You are on page 1of 7

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Pembedahan merupakan tindakan pengobatan yang menggunakan teknik invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani melalui sayatan yang diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka (Susetyowati et al., 2010). Pembedahan dilakukan karena beberapa alasan seperti diagnostik (biopsi, laparotomi eksplorasi), kuratif (eksisi massa tumor, pengangkatan apendiks yang mengalami inflamasi), reparatif (memperbaiki luka multiplek), rekonstruksi dan paliatif (Smeltzer & Bare, 2002). Pembedahan menurut jenisnya dibedakan menjadi dua jenis yaitu bedah mayor dan bedah minor. Bedah mayor merupakan tindakan bedah yang menggunakan anestesi umum/general anesthesi yang merupakan salah satu bentuk dari pembedahan yang sering dilakukan. Indikasi yang dilakukan dengan tindakan bedah mayor antara lain kolesistektomi, nefrektomi, kolostomi, histerektomi, mastektomi, amputasi dan operasi akibat trauma (Nadeak & Jenita, 2011). Setiap tindakan yang termasuk bedah mayor selalu berhubungan dengan adanya insisi (sayatan) yang merupakan trauma atau kekerasan bagi penderita yang menimbulkan berbagai keluhan dan gejala seperti lelah, nyeri dan penurunan status gizi(Siahaan, 2009). Keadaan lelah yang ditimbulkan oleh pasien setelah mengalami pembedahan adalah keluhan utama yang sering

terjadi pada pasien post operasi. Lemasnya tubuh, hilangnya kekuatan otot pada pasien, mual muntah, status gizi yang turun dan lamanya rawat inap post operasi juga merupakan dampak dari pembedahan abdomen (Jensen et al., 2011). Nyeri, depresi, kecemasan dan kelelahan merupakan faktor penting yang dipertimbangkan dalam penyediaan perawatan pasien post operasi bedah mayor. Intervensi yang diberikan haruslah intervensi yang spesifik untuk mengurangi rasa sakit, depresi, cemas dan kelelahan. Hal ini perlu untuk dilakukan evaluasi untuk melihat dampaknya terhadap pemulihan pascaoperasi (Res, 2004). Kelelahan dalam istilah kesehatan disebut juga dengan fatigue. Gambaran keadaan penderita yang mengalami fatigue diantaranya intoleransi aktivitas, kehilangan energi atau kelemahan. Fatigue mewakili keluhan komplek penderita karena melibatkan aspek biologis, psikologis dan perilaku. Keluhan fatigue ini sulit dijelaskan dan banyak penderita yang

menggambarkannya dengan berbagai cara seperti mengeluh lelah, lemah, kehabisan tenaga, lesu, tidak fresh, merasa berat dan lamban. Fatigue didefinisikan sebagai suatu gejala subyektif yang tidak nyaman dan dimanifestasikan sebagai keluhan fisik dalam rentang lemah sampai berat sehingga menyebabkan ketidakmampuan berfungsi. Persepsi penderita terhadap perasaan kelelahan dijadikan fokus pengukuran skala fatigue (Friedberg, 2002). Kelelahan post operasi adalah komplikasi umum dan pertama terjadi setelah operasi. Kelelahan pasca operasi terjadi selama 90 hari setelah bedah

abdomen. Hal ini biasanya dikaitkan dengan respon fisiologis untuk operasi, dengan asumsi bahwa semakin parah operasi, semakin parah dan lelah yang berkepanjangan (George, 2002). Mengukur perubahan dalam tingkat kelelahan pasien sangat penting untuk pengobatan yang tepat dan penelitian sindrom kelelahan kronis (Friedberg, 2002). Kelelahan post operatif disebabkan karena albuminemia. Albumin yang merupakan salah satu protein darah merupakan bagian terbesar dari protein darah. Serum albumin merupakan salah satu tanda penting yang dapat digunakan untuk mendeteksi status nutrisi penderita (Riani, 2001). Suatu survey populasi pasien bedah di rumah sakit pendidikan Auckland (New Zealand) menemukan bahwa 1 dari 5 pasien mengalami kurang energi protein, pada pasien bedah umum dengan penyakit gastrointestinal mayor dijumpai bahwa 1 dari 2 atau 3 pasien mengalami kurang energi protein walaupun derajatnya ringan dan tidak bermakna. Ada 4 indeks yang berhubungan dengan hasil pembedahan. Indeks tersebut digabungkan ke dalam indeks prognostik gizi yaitu serum albumin, serum transferin, lipatan kulit trisep dan kelambatan hipersensitif kulit (Susetyowati et al., 2010). Konsentrasi albumin serum telah lama diketahui sebagai indikator kasar keadaan kesehatan umum seorang individu. Konsentrasi albumin serum sedang sampai sangat rendah berhubungan dengan morbiditas dan semua penyebab mortalitas pada orang dewasa. Konsentrasi albumin dalam serum yang rendah juga telah ditemukan berhubungan secara bermakna dengan penurunan masa

otot pada wanita dan pria dewasa yang relatif sehat. Peran albumin semakin penting disebabkan oleh beberapa alasan, antara lain keadaan hipoalbumin yang sering dijumpai pada pasien dengan pra bedah, masa recovery atau pemulihan setelah tindakan operasi ataupun dalam proses penyembuhan. Serum albumin merupakan salah satu parameter penting dalam pengukuran status gizi pada penderita dengan penyakit akut maupun kronik (Bangun, 2008). Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Banyumas merupakan rumah sakit tipe B yang membuka pelayanan keseluruhan. Daftar pelayanan Bedah di RSUD Banyumas menunjukkan jumlah tindak pembedahan mayor. Hasil studi pendahuluan menemukan bahwa 1 dari 4 pasien yang mengalami bedah mayor mengalami kelelahan. Data menunujukkan 1 dari 4 pasien post operasi bedah mayor mengalami penurunan albumin. Data terakhir yang diperoleh rata-rata pasien yang menjalani operasi bedah mayor di RSUD Banyumas sekitar 318 pasien tiap bulannya selama tahun 2011. B. Perumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang diatas masalah yang dapat dirumuskan sebagai berikut adakah hubungan antara kadar albumin pre operasi dengan tingkat kelelahan pada pasien post operasi bedah mayor di RSUD Banyumas? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini dibagi menjadi 2, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. 1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan antara kadar albumin pre operasi dengan tingkat kelelahan pada pasien post operasi bedah mayor di RSUD Banyumas.

2. Tujuan khusus: a. Mengetahui karakteristik responden (usia, jenis operasi dan jenis kelamin) paien post operasi bedah mayor di RSUD Banyumas. b. Mengetahui kadar albumin pada pasien pre operasi bedah mayor di RSUD Banyumas. c. Mengetahui tingkat kelelahanpasien post operasi bedah mayordi RSUD Banyumas. d. Menganalisis hubungan antara kadar albumin pre operasidengan tingkat kelelahan pada pasien post operasi bedah mayor di RSUD Banyumas. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat bagi peneliti Hasil penelitian dapat dijadikan bahan informasi untuk penelitian yang akan datang untuk lebih bisa mengembangkan lagi hubungan albumin dengan pasien post operasi bedah mayor. 2. Manfaat bagi pengetahuan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah dan mengembangkan pengetahuan khususnya dalam bidang kesehatan. 3. Manfaat bagi praktisi

Menjadi acuan untuk bisa memprediksikan kelelahan pada pasien post operasi bedah mayor dan bisa digunakan untuk membuat

rencanaasuhan keperawatan lebih tepat pada pasien post operasi bedah mayor.

4. Manfaat bagi peneliti Dapat menerapkan dan melakukan proses penelitian sesuai dengan teori yang ada E. Keaslian Penelitian Penelitian yang berjudul Hubungan antara Kadar Albumin Pre Operasi dengan Tingkat Kelelahan pada Pasien Post Operasi Bedah Mayor di RSUD Banyumas belum pernah ada yang meneliti. Penelitian ini diajukan berdasarkan penelitian-penelitian yang hampir sama pernah dilakukan yaitu: 1. Penelitian yang telah dilakukan oleh B, M, Jensen et al (2011) dengan judul Postoperative Changes in Fatigue, Physical Function and Body Composition: an Analysis of the Amalgamated Data From Five Randomized Trials on Patients Undergoing Colorectal Surgery dengan menggunakan study prospectif cohort. Hasil menyebutkan bahwa bedah kolorektal terbuka dikaitkan dengan peningkatan yang signifikan dalam kelelahan post operasi dan penurunan kinerja fisik, berat dan massa tubuh. Komplikasi utama yaitu, skor yang tinggi kelelahan peri operatif dan hilangnya massa tubuh meningkatkan

risiko jangka panjang kelelahan. Perbedaan dengan penelitian ini adalah penelitian hubungan kadar albumin dengan tingkat kelelahan pada pasien post operasi laparotomi di RSUD Banyumas pada penentuan variabel bebas dan terikatnya, waktu penelitian, jumlah populasi dan sampel, tempat penelitian dan instrumen penelitiannya. 2. Penelitian yang telah dilakukan McGuire., H. Price., N. Mortensen., J. Evans., M.L. Castell pada tahun 2003 dengan judul Biochemical Markers For Post Operative Fatigue After Major Surgery dengan menggunakan desain studi cross sectional. Hasil menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara post operasi bedah mayor dan nilai bebas plasma triptopan di dalam darah (P <0.000) dan rasio konsentrasi dari plasma triptopan bebas post operasi. Keadaan triptopan yang meningkat di dalam darah post operasi akan diimbangi kenaikan 5-HT di dalam otak dimana 5-HT ikut terlibat dalam proses tidur dan lelah. Perbedaan dengan penelitian ini adalah variabel independennya, peneliti menggunakan albumin sebagai faktor yang menyebabkan kelelahan post operasi bedah mayor. 3. Penelitian yang dilakukan oleh Soshtari et al., (2009) dengan judul Postoperative Fatigue: A Review dengan desain studi presepective cohort. Hasil kelelahan post operasi diukur dengan sejumlah

instrumen yang berbeda. Kelelahan post operasi memiliki etiologi dengan sejumlah faktor biologis dan psikologis yang sangat rumit. Intervensi harus dilakukan dengan fokus mengatasi berbagai faktor

You might also like