You are on page 1of 14

BAHAN PEMBENTUK BETON

Secara umum beton tersusun dari tiga bahan pembentuk


yaitu:
•SEMEN
•AGREGAT HALUS (PASIR)
•AGREGAT KASAR (KORAL,BATU PECAH/SPLIT)
•AIR
•BAHAN TAMBAHAN KIMIA (JIKA DIPERLUKAN)

SEMEN
1. Semen Non-Hidrolik adalah semen yang tidak dapat
mengikat dan mengeras di dalam air. Contoh jenis semen
ini adalah kapur.

1
2. Semen Hidrolik,
Semen yang mempunyai kemampuan untuk mengikat dan
mengeras di dalam air. Contoh semen jenis ini antara
lain:kapur hidrolik, semen pozollan, dan semen portland
2.1.Kapur hidrolik,
a. Bahan
Kapur hidrolik sebagian besar (65-75%) terbuat dari batu
gamping yaitu kalsium karbonat beserta bahan
pengkutnya:silika, alumunium, magnesia dan oksida besi.
b. Cara pembuatannya
Batu kapur yang mengandung silika dan lempung dibakar
sampai menjadi klinker dan mengandung-

2
cukup kapur dan silika untuk menghasilkan kapur hidrolik
yang berbentuk kapur tohor setelah berhubungan dengan air.
c. Sifat-Sifat Kapur Hidrolik
Kapur hidrolik bersifat hidrolik, namun tidak cocok untuk
bangunan-bangunan di dalam air,karena dalam proses
pengerasannya membutuhkan udara.
Sifat umum kapur hidrolik adalah:
1. Kekuatannya rendah
2. Berat jenis rata-rata 1000 kg/m3
3. Bersifat hidrolik
4. Dapat terbawa arus, dll.

3
2.2. Semen Pozollan
Semen Pozollan adalah bahan ikat yang mengandung silika
amorf, bila dicampur dengan kapur dan air akan membentuk
benda padat dan keras.
Bahan yang tergolong pozollan antara lain: teras, semen
merah,abu terbang, dan bubukan terak tanur tinggi (SK. SNI
T-15-1990-03:2)
2.3. Semen Portland
Menurut ASTM C-150-1985, semen portland adalah semen
hidrolik yang dihasilkan dengan menggiling klinker yang terdiri
dari kalsium silikat hidrolik, yang umumnya terdiri dari satu
atau lebih bentuk kalsium sulfat sebagai bahan tambahan
yang digiling bersama-sama dengan bahan utamanya.

4
Semen portland yang digunakan di Indonesia harus
memenuhi syarat SII.0013-81 atau Standar Uji Bahan
Bangunan Indonesia 1986.
Semen merupakan bahan ikat yang penting dan banyak
digunakan dalam pembangunan fisik di sektor pekerjaan sipil.
SIFAT DAN KARAKTERISTIK SEMEN PORTLAND
Semen dapat dibedakan berdasarkan susunan kimianya dan
kehalusan butirnya.
Perbandingan bahan-bahan utama penyusun semen
portaland adalah: kapur (CaO) sekitar 60-65%, silika (SiO2)
sekitar 20-25%, dan oksida besi serta alumunium (Fe2O3 dan
Al2O3) sekitar 7-12%. Sifat semen dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu sifat fisika dan sifat kimia.

5
1. Sifat Fisika
Sifat-sifat fisika semen portland meliputi kehalusan
butir, waktu pengikatan, kekuatan tekan, panas
hidrasi dll.
- Kehalusan Butir (fineness)
Kehalusan butir semen akan berpengaruh pada
proses hidrasi, waktu pengikatan (setting time),
makin halus butiran semen, maka proses hidrasinya
semakin cepat, sehingga kekuatan awal tinggi tetapi
kekuatan akhir akan berkurang. Kehalusan butir
semen yang tinggi dapat mengurangi terjadinya
Bleeding.

6
- Kepadatan (density)
Berat jenis semen yang disyaratkan oleh ASTM adalah 3.15
Mg/m3 =3,150.00 kg/m3. Berat jenis semen berpengaruh pada
proporsi semen dalam campuran beton. Pengujian berat
jenis semen dapat dilakukan dengan alat “Turbidimeter” dari
Wagner.
- Waktu Pengikatan (setting time)
Waktu ikat adalah waktu yang diperlukan semen untuk
mengeras, terhitung sejak berekasinya air dan menjadi pasta
semen cukup kaku menahan tekan.
- Panas Hidrasi
Panas hidrasi adalah panas yang terjadi pada saat semen
bereaksi dengan air. Dalam pelaksanaan, perkembangan
panas ini dapat menimbulkan-
7
retakan pada saat pendinginan.Untuk mengatasi hal tersebut
perlu dilakukan pendinginan melalui perawatan (curing) pada
saat pelaksanaan.
2. Sifat Kimia.
Komposisi kimia pada semen portland akan berpengruh
pada sifatnya.
Di Indonesia tipe semen portland dibedakan menjadi lima
(SK SNI T-15-1990-03:2) sebagai berikut:
- Tipe I, semen portland yang dalam penggunaannya tidak
memerlukan persayatan khusus seperti jenis-jenis
lainnya.
- Tipe II, semen portland yang dalam penggunaannya
memerlukan ketahanan terhadap sulfat dan panas hidrasi
sedang.

8
- Tipe III, semen portland yang dalam penggunaannya
memerlukan kekuatan awal yang tinggi dalam fase permulaan
setalah pengikatan terjadi.
- Tipe IV, semen portland yang dalam penggunaannya
memerlukan panas hidrasi rendah
- Tipe V, semen portland yang dalam penggunaannya
memerlukan ketahanan tinggi terhadap sulfat.

9
AGREGAT (BUTIRAN)
Dari pengalaman menunjukkan bahwa kandungan agregat
dalam campuran beton sangat tinggi sekitar 60-70% dari berat
campuran beton. Walaupun agregat hanya berfungsi sebagai
pengisi tetapi karena komposisinya cukup tinggi, maka
karaktiristik agregat perlu dipelajari.
Agregat yang dipergunakan dalam campuran beton dapat
berupa agregat alam dan agregat buatan (artificial aggregates).
Secara umum agregat dapat dibedakan menurut ukuran
butirnya, yaitu agregat kasar dan agregat halus.
Di dalam (SK SNI T-15-1990-03:1) disebutkan bahwa,
- agregat halus adalah pasir alam sebagai hasil desintegarsi
secara “alami” dari batu atau pasir yang dihasilkan oleh industri
pemecah batu dan mempunyai ukuran butir terbesar 5,0 mm.
10
-agregat kasar, adalah kerikil sebagai hasil disintergarasi
secara “alami” dari batu atau batu pecah yang diperoleh dari
industri pemecah batu dan mempunyai ukuran butir antara 5-
40 mm.
AIR
Air yang dipakai untuk membuat campuran beton dan
perawatan beton setelah mengeras harus memenuhi syarat
sebagai berikut:
4. Air tawar yang dapat diminum,
5. Air yang bersih dan tidak mengandung minyak, asam, alkali,
garam, zat organis atau bahan yang lain yang dapat merusak
beton atau tulangan.

11
BAHAN TAMBAHAN KIMIA

Bahan tambahan kimia adalah semua bahan yang ditambahkan


pada saat pembuatan spesi beton,dengan tujuan memperbaiki
sifat-sifat tertentu campuran beton.
Secara umum dapat diuraikan bahwa semua pekerjaan untuk
berbagai jenis konstruksi sebaiknya mempunyai sifat-sifat
sebagai berikut:
g. bahan-bahan beton mudah dicampur
h. Spesi beton mudan dilaksakan pengecorannya
i. Mempunyai kekuatan tekan hancur yang tinggi
j. Mudah diselesaikan
k. Mempunyai kerapatan yang baik terhadap air
12
f. mempunyai ketahanan terhadap pengaruh kerusakan
g. Mempunyai keawetan yang cukup lama
Untuk memenuhi ketentuan di atas, maka dalam pelaksanaan
pencampuran bahan-bahan beton sering diberi bahan tambahan
kimia (chemical addmixture) (ASTM C494-91) seperti di bawah
ini:
Type A:--- Water reducing admixture, bahan tambahan
mengurangi jumlah air pencampur yang diperlukan
untuk menghasilkan beton yang konsistensinya
tertentu.
Type B:--- Retarding admixture, adalah bahan tambahan kimia
yang berfungsi menghambat pengkatan beton

13
Type C:--- Accelerating admixture, adalah bahan tambahan
kimia yang berfungsi mempercepat pengikatan dan
pengembangan kekuatan awal beton.
Type D: -- Water reducing and retarding admixture, adalah
bahan tambahan yang berfungsi ganda yaitu
mengurangi jumlah air pencampuran dan
menghambat pengikatan beton.
Type E:--- Water reducing and accelerating admixture
Type F:--- Water reducing, high range admixture
Type G:--- Water reducing, high range and retarding admixture

14

You might also like