You are on page 1of 11

MAKALAH MEMBUDAYAKAN BAHASA INDONESIA BAKU DAN NONBAKU DENGAN BAIK DAN BENAR SEBAGAI CIRI KHAS UNIVERSITAS

NEGERI SEMARANG
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia Dosen pengampu Umar Samadhy Rombel 32

Oleh : Binarti 1401409174

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2011 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam kedudukannya sebagai bahasa Negara, bahasa Indonesia memiliki empat fungsi, yaitu (1)sebagai bahasa yang digunakan dalam peristiwa kenegaraan, (2) sebagai bahasa pengantar di lembaga-lembaga pendidikan, (3) sebagai alat perhubungan tingkat nasional, dan (4) sebagai alat pengembangan kebudayaan nasional, ilmu pengetahuan dan teknologi. Terkait dengan fungsi kedua, bahasa Indonesia digunakan oleh guru dan siswa atau pelaku pendidikan lain dalam lembaga pendidikan, baik untuk berkomunikasi, mentransfer ilmu, berdialog tentang berbagai persoalan pendidikan dan sebagainya. Selain itu, penggunaannya juga mencakupi seluruh wilayah yang ada di Indonesia ini, mencakupi semua tingkatan, mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Sebagai salah satu lembaga pendidikan yang ada di Indonesia, Universitas Negeri Semarang seharusnya menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa

pengantar. Tetapi, pada kenyataannya tidaklah demikian. Penggunaan bahasa Indonesia sering dicampur dengan bahasa daerah (bahasa jawa), bahasa asing maupun bahasa gaul. Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar belumlah dipahami dengan baik. Apabila hal ini dibiarkan saja, tentunya akan merusak bahasa Indonesia pada saat ini maupun pada masa yang akan datang. Oleh karena itu, kita harus memahami bahasa Indonesia baku dan nonbaku beserta penggunaannya secara baik dan benar. Hingga akhirnya mampu

membudayakan tertib berbahasa Indonesia secara baik dan benar dalam lingkungan Universitas Negeri Semarang.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian bahasa Indonesia baku dan nonbaku? 2. Bagaimanakah penggunaan bahasa Indonesia baku dan nonbaku secara baik dan benar? 3. Bagaimanakah cara membudayakan bahasa Indonesia di Universitas Negeri Semarang?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian bahasa Indonesia baku dan nonbaku 2. Mengetahui penggunaan bahasa Indonesia baku dan nonbaku secara baik dan benar 3. Mengetahui cara membudayakan bahasa Indonesia di Universitas Negeri Semarang

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Bahasa Indonesia Baku dan Nonbaku Bahasa Indonesia baku adalah salah satu ragam bahasa Indonesia yang bentuk bahasanya telah dikodifikasi, diterima, dan difungsikan atau dipakai sebagai model oleh masyarakat Indonesia secara luas. Bahasa Indonesia nonbaku adalah salah satu ragam bahasa Indonesia yang tidak dikodifikasi, tidak diterima dan tidak difungsikan sebagai model masyarakat Indonesia secara luas, tetapi dipakai oleh masyarakat secara khusus. Bahasa Indonesia baku mempunyai empat fungsi. Pertama, bahasa Indonesia baku berfungsi pemersatu. Bahasa Indonesia baku mempersatukan atau

memperhubungkan penutur berbagai dialek bahasa itu. Bahasa Indonesia baku mempersatukan mereka menjadi satu masyarakat bahasa Indonesia baku. Kedua, bahasa Indonesia baku berfungsi sebagai penanda kepribadian. Bahasa Indonesia baku merupakan ciri khas yang membedakannya dengan bahasa-bahasa lainnya. Bahasa Indonesia baku memperkuat perasaan kepribadian nasional masyarakat bahasa Indonesia baku. Ketiga, bahasa Indonesia baku berfungsi penambah wibawa. Pemilikan bahasa Indonesia baku akan membawa serta wibawa atau prestise. Fungsi pembawa wibawa berkaitan dengan usaha mencapai kesederajatan dengan peradaban lain yang dikagumi melalui pemerolehan bahasa baku. Di samping itu, pemakai bahasa yang mahir berbahasa Indonesia baku dengan baik dan benar memperoleh wibawa di mata orang lain. Keempat, bahasa Indonesia baku berfungsi sebagai

kerangka acuan bagi pemakainya dengan adanya norma atau kaidah yang dikodifikasi secara jelas. Norma atau kaidah bahasa Indonesia baku itu menjadi tolok ukur pemakaian bahasa Indonesia baku secara benar. Oleh karena itu, penilaian pemakaian bahasa Indonesia baku dapat dilakukan. Norma atau kaidah bahasa Indonesia baku juga menjadi acuan umum bagi segala jenis pemakaian bahasa yang menarik perhatian karena bentuknya yang khas, seperti bahasa ekonomi, bahasa hukum, bahasa sastra, bahasa iklan, bahasa media massa, surat-menyurat resmi, bentuk surat keputusan, undangan, pengumuman, kata-kata sambutan, ceramah, dan pidato.

B. Konteks Pemakaian Bahasa Indonesia Baku Bahasa Indonesia baku dipakai di dalam beberapa konteks. Pertama, dalam komunikasi resmi, yaitu dalam surat-menyurat resmi atau dinas, pengumumanpengumuman yang dikeluarkan oleh instansi resmi, perundang-undangan, penamaan dan peristilahan resmi. Kedua, dalam wacana teknis, yaitu dalam laporan resmi dan karangan ilmiah berupa makalah, skripsi, tesis, disertasi, dan laporan hasil penelitian. Ketiga, pembicaraan di depan umum, yaitu ceramah, kuliah, khotbah. Keempat, pembicaraan dengan orang yang dihormati, yaitu atasan dengan bawahan di dalam kantor, siswa dan guru di kelas atau di sekolah, guru dan kepala sekolah di pertemuan-pertemuan resmi, mahasiswa dan dosen di ruang perkuliahan. Di dalam konteks pertama dan kedua didukung oleh bahasa Indonesia baku tulis. Konteks kedua dan ketiga didukung oleh bahasa Indonesia baku lisan. Di luar konteks itu dipergunakan bahasa Indonesia nonbaku atau bahasa Indonesia nonstandar.

C. Pemakaian Bahasa Indonesia Baku dan Nonbaku dengan Baik dan Benar Kita sering mendengar dan membaca semboyan Pergunakanlah Bahasa Indonesia dengan Baik dan Benar. Makna semboyan itu sering pula diartikan bahwa kita harus berbahasa baku atau kita harus menghindarkan pemakaian bahasa nonbaku. Bahasa baku sama maknanya dengan bahasa yang baik dan benar. Hal ini terjadi karena konsep di dalam semboyan itu sangat kabur. Konsep yang benar atau semboyan yang benar adalah Pergunakanlah Bahasa Indonesia Baku dengan Baik dan Benar, Pergunakanlah Bahasa Nonbaku dengan Baik dan Benar.

Pergunakanlah Bahasa Indonesia Baku dan Nonbaku dengan Baik dan Benar. Bahasa Indonesia Baku dan Nonbaku mempunyai kode atau ciri bahasa dan fungsi pemakaian yang berbeda. Kode atau ciri dan fungsi setiap ragam bahasa itu saling berkait. Bahasa Indonesia baku berciri seragam, sedangkan ciri bahasa Indonesia nonbaku beragam. Pemakaian bahasa yang mengikuti kaidah bahasa yang dibakukan atau yang dianggap baku adalah pemakaian bahasa Indonesia baku dengan benar adalah pemakaian bahasa yang mengikuti kaidah bahasa atau gramatikal bahasa baku. Sebaliknya pemakaian bahasa Indonesia nonbaku dengan benar adalah pemakaian bahasa yang tidak mengikuti kaidah bahasa atau gramatikal baku, melainkan kaidah gramatikal nonbaku. Pemakaian bahasa Indonesia baku dengan baik dan benar adalah pemakaian bahasa yang sesuai dengan fungsi dan ciri kode bahasa

Indonesia baku. Pemakaian bahasa Indonesia nonbaku dengan baik dan benar adalah pemakaian bahasa yang sesuai dengan fungsi pemakaian dan ciri bahasa Indonesia nonbaku. Konsep baik dan benar dalam pemakaian bahasa Indonesia baik baku maupun nonbaku saling mendukung saling berkait. Tidaklah logis ada pemakaian bahasa Indonesia yang baik, tetapi tidak benar. Atau tidaklah logis ada pemakaian bahasa yang benar tetapi tidak baik. Oleh karena itu, konsep yang benar adalah pemakaian bahasa yang baik harus juga merupakan pemakaian bahasa yang benar. Atau sebaliknya. Harimurti Kridalaksana memperjelas bahwa adanya bahasa baku atau bahasa standar dan bahasa nonbaku atau bahasa nonstandar bukan berarti bahwa bahasa baku atau bahasa standar lebih baik, lebih benar atau lebih betul daripada bahasa non baku atau bahasa nonstandar. Bukan disitu permasalahannya. Kita memakai bahasa secara betul atau baik bila kita menggunakan bahasa baku sesuai dengan fungsinya. Demikian juga, kita mempergunakan bahasa secara betul atau baik bila kita mempergunakan bahasa nonbaku atau bahasa nonstandar sesuai dengan fungsinya. Kita menggunakan bahasa secara salah atau tidak benar bila kita menggunakan bahasa standar untuk fungsi bahasa nonstandar. Oleh karena itu, memakai bahasa baku tidak dengan sendirinya berarti memakai bahasa yang baik dan benar. Bahasa baku tidak sama dengan bahasa yang baik dan benar (1981 : 19).

D. Membudayakan Bahasa Indonesia Salah satu penyebab lemahnya kemampuan berbahasa Indonesia yang melanda bangsa ini adalah kacau dalam memperlakukan bahasa Indonesia. Pencampuradukkan bahasa Indonesia dengan bahasa daerah maupun asing selain juga adanya fenomena bahasa gaul, atau bahasa alay, yang dianut oleh sebagian generasi muda di kota kota besar di Indonesia juga membuat bahasa Indonesia semakin rusak. Kondisi penggunaan bahasa Indonesia di Universitas Negeri Semarang : Di Kelas Pada saat kegiatan perkuliahan digunakan bahasa Indonesia yang diselipi dengan bahasa jawa atau bahasa ilmiah yang berasal dari bahasa Inggris atau Latin. Pada perkuliahan bahasa Inggrispun juga sama, bahasa Inggris jadi bahasa utama, dicampur bahasa Indonesia dan bahasa Jawa lagi.

Dosen-Mahasiswa Digunakan bahasa Indonesia dan bahasa Jawa. Mahasiswa menggunakan bahasa Indonesia sekitar 80-90% dengan dosen, sedangkan dosen sekitar 20% interaksi dengan mahasiswa memakai bahasa Jawa dan sisanya bahasa Indonesia.

Dosen-Dosen Bahasa Indonesia bercampur bahasa Jawa.

Mahasiswa-Mahasiswa Bahasanya juga gado-gado , bahasa Indonesia dicampur bahasa Jawa.

Dosen-Bagian Umum dan Satpam Lebih banyak menggunakan bahasa Jawa dibanding bahasa Indonesia.

Perlu upaya untuk menjadikan bahasa Indonesia bernilai bagi kehidupan. Tentu saja semua pihak harus meyakinkan kepada anak-anak bangsa bahwa bahasa Indonesia penting sebagai jati diri bangsa. Penggunaan bahasa seharusnya

disesuaikan dengan situasi dan kondisi. Artinya menggunakan bahasa daerah, jika berada di tengah keluarga, dengan saudara, atau acara adat istiadat. Lalu, menggunakan bahasa Indonesia ketika berinteraksi dengan orang di luar atau dalam situsi formal dengan begitu terjalin persatuan, dan menggunakan bahasa Inggris sebagai komunikasi dengan dunia internasional. Oleh karena itu, kesadaran

berbahasa perlulah untuk ditingkatkan. Tahu dimana harus berbahasa yang baku maupun dimana harus berbahasa nonbaku. Berikut ini beberapa usulan agar bahasa daerah dan bahasa Indonesia tetap menjadi bahasa idola kita bahkan bagi warga asing, antara lain: 1. Pemerintah dalam hal ini Departemen Pendidikan nasional dan Balai Bahasa Pusat dan Daerah terus berperan aktif melakukan pembinaan-pembinaan dibidang kebahasaan baik ditingkat lokal maupun tingkat nasional; 2. Tiap-tiap satuan pendidikan berperan aktif mendidik, mengajarkan, dan mengawasi anak didiknya agar senantiasa dibiasakan memakai bahasa Indonesia baku secara baik dan benar baik secara lisan maupun tulisan; 3. Diupayakan dibentuk/ didirikan lembaga pendidikan nonformal yang memfokuskan pendidkan, pengajaran, dan pendalaman materi di bidang kebahasaan/bahasa Indonesia baku sehingga nantinya mencetak tenaga ahli bahasa Indonesia yang handal secara kualitas,selain tenaga ahli bahasa lulusan dari perguruan tinggi;

4. Bagi perguruan tinggi baik PTS/PTN yang secara berkelanjutan menyelenggarakan seminar bahasa, sebaiknya hasil seminar disosialisasikan lewat media massa, baik cetak atau elektronik dan berusaha untuk mengadakan dan membudayakan penelitianpenelitian baik penelitian tahap awal maupun penelitian lanjutan dibidang kebahasaan dan hasil penelitian nantinya diseminarkan di kampus di tahun berikutnya; 5. Tiap-tiap insan Indonesia mulai dari sekarang harus membiasakan diri untuk menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar, secara lisan atau tertulis, baik di lingkungan sekolah/resmi maupun di lingkungan keluarga/tidak resmi.

E. Tertib Berbahasa Indonesia di Universitas Negeri Semarang Pendidikan, baik formal maupun nonformal, adalah sarana untuk pewarisan kebudayaan. Setiap masyarakat mewariskan kebudayaannya kepada generasi yang lebih, kemudian agar tradisi kebudayaannya tetap hidup dan berkembang, melalui pendidikan. Dalam pendidikan akan dipelajari perlunya memisahkan pemakaian

bahasa daerah sebagai bahasa Ibu, bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, dan bahasa Inggris sebagai bahasa Internasional. Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk membudayakan bahasa Indonesia di Universitas Negeri Semarang adalah : 1. Menyadarkan dan memotivasi seluruh warga UNNES akan fungsi dan pentingnya bahasa yang baku. menyadarkan bahwa bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional yang harus kita utamakan penggunaannya. Dengan demikian, lebih mengutamakan penggunaan bahasa Indonesia secara baik dan benar daripada bahasa gaul ataupun penggunaan bahasa daerah dalam forum resmi. Melalui keputusan pimpinan rektor agar semua warga UNNES menggunakan bahasa Indonesia di lingkungan kampus. Upaya ini dimaksud untuk mengajak seseorang menyadari porsi dan tempat yang tepat bagi penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. 2. Membutuhkan suatu upaya pembiasaan. Artinya, perlu latihan untuk berbahasa secara tepat, baik secara lisan maupun tulisan setiap saat setidaknya selama berada di lingkungan kampus. Pembiasaan ini akan sangat mempengaruhi perkembangan kemampuan berbahasa. Dapat melalui cara-cara : membiasakan mahasiswa untuk membaca buku-buku penulis Indonesia, berbicara dengan bahasa Indonesia yang baik kepada sesama mahasiswa dan

dosen, memperkenalkannya dengan karya sastra sastrawan Indonesia, mengajak mahasiswa sering berlatih menulis dengan bahasa Indonesia yang baik, dan tidak merasa malu menggunakan bahasa Indonesia. 3. Proses penyadaran dan pembiasaan ini membutuhkan suatu kekuatan atau sanksi yang mengikat misalnya tugas menuliskan suatu artikel atau karangan dengan bahasa yang baku. Hal ini akan menimbulkan keinginan untuk mempelajari bahasa Indonesia yang baik dan benar. 4. Meningkatkan pengajaran bahasa Indonesia di perguruan tinggi. Para mahasiswa dapat diberikan tugas praktik berbahasa Indonesia dalam bentuk penulisan artikel dan makalah, dan juga dalam bentuk penulisan sastra seperti cerita pendek dan puisi. Dengan praktik-praktik berbahasa Indonesia tersebut, dapat mengembangkan kreativitas berbahasa Indonesia mereka dan juga dapat membiasakan mereka berbahasa Indonesia secar baik dan benar. 5. Menanamkan semangat persatuan dan kesatuan untuk memperkukuh bangsa Indonesia dengan penggunaan bahasa Indonesia. Dengan menanamkan semangat tersebut, akan lebih mengutamakan bahasa Indonesia daripada menggunakan bahasa gaul.

Upaya tersebut hendaknya dilakukan oleh seluruh civitas akademika UNNES, tidak hanya mahasiswa, tetapi juga dosen dan staf. Melalui penyadaran dan pembiasaan ini diharapkan terbentuk ketertiban berbahasa Indonesia yang baik dan benar di UNNES.

BAB III PENUTUP


A. Simpulan Bahasa Indonesia baku adalah salah satu ragam bahasa Indonesia yang bentuk bahasanya telah dikodifikasi, diterima, dan difungsikan atau dipakai sebagai model oleh masyarakat Indonesia secara luas. Bahasa Indonesia nonbaku adalah salah satu ragam bahasa Indonesia yang tidak dikodifikasi, tidak diterima dan tidak difungsikan sebagai model masyarakat Indonesia secara luas, tetapi dipakai oleh masyarakat secara khusus. Bahasa Indonesia baku dipakai di dalam beberapa konteks. Pertama, dalam komunikasi resmi, kedua, dalam wacana teknis, ketiga, pembicaraan di depan umum, dan keempat, pembicaraan dengan orang yang dihormati. Upaya untuk membudayakan bahasa Indonesia baku dan nonbaku di Universitas Negeri Semarang adalah : 1. Meningkatkan pengajaran bahasa Indonesia di UNNES berhubungan dengan bahasa baku dan nonbaku dan penggunaannya 2. Menyadarkan dan memotivasi seluruh warga UNNES akan fungsi dan pentingnya bahasa yang baku. Menyadarkan bahwa bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional yang harus kita utamakan penggunaannya 3. Membutuhkan suatu upaya pembiasaan 4. Proses penyadaran dan pembiasaan ini membutuhkan suatu kekuatan atau sanksi yang mengikat, misalnya keputusan rektor 5. Menanamkan semangat persatuan dan kesatuan

B. Saran Sebagai mahasiswa maupun sebagai pelaku pendidikan lainnya di lembaga pendidikan tinggi Universitas Negeri Semarang marilah kita dapat menggunakan bahasa Indonesia baik itu baku maupun nonbaku secara baik dan benar, yaitu sesuai dengan situasi. Budayakanlah tertib berbahasa Indonesia sebagai cerminan Universitas konservasi.

DAFTAR PUSTAKA

Doyin, mukh dan Wagiran.2009.Bahasa Indonesia Pengantar Penulisan Karya Ilmiah.Semarang :UNNES Press effendi,yusuf.www.tengkuamirhamzah.com.bahasa Indonesia yang tersisih.diunduh pada tanggal 14 Juni 2011 jam 15.45 hartono,joko.www.smpn10tarakan.sch.id.upaya melestarikan dan membudayakan

berbahasa Indonesia dengan baik dan benar.diunduh pada tanggal 14 Juni 2011 jam 15.24 masita,yaya.nandabila.wordpress.com.membudayakan bahasa daerah,bahasa Indonesia dan bahasa Inggris dalam system MBS.diunduh pada tanggal 14 Juni jam 16.10

You might also like