You are on page 1of 43

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Hipertensi atau darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung dan pembuluh darah yang disertai dengan peningkatan tekanan darah. Di negara industri hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan utama, faktorfaktor yang menyebabkan kekambuhan hipertensi antara lain stress, merokok dan pola makan (Marliani L, 2007). Faktor penyebab utama terjadinya hipertensi adalah asteroklerosis yang didasarkan dengan konsumsi lemak berlebih, oleh karena untuk mencegah timbulnya hipertensi adalah mengurangi konsumsi lemak yang berlebih disamping pemberian obat-obatan bilamana diperlukan. Hasil survei kesehatan rumah tangga tahun 1995 menunjukkan prevalensi penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi di Indonesia cukup tinggi, yaitu 83 per 1000 anggota rumah tangga. Faktor penyebab terjadinya hipertensi dibagi menjadi 2 yaitu hipertensi esensial/primer: hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya dan ada kemungkinan karena faktor keturunan atau genetik dan hipertensi sekunder: hipertensi yang merupakan akibat dari adanya penyakit lain seperti: kelainan pembuluh darah dan gangguan kelenjar tiroid. Timbulnya penyakit hipertensi akibat adanya interaksi dari berbagai faktor sehingga dari seluruh faktor yang telah disebutkan di atas, faktor mana yang lebih berperan terhadap timbulnya hipertensi tidak dapat diketahui dengan pasti,

oleh karena itulah maka pencegahan penyakit hipertensi yang antara lain dapat dilakukan dengan menjalankan cara hidup sehat menjadi sangat penting. Hipertensi bisa kambuh karena pada sebagian kecil orang setelah dicapai tekanan darah dalam batas normal kurang memperhatikan minum obat anti hipertensi dan kurang memperhatikan pola hidup sehat. Bila tidak di atasi kekambuhan hipertensi akan berakibat fatal karena dalam kondisi ini seringkali tidak menimbulkan gejala pada penderitanya, sehingga tidak disadari sampai terjadi kerusakan fatal pada organ tubuh, yang mengakibatkan gangguan otak, jantung dan ginjal (M. Adib, 2009). Stres: apabila stres terjadi yang terlepas adalah hormon epinefrin atau adrenalin, aktivitas hormon ini mengakibatkan tekanan darah secara berkala. Merokok: merupakan kebiasaan buruk yang harus dihilangkan, karena dengan merokok dapat merangsang peningkatan tekanan darah, zat yang terdapat dalam rokok dapat merusak lapisan dinding arteri berupa plak, ini menyebabkan penyempitan pembuluh darah arteri yang dapat meningkatkan tekanan darah (Marliani L, 2007 ) Jumlah penderita yang hipertensi di Kabupaten Banyuwangi tahun 2008 sebanyak 1171 jiwa, Berdasarkan data laporan tahunan dari puskesmas Mojopanggung angka penderita hipertensi pada bulan Januari-Desember tahun 2008 berjumlah 717 penderita. Dari study pendahuluan yang dilakukan peneliti dari 10 orang yang mengalami kekambuhan hipertensi dengan tekanan darah meningkat 10 mmHg 2 diantaranya mengkonsumsi makanan tinggi garam, 4 orang lainnya mengkonsumsi makanan tinggi kolesterol, stres 2 orang dan 2 orang lagi karena merokok.

Pola makan penduduk yang tinggal di kota-kota besar berubah dimana fast food dan makanan yang kaya kolesterol menjadi bagian yang dikonsumsi sehari-hari, hal ini dapat berbahaya bagi kesehatan, apabila disertai stres. Pengaturan makanan untuk penderita penyakit hipertensi didasarkan atas berbagai pertimbangan yaitu tingkat derajat hipertensinya, ada tidaknya penyakit komplikasi, aktifitas sehari-hari dan berat badan. Prinsip pengaturan makanannya ialah memberikan menu yang sesuai dengan kecukupannya kalori yang dibutuhkan dan disesuaikan dengan kondisi penderita, tujuannya adalah untuk mengurangi tekanan darah dan mempertahankannya pada nilai yang normal (Utama Hendra, 2006). Mengatur menu makanan sangat dianjurkan bagi penderita hipertensi untuk menghindari dan membatasi makanan yang dapat meningkatkan kadar kolesterol darah serta meningkatkan tekanan darah, sehingga penderita tidak mengalami stroke atau infark jantung. Makanan yang harus dihindari atau dibatasi adalah : makanan yang diolah dengan menggunakan garam natrium, makanan yang diawetkan, makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi

1.2

Rumusan Masalah Adakah hubungan konsumsi makanan tinggi kolesterol dengan kekambuhan hipertens pada penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Mojopanggung Banyuwangi Tahun 2010.

1.3

Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Diketahui hubungan konsumsi makanan tinggi kolesterol dengan kekambuhan hipertensi pada penderita hipertensi di wilayah Puskesmas Mojopanggung Banyuwangi tahun 2010. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengidentifikasi Hipertensi di makanan wilayah tinggi kerja kolesterol pada pasien

Puskesmas

Mojopanggung

Banyuwangi Tahun 2010. 2. Mengidentifikasi kekambuhan hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Mojopanggung Banyuwangi tahun 2010. 3. Menganalisis hubungan konsumsi makanan tinggi kolesterol dengan kekambuhan hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Mojopanggung banyuwangi tahun 2010.

1.4

Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi responden Penelitian ini dapat memberikan tambahan pengetahuan informasi kepada responden tentang pola makan yang menyebabkan kekambuhan pada penderita hipertensi. 1.4.2 Bagi puskesmas Dengan adanya penelitian ini dapat memberikan tambahan informasi kepada Puskesmas Mojopanggung tentang pola makan yang menyebabkan kekambuhan pada penderita hipertensi, sehingga dapat dipakai sebagai bahan dalam memberikan informasi yang akurat.

1.4.3

Bagi profesi keperawatan Penelitian ini dapat memberikan masukan bagi profesi dalam mengembangkan perencanaan keperawatan yang akan dilakukan tentang pola makan yang menyebabkan kekambuhan pada penderita hipertensi.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep

Dasar

Faktor-faktor

yang

Menyebabkan

Kekambuhan

Hipertensi 2.1.1 Pengertian hipertensi Hipertensi adalah merupakan penyakit kelainan pembuluh darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah, dimana tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan peningkatan morbiditas dan angka montalitas (kematian). Tekanan yang abnormal tinggi pada pembuluh darah menyebabkan resiko terhadap stroke, cacat jantung atau serangan jantung dan kerusakan ginjal (Millestone, 2000). Berusia < 45 tahun dinyatakan hipertensi jika tekanan darah pada waktu berbaring 130/90 mmHg atau lebih, sedangkan yang berusia > 45 tahun dinyatakan hipertensi jika tekanan darahnya 145/ 95 mmHg atau lebih (Tjokronegoro Arjatmo, 2001). 2.1.2 Jenis hipertensi 1. Hipertensi primer atau esensial ini tidak diketahui penyebabnya, terdapat 90% kasus, biasanya banyak faktor yang meningkatkan resiko seperti obesitas, alkohol, merokok. 2. Hipertensi sekunder: hipertensi sekunder ini terdapat 10% kasus. Penyebab spesifiknya diketahui seperti penggunaan estrogen,

penyakit ginjal hipertensi aldosteronisme, primer, hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan (Arif Mansjoer, 2000). 2.1.3 Klasifikasi hipertensi 6

No 1

Kategori Normal

Klasifikasi tekanan darah pada dewasa Tekanan darah sistolik Tekanan darah diastolik 120 mmHg 130 mmHg 85 mmHg 95 mmHg Untuk para lansia tekanan diastolik 140 mmHg masih dianggap normal 140 mmHg 159 mmHg 160 mmHg 179 mmHg 180 mmHg 209 mmHg 90 mmHg 99 mmHg 100 mmHg 109 mmHg 110 mmHg 119 mmHg

2 3 4

Hipertensi ringan Hipertensi sedang Hipertensi berat

2.1.4

Gejala hipertensi Pada sebagian besar hipertensi tidak menimbulkan gejala, masa laten ini menyelubungi perkembangan hipertensi sampai terjadi kerusakan organ yang spesifik. Kalaupun menunjukkan gejala, gejala tersebut biasanya ringan dan tidak spesifik, misalnya : pusingpusing. Akan tetapi jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati bisa timbul gejala antara lain : sakit kepala, kelelahan, telinga berdengung, nyeri didaerah kepala bagian belakang (Millestone, 2009 : 49).

2.1.5

Komplikasi Komplikasi hipertensi terjadi karena kerusakan organ yang diakibatkan peningkatan tekanan darah sangat tinggi dalam waktu lama. Organ-organ yang pal;ing sering rusak antara lain :

1. Otak Pada otak : hipertensi akan menimbulkan komplikasi cukup mematikan. Berdasarkan penelitian sebagian besar kasus stroke disebabkan hipertensi. Apabila hipertensi tersebut dapat dikendalikan resikonyapun menjadi menurun, selain stroke komplikasi pada organ otak akibat hipertensi ini adalah dimensia atau pikun. 2. Mata Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan pembuluh darah halus pada retina (bagian belakang mata) robek, darah merembes ke jaringan sekitarnya sehingga dapat menimbulkan kebutaan. 3. Gagal jantung Gagal jantung, yaitu suatu keadaan ketika jantung tidak kuat untuk memompa darah keseluruh tubuh sehingga banyak organ lain rusak karena kekurangan darah dan tidak kuatnya otot jantung dalam memompa darah kembali ke jantung. 4. Arteriosklerosis Arteriosklerosis atau pengerasan pembuluh darah arteri, pengerasan pada dinding arteri ini terjadi karena terlalu besarnya tekanan, karena hipertensi, lama kelamaan dinding arteri menjadi kebal dan kaku, pengerasan pada arteri ini mengakibatkan tidak lancarnya aliran darah sehingga dibutuhkan tekanan yang lebih kuat lagi sebagai kompensasinya.

5. Aterosklerosis Arterosklerosis atau penumpukan lemak pada lapisan dinding pembuluh darah arteri, penumpukan lemak dalam jumlah besar disebut plak. Pembentukan plak dalam pembuluh darah sangat berbahaya karena dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah sehingga organ tubuh akan kekurangan pasokan darah. Aterosklerosis paling sering terjadi pada arteri yang melewati jantung, otak dan ginjal, juga pada pembuluh darah besar yang disebut aorta abdominalis di dalam perut dan tungkai. 6. Areurisma Areurisma yaitu terbentuknya gambaran seperti balon pada dinding pembuluh darah akibat melemah atau tidak elastisnya pembuluh darah akibat kerusakan yang timbul. Areurisme paling sering terjadi pada pembuluh daraharteri yang melalui otak dan pembuluh darah aorta yang melalui perut. Areurisma sangat berbahaya karena bisa pecah mengakibatkan pendarahan yang sangat fatal. 7. Penyakit pada arteri koronaria Arteri koronaria adalah pembuluh darah utama yang memberi pasokan darah pada otot jantung. Apabila arteri ini mengalami gangguan misalnya karena plak aliran darah ke jantung akan terganggu sehingga kekurangan darah. 8. Hipertensi bilik kiri jantung. Bilik kiri jantung atau serambi kiri jantung adalah ruang pompa utama jantung akibat otot yang bekerja terlalu berat ketika

10

memompakan darah ke aorta karena hipertensi, akhirnya terjadi hipertensi atau penebalan otot serambi kiri tersebut sehingga mengakibatkan semakin besarnya ruang serambi kiri jantung. Semakin besarnya serambi menyebabkan semakin bertambahnya pasokan darah. Dilain pihak penyempitan pembuluh darah karena hipertensi menyebabkan tidak tercukupinya kebutuhan darah tersebut sehingga jantung akan rusak dan akan bekerja lebih kuat lagi dalam memompakan darah. 9. Gagal ginjal Komplikasi hipertensi timbul karena pembuluh darah dalam ginjal mengalami aterosklerosis karena tekanan darah terlalu tinggi sehingga darah keginjal akan menurun dan ginjal tidak dapat melaksanakan fungsinya. Apabila tidak berfungsi, bahan sisa makanan akan menumpuk dalam darah dan ginjal akan mengecil dan berhenti berfungsi (Marliani L, 2007 : 28 29). 2.1.6 Gejala-gejala yang menandakan mengalami komplikasi Kerusakan pada otak yang menyebabkan stroke ditandai dengan gejala berikut : sakit kepala hebat, muntah hebat berulang, kejang, gangguan kesadaran sampai lama, pada mata gejala yang timbul adalah gangguan penglihatan mulai dari penglihatan buram akhirnya kebutaan. Pada organ jantung dari pembuluh darah kerusakan yang ditimbulkan akan menyebabkan gejala tersebut : sesak nafas, sakit

11

dada yang menjalar ke lengan kiri, bunyi jantung yang tidak teratur, pembengkakan pada kaki, sakit perut berkepanjangan. Kerusakan pada organ ginjal ditandai dengan : sakit yang hebat daerah pinggang, berkurangnya atau tidak lancarnya air seni (Marliani L, 2007). 2.1.7 Faktor resiko terjadinya hipertensi Kasus hipertensi yang kebanyakan adalah hipertensi primer, umumnya karena faktor genetik, jika seorang dari keluarga mempunyai hipertensi 25% kemungkinan anda akan mendapatkannya. Apabila kedua orang tua memiliki hipertensi 60% kemungkinan anda akan mengidapnya. Hipertensi yang lebih banyak dijumpai pada kembar identik dari pada kembar non identik, semakin menguatkan bahwa faktor genetik merupakan penyebab hipertensi. Faktor resiko lain yang dominan adalah stress (Marliani L, 2007). 2.1.7.1 Faktor Hipertensi Yang Dapat Diubah 1. Obesitas a. Berat badan merupakan faktor determinan pada tekanan darah pada kebanyakan kelompok etnik di semua umur. Menurut National Institutes for Health USA (NIH, 1998), prevalensi tekanan darah tinggi pada orang dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) >30 (obesitas) adalah 38% untuk pria dan 32% untuk wanita, dibandingkan dengan prevalensi 18% untuk pria dan 17% untuk wanita bagi

12

yang memiliki IMT <25 (status gizi normal menurut standar internasional). Menurut Hall (1994) perubahan fisiologis dapat menjelaskan hubungan antara kelebihan berat badan dengan tekanan darah, yaitu terjadinya resistensi insulin dan hiperinsulinemia, aktivasi saraf simpatis dan sistem renin-angiotensin, dan perubahan fisik pada ginjal. Peningkatan konsumsi energi juga meningkatkan insulin plasma, dimana natriuretik potensial menyebabkan

terjadinya reabsorpsi natrium dan peningkatan tekanan darah secara terus menerus. b. Obesitas merupakan ciri dari populasi penderita

hipertensi. Curah jantung dan sirkulasi volume darah penderita hipertensi yang obesitas lebih tinggi dari penderita hipertensi yang tidak obesitas. Pada obesitas tahanan perifer berkurang atau normal, sedangkan aktivitas saraf simpatis meninggi dengan aktivitas renin plasma yang rendah. 2. Alkohol Alkohol dapat merusak fungsi saraf pusat maupun tepi. Apabila saraf simpatis terganggu, maka pengaturan tekanan darah akan mengalami gangguan pula. Pada seorang yang sering minum minuman dengan kadar alkohol tinggi,

13

tekanan darah mudah berubah dan cenderung meningkat tinggi. Alkohol juga meningkatkan keasaman darah. Darah menjadi lebih kental. Kekentalan darah ini memaksa jantung memompa darah lebih kuat lagi, agar darah dapat sampai ke jaringan yang membutuhkan dengan cukup. Ini berarti terjadi peningkatan tekanan darah. 3. Merokok a. Merokok menyebabkan peninggian tekanan darah.

Perokok berat dapat dihubungkan dengan peningkatan insiden hipertensi maligna dan risiko terjadinya stenosis arteri renal yang mengalami ateriosklerosis. Dalam penelitian kohort prospektif oleh dr. Thomas S Bowman dari Brigmans and Womens Hospital, Massachussetts terhadap 28.236 subyek yang awalnya tidak ada riwayat hipertensi, 51% subyek tidak merokok, 36% merupakan perokok pemula, 5% subyek merokok 1-14 batang rokok perhari dan 8% subyek yang merokok lebih dari 15 batang perhari. Subyek terus diteliti dan dalam median waktu 9,8 tahun. Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu kejadian hipertensi terbanyak pada kelompok subyek dengan kebiasaan merokok lebih dari 15 batang perhari.

14

b. Rokok mengandung ribuan zat kimia yang berbahaya bagi tubuh, monoksida. Tar merupakan bahan yang dapat meningkatkan kekentalan darah, sehingga memaksa jantung untuk memompa darah lebih kuat lagi. Nikotin dapat memacu pengeluaran zat catecholamine tubuh seperti hormon adrenalin. Hormon adrenalin memacu kerja jantung untuk berdetak 10 sampai 20 X per menit, dan meningkatkan tekanan darah 10 sampai 20 skala. Hal ini berakibat volume darah meningkat dan jantung menjadi cepat lelah. Karbon monoksida (CO) dapat meningkatkan keasaman sel darah, sehingga darah menjadi lebih kental dan menempel di dinding pembuluh darah. Penyempitan pembuluh darah memaksa jantung memompa darah lebih kuat lagi, sehingga tekanan darah meningkat. Selain orang yang merokok (perokok aktif), orang yang tidak merokok tetapi menghisap asap rokok juga memiliki resiko hipertensi. Orang ini disebut perokok pasif. Resiko perokok pasif bahayanya 2X dari perokok aktif. seperti tar, nikotin dan gas karbon

15

4. Stress Salah satu tugas saraf simpatis adalah merangsang pengeluaran menyebabkan hormon jantung adrenalin. berdenyut Hormon lebih ini cepat dapat dan

menyebabkan penyempitan kapiler darah tepi.Hal ini berakibat terjadi peningkatan tekanan darah. Saraf simpatis di pusat saraf pada orang yang stres atau mengalami tekanan mental bekerja keras. Bisa

dimaklumi, mengapa orang yang stres atau mengalami tekanan mental jantungnya berdebar-debar dan mengalami peningkatan tekanan darah. Hipertensi akan mudah muncul pada orang yang sering stres dan mengalami ketegangan pikiran yang berlarut-larut. (http://www.scribd.com/doc/ 33775298/HASIL-PENELITIAN-Hipertensi). 2.1.7.2 Faktor Hipertensi Yang Tidak Dapat Diubah 1. Genetik a. Peran faktor genetik terhadap timbulnya hipertensi terbukti dengan ditemukannya kejadian bahwa hipertensi lebih banyak pada pada kembar monozigot (satu sel telur) daripada heterozigot (berbeda sel telur). Seorang

penderita yang mempunyai sifat genetik hipertensi primer (esensial) intervensi apabila terapi, dibiarkan bersama secara alamiah lingkungannya tanpa akan

menyebabkan hipertensinya berkembang dan dalam

16

waktu sekitar 30-50 tahun akan timbul tanda dan gejala hipertensi dengan kemungkinan komplikasinya. b. Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga itu mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan dengan peningkatan kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium Individu dengan orang tua dengan hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi dari pada orang yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi. 14 Selain itu didapatkan 70-80% kasus hipertensi esensial dengan riwayat hipertensi dalam keluarga. 2. Jenis Kelamin Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita. Namun wanita terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum menopause. Wanita yang belum mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar High Density

Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses aterosklerosis. Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai penjelasan adanya imunitas wanita pada usia premenopause. Pada premenopause wanita mulai kehilangan

17

sedikit demi sedikit hormon estrogen yang selama ini melindungi pembuluh darah dari kerusakan. 3. Ras EtnisHipertensi lebih banyak terjadi pada orang berkulit hitam dari pada yang berkulit putih. Sampai saat ini, belum diketahui secara pasti penyebabnya. Namun pada orang kulit hitam ditemukan kadar renin yang lebih rendah dan sensitifitas terhadap vasopressin lebih besar. (http://www.forsal3.com/forum/viewtopic.php?f=52&t= 5003) 2.1.8 Cara mengatasi hipertensi Hipertensi bisa di atasi dengan modifikasi gaya hidup, pengobatan dengan anti hipertensi diberikan jika modifikasi gaya hidup tidak berhasil. Dengan demikian hipertensi mungkin dapat dikendalikan dengan terapi tanpa obat (non farmakoterapi) atau terapi dengan obat (farmakoterapi). Semua pasien tanpa

memperhatikan apakah terapi dengan obat dibutuhkan, sebaiknya dipertimbangkan juga untuk terapi tanpa obat dengan cara antara lain: mengendalikan berat badan, menjaga kondisi tubuh agar tetap releks, meninggalkan kebiasaan merokok dan minum alkohol. Tujuaan pengobatan tersebut adalah untuk mengurangi morbiditas kardiovaskuler akibat tekanan darah tinggi seminimal mungkin agar tidak mengganggu kualitas hidup pasien. Artinya, tekanan darah harus diturunkan serendah mungkin yang tidak mengganggu fungsi

18

ginjal,otak, jantung, maupun kualitas hidup sambil dilakukan pengendalian faktor resiko kardiovaskuler ( M. Adib, 2009) 2.1.9 Manifestasi klinis Peningkatan tekanan darah kadang-kadang

merupakan satu-satunya gejala, bila demikian gejala baru muncul setelah terjadi komplikasi pada ginjal, mata, otak, atau jantung. Gejala lain yang sering ditemukan adalah sakit kepala, telinga berdengung, rasa berat ditengkuk, sukar tidur, mata berkunangkunang dan pusing (Arif Mansjoer, 2000). 2.1.10 Gejala klinis Peninggian tekanan darah tidak jarang merupakan satusatunya tanda pada hipertensi, bergantung pada tingginya tekanan darah, gejala yang timbul dapat berbeda-beda dan kadang-kadang tanda baru timbul gejala setelah terjadi komplikasi pada organ target seperti pada ginjal, mata, otak dan jantung. Gejala lain yang disebabkan oleh komplikasi hipertensi seperti gangguan neorologi, gagal jantung, dan gangguan fungsi ginjal tidak jarang dijumpai gagal jantung. Dan gangguan penglihatan banyak dijumpai pada hipertensi berat atau hipertensi maligna yang umumnya juga disertai oleh fungsi ginjal bahkan sampai gagal ginjal. Gangguan serebral yang disebabkan oleh hipertensi dapat berupa kejang atau gejala akibat perdarahan pembuluh darah otak yang berupa kelumpuhan, gangguan kesadaran bahkan sampai koma.

19

Timbulnya gejala tersebut merupakan pertanda bahwa tekanan darah perlu segera diturunkan (Tjokronegoro : 2001) 2.1.11 Tata laksana penanganan hipertensi 1. Umum Setelah diagnosa hipertensi ditegakkan dan

diklasifikasikan menurut golongan atau derajatnya, maka dapat dilakukan 2 strategi penatalaksanaan dasar : 1) Non farmakologik Non farmakologik yaitu tindakan-tindakan upaya untuk mengurangi faktor resiko yang telah diketahui akan menyebabkan atau menimbulkan komplikasi seperti misalnya menghilangkan obesitas, menghentikan kebiasaan merokok, alkohol, mengurangi asupan garam (natrium), kalsium dan magnesium, sayuran, serta olah raga dinamik seperti lari, berenang, dan bersepeda. Salah satu anjuran yang umumnya sulit dilakukan anjuran hidup tanpa stres (relaks) terutama dalam kondisi kehidupan pada penderita hipertensi ringan dan dicoba selam enam bulan dengan tetap diamati bila pada akhir periode pengamatan tekanan darah ternyata tetap atau malah lebih tinggi maka dapat ditambahkan, namun bila tekanan darah menurun terapi ini dapat diteruskan.

2) Farmakologik

20

Farmakologik yaitu pemberian obat atau obat-obat anti hipertensi yang telah terbukti kegunaannya dan keamanannya bagi penderita. Banyak golongan obat yang tersedia dan mampu memanipulasi tekanan darah , baik yang bekerja secara sistemik maupun perifer dan baik dalam

bentuk cairan suntik untuk keadaan darurat seperti hipertensi klinis maupun dalam bentuk tablet oral dimana akhir-akhir ini terdapat kecenderungan kearah penggunaan dosis tunggal atau dosis 2 x perhari demi meningkatkan compiensi terapi. Pemilihan obat yang akan dipakai pada seorang penderita dewasa ini tidak lagi berdasarkan metode step core yang kaku, tetapi justru disesuaikan dengan keadaan penderita sakit (farloret) untuk mengurangi efek samping dan komplikasi obat atau penyakit yang mungkin sudah ada atau yang akan timbul pada penderita misalnya hipertensi dengan diabetes, asma bronchial, insufiensi ginjal, penyakit jantung koroner. 2. Khusus Upaya terapi khusus terutama dilakukan untuk penderita hipertensi sekunder yang jumlahnya kurang lebih 10% dari penderita hipertensi total. Pada penderita hipertensi sekunder, secara teoritis kelainan dapat dikoreksi dengan obat yang edial berdasarkan pada sifat farmakologik dan farmakolodinamik serta pengalaman masa lalu sehingga hipertensinya dapat sembuh.

21

Namun umumnya pada penderita ini diperlukan pemeriksaan khusus dengan sarana yang canggih dan rujukan ke sentra kedokteran tertentu. Pada keadaan ini, tanda-tanda etiologi yang menyertai hipertensi seperti gejala gagal ginjal, peokromositoma Stenosis arteri renalis, tumor otak perlu dikenali sehingga penderia dapat dirujuk lebih dini dan terapi yang tepat dapat dilakukan dengan cepat (Lilian Yuwono, 1996). 2.1.12 Faktor yang menyebabkan kekambuhan pada penderita hipertensi 1. Pola makan. Syarat-syarat pengaturan makan untuk penderita hipertensi adalah : pertama membatasi asupan natrium, baik yang berasal dari garam dapur maupun dari bahan makanan yang mengandung natrium yang tinggi, kedua mengurangi konsumsi bahan makanan yang mengandung kolesterol, dan ketiga

memperbanyak konsumsi bahan makanan yang mengandung serat makanan. Pengaturan makanan ini secara popular disebut diet rendah garam, rendah kolesterol, tinggi serat. 1) Tinggi garam Bukan membatasi asupan garam tetapi untuk

membantu menghilangkan retensi (penahanan) garam dan air dalam jaringan tubuh, sehingga dapat menurunkan tekanan darah dan mencegah terjadinya komplikasi. Menu rendah garam harus mengandung zat-zat gizi yang cukup, baik

22

jumlah kalori, protein, mineral maupun vitamin, sedangkan lemak dibatasi. Garam mempunyai sifat menahan air, mengkonsumsi garam berlebihan, makanan-makanan yang diasinkan dengan sendirinya akan menaikkan tekanan darah. Hindari pemakaian garam yang berlebihan/makanan yang diasinkan, sebaiknya jumlah jumlah garam yang dikonsumsi dibatasi. Dalam melakukan diet rendah garam harus diperhatikan pula makanan yang mengandung natrium tinggi yaitu makanan olahan yang menggunakan soda kue (sodim bikorbonat), bumbu penyedap makanan (mono sodium glukomat, MSG). pengawet makanan (natrium benzoate), mentega. Contoh makanan olahan yang mengandung natrium yang tinggi yang harus dibatasi adalah : Roti, Biskuit,cake, kue, asinan, vetsin, ikan asin, telur asin, dan untuk mempertinggi cita rasa masakan dapat menggunakan bumbubumbu lain yang tidak mengandung natrium misalnya : Gula, cuka, cabe, bawang merah, bawang putih, jahe, kunyit, laos. 2) Tinggi kolesterol Kolesterol adalah derajat lemak yang dibentuk dalam tubuh hanya 30% yang diperoleh dari makanan, kolesterol merupakan bahan pembentuk beberapa jenis hormon antara lain hormone steroid, hormone sek, bahan pembentuk garam empedu dan merupakan provitamin D. jadi kolesterol sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh, kadar kolesterol darah yang normal adalah < 200 mg/dl.

23

Namun apabila kadar kolesterol darah terlalu tinggi maka akan mengganggu kesehatan, kolesterol dapat melekat pada dinding lapisan dalam dari pembuluh darah sehingga dindingnya mengalirkan menebal darah dan akibatnya sehingga ruangan aliran yang darah

menyempit

terganggu, keadaan ini disebut aterosklerosis. Apabila aterosklerosis itu terjadi diarteri koronaria yang mensuplai darah ke otot jantung maka akan mengakibatkan penyakit jantung koroner. Demikian juga bila aterosklerosis terjadi dipembuluh darah otak maka akan mengakibatkan stroke, dan bila terjadi dipembuluh darah ginjal akan mengakibatkan gagal ginjal. Diet rendah kolesterol bertujuan menurunkan kadar kolesterol darah hingga mencapai < 200/mg/dl dan mencegah terjadinya komplikasi pada penyakit hipertensi. Bahan makanan yang mengandung kolesterol tinggi biasanya berasal dari hewan misalnya otak, lidah, jantung, jeroan termasuk usus, babat, limpa, hati, kepiting, udang, cumi, kerang dan kuning telur. Oleh karena itu bahan makanan ini harus dihindari, penggunaan telur dalam menu dibatasi 3 telur dalam seminggu. Dewasa ini ada produk telur rendah kolesterol sehingga para penderita hipertensi dapat mengkonsumsi telur lebih bebas, lemak jenuh cenderung menaikkan kadar kolesterol darah, oleh karena itu

pemakainnya harus dibatasi, lemak jenuh yang berasal dari hewan adalah : lemak (gajih) hewan ternak, daging hewan

24

ternak: sapi, kerbau, kambing, susu, keju, mentega, penggunaan susu penuh (full cream) dapat diganti dengan susu rendah lemak ( susu slaim). Lemak jenuh yang berasal dari tanaman adalah kelapa dan hasil olahannya yaitu santan dan minyak kelapa, lemak tidak jenuh mengandung asam lemak tidak jenuh tunggal atau ganda disebut juga asam lemak esensial yang cenderung menurunkan kadar kolesterol darah. Bahan makanan yang banyak mengandung lemak tidak jenuh adalah : minyak kedelai, minyak kacang tanah, minyak jagung, minyak biji bunga matahari, minyak wijen dan minyak zaitun. Ikan dan minyak ikan juga dianjurkan karena mengandung banyak mengandung asam lemak tidak jenuh. 2.1.13 Faktor selain pola makan antara lain: 1. Stres Stres adalah realitas kehidupan setiap hari yang tidak bisa dihindari, stres atau ketegangan emosional dapat mempengaruhi sistem kardiovaskuler, khususnya hipertensi, dan stres dipercaya sebagai faktor psikologis yang dapat meningkatkan tekanan darah. Klien hipertensi dianjurkan sedapat mungkin menghindari sikap tegang dan berlatih agar dapat bersikap sabar, iklas dan mensyukuri segala hal yang yang mampu dicapai, dan hal ini dapat dilakukan dengan teknik releksasi seperti berekreasi, menghindari pekerjaan yang terlalu berat. Di dalam dinding jantung dan beberapa pembuluh darah terdapat suatu reseptor yang selalu memantau perubahan tekanan darah dalam arteri

25

maupun vena. Jika mendeteksi perubahan reseptor ini akan mengirim sinyal keotak agar tekanan darah kembali normal, otak menanggapi sinyal tersebut dengan dilepaskannya hormon dan enzim yang mempengaruhi kerja jantung, pembuluh darah dan ginjal (Marliani L, 2007). Tahapan stres : gejala-gejala stres pada diri seseorang seringkali tidak disadari karena perjalanan awal tahapan stres timbul secara lambat. Dan baru dirasakan bilamana tahapan gejala sudah lanjut dan mengganggu fungsi kehidupannya seharihari, baik di rumah, di tempat kerja ataupun dipergaulan lingkungan sosialnya (Dadang Hawari, 2001 ). 2. Merokok Pada sistem kardiovaskuler, rokok menyebabkan

peningkatan tekanan darah (Hipertensi) dan mempercepat denyut jantung. Merokok juga mengakibatkan dinding pembuluh darah menebal secara bertahap yang dapat menyulitkan jantung untuk memompa darah. Kandungan nikotinnya bisa meningkatkan hormon epinefrin yang bisa menyempitkan pembuluh darah arteri, karbon monoksida dapat menyebabkan jantung bekerja lebih keras untuk menggantikan pasokan oksigen ke jaringan tubuh. Kerja jantung yang lebih berat tentu dapat

meningkatkan tekanan darah, berbagai penelitian membuktikan

26

rokok beresiko terhadap jantung dan pembuluh darah (Marliani. L, 2007 ). 1) Jenis- Jenis Rokok. Rokok dibedakan menjadi beberapa jenis.

Pembedaan ini didasarkan atas bahan pembungkus rokok, bahan baku atau isi rokok, proses pembuatan rokok, dan penggunaan filter pada rokok. (1) Rokok berdasarkan bahan pembungkus ; Klobot : rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun jagung. Kawung : rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun aren. Sigaret : rokok yang bahan pembungkusnya berupa kertas Cerutu : rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun tembakau. (2) Rokok berdasarkan bahan baku atau isi : Rokok Putih : rokok yang bahan baku atau isinya hanya daun tembakau yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu. Rokok Kretek : rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun tembakau dan cengkeh yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.

27

Rokok Klembak : rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun tembakau, cengkeh dan menyan yang diberi saus untuk mendapatkan efek dan aroma tertentu.

(3)

Rokok berdasarkan proses pembuatannya : Sigaret Kretek Tangan (SKT) : yang proses

pembuatannya dengan cara digiling atau dilinting dengan menggunakan tangan dan atau alat bantu sederhana. Sigaret Kretek Mesin (SKM) : :rokok yang proses pembuatannya mengunakan mesin. (4) Rokok berdasarkan pengunaan filter: Rokok Filter (RF) : rokok yang pada bagian pengkalnya terdapat gabus. Rokok Non Filter (RNF) : rokok yang pada bagian pangkalnya tidak terdapat gabus. 2) Tipe Perokok Mereka yang dikatakan perokok sangat berat adalah bila mengkunsumsi rokok lebih dari 31 batang perhari dan selang merokoknya lima menit setelah bangun pagi. Perokok berat merokok sekitar 21-30 batang sehari dengan selang waktu sejak bangun pagi berkisar antara 6-30 menit. Perokok sedang menghabiskan rokok 11-21 batang dengan selang waktu 31-60 menit. Setelah bangun pagi. Perokok ringan

28

menghabiskan rokok sekitar 10 batang dengan selang waktu 60 menit dari bangun pagi. Ada 4 tipe perilaku merokok adalah : (1) Tipe perokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif . Dengan merokok seseorang merasakan penambahan rasa yang positif, menambahkan ada 3 sub tipe ini : a. Perilaku merokok hanya untuk menambah atau meningkatkan kenikmatan yang sudah didapat,

misalnya merokok setelah minum kopi atau makan. b. Perilaku merokok hanya dilakukan sekedarnya untuk menyenangkan perasaan. c. Kenikmatan yang diperoleh dengan memegang rokok. Sangat spesifik pada perokok pipa. Perokok pipa akan menghabiskan waktu untuk mengisi pipa dengan tembakau sedangkan untuk menhisapnya hanya dibutuhkan waktu beberapa menit saja. Atau perokok lebih senang berlama-lama untuk

memainkan rokoknya dengan jari-jarinya lama sebelum ia nyalakan api. (2) Perilaku merokok yang dipengaruhi oleh perasaan negatif. Banyak orang menggunakan rokok untuk mengurangi perasaan negatif, misalnya bila ia marah, cemas, gelisah, rikok dianggap sebagai penyelamat.

29

Mereka menggunakan rokok bila perasaan tidak enak terjadi, sehingga terhindar dari perasaan yang lebih tidak enak. (3) Perilaku merekok yang pecandu, mereka yang sudah pecandu akan menambah dosis rokok yang digunakan setiap saat setelah efek dari rokok yang dihisapnya berkurang. Mereka umumnya akan pergi keluar rumah membeli rokok, walaupun tengah malam sekalipun, karena ia khawatir kalau rokok tidak tersedia setiap saat ia menginginkannya. (4) Perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan. Mereka menggunakan rokok sama sekali bukan karena untuk mengendalikan perasaan mereka, tetapi karena benar-benar sudah menjadi kebiasaannya rutin. Dapat dikatakan pada orang-orang tipe ini merokok sudah merupakan suatu perilaku yang bersifat otomatis, seringkali tanpa dipikirkan dan tanpa disadari. Ia menghidupkan api rokoknya bila rokok yang terdahulu telah benar-benar habis (http://www.lenterabiru.com/2009)

30

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1

Desain Penelitian Jenis desain yang digunakan adalah desain penelitian non eksperimental dengan menggunakan study korelasi. Studi korelasi adalah mengungkapkan hubungan korelatif antar variable, dengan pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah cross sectional yaitu rancangan penelitian yang menekankan pada waktu pengukuran atau observasi data variabel independen dan variabel dependen hanya satu kali, pada satu saat (Nursalam, 2003 : 85).

3.2

Waktu dan Tempat Penelitian 3.2.1 Waktu penelitian Penyusunan Desember 2009. 3.2.2 Tempat penelitian Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Mojopanggung Banyuwangi. . proposal dimulai Oktober 2009 sampai

30

31

3.3

Kerangka kerja Populasi Seluruh klien yang menderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Mojopanggung 36 orang

Sampling : Purposive sampling

Sampel Sebagian klien yang mengalami kekambuhan hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Mojopanggung yang memenuhi kriteria inklusi 33 Responden

Informed consent

Pengisian lembar koesioner

Pemeriksaan tekanan darah : lembar observasi

Pengumpulan data

Coding, scoring, tabulating

Uji Rank Spearman

Kesimpulan

Gambar 3.1 Kerangka kerja : hubungan konsumsi makanan tinggi kolesterol dengan kekambuhan hipertensi di Puskesmas mojopanggung tahun 2009.

32

3.4

Populasi, Sampling dan Sampel 3.4.1 Populasi Populasi penelitian adalah setiap subjek (misalnya : manusia, pasien) yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2003). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh klien yang menderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Mojopanggung berjumlah 36 orang. 3.4.2 Tehnik sampling Sampling adalah suatu proses dalam menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat mewakili populasi. Teknik-teknik sampling adalah tenik yang dipergunakan untuk mengambil sampel dari populasi (Setiadi, 2007). Dalam penelitian ini tehnik sampling yang digunakan adalah menggunakan purposive sampling adalah suatu teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti (tujuan atau masalah dalam penelitian) (Nursalam, 2003). 3.4.3 Sampel Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan obyek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2005). Sampel dari penelitian ini adalah sebagian klien yang mengalami kekambuhan hipertensi di wilayah kerja puskesmas Mojopanggung yang memenuhi kriteria inklusi. Sampel berjumlah 33 responden.

33

1. Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian dari suatu populasi target yang terjangkau yang akan diteliti (Nursalam, 2003). Kriteria inklusi penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Yang bersedia menjadi responden dan kooperatif. b. Klien penderita hipertensi yang berobat ke Puskesmas Mojopanggung. c. Usia 40 75 tahun. 2. Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subyek yang memenuhi kriteria inklusi dari study karena berbagai sebab (Nursalam, 2003). Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Hipertensi yang terkomplikasi.

3.4.4

Besar sampel n=
N 1 + N (d) 2

Keterangan : n = Jumlah sampel

N = Jumlah populasi d = Tingkat signifikan (p) (Nursalam, 2003 : 96)

34

n=

N 1 + N (d) 2 36 1 + 36 (0,05) 2
36 1 +36 (0,0025)
36

= 1 +0,09 = 33

3.5

Identifikasi variabel Variabel adalah suatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh suatu penelitian tentang suatu konsep pengertian tertentu (Notoatmodjo, 2005). 1. Variabel bebas (variabel independen) Variabel bebas adalah variabel yang dimanipulasi oleh peneliti untuk menciptakan suatu dampak pada dependen variabel (Setiadi, 2007). Dalam penelitian ini variabel independennya adalah konsumsi makanan tinggi kolesterol. 2. Variabel terikat Variabel terikat adalah variabel repon atau output, sebagai variabel respon berarti variabel ini akan muncul sebagai akibat dari manipulasi suatu variabel independen (Setiadi, 2007). Variabel terikat pda penelitian ini adalah kekambuhan hipertensi.

35

3.6

Definisi Operasional Definisi operasional merupakan definisi yang berdasarkan

karakteristik yang diamati dari sesuatu yang diidentifikasikan tersebut (Nursalam, 2003).
Variabel Variabel Definisi Operasional Indikator Alat Ukur Skala Skor

Kuesioner Ordinal Baik : 21-30 konsumsi dimakan oleh manusia Kepiting, udang, cumi, Sedang : makanan tinggi yang mengandung usus, babat santan, 11-20 Kurang : kolesterol. kolesterol minyak kelapa, kerang, 0-10 kambing, keju Variabel Suatu keadaan dimana - Kenaikan ringan 5 Tensimeter Ordinal Ringan 3 dependen: kekambuhan hipertensi pasien dalam pemeriksama atau lebih dari peme-riksaan semula mmHg mmHg - Kenaikan berat > 10 mmHg dan lembar Sedang 2 Berat 1 saan didapatkan hasil - Kenaikan sedang 10 observasi

Semua makanan yang Misalnya :

36

3.7

Pengumpulan Data dan Analisis Data 3.7.1 Instrumen penelitian Dalam penelitian menggunakan lembar kuesioner. Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang sudah tersusun dengan baik, sudah matang, dimana responden tinggal memberikan jawaban atau dengan memberikan tanda-tanda tertentu (Notoatmodjo, 2005 : 116). Bentuk dan jenis pertanyaan dalam penelitian ini adalah pertanyaan tertutup dengan jumlah pertanyaan di lembar kuesioner sebanyak 10 pertanyaan dan dengan jawaban ya, kadang-kadang dan tidak.

3.7.2

Pengumpulan penelitian Pengumpulan data adalah pendekatan pada subjek dan proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian (Nursalam, 2003 : 115). Proses pengumpulan data dalam penelitian ini terlebih dahulu peneliti melakukan permintaan surat ijin penelitian STIKES Banyuwangi yang selanjutnya dikirim ke Kecamatan dan Puskesmas Mojopanggung, setelah Puskesmas Mojopanggung memberikan balasan surat ijin penelitian, penelitian baru di mulai. Dalam pengumpulan data penelitian menggunakan lembar observasi dan kuesioner. Saat proses pengisian kuesioner oleh responden, pengisian didampingi oleh peneliti.

37

3.7.3

Analisis data Langkah-langkah yang ditentukan dalam analisis data: 3.7.2.1 Coding Peneliti menggunakan kode pada setiap jawaban yang dianggap perlu Kode yang dipakai pada penelitian ini : Ya Kadang-kadang Tidak 3.7.2.2 Scoring Skor nilai kuesioner dengan jumlah pertanyaan 10 pertanyaan : Baik Sedang Kurang 3.7.2.3 Tabulating Adalah upaya untuk mengelompokkan variabel dalam kelompok yang sejenis. : 21 - 30 : 11 - 20 : 0 - 10 : 3 : 2 : 1

3.7.4

Analisis Statistik Data yang sudah dikelompokkan dianalisa untuk mengetahui hubungan antara dua variabel yang diteliti dengan menggunakan uji statistik koefisien korelasi rank spearman dengan rumus (Sugiono, 2003 : 229)

38

6 bi 2 n(n 2 - 1)

Keterangan = koefisien korelasi spearman rank

bi = perbedaan antara pasangan rank n = jumlah pasangan rank

Sebelum dilakukan pengujian perlu dibuat tabel kontingensi sebagai berikut: Tabel Work sheet uji korelasi rank spearman No Resp 1 2 3 4 5 3.8 Etika Penelitian 3.8.1 Informed Consent Informed Consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan, dengan tujuan agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia, maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan. Jika responden tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati hak responden (Alimul, 2008 : 83). Sub Variabel Indevendent Variable Dependent Rank I II bi bi

39

3.8.2

Anonimity (Tanpa Nama) Dalam pengisian kuesioner subjek tidak perlu mencamtumkam namanya, namun cukup menuliskan nomor kode saja untuk menjamin kerahasiaan identitasnya.

3.8.3

Confidentiality (Kerahasiaan) Semua informasi yang dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.

40

KUESIONER Kode Responden Umur Jenis Kelamin Pekerjaan : : : :

Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan memberi tanda (x) pada jawaban yang sesuai! 1. Apakah anda mengurangi konsumsi makanan yang bersantan ? a. ya a. ya a. ya a. ya a. ya a. ya a. ya a. ya a. ya a. ya b. Kadang-kadang b. Kadang-kadang b. Kadang-kadang b. Kadang-kadang b. Kadang-kadang b. Kadang-kadang b. Kadang-kadang b. Kadang-kadang b. Kadang-kadang b. Kadang-kadang c. tidak c. tidak c. tidak c. tidak c. tidak c. tidak c. tidak c. tidak c. tidak c. tidak 2. Apakah anda mengurangi konsumsi makanan seperti kepiting ? 3. Apakah anda mengurangi konsumsi makanan seperti udang ? 4. Apakah anda mengurangi konsumsi makanan seperti cumi ? 5. Apakah anda mengurangi konsumsi makanan seperti usus ? 6. Apakah anda mengurangi konsumsi makanan seperti babat ? 7. Apakah anda mengurangi konsumsi makanan seperti kerang ? 8. Apakah anda mengurangi konsumsi makanan seperti kambing? 9. Apakah anda mengurangi konsumsi makanan seperti keju ? 10. Apakah anda mengurangi konsumsi minyak kelapa ?

41

42

TABULATING
No Kode Resp. Pola Makan Stres Usia Jenis Kuran (th) Kelamin Baik Sedang Kurang Baik Sedang g Merokok Baik Sedang Kurang

43

LEMBAR OBSERVASI
Jenis Kelamin Tekanan darah Kenaikan Sedang

Kode responden Umur

Ringan

Berat

You might also like