You are on page 1of 22

MAKALAH SEMINAR MSDM

PENGARUH KEDISIPLINAN TERHADAP PRODUKTIVITAS DI PERUSAHAAN

Disusun dan diajukan untuk Melengkapi Tugas Mata Kuliah Seminar MSDM Dosen: Djuwitawati Ratnaningtyas, S.E., Ak., M.Aks.

Oleh: ATIK MURYANTI

KATA PENGANTAR

Penulis memanjatkan puji syukur kehadlirat Allah SWT., yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah dengan judul: Pengaruh Kedisiplinan terhadap Produktivitas di Perusahaan ini dengan baik. Penulisan makalah ini ditujukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam mengikuti mata kuliah Seminar MSDM. Terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan kepada berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan makalah ini, baik bantuan yang berupa bimbingan, semangat, dan penyampaian berbagai informasi sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu segala kritik dan saran yang membangun selalu penulis harapkan. Selanjutnya, penulis berharap makalah ini mampu memberikan manfaat kepada semua pihak. Terima kasih. ., April 2011

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................... KATA PENGANTAR................................................................................. DAFTAR ISI................................................................................................ BAB I PENDAHULUAN........................................................................ A. Latar Belakang Permasalahan................................................. B. Permasalahan.......................................................................... C. Tujuan Pembahasan................................................................ BAB II PEMBAHASAN........................................................................... A. Kedisiplinan............................................................................ 1. Pengertian Kedisiplinan.................................................... 2. Pentingnya Kedisiplinan................................................... 3. Tujuan Kedisiplinan.......................................................... B. Produktivitas Kerja................................................................. 1. Pengertian Produktivitas Kerja......................................... 2. Pentingnya Produktivitas Kerja........................................ C. Hubungan Antara Kedisiplinan dengan Produktivitas Kerja........................................................................................ D. Pengaruh Kedisiplinan Terhadap Produktivitas Kerja............ BAB III PENUTUP..................................................................................... DAFTAR PUSTAKA..................................................................................

i ii iii 1 1 3 4 5 5 5 7 9 9 9 13

15 15 17 19

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Permasalahan Faktor utama penggerak kegiatan ekonomi adalah manusia, karena manusia merupakan sumber daya yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan suatu perusahaan. Oleh sebab itu, manusialah yang menjadi perencana semua ide dan peraturan-peraturan yang ada dalam perusahaan serta merupakan tenaga kerja yang menjadi investasi bagi perusahaan dalam meningkatkan produktivitas. Dalam hal ini, kedisiplinan sangat mempengaruhi profesionalisme tenaga kerja, terutama untuk diharapkan dapat mendorong perusahaan untuk lebih meningkatkan produktivitas kerja karyawan sesuai dengan sasaran yang direncanakan. Tujuan perusahaan tidak akan tercapai tanpa peran aktif tenaga kerja yang terampil dan disiplin, meskipun alat-alat yang dimiliki perusahaan begitu canggihnya. Mengatur karyawan sangat sulit dan kompleks karena mereka mempunyai pikiran, perasaan, status, keraguan dan latar belakang yang heterogen. Sehingga tenaga kerja tidak dapat diatur dan dikuasai sepenuhnya seperti mengatur mesin, modal, dan gedung. Maka dari itu, kedisiplinan kerja masih sulit untuk diwujudkan karena masih banyak permasalahan-permasalahan yang ada dalam perusahaan. Untuk mengatasi hal tersebut perlu adanya komunikasi antara atasan dengan bawahan yang harmonis. Karena setiap pola tingkah laku dan sikap atasan

merupakan panutan bagi setiap karyawan. Kewajiban untuk meningkatkan kedisiplinan kerja bukan hanya menjadi tugas karyawan saja, melainkan kewajiban para pemimpin perusahaan yang juga harus menyadari bahwa mereka memiliki tanggung jawab yang besar untuk membina karyawan, sehingga dengan adanya kedisiplinan pada karyawan di harapkan dapat meningkatkan produktivitas kerja karyawan dan menghasilkan tenaga kerja yang lebih berprestasi dan efisien. Kedisiplinan yang baik mencerminkan besarnya tanggung jawab seseorang terhadap tugas yang diberikan kepadanya. Hal itu dapat mendorong adanya gairah kerja, semangat kerja, dan terwujudnya tujuan perusahaan.oleh karena itu,seorang manajer harus bertindak tegas agar para bawahannya mempunyai disiplin yang baik. Seorang manajer dikatakan efektif dalam kepemimpinannya jika para bawahannya berdisiplin dengan baik, (Hasibuan, 2001: 103). Dengan meningkatkan kedisiplinan, maka karyawan dapat

mengerjakan tugasnya dengan cepat dan baik, absensi dapat diperkecil seminimal mungkin, dan ini berarti meningkatkan produktivitas kerja. Dengan tingkat produktivitas yang tinggi, maka akan membuka kesempatan untuk memperbaiki keadaan kerja termasuk jam kerja yang sesuai dengan peraturan dan bertambah kuatnya landasan ekonomi bagi kesejahteraan manusia. Pada dasarnya kerja yang bermalas-malasan atau tradisi jam karet bukanlah akan membangun perekonomian akan tetapi akan menghambat kemajuan yang semestinya akan tercapai. Sebaliknya, kerja yang efektif dan efisien menurut

standar jam kerja yang telah ditetapkan serta beban kerja yang seasuai dengan kemampuan serta mendorong kelancaran berproduksi secara menyeluruh. Banyak kejadian di sekitar kita mengenai pemanfaatan waktu kerja yang merupakan upaya paling besar dari produktivitas kerja banyak diabaikan, bahkan secara sengaja dilanggar. Sikap mental yang seperti ini tidak akan menimbulkan suasana kerja yang produktif sehingga dapat disimpulkan bahwa untuk meningkatkan kesejahteraan karyawan perlu adanya kedisiplinan. Melalui disiplin yang tinggi, maka produktivitas kerja karyawan dapat ditingkatkan, produktivitas. Munculnya permasalahan-permasalahan yang dapat menghambat produktivitas kerja karyawan tidak jarang terjadi karena kelalaian karyawan sendiri dalam menggunakan jam kerjanya untuk ngobrol, duduk-duduk, atau izin keluar kantor untuk urusan yang tidak ada kaitannya dengan tugas pekerjaannya. Hal ini pula yang menyebabkan penerapan disiplin kerja yang kurang bertanggung jawab. B. Permasalahan Berkaitan dengan hal tersebut, dalam makalah ini akan dilakukan suatu pembahasan masalah berikut ini: Bagaimanakah pengaruh kedisiplinan terhadap produktivitas di perusahaan? karena pada prinsipnya disiplin akan mempengaruhi

C. Tujuan Pembahasan Pembahasan dalam makalah ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kedisiplinan terhadap produktivitas di perusahaan.

BAB II PEMBAHASAN

A. Kedisiplinan 1. Pengertian Kedisiplinan Banyak tokoh memberi pengertian, bahwa kedisiplinan adalah bilamana karyawan selalu datang dan pulang tepat pada waktunya. Sebenarnya gambaran tersebut adalah kurang tepat, sebab apa yang digambarkan itu hanya merupakan salah satu kedisiplinan yang dituntut oleh perusahaan. Sebelum membahas tentang kedisiplinan, terlebih dahulu perlu diketahui tentang pengertian kedisiplinan itu sendiri, lazimnya kata disiplin mengandung suatu gagasan hukuman, meskipun arti

sesungguhnya tidak demikian. Keiht Davis (dalam Mangkunegara, 2005: 129), mengemukakan bahwa discipline is management action to organization standarts. Berdasarkan pendapat Keiht, disiplin kerja dapat diartikan sebagai pelaksanaan organisasi. Menurut Bacal (2001: 164) mengemukakan bahwa disiplin adalah sebuah proses yang digunakan untuk menghadapi permasalahan kerja. Handoko (2000: 208) mengatakan disiplin adalah kegiatan manajemen untuk menjalankan standar-standar organisasi. Sedangkan menurut manajemen untuk memperteguh pedoman-pedoman

Sinungan (2002: 146) mengemukakan bahwa disiplin adalah sikap mental yang tercermin dalam perbuatan atau tingkah laku perorangan, kelompok atau masyarakat, yang berupa perkataan (obedience) terhadap peraturan yang ditetapkan atau etika,norma, dan kaidah yang berlaku dalam masyarakat untuk tujuan tertentu. Sedangkan kedisiplinan menurut Abdurrahmat Fathoni (2006: 126) adalah kesadaran dan kesediaan seseorang menaati semua peraturan dan sadar akan tugas dan tanggung jawabnya. Kedisiplinan adalah kesadaran dan kesediaan seseorang dalam mentaati peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku. Seseorang dikatakan disiplin apabila orang tersebut bersedia memenuhi semua peraturan, serta melaksanakan tugas-tugasnya, baik secara suka rela maupun terpaksa. Kedisiplinan diartikan jika karyawan selalu datang dan pulang tepat pada waktunya, mengerjakan semua pekerjaanya dengan baik, mematuhi semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku. Jelaslah disini bahwa disiplin menghendaki ditaatinya peraturanperaturan oleh para karyawan sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan, dan sasarannya bukan pada hukuman tetapi pada perubahan tingkah laku. Sedangkan untuk merubah tingkah laku dan

mengembangkan sikap disiplin tersebut diperlukan beberapa bentuk latihan. Dimana melalui latihan tersebut, karyawan diharapkan untuk berusaha menghargai waktu dengan menaati jam kerja yang telah

ditetapkan,menghargai tenaga kerja rekan sekerja, tenaga sendiri dan sebagainya. Dari beberapa pendapat tersebut disiplin mengacu pada suatu sikap seseorang yang taat atau patuh terhadap peraturan yang berlaku dalam organisasi atau masyarakat. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa disiplin adalah suatu sikap atau tingkah laku seseorang berupa ketaatan terhadap peraturan yang berlaku dalam suatu organisasi atau masyarakat. 2. Pentingnya Kedisiplinan Mengingat pentingnya peranan karyawan dalam suatu perusahaan maka perlu menanamkan kesadaran kedisiplinan pribadi pada karyawan, untuk mencegah penyimpangan atau pelanggaran dalam menjalankan aktivitas perusahaan, oleh karena itu tindakan-tindakan disiplin tidak hanya berpengaruh terhadap mental karyawan saja tetapi juga berpengaruh terhadap produktivitas kerja. Kedisiplinan adalah fungsi operatif keenam dari Manajemen Sumber Daya Manusia. Kedisiplinan merupakan fungsi operatif

Manajemen Sumber Daya. Manusia yang terpenting karena semakin baik disiplin karyawan, semakin tinggi prestasi kerja yang dapat dicapainya. Tanpa disiplin karyawan yang baik,sulit bagi organisasi perusahaan mencapai hasil yang optimal. Disiplin yang baik mencerminkan besarnya rasa tanggung jawab seseorang terhadap tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Hal ini mendorong gairah kerja, semangat kerja, dan terwujudnya tujuan

perusahaan, karyawan, dan masyarakat. Oleh karena itu,setiap manajer selalu berusaha agar para bawahannya mempunyai disiplin yang baik (Hasibuan, 2005: 193). Dalam menerapkan kedisiplinan, diperlukan peraturan dan hukuman, peraturan sangat diperlukan untuk memberikan bimbingan dan penyuluhan bagi tenaga kerja dalam menciptakan tata tertib yang baik di perusahaan. Dengan tata tertib yang baik, semangat kerja, moral kerja, efisiensi dan efektifitas kerja tenaga kerja akan meningkat. Hal ini akan mendukung tercapainya tujuan perusahaan, tenaga kerja dan masyarakat. Jelasnya perusahaan sulit mencapi tujuannya, jika tenaga kerja tidak memenuhi peraturan-peraturan perusahaan tersebut. Kedisiplinan suatu perusahaan dikatakan baik jika sebagian besar tenaga kerjanya menaati peraturan yang ada. Hukum diperlukan dalam meningkatkan kedisiplinan dan mendidik karyawan supaya menaati semua peraturan perusahaan. Pemberian hukuman harus adil dan tegas terhadap semua tenaga kerja. Dengan keadilan dan ketegasan, sasaran pemberian hukuman akan tercapai. Peraturan tanpa diikuti pemberian hukuman yang tegas bagi pelanggarnya bukan menjadi alat pendidik bagi tenaga kerja. Kedisiplinan harus ditegakkan dalam suatu organisasi. Tanpa dukungan disiplin tenaga kerja yang baik, sulit bagi organisasi untuk mewujudkan tujuannya. Jadi kedisiplinan adalah kunci keberhasilan suatu perusahaan dalam mencapai tujuannya.

3. Tujuan Kedisiplinan Tujuan kedisiplinan adalah untuk memperbaiki kegiatan diwaktu yang akan datang, bukan menghukum kegiatan dimasa lalu, sehingga kegiatan yang akan dilaksanakan dapat lebih berdaya guna (Handoko, 2000: 211). Bahwa tujuan kedisiplinan menghendaki adanya perbaikan kegiatan untuk masa yang akan datang, dan bukan sebagai hukuman, sehingga diharapkan para karyawan selalu mematuhi peraturan dan kebijakan yang berlaku dalam perusahaan, agar nantinya dapat meningkatkan produktivitas perusahaan. Gomes (2002: 242) menyatakan bahwa tujuan kedisiplinan adalah prosedur pengaduan,di satu pihak, dikembangkan untuk melindungi para pegawai terhadap alokasi yang tidak adil dari sanksi-sanksi dan imbalan-imbalan dari organisasi. Berdasarkan pendapat-pendapat yang telah dikemukakan di atas bahwa tujuan kedisiplinan menghendaki adanya perbaikan kegiatan untuk masa yang akan datang, dan bukan sebagai hukuman, sehingga diharapkan para karyawan selalu mematuhi peraturan dan kebijakan yang berlaku dalam perusahaan, agar nantinya dapat meningkatkan produktivitas perusahaan. B. Produktivitas Kerja 1. Pengertian Produktivitas Kerja Pada dasarnya, produktivitas kerja adalah konsep universal yang berlaku bagi semua sistem, karena setiap kegiatan memerlukan produktivitas dalam pelaksanaannya. Produktivitas Menurut dewan

Produktivitas Nasional mengartikannya sebagai sikap mental yang selalu berpandangan bahwa mutu kehidupan hari ini harus lebih baik dari hari kemarin (Umar Husein, 2003: 9). Produktivitas mengandung arti sebagai perbandingan antara hasil yang dicapai dengan keseluruhan sumber daya yang digunakan. Dengan kata lain produktivitas memiliki dua dimensi, yaitu: a. Efektivitas yang mengarah kepada pencapaian unjuk kerja yang maksimal yaitu pencapaian target yang berkaitan dengan kualitas, kuantitas dan waktu. Efektifitas merupakan ukuran yang memberikan gambaran seberapa jauh target dapat dicapai. b. Efisiensi yang berkaitan dengan upaya membandingkan input dan realisasi penggunaannya atau bagaimana pekerjaan itu digunakan. Efisiensi merupakan suatu ukuran dalam membandingkan input yang direncanakan dengan input yang sebenarnya. Dalam doktrin pada konferensi OSLO pada tahun 1984, yang dimaksud dengan produktivitas kerja adalah sesuatu konsep yang bersifat universal, yang bertujuan untuk menyediakan lebih banyak manusia, dengan menggunakan sumber-sumber riil yang semakin sedikit (Sinungan, 2000: 17). EPA (European Produktivity Agency), produktivitas adalah tingkat efektivitas pemanfaatan setiap elemen produktivitas. ILO (Internatonal Labour Organization) menyatakan bahwa produktivitas adalah

perbandingan antara elemen-elemen produksi dengan yang dihasilkan.

Elemen-elemen tersebut berupa tanah, tenaga kerja, modal dan organisasi (Zulian Yamit, 2003: 12). Gomes (2002: 159) menyatakan bahwa: Produktivitas adalah perbandingan terbaik antara rasio out put dan input. Inputs bisa mencakup biaya produksi (production costs) dan biaya peralatan (equipment costs). Sedangkan outputs bisa terdiri dari penjualan (sales), pendapatan (earnings), market share, dan kerusakan (defects). Sinungan (2000: 16) membagi pengertian produktivitas dalam tiga hal, yaitu: a. Produktivitas adalah rasio dari apa yang dihasilkan ( output) terhadap keseluruhan peralatan produksi yang dipergunakan (Input) b. Produktivitas pada dasarnya adalah sikap mental yang mempunyai pandangan bahwa mutu kehidupan hari ini lebih baik dari pada kemarin, dan hari esok lebih baik dari hari ini. c. Produktivitas merupakan interaksi terpadu secara resmi dari tiga factor esensial yaitu invertasi termasuk penggunaan pengetahuan dan teknologi serta riset, manajemen dan tenaga kerja. Menurut Gasperz (2000: 18) bahwa produktivitas dapat diartikan sebagai kemampuan seperangkat sumber-sumber ekonomi untuk

menghasilkan sesuatu yang diartikan juga sebagai pengorbanan (input) dengan penghasilan (output). Apabila ukuran keberhasilan produksi hanya dipandang satu sisi output, maka produktivitas dipandang dari dua sisi sekaligus yaitu sisi input dan sisi output. Dengan demikian dapat

dikatakan bahwa produktivitas berkaitan dengan efisiensi penggunaan input untuk memproduksi barang atau jasa sebagai konsep pemenuhan kebutuhan manusia atau sering juga disebut sebagi sikap mental yang selalu memiliki pandangan bahwa mutu kehidupan hari ini harus lebih baik dari pada hari kemarin dan hari esok harus lebih baik dari hari ini. Produktivitas merupakan suatu perbandingan dari hasil kegiatan yang seharusnya. Di dalam perusahaan, produktivitas ini dapat dipergunakan sebagai alat pengukur efektivitas dari penggunaan input atau penggunaan peralatan (sarana atau fasilitas) produksi dalam perusahaan yang bersangkutan. Menurut Sinungan (2005: 12), secara umum produktivitas diartikan sebagai hubungan antara hasil nyata maupun fisik (barang-barang atau jasa) dengan masuknya sebenarnya. Misalnya, produktivitas adalah ukuran efisiensi produktif suatu perbandingan antara hasil keluaran dan masuk atau output : input. Masukan sering dibatasi dengan masukan tenaga kerja, sedangkan keluaran sering diukur dalam kesatuan fisik,bentuk dan nilai. Menurut Klingner dan Nanbaldian yang dikutip oleh Gomes (2003: 116), menyatakan bahwa produktivitas merupakan fungsi perbaikan dari usaha karyawan, yang didukung dengan motivasi yang tinggi, dengan kemampuan karyawan yang diperoleh melalui latihan-latihan.

Produktivitas yang meningkat, berarti performasi yang baik, akan menjadi motivasi pekerja pada tahap berikutnya.

Dari beberapa pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa produktivitas mengandung pengertian: a. Sikap mental yang selalu mempunyai pandangan bahwa mutu kehidupan hari ini harus lebih baik dari hari kemarin dan hari esok lebih baik dari hari ini. b. Perbandingan antara hasil yang dicapai dengan keseluruhan

sumberdaya yang dipergunakan. c. Produksi dan produktivitas merupakan pengertian yang berbeda. Peningkatan produksi menunjukkan pertumbuhan jumlah hasil yang dicapai sedangkan peningkatan produktivitas mengandung pengertian pertambahan hasil dan perbaikan cara pencapaian produk tersebut. Peningkatan produktivitas dapat dilihat dengan membandingkan input dan output. 2. Pentingnya Produktivitas Kerja Menurut Sinungan (2002: 21), sumber daya manusia merupakan peranan utama dalam peningkatan produktivitas, karena alat produksi dan teknologi pada hakekatnya merupakan hasil kerja manusia. Produktivitas tenaga kerja mengandung pengertian-pengertian antara hasil yang dicapai dengan peran serta tenaga persatuan waktu. Produktivitas tenaga kerja merupakan pembaharuan pandangan hidup dan kultural dengan sikap mental memulai kerja serta perluasan upaya untuk meningkatkan mutu kehidupan yang dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah

pendidikan, keterampilan, kedisiplinan, motivasi, tingkat penghasilan, jaminan sosial, kesempatan berprestasi dan sebagainya. Peningkatan produktivitas dapat dilihat dalam tiga bentuk: a. Jumlah produktivitas meningkat dengan menggunakan sumberdaya yang sama. b. Jumlah produksi yang sama atau meningkat dicapai dengan menggunakan sumber daya yang kurang. c. Jumlah produksi yang jauh lebih besar diperoleh dengan pertambahan sumber daya yang relatif lebih kecil. Meningkatnya produktivitas bagi perusahaan mempunyai manfaat sebagai berikut: a. Memperkuat daya saing perusahaan karena dapat memproduksi dengan biaya lebih rendah dan mutu produksi lebih baik. b. Menunjang kelestarian dan perkembangan perusahaan karena dengan peningkatan produktivitas, perusahaan akan memperoleh keuntungan untuk investasi baru. c. Meningkatkan standart hidup dan martabat karyawan beserta keluarga. d. Menunjang terwujudnya hubungan kerja yang lebih baik. Sedangkan pada tingkat individu meningkatnya produktivitas berarti: a. Meningkatnya pendapatan dan jaminan sosial lainnya. Hal tersebut akan memperbesar kemampuan (daya) untuk membeli barang dan jasa ataupun keperluan hidup sehari-hari dengan demikian kesejahteraan

akan lebih baik. Dari segi lain, meningkatnya pendapatan tersebut dapat ditabung yang nantinya bermanfaat untuk investasi. b. Meningkatnya hakekat dan martabat serta penyaluran terhadap potensi individu. c. Meningkatnya keinginan berprestasi dan motivasi kerja. C. Hubungan Antara Kedisiplinan dengan Produktivitas Kerja Telah diuraikan secara terperinci di atas beberapa pengertian tentang kedisiplinan dan produktivitas kerja karyawan. Dapat diketahui bahwa bila suatu perusahaan tenaga kerjanya kurang disiplin dalam melaksanakan tugasnya, maka produktivitas perusahaan akan rendah. Demikian pula sebaliknya, apabila suatu perusahaan disiplin kerjanya cukup tinggi, maka produktivitasnya akan tinggi pula. Jadi produktivitas kerja dan kedisiplinan bukanlah unsur yang berdiri sendiri, akan tetapi keduanya saling berhubungan. Untuk menciptakan disiplin kerja yang baik, maka dibutuhkan adanya suatu aturan atau sanksi yang mana harus dipatuhi oleh semua karyawan. Disini perusahaaan harus tegas dalam memberikan sanksi-sanksi terhadap pada karyawan yang melanggar peraturan, yang mana hal itu akan sangat berpengaruh terhadap peningkatan produktivitas kerja karyawan. D. Pengaruh Kedisiplinan Terhadap Produktivitas Kerja Untuk menciptakan produktivitas yang baik diperlukan modal yang dominant berupa kedisiplinan yang baik pula. Individu yang memiliki kedisiplinan yang tinggi akan bertindak mandiri dengan membuat pilihan dan

mengambil keputusan sendiri, dimana individu akan mampu bertindak dengan segala penuh keyakinan dan memiliki produktivitas sehingga merasa bangga terhadap hasil kerjanya. Karyawan sebagai pegawai perusahaan harus mempersiapkan diri di dalam kehidupan perusahaan atau dimana saja yang semakin maju dan rumit seperti dewasa ini, karena produktivitas setiap karyawan dipandang sangat penting. Suatu perusahaan menekankan pentingnya produktivitas yang baik, persaingan dan berhasil dalam usahanya. Dan para karyawan pun menyadari benar bahwa hal inilah yang bisa menjadi salah satu penyebab kegagalan produktivitas yaitu diantaranya adalah karakteristik pekerjaan (tenaga buruh/manajer), karakteristik pekerja (lakilaki/perempuan, usia, pendidikan, tingkat pendapatan, lama bekerja), lingkungan, alternatif pekerjaan lain, faktor pendorong lainnya (misalnya, kepemimpinan, budaya kerja, manajemen).

BAB III PENUTUP

Sumber daya manusia merupakan salah satu modal dasar pembangunan yang terpenting, oleh karena itu tekanan pembangunan mestinya diberikan pada upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia, sehingga menjadi sumber daya manusia yang memiliki potensi diri yang unggul baik di bidang sosial maupun yang lainnya, diharapkan mampu membangun bangsa. Suatu lembaga perusahaan tidak terlepas dari unsur karyawan sebagai pekerja dalam kegiatan bekerja. Oleh sebab itu faktor kedisiplinan dan produktivitas kerja karyawan yang menjadi faktor utama dalam keberhasilan suatu perusahaan itu sendiri. Dengan meningkatkan kedisiplinan, maka karyawan dapat mengerjakan tugasnya dengan cepat dan baik, absensi dapat diperkecil seminimal mungkin, dan ini berarti meningkatkan produktivitas kerja. Dengan tingkat produktivitas yang tinggi, maka akan membuka kesempatan untuk memperbaiki keadaan kerja termasuk jam kerja yang sesuai dengan peraturan dan bertambah kuatnya landasan ekonomi bagi kesejahteraan manusia. Pada dasarnya kerja yang bermalas-malasan atau tradisi jam karet bukanlah akan membangun

perekonomian akan tetapi akan menghambat kemajuan yang semestinya akan tercapai. Sebaliknya kerja yang efektif dan efisien menurut standar jam kerja yang telah ditetapkan serta beban kerja yang seasuai dengan kemampuan serta mendorong kelancaran berproduksi secara menyeluruh.

Sebaliknya jika karyawan suatu perusahaan tidak mematuhi peraturanperaturan yang diterapkan oleh perusahaan maka penerapan kedisiplinan tidak akan terwujud sehingga produktivitas tidak dapat ditingkatkan.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahmat Fathoni. 2006. Sumber Daya Manusia. Bandung: Rineka Cipta. Bacal, Robert. 2001. Performance Management. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Gomes, Faustino Cardoso. 2002. Manajemen Sumber Daya. Yogyakarta: Andi Offset. Handoko, Hani. 2000. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Edisi Kedua. Yogyakarta: BPFE. Hasibuan, M. SP. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara. Hasibuan, S.P. Malayu. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara. Mangkunegara, Prabu, Anwar. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Sinungan, Muchdarsyah. 2000. Produktivitas Apa dan Bagaimana. Edisi 2. Jakarta: Bumi Aksara. Umar Husein. 2003. Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Zulian Yamit. 2003. Manajemen Produksi dan Operasi. Edisi 2. Cetakan 1. Yogyakarta: Penerbit Ekonisia.

You might also like