You are on page 1of 11

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Sawi merupakan salah satu jenis sayuran daun yang sering dikonsumsi masyarakat Indonesia. Sayuran daun merupakan salah satu sumber vitamin dan mineral essensial yang sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia, selain itu sayuran daun banyak mengandung serat. Serat bagi tubuh berfungsi membantu mempelancar pencernaan dan dapat mencegah kanker (Haryanto, dkk 2006). Produksi nasional sawi mengalami fluktuasi. Data BPS menunjukkan produksi sawi di Indonesia pada tahun 2007 2011 berturut-turut adalah sebagai berikut 564,912 ton; 565,636 ton; 562,838 ton; 583,770 ton; dan 580,969 ton. Dari data di atas menunjukkan bahwa peningkatkan produksi sawi dari tahun 2007 sampai 2008. Pada tahun 2009 mengalami penurunan sampai pada tahun 2011. Penurunan produksi dari sawi ini dapat disebabkan oleh tanah-tanah di indonesia yang umunya sudah terdegradasi sehingga kehilangan unsurhara sebagai pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Faktor lainnya yang mempengaruhi penurunan produksi dikarenakan adanya teknik budidaya tanaman yang kurang tepat. Dalam usahatani hal penting yang perlu diperhatikan adalah syarat tumbuh dari tanaman sawi tersebut, kebutuhan hara dan air dari tanaman sawi tersebut yang dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Dalam pertumbuhannya, sawi memiliki respon berbeda terhadap berbagai macam pupuk yang diberikan sebagai tambahan unsur hara di dalam tanah. Perbedaan pengaruh tersebut dapat menentukan aplikasi pupuk yang baik terhadap pertumbuhan tanaman sawi untuk menunjang hasilnya. 1.2 Tujuan Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui dan mempelajari respon tanaman sawi (Brassica juncea L.) pada aplikasi berbagai jenis pupuk nitrogen yang berbeda.

1.3 Hipotesis

Penggunaan pupuk Nitrogen dari amonium sulfat atau (NH4)2 SO4 memberikan respon pertumbuhan dan hasil tanaman sawi (Brassica juncea L.) yang lebih baik dibandingkan penggunaan pupuk Nitrogen dari pupuk urea atau CO (NH2)2.

II.

TINJAUAN PUSTAKA

II.1

Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Sawi (Brassica juncea L.)

Tanaman sawi (Brassica juncea L.) masih satu famili dengan kubis-krop, kubis bunga, broccoli dan lobak atau rades, yakni famili cruciferae (brassicaceae) olek karena itu sifat morfologis tanamannya hampir sama, terutama pada sistem perakaran, struktur batang, bunga, buah (polong) maupun bijinya. Sawi termasuk ke dalam kelompok tanaman sayuran daun yang mengandung zatzat gizi lengkap yang memenuhi syarat untuk kebutuhan gizi masyarakat. Sawi hijau bisa dikonsumsi dalam bentuk mentah sebagai lalapan maupun dalam bentuk olahan dalam berbagai macam masakan. Selain itu berguna untuk pengobatan (terapi) berbagai macam penyakit. Sistem perakaran tanaman sawi yaitu akar tunggang (radix primaria) menyebar ke semua arah pada kedalaman antara 30-50 cm. Batang tanaman sawi berupa batang yang pendek dan beruas-ruas, sehingga hampir tidak kelihatan. Daun tanaman sawi berupa daun yang bersayap, bertangkai panjang dan bentuknya pipih serta berwarna hijau. Bunga tanaman sawi tersusun dalam tangkai bunga (inflorescentia) yang tumbuh memanjang (tinggi) dan bercabang banyak. Tipa kuntumnya terdiri atas empat helai kelopak, empat helai mahkota bunga yang berwarna kuning cerah, empat helai benang sari dan satu buah putik yang berongga dua. Buah tanaman sawi berupa buah dengan tipe buah polong yang bentuknya memanjang dan berongga. Tiap buah (polong) berisi 28 butir biji sawi. Biji tanaman sawi bentuknya bulat kecil berwarna coklat atau coklat kehitam-hitaman (Hadisoeganda, 1996). II.2 Pengaruh Pemupukan Nitrogen pada Tanaman Sawi (Brassica juncea L.) Nitrogen berfungsi dalam merangsang pertumbuhan tanaman secara keseluruhan, merupakan bagian dari sel tanaman itu sendiri, berfungsi dalam sintesa asam amino dan

protein dalam tanaman, merangsang pertumbuhan vegetatif tanaman. Nitrogen adalah unsur hara makro utama yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang banyak, diserap tanaman dalam bentuk ammonium (NH4+) dan nitrat (NO3+). Sumber N tidak diperoleh dari batuan dan mineral tapi berasal dari hasil pelapukan bahan organis, dari udara melalui fiksasi N oleh mikroorganisme baik yang bersimbiosa dengan akar tanaman leguminosa seperti bakteri Rhizobium atau tidak seperti bakteri Azobacter dan Clostridium. Sumber lain dari nitrogen di dalam tanah melalui air hujan dan melalui pupuk buatan seperti urea atau ZA. Pupuk nitrogen mengandung hara tanaman N. Bentuk senyawa N umumnya berupa nitrat, amonium, amin, sianida. Contoh: kalium nitrat (KNO3), amonium fosfat [(NH4)3PO4], urea (NH2CONH2) dan kalsium sianida (CaCN2). Bentuk pupuk N ini berupa kristal, prill, pellet, tablet maupun cair. Ditinjau dari segi fisiologinya Nitrogen mempunyai peranan antara lain: 1. reduksi metabolik nitrat dan asimilasi amonia. Nitrogen yang tersedia dalam tanah yang dapat diserab oleh akar tanaman ialah dalam bentuk ion-ion nitrat. Asimilasi amonia pada sebagian besar tanaman menjadi asam glutamat (Glutamic acid). Fungsi Nitrogen yang selengkapnya bagi tanaman adalah sebagai berikut: untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman, dapat menyehatkan pertumbuhan daun, meningkatkan kadar protein dalam tubuh tanaman, meningkatkan kualitas tanaman penghasil daun, meningkatkan perkembangan mikroorganisme dalam tanah . Tanaman akan tumbuh dengan lambat bilamana kekurangan Nitrogen, tampak kurus, kerdil dan berwarna pucat dibanding dengan tanaman sehat. Kekurangan Nitrogen membatasi produksi protein dan bahan-bahan penting lainnya dalam pembentukan sel-sel baru. Kecepatan pertumbuhan tanaman berjalan proporsional dengan suplai Nitrogen (Novizan,2007). II.3 Tujuan Perhitungan/Pengamatan Bobot Kering Tanaman Bobot kering tanaman dihitung dgn cara mengeringkan seluruh bagian tanaman dgn cara menggunakan oven kemudian dilakukan penimbangan & dicatat. Bobot kering tanaman mencerminkan pola tanaman mengakumulasikan produk dari proses fotosintesis dan merupakan integrasi dengan faktor-faktor lingkungan lainnya (Anonymous 1,2013).

II.4 Metode Penentuan Bobot Kering Tanaman

Bobot kering tanaman (Anonymous2, 2013) : a. Bahan basah dibagi menurut jenis organ yaitu daun, batang, akar (bila mungkin), buah, biji, kulit biji dan lain-lain, bila terlalu banyak di sub sampel. b. Bahan basah dijemur sampai kering matahari dioven pada suhu 65-850 C sampai berat tetap, setelah 48 jam. c. Ditimbang dengan timbangan ketelitian 2 angka dibelakang koma dalam gram.

II.5 Pengertian,Tujuan, dan Rumus Laju Pertumbuhan Relatif (LPR/Relative Growth Ratio (RGR)

Laju Pertumbuhan Relatif (LPR/Relative Growth Ratio(RGR) adalah kemampuan tanaman menghasilkan bahan kering hasil asimilasi tiap satuan bobot kering awal tiap satuan waktu (g/g/minggu). Laju pertumbuhan relatif (RGR) adalah ukuran yang digunakan dalam fisiologi tanaman untuk mengukur kecepatan pertumbuhan tanaman. Hal ini diukur sebagai peningkatan massa per biomasa pohon per hari, misalnya dengan g g-1 d-1. Hal ini dianggap menjadi cara yang paling banyak digunakan dalam memperkirakan pertumbuhan tanaman, tetapi telah dikritik sebagai perhitungan biasanya melibatkan panen merusak tanaman (Gomez, 1995). Menurut Gomez (1995) mengasumsikan bahwa persamaan kuantitatif LPR adalah bahwa pertambahan biomassa tanaman per satuan waktu tidak konstan tetapi tergantung pada berat awal tanaman. Bahwa keseluruhan tanaman yang dinyatakan dalam biomassa total tanaman dipertimbangkan sebagai suatu kesatuan untuk menghasilkan bahan baru tanaman. LPR dapat digunakan untuk mengukur produktivitas (efisiensi) biomassa awal tanaman, yang berfungsi sebagai modal, dalam menghasilkan bahan baru tanaman. Perbedaan LPR dapat terjadi diantara spesies akibat perbedaan dalam laju fotosintesis dan efisiensi biomassa. Dalam aspek biosintesis, tanaman yang mengandung banyak protein per unit biomassa seperti tanaman kacang-kacangan akan membentuk biomassa yang lebih sedikit per satuan substrat (karbohidrat) yang tersedia dari tanaman yang mengandung protein lebih sedikit dari tanaman serealia. Energi yang dibutuhkan akan meningkat dengan peningkatan kandungan protein, sementara energi tersebut diperoleh

dari proses perombakan (respirasi aerobik atau fermentasi) dari substrat. Tanaman yang tergolong ke dalam tanaman C4 seperti jagung mempunyai LPR yang tinggi, jauh lebih tinggi dari LPR tanaman golongan C3 seperti Theobroma cacao. Rumus LPR = lnW2-lnW1/T2-T1 (g/g/minggu)

II.6 Pengertian,Tujuan, dan Rumus Laju Pertumbuhan Tanaman (LPT/Crop Growth Ratio (CGR) Laju pertumbuhan tanaman (LPT) = crop growth rate (CGR) adalah kemampuan tanaman menghasilkan bahan kering hasil asimilasi tiap satuan luas lahan tiap satuan waktu (g/m2/minggu). CGR digunakan untuk mengetahui produksi biomassa, berdasarkan tingkatan pertumbuhan tanaman. Cara mengetahui perubahan produksi biomassa yang berkaitan dengan pertamabhan tinggi tanaman yang mempunyai hubungan erat dengan berat tajuk yang berkontribusi nyata terhadap produksi biomassa (Sitompul dan Bambang, 1995). Rumus LPT = 1 /Ga X W2-W1/T2-T1 (g/m2/minggu)

II.7 Pengertian,Tujuan, dan Rumus Laju Asimilasi Bersih (LAB)/Net Assimilation Ratio (NAR) Laju asimilasi bersih/netto (LAB/LAN) = net assimilation rate (NAR)

adalah kemampuan tanaman menghasilkan bahan kering hasil asimilasi tiap satuan luas daun tiap satuan waktu (g/dm2/minggu). NAR dapat menggambarkan produksi bahan kering/merupakan produksi bahan kering per satuan luas daun. Selain itu NAR berfungsi untuk megetahui kemampuan suatu satuan daun dalam menghasilkan biomassa. NAR Sebuah nilai yang berhubungan produktivitas tanaman dengan ukuran tanaman. Hal ini diperoleh dengan membagi tingkat kenaikan berat kering dengan ukuran daun (biasanya luas daun) (Sitompul dan Bambang, 1995). Rumus LAB = W2-W1/T2-T1 X lnLa2-lnLa1/La2-La1 (g/dm2/minggu)

II.8 Pengertian,Tujuan, dan Rumus Indeks Luas Daun (ILD)/Leaf Area Indeks (LAI) Indeks luas daun (ILD) = leaf area index (LAI) adalah luas daun di atas suatu luas lahan. ILD 2 artinya di atas tiap m2 lahan ditutupi 2 m2daun, tidak bersatuan. Dalam penentuan ILD ini, data yang sangat diperlukan adalah data tentang daun yang dijadikan sampel dan data tentang kertas yang akan digunakan untuk membuat replika daun (Shibes dan Weber, 1965) Rumus ILD = 1/Ga x La2-La1 /2 atau La/Ga

II.9 Pengertian,Tujuan, dan Rumus Rasio Tranmisi Cahaya (RTC) dan Koefisien Pemadaman/Extinction Coeficient Intersepsi radiasi surya merupakan selisih antara radiasi yang datang di puncak tajuk tanaman dengan yang ditransmisikan. Dengan demikian besarnya intersepsi radiasi sangat dipengaruhi oleh faktor indeks luas daun dan kerapatan tanaman. Persentase intersepsi radiasi dapat dihitung denganmenggunakan persamaan : Int = 1- Trans (l) Trans = (Q/Qo)x 100% ` (2) Int : lntersepsi radiasi (%) Trans : transmisi radiasi (%) Q : Radiasi yang diterima di bawah tajuk (MJ mt) Qo : Radiasi yang diterima di puncak tajuk (Mi mt) Pemadaman cahayaoleh kanopi tanaman sangat kompleks tergantung pada geometri tanaman, derajat variasi daun berbagai spesies dan umur tanaman (Rosenberg, 1976). Selanjutnya, kemampuan pemadaman cahaya oleh kanopi tanaman dapat diketahui berdasarkan nilai koefisien pemadaman (k). Pada daun horizontal sangat mudah untuk menduga penetrasi cahaya yang masuk kedalam kanopi tanaman. Namun pada daun yang kompleks dengan berbagai bentuk dan stniktur daun agak sulit. Selain itu, Penetrasi cahaya ke dalam kanopi daun juga dipengaruhi oleh indeks luas daun (ILD) dan secara matematis berdasarkan hukum Beer dirumuskan (Leopold, 1975) : I1 = Io x e-kF Keterangan: e : 2,17

F : ILD komulatif (jagung = 3)

III.

BAHAN DAN METODE

III.1

Waktu dan tempat

Praktikum dilaksanakan pada tanggal 24 Maret 2013, bertempat di lahan Percobaan Budidaya Pertanian Universitas Brawijaya.

III.2

Alat dan Bahan

a. Cangkul : menggemburkan tanah dilahan b. Sekop : memindahkan tanaman/tanah dalam polybag c. Gembor : menyiram tanaman d. Tali rafia : untuk mengukur jarak tanam e. Penggaris : untuk mengukur panjang jarak tanam f. Benih jagung : bahan tanam

III.3

Alur Kerja (diagram alir) Persiapan Lahan

Pengukuran jarak tanam jagung 50 x 25 cm Penanaman benih jagung 1 lubang 2 benih Pemupukan dasar (Urea, SP36, KCl) Penyiraman Pemeliharaan (penyiangan jagung 1 lubang 1 tanaman, pembersihan gulma, pemupukan susulan, penyiraman) Pengamatan tiap minggu sekali (tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, BSTT, BKTT) Hasil + Dokumentasi

IV.

KESIMPULAN DAN SARAN IV.1 Kesimpulan

Dari hasil praktikum diperoleh hasil pertumbuhan tanaman sawi dengan perlakuan urea dan ZA (amonium sulfat) memiliki perbedaan yang cukup signifikan. Pupuk urea lebih bagus responnya daripada pupuk ZA.

DAFTAR PUSTAKA Anonymous1. 2013.http://goalterzoko.blogspot.com/2010/05/budidaya-jagung-manis.html. diakses 15 Mei 2013 Anonymous2. 2013.http://wandypoltek.blogspot.com/2011/04/dinamika-dan-analisispertumbuhan.html. diakses 15 Mei 2013 Badan Pusat Statistik. 2012. Tanaman Pangan: Luas Panen-Produktivitas-Produksi Tanaman Kedelai Seluruh Provinsi. www.bps.go.id/

Gardner et.al. Fisiologi Tanaman Budidaya (Terjemahan: Susilo, H). UI Press: Jakarta. Gomez, A.K. dan A.A. Gomez. 1995. Prosedur Statistik Untuk Penelitian Pertanian. Hadisoeganda, A. Widjaja W. 1996. Sawi Hijau Sayuran Penyangga Petani di Indonesia. Monograf No. 4. BPPP. Lembang, Bandung. Hardjowigeno, S. 1987. Ilmu Tanah. PT Mediyatama Sarana Perkasa: Jakarta. Leopold, A. C. and P. E Kriedemann. 1975. Plant Growth and Development. Tata Mc Grow Hill Pub. Co. Ltd.., New Delhi. p 545. Novizan. 2007. Petunjuk Pemupukan Yang Efektif. Agromedia. Jakarta

You might also like