak yang berarti bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara perputaran kas dan perputaran piutang terhadap rentabilitas ekonomi secara parsial. Sedangkan untuk variabel X3 diperoleh hasil thitung > ttabel sehingga hipotesis kerja (Ha) diterima yang berarti ada pengaruh yang signifikan antara perputaran persediaan terhadap rentabilitas ekonomi secara parsial. c. Koefisien determinasi Untuk mengetahui derajat hubungan antara variabel X1, X2 dan X2 terhadap Y maka dilakukan perhitungan koefisen determinasi baik secara parsial maupun secara simultan. a) Parsial Untuk mengetahui besarnya hubungan antara X1, X2 dan X3 terhadap Y secara parsial dilakukan dengan mengkuadratkan besarnya korelasi parsial dari hasil analisis data yang diperoleh. Berdasarkan hasil perhitungan dengan

xciv

menggunakan program SPSS diketahui bahwa besarnya korelai parsial antara X1 terhadap Y sebesar - 0.130 sehingga dapat diketahui bahwa besarnya pengaruh antara X1 terhadap Y sebesar 1.69%. Besarnya koefisien korelasi antara X2 terhadap Y sebesar -0.414 sehingga dapat diketahui bahwa besarnya pengaruh antara X2 terhadap Y sebesar 17.14%. Dan besarnya koefisien korelasi antara X3 terhadap Y sebesar 0.350 sehingga dapat diketahui bahwa besarnya pengaruh antara X3 terhadap Y sebesar 12.25 %. b) Simultan Untuk mengetahui besarnya pengaruh antara variabel X1 X2 dan X3 terhadap Y secara simultan dapat diketahui dari besarnya korelasi antara X1, X2 dan X3 yang

dikuadratkan (R square). Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS diketahui bahwa besarnya pengaruh antara X1, X2 dan X3, terhadap Y sebesar 0.229 atau 22.9%. Sedangkan sisanya sebesar 77.1 % dipengaruhi faktor lain yang tidak diungkap dalam penelitian ini.

xcv

4.2.PEMBAHASAN 4.2.2. Perputaran Kas


Berdasarkan hasil perhitungan uji hipotesis secara parsial terlihat bahwa variabel X1 hasilnya thitung < ttabel dengan demikian hipotesis

kerja (Ha) ditolak yang berarti bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara perputaran kas terhadap rentabilitas ekonomi secara parsial di KPRI Semarang. Kas sebagai nilai uang kontan yang dalam perusahaan beserta pos-pos lain yang dalam jangka waktu dekat dapat diuangkan sebagai alat pembayaran kebutuhan finansial, yang mempunyai sifat paling tinggi likuiditasnya. Uang kas dibutuhkan perusahaan untuk membayar karyawan dan bahan baku, membeli aktiva tetap, membayar pajak, melunasi utang, membayar honorarium

xcvi

pengurus dan sebagainya. Oleh sebab itu kas sering disebut sebagai aktiva yang tidak menghasilkan.

Perbandingan

antara

jumlah

kas

dengan

total

aktiva

menunjukkan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap rentabilitas KPRI di Kota Semarang. Hal tersebut disebabkan keberadaan kas yang terlalu besar sehingga mempengaruhi tingkat rentabilitas yang diperoleh perusahaan. Meskipun kas sebagai alat yang dianggap paling likuid itu sangat penting bagi perusahaan akan tetapi perusahaan perlu melakukan penyesuaian atau perencanaan dalam menganggarkan berapa uang tunai yang harus disediakan oleh perusahaan untuk kegiatan oeprasionalnya. Sehingga aktiva perusahaan dapat benar-benar digunakan secara maksimal, yang efektif dan efisien.

4.2.3. Perputaran Piutang


. Berdasarkan hasil perhitungan uji hipotesisi secara parsial terlihat bahwa variabel X2 hasil thitung < ttabel. dengan demikian hipotesis kerja (Ha) ditolak yang berarti bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara perputaran piutang terhadap rentabilitas ekonomi secara parsial. ekonomi KPRI di Kota Semarang. Piutang merupakan aktiva atau

kekayaan perusahaan yang timbul sebagai akibat dari dilaksanakannya kebijakan penjualan kredit (Indriyo, 2002:81). Rasio perputaran piutang biasa digunakan dalam hubungannya dengan analisis terhadap modal

xcvii

kerja, karena memberikan ukuran atau gambaran kasar mengenai seberapa cepat piutang perusahaan berputar menjadi kas. Angka jumlah hari piutang menggambarkan lamanya suatu piutang bisa tertagih. Piutang hanya akan memberikan kontribusi bagi perusahaan jika piutang tersebut telah dibayar lunas. Semakin cepat perputaran piutang, maka semakin efisien penggunaan piutang perusahaan. Hasil penelitian menunjukan bahwa perputaran piutang tidak berpengaruh secara signifikan terhadap rentabilitas perusahaan. Hal ini menggambarkan bahwa perputaran piutang dalam KPRI di Kota Semarang rendah yang dapat mengakibatkan resiko piutang untuk tidak dapat tertagih menjadi tinggi. Beberapa hal yang dapat dilakukan oleh koperasi untuk meminimalkan resiko piutang atau memperkecil piutang tidak tertagih diantaranya memperkecil jumlah penjualan kredit dari keseluruhan penjualan, memperpendek batas waktu pembayaran kredit, meminimalkan volume penjualan kredit dan melakukan penagihan piutang secara aktif.

4.2.4. Perputaran Persediaan


Berdasarkan hasil perhitungan uji hipotesisi secara parsial X3 diperoleh hasil thitung > ttabel sehingga hipotesis kerja (Ha) diterima yang berarti ada pengaruh yang signifikan antara perputaran kas terhadap rentabilitas ekonomi secara parsial pada KPRI di Kota Semarang.

Persediaan sebagai unsur utama dari modal kerja merupakan aktiva yang terus menerus mengalami perubahan (Riyanto, 2000:69). Untuk

xcviii

mengukur efisiensi perusahaan maka perlu diketahui perputaran persediaan yang terjadi dengan membandingkan antara Harga Pokok Penjualan (HPP) dengan nilai total persediaan yang dimiliki Semakin tinggi perputaran persediaan berarti semakin rendah biaya penyimpanan dan pemeliharaan yang harus ditanggung perusahaan. Hal ini mendorong meningkatnya laba perusahaan. Rasio ini memberikan gambaran tentang efisiensi koperasi dalam kegiatan ekonominya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perputaran persediaan berpengaruh terhadap rentabilitas KPRI di Kota Semarang. Hal ini menggambarkan investasi pada persediaan di KPRI akan mempunyai efek pada keuntungan, sehingga koperasi dapat bekerja dengan optimal dan produksi akan maksimal. Selain persediaan pada KPRI di Kota Semarang telah dikelola secara secara baik, sehingga akan mampu untuk meningkatkan keuntungan koperasi. Pengelolaan persediaan di KPRI Kota Semarang ini mempunyai tujuan : a. Untuk memastikan persediaan yang tersedia guna menyokong operasi tersedia. b. Menekan biaya memesan dan menyimpan persediaan ke tingkat terendah yang memungkinkan.

4.2.5. Modal Kerja


Modal kerja pada dasarnya digunakan untuk menjalankan aktivitas usaha koperasi dalam setiap harinya. Modal kerja ini hendaknya dapat dikelola secara ekonomis sehingga KPRI tidak mengalami kesulitan dalam bidang keuangan serta mampu digunakan secara efektif dan efisien.

xcix

Karena modal kerja merupakan salah satu masalah kebijaksanaan keuangan yang dihadapi KPRI. Kegiatan operasional pada sebuah koperasi akan terhambat atau terhenti sama sekali akibat kesalahan dalam pengelolaan modal kerja, oleh sebab itu diperlukan manajemen modal kerja yang baik dalam bidang keuangan. Sehingga, peranan modal kerja dalam koperasi sangat penting apalagi jika dihubungkan dengan situasi keuangan yang akan dihadapi koperasi di masa yang akan datang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa unsur-unsur modal kerja yang terdiri perputaran kas tidak berpengaruh terhadap rentabilitas sedangkan perputaran perputaran piutang dan persediaan berpengaruh terhadap

rentabilitas, karena tingkat perputaran piutang dan persediaan pada KPRI kota Semarang masih rendah yaitu 4.84 kali atau 74 hari untuk piutang dan 4.13 kali atau 87 hari untuk persediaan. Menurut Standar Efisiensi untuk perputaran piutang < 5 kali adalah kurang efisien dan persediaan 4.13 berarti cukup efisien Komponen modal kerja harus selalu berputar dengan tingkat perputaran yang tinggi. Dimana dengan perputaran modal kerja yang tinggi berarti dana masuk kembali dengan cepat sehingga dapat dipergunakan kembali serta meminimalkan dari masalah keuangan.

BAB V PENUTUP

5.1

SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka kesimpulan yang dapat diambil sebagai berikut : 5.1.1 .Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara perputaran kas dan perputaran piutang terhadap rentabilitas pada KPRI di Kota Semarang secara parsial, artinya (Ha) ditolak. Sedangkan hasil uji parsial untuk perputaran persediaan terhadap rentabilitas pada KPRI di Kota Semarang berpengaruh secara signifikan, artinya (Ha)

diterima.
5.1.2 Besarnya pengaruh antara perputaran kas, perputaran piutang, dan perputaran persediaan terhadap rentabilitas pada KPRI di Kota Semarang sebesar 0.229 atau 22.9%. Sedangkan sisanya sebesar 77.1 % dipengaruhi faktor lain yang tidak diungkap dalam penelitian ini. 5.1.3 Besarnya pengaruh secara parsial secara parsial diketahui bahwa besarnya pengaruh antara X1 terhadap Y seesar 1.69%, besarnya pengaruh antara X2 terhadap Y sebesar 17.14%, dan besarnya pengaruh antara X3 terhadap Y sebesar 12.25 %.

85 ci

5.2

SARAN
Adapun saran yang dapat peneliti berikan diantaranya : 1. Untuk KPRI di Kota Semarang agar mengelola penjualan kredit secara baik, dalam jangka waktu yang pendek dan melakukan penagihan piutang secara aktif. Sehingga tidak terjadi piutang tak tertagih dan efisien penggunaan piutang koperasi dapat tercapai. 2. Bagi KPRI yang memiliki Modal Kerja kurang efisien atu dibawah standar yang telah ditetapkan pemerintah supaya ditingkatkan agar anggota KPRI dapat memperoleh kesejahteraan. 3. Untuk menghindari resiko tidak dikembalikannya piutang,

hendaknya KPRI menetapkan kebijaksanaan, misalnya dengan memberikan potongan bunga bagi yang pembayarannya tepat waktu.

cii

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Kamarudin. 1997. Dasar-dasar Manajemen Modal Kerja. Jakarta:Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta. Bangun, Darwin. 1989. Manajemen Perusahaan. Jakarta : Dep Dik Bud. Gitisudarmo, Indriyo. 2002. Manajemen Keuangan. Yogyakarta :BPFE Husnan, Suad. 1997.Teori dan Penerapan Keputusan Jangka Pendek. Yogyakarta : BPFE Munawir, S. 2000. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta : Liberty Riyanto, Bambang. 1999. Dasar dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogkarta : BPFE Sawir, Agnes. 2001. Analisis Kinerja keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta Soediyono. 1991. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta. : Liberty Sudjana. 1996. Teknik Analisis Regresi dan Korelasi bagi para Peneliti. Bandung : Tarsito Tugiman, Hiro. 1995. Akuntansi untuk Badan Usaha Koperasi. Yogyakarta : Kanisius Wasis. 1993. Pembelanjaan Perusahaan. Salatiga:Universitas Kristen Satya Wacana

ciii

civ

You might also like