You are on page 1of 29

DAFTAR ISI

Daftar isi .............................................................................................................. Pendahuluan ........................................................................................................ Laporan kasus ..................................................................................................... Pembahasan ......................................................................................................... Tinjauan Pusataka .............................................................................................. Kesimpulan ..........................................................................................................

2 3 4 5 9 28

Daftar Pustaka ..................................................................................................... 29

PENDAHULUAN

Penyakit Menular Seksual (IMS) adalah penyakit yang biasanya ditularkan melalui aktivitas seksual baik melalui koitus pervagina, peroral atau peranal. Oleh karena itu, jalur utama tertularnya PMS adalah melalui kontak seksual. Gonore (GO) adalah penyakit Menular Seksual yang paling sering terjdi dan paling mudah terjadi . Penyakit gonore disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae yang menginfeksi selaput lendir saluran kencing, leher rahim, dubur dan tenggorokan atau selaput lendir Gonore adalah PMS yang paling sering ditemukan dan paling mudah ditegakkan diagnosisnya. Nama awam penyakit kelamin ini adalah kencing nanah. Masa inkubasi 3-5 hari. Gonore bisa menyebar melalui aliran darah ke bagian tubuh lainnya, terutama kulit dan persendian.Pada wanita, gonore bisa naik ke saluran kelamin dan menginfeksi selaput di dalam panggul sehingga timbul nyeri panggul dan gangguan reproduksi. Pria memiliki kesempatan 20% untuk mendapatkan infeksi dengan melakukan hubungan seksual dengan seorang wanita terinfeksi gonore.Perempuan memiliki kesempatan 50% untuk mendapatkan infeksi dengan melakukan hubungan seksual dengan seorang pria yang terinfeksi dengan gonore.Seorang ibu yang terinfeksi dapat mengirimkan gonore ke bayinya saat melahirkan vagina.Pada pria, penyakit ini menyebabkan keluarnya cairan dari kemaluan pria. Buang air kecil dapat terasa sakit. Gejala-gejala ini dapat terasa berat atau tidak terasa sama sekali.

LAPORAN KASUS

Seorang laki-laki, umur 30 tahun, sudah menikah dan bekerja sebagai pelaut dating ke klinik Maju Mundur dengan keluhan keluar cairan dari alat kelaminnya sudah sejak 3 hari yang lalu disertai rasa sakit pada waktu BAK. Dari hasil pemeriksaan didapatkan pus yang keluar dari OUE yang jumlahnya banyak hingga membasahi celana dalam pasien. Pus berwarna hijau kemerahan yang kental. Dari anamnesis diketahui pasien telah melakukan hubungan seksual dengan PSK ketika kapal pasien sedang sandar di pelabuhan 3 hari sebelum keluarnya pus dari OUE.

PEMBAHASAN
ANAMNESIS Identitas Pasien Nama Usia Pekerjaan Alamat Status Pernikahan Keluhan utama Keluhan keluhan keluar cairan dari alat kelaminnya sudah sejak 3 hari yang lalu disertai rasa sakit pada waktu BAK. Keluhan tambahan Didapatkan pus yang keluar dari OUE yang jumlahnya banyak. Pus berwarna hijau kemerahan yang kental : Tn. X : 30 tahun : Pelaut :: Menikah

Riwayat penyakit dahulu Riwayat penyakit keluarga Diagnosis Kerja : Gonore Diagnosis ini ditegakkan dari gejala klinis yang dialami pasien seperti keluhan keluar cairan dari alat kelaminnya sudah sejak 3 hari yang lalu disertai rasa sakit pada waktu BAK, juga dari hasil pemeriksaan didapatkan pus yang keluar dari OUE yang jumlahnya banyak hingga membasahi celana dalam pasien. Pus berwarna hijau

kemerahan yang kental. Dari anamnesis juga diketahui pasien telah melakukan hubungan seksual dengan PSK 3 hari sebelum keluarnya pus dari OUE. Dari paparan di atas menguatkan hipotesis kelompok kami yang mengarah ke penyakit Gonore. Diagnosis Banding Berdasarkan masalah yang ada pada pasien, diagnosis banding kami antara lain: Sifilis Trikomoniasis Herpes Simpleks

Penatalaksanaan

1. Medika Mentosa Secara epidemologis pengobatan yang dianjurkan adalah obat dengan dosis tunggal. Macam-macam obat yang dapat dipakai antara lain: a.Penisilin Yang efektif ialah penisilin G prokain akua.Dosis 4,8 juta unit + 1 gram probenesid.Angka kesembuhan di bagian kami pada tahun 1991 ialah 91,2%.Obat tersebut dapat menutupi gejala sifilis.Kontraindikasinya adalah alergi penisilin. b.Ampisilin dan Amoksisilin Ampisilin dosisnya adalah 3,5 gram + 1 probenesid,dan amoksisilin 3 gram + 1 gram probenesid.Suntik ampisilin tidak di anjurkan.Kontraindikasinya ialah alergi penisilin.Untuk daerah dengan Neisseria gonorrhoeae penghasil Penisilinase yang tinggi,ampisilin,dan amoksisilin juga tidak di anjurkan.

c.Sefalosporin Seftriakson (generasi-3) cukup efektif dengan dosis 250 mg i.m. Sefoperazon dengan dosis 0.50 sampai 1.00 gram secara intramusakular.Sefiksim 400 mg per oral dosis tunggal memberi angka kesembuhan >95% d.Spektinomisin Dosisnya ialah 2 gr i.m.Baik,untuk penderita yang alergi penisilin,yang mengalami kegagalan pengobatan dengan penisilin,dan terhadap penderita yang juga tersangka menderita sifilis karena obat ini tidak menutupi gejala klinis. e.Kanamisin Dosisnya 2 gram i.m. Angka kesembuhan di bagian kami pada tahun 1985 ialah 85%.Baik untuk penderita yang alergi penisilin,gagal dengan pengobatan penisilin dan tersangka sifilis.

g.Tiamfenikol Dosisnya 3,5 gram,secara oral.Tidak di anjurkan pemakaianya pada kehamilan h.Kuinolon Obat yang menjadi pilihan adalah ofloksasin 400 mg, siprofloksasin 250-500 mg, dan norfloksasin 800 mg secara oral.

2. Non-Medika Mentosa : Pengobatan secara nonmedikamentosa dengan memberikan edukasi kepada pasien seperti : Melakukan hubungan seksual yang aman dengan penggunaan kondom

Tidak berganti-ganti pasangan Lebih Mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa

Prognosis Ad vitam Ad functionam : Ad Bonam : Ad Bonam

Ad sanationam : Dubia Ad Bonam

TINJAUAN PUSTAKA

Anatomi Genitalia Pria Uretra lakilaki memanjang dari lubang uretra internal dalam kandung kemih ke lubang uretra eksternal pada akhir penis. Panjangnya uretra pada wanita kurang lebih 35 cm sedangkan uretra pada pria dewasa bervariasi 17,525 cm. Perbedaan panjang inilah yang menyebabkan keluhan hambatan pengeluaran urine lebih sering terjadi pada pria.

Uretra pada pria dibagi menjadi dua bagian, yaitu : 1.Uretra posterior, terdiri dari : a) Pars porstatika : bagian uretra yang melewati prostat. b) Pars memberanasea : bagian uretra setinggi musculus sphincter uretra ( diafragma pelvis ).

2. Uretra anterior, terdiri dari : a) Pars bulbaris : terletak di proksimal,merupakan bagian uretra yang melewati bulbus penis. b) Pars cavernosa / spongiosa : bagian uretra yang melewati corpus spongiosum penis. c) Pars glandis : bagian uretra di glans penis, uretra ini sangat pendek dan epitelnya sudah berupa epitel squamosa. Bagian uretra yang lain dilapisi oleh epitel kolumner berlapis. Di dalam lumen uretra anterior terdapat beberapa muara kelenjar yang berfungsi pada proses reproduksi, yaitu kelenjar Cowperi yang berada di dalam diafragma urogenitalis dan bermuara di uretra pars bulbosa, serta kelenjar Littre, yaitu kelenjar parauretralis yang bermuara di uretra pars pendularis.

GONORE

Definisi Semua penyakit yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae Etiologi Penyebab gonore adalah gonokok . Gonokok termasuk golongan diplokok berbentuk biji kopi berukuran lebar 0,8 u dan panjang 1,6 u ,bersifat tahan asam.pada sediaan langsung dengan perwarnaan Gram bersifat Gram Negatif,terlihat di luar dan di dalam leukosit,tidak tahan lama di udara bebas,cepat mati dalam keadaan kering,tidak tahan suhu di atas 39C,dan tidak tahan cat desinfektan. Gejala klinis Masa inkubasi bervariasi pada pria umum nya:2-5 hari,pada wanita sulit di tentukan karena pada umumnya asimtomatik. Diagnosis 1) Sediaan langsung : Pada sediaan langsung akan di temukan perwarnaan negatif-Gram. 2) Kultur: a. Media transpor - Media Stuart - Media Transgrow : Modifikasi media thayer martin dengan menambahkan trimetoprim untuk mematikan proteus spp. b. Media Pertumbuhan - Mc Leods Choclate agar Berisi agar coklat,agar serum dan agar hidrokel.

10

- Media Thayer martin Media ini selektif untuk mengisolasi gonokok.mengandung vankomisin untuk menekan pertumbuhan kuman positif-Gram,kolestrimetat untuk menekan pertumbuhan bakteri negatif-Gram,dan nistiatin untuk menekan pertumbuhan jamur. - Modified Thayer martin agar. 3) Tes definitif a. Tes oksidasi Reagen oksidasi yang mengandung larutan tetrametil-p-fenilendiamin hidroklorida 1% ditambahkan pada koloni gonokok tersangka. Semua Neisseria memberi reaksi positif dengan perubahan warna koloni yang semula bening menjadi merah muda sampai merah lembayung. b. Tes fermentasi Tes oksidasi positif dilanjutkan dengan tes fermentasi memakai glukosa, maltosa, dan sukrosa. Kuman gonokok hanya meragikan glukosa. 4) Tes beta laktamase Dengan menggunakan cefinase TM disc.BBL 961192 yang mengandung chromogenic chepalosporin akan menyebabkan perubahan warna dari kuning ke merah apabila kuman mengandung enzim beta laktamase. 5) Tes Thomson Dengan urin 2 atau 3 gelas untuk melihat lokasi infeksi apakah di pars anterior atau pars posterior dari uretra. Hasil pembacaan:

11

Gelas 1 Jernih Keruh Keruh Jernih Komplikasi Pada Pria : Lokal :

Gelas 2 jernih jernih keruh keruh

Arti Tidak ada infeksi infeksi uretritis anterior panuretritis tidak mungkin.

1. Tysonitis : kelenjar tyson ialah kelenjar yang menghasilkan smegma. Infeksi biasanya terjadi pada penderita dengan preputium yang sangat [anjang dan kebersihan yang kurang baik.Diangnosis dibuat berdasarkan ditemukannya butir pus atau pembengkakan pada daerah frenulum yang nyeri tekan. Bila duktus tertutup akan timbul abses dan merupakan sumber infeksi laten. 2. Parauretritis : pada orang yang orifisium uretra eksternum nya terbuka atau hipospadia. Ditandai dengan butir pus pada kedua muara parauretra 3. Littritis : pada urin ditemukan benang-benang halus atau butir-butir . bila salah satu saluran terumbat bisa terjadi abses folikular. Didiagnisis dengan uretroskopi. 4. Cowperitis : bila hanya duktus yang terkena biasanya tanpa gejala. Bila yang terkena kelenjar cowper dapat terjadi abses. Keluhan berupa nyeri dan adanya benjolan pada daerah perineum disertai rasa penuh dan panas, nyeri pada wajtu
12

defekasi, dan disuria.

Asendens : 5. Prostatitis : ditandai dengan rasa tidak enak pada daerah perineum dan suprapubis,malese,demam , disuria,hematuri,spasme otot uretra sehingga retensi urin, tenesmus ani,sulit defekasi sampai obtipasi. 6. Vesikulitis : radang akut yang mengenai vesikula seminalis dan duktus ejakulatorius,dapat timbul menyertai prostatitis. 7. Funikulitis : rasa nyeri pada daerah abdomen bagian bawah pada sisi yang sama. 8. Trigonitis : infeksi asenden dari uretra posterior dapat mengenai trigonum vesika urinaria. Gejalanya poliuria, disuria terminal, dan hematuria. Pada Wanita Lokal : 1. Parauretritis : mengenai parauretra dan janrang terjadi abses 2. Servisitis : dapat asimptomatik, kadang-kandang byeri pada punggung bawah. Serviks merah dengan erosi dan sekret mukopurulen. 3. Bartholinitis : labium mayor yang terkena membengkak, merah dan nyeri tekan. Kelenjar bartholin membengkak, terasa nyeri sekali bila penderita berjalan. Dan

13

penderita sukar duduk.

Asendens 4. Salpingitis : cara infeksi langsung dari serviks melalui tuba fallopi sampaipada daerah salping dan ovarium sehingga dapat menimbulkan penyakit radang panggul (PRP). Infeksi PRP dapat menimbulkan kehamilan ektopik dan strerilitas. Gejalanya terasa nyeri pada daerah absomen bawah , dan duh tubuh vagina, disuria, dan menstruasi yang tidak teratur . Kelainan yang timbul akibat hubungan kelamin selain secara genito-genital, pada pria dan wanita dapat berupa : 1. Proktitis : pada wanita dapat terjadi karena kontaminsasi dari vagina dan kadang-kadang karena hubungan genitoanal seperti pada pria. Keluhan pada wanita biasanya lebih ringan daripada pria, terasa seperti terbakar pada daerah anus dan pada pemeriksaan tampak mukosa eritematosa , edematosa, tertutup pus mukopurulen. 2. Orofaringitis : cara infeksi dengan kontak orogenital. Faringitis dan tonsilitis gonoree lebih sering daripada ginggivitis. Orofaring tampak eksudat mukopurulen yang ringan sampai sedang. 3. Konjungtivitis : dapat terjadi pada bayi yang baru lahir dari ibu yang menderita

14

servisitis gonore. Pada orang dewasa infeksi ini dapat terjadi dikarenakan penularan pada konjungtiva melalu tangan atau alat-alat. 4. Gonore diseminata : kira-kira 1% kasus gonore yang akan berlanjut menjadi gonore diseminata. Banyak pada penderita gonore asimtomatis, terutama pada wanita. Gejala yang timbul berupa : artritis, miokarditis,endokarditis,perikarditis, meningitis dan dermatitis. SIFILIS Sifilis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh Treponema pallidumdan mempunyai beberapa sifat, yaitu perjalanan penyakitnya sangat kronis, dalam perjalanannya dapat menyerang semua organ tubuh, dapat menyerupai macammacam penyakit, mempunyai masa laten, dapat kambuh kembali (rekuren), dan dapat ditularkan dari ibu ke janinnya sehingga menimbulkan kelainan kongenital. Selain melalui ibu ke janinnya dan melalui hubungan seksual, sifilis bisa juga ditularkan melalui luka, transfusi dan jarum suntik. Patogenesis 1. Tahap masuknya Treponema Treponema pallidummasuk ke dalam tubuh melalui lesi kulit atau selaput lendir. Jika melalui kulit harus ada mikro/makro lesi sedangkan jika melalui selaput lendir dapat dengan atau tanpa lesi. Pada tempat masuknya, kuman mengadakan multiplikasi dan tubuh akan bereaksi dengan timbulnya infiltrat yang terdiri atas limfosit dan sel plasma yang secara klinis dapat dilihat sebagai papula. Reaksi radang tersebut tidak hanya terbatas pada tempat masuknya kuman tetapi juga di daerah perivaskuler. Treponemaberada di antara endotel kapiler dan sekitar jaringan. perivaskular; hal ini mengakibatkan hipertrofi endotel yang dapat menimbulkan obliterasi lumen kapiler (endarteritis obliterans). 2. Stadium I (SI)

15

Kerusakan vaskuler ini mengakibatkan aliran darah pada daerah papula tersebut berkurang sehingga terjadi erosi atau ulkus, dan keadaan ini disebut afek primer SI. Treponemamasuk aliran darah dan limfe lalu menyebar ke seluruh jaringan tubuh, termasuk kelenjar getah bening regional. Bila sudah mengenai kelenjar getah bening regional disebut kompleks primer SI. 3. Stadium II (SII) Perjalanan secara hematogen akan menyebarkan kuman ke seluruh jaringan tubuh, tetapi manifestasinya baru akan tampak kemudian. Reaksi jaringan terhadap multiplikasi ini akan terlihat 6-8 minggu setelah kompleks primer dan reaksi ini bermanifestasi sebagai SII dengan berbagai bentuk kelainan yang biasanya didahului oleh gejala prodromal. Lesi primer perlahan-lahan menghilang karena kuman di tempat tersebut berkurang jumlahnya dan penyembuhan terjadi tanpa atau dengan jaringan parut tipis. Lesi SII secara perlahan-lahan juga menghilang dan akhirnya tidak terlihat sama sekali dalam waktu kurang lebih 9 bulan. 4. Stadium laten Stadium laten adalah stadium tanpa tanda atau gejala klinis, tetapi infeksi masih ada dan aktif yang ditandai dengan S.T.S. (Serologic Test for Syphilis) positif. Kadangkadang proses imunitas gagal mengendalikan infeksi sehingga Treponemaberkembang lagi dan menimbulkan lesi seperti pada SI atau SII dan stadium ini disebut stadium rekuren. Stadium ini terjadi tidak lebih dari 2 tahun terhitung sejak permulaan infeksi. Stadium laten lanjut dapat berlangsung beberapa tahun, antibodi tetap ada dalam serum penderita (S.T.S. positif). 5. Stadium gumma Keseimbangan antara Treponemadan jaringan dapat tiba-tiba berubah, sebabnya belum jelas, mungkin trauma merupakan salah satu faktor untuk timbulnya SIII yang berbentuk gumma. Pada stadium gumma ini, Treponemasukar ditemukan tetapi reaksinya bersifat destruktif. Lesi sembuh berangsur-angsur dengan pembentukan jaringan fibrotik dan lesi tersier ini dapat berlangsung beberapa tahun. Treponema pallidumdapat mencapai sistem kardiovaskuler dan saraf pusat dalam waktu dini tetapi kerusakan yang ditimbulkannya terjadi perlahan-lahan sehingga perlu waktu bertahun-tahun untuk menimbulkan gejala klinis. Hampir 2/3 kasus dengan stadium laten dapat

16

meneruskan hidupnya tanpa menimbulkan gejala klinis. Gejala Klinis Stadium I (Sifilis Primer) Kuman masuk dan melalui masa inkubasi antara 9-90 hari (rata-rata 2-4 minggu), Manifestasi klinis/Afek primer : 1. kelainan kulit yang dimulai dengan makula. 2. papula, papula berubah menjadi papula erosif atau ulkus ulkus durum atau Hunterian chancredengan sifat yang khas, yaitu biasanya soliter, berbentuk bulat atau lonjong, tepi teratur berbatas tegas, dinding tidak menggaung, permukaan bersih dengan dasar jaringan granulasi berwarna merah daging, pada perabaan ada indurasi dan tidak nyeri tekan (indolen).Afek primer ini umumnya terdapat pada genitalia, tetapi akhir-akhir ini makin sering ditemukan di daerah ekstragenital. Seminggu setelah afek primer, dapat dilihat pembesaran kelenjar limfe regional (kompleks primer) dengan tanda-tanda indolen, tidak supuratif dan tidak ada periadenitis. Afek primer dapat sembuh sendiri dalam waktu 3-10 minggu. Pada penularan lewat transfusi darah dan sifilis kongenital, afek primer tidak pernah terjadi, ini disebut Syphyllis demblee. Pada pengobatan yang tidak adekuat, afek primer dapat tidak muncul, tertunda, ataumuncul dalam bentuk atipik. Bentuk atipik pada tahun-tahun terakhir ini sering dijumpai. Munculnya bentuk atipik mungkin disebabkan perubahan patogenitas kuman, perubahan respons penderita atau adanya infeksi insidentil. Bentuk afek primer atipik yang pernah dilaporkan antara lain ulkus muiltipel, lesi multipel dengan peradangan atau fimosis, balanitis erosif, lesi multipel dengan limfangitis atau trombof lebitis dan ulkus pada orificium uretra. Stadium II (Sifilis Sekunder) Stadium II timbul 6-8 minggu kemudian dan pada waktu timbulnya, sepertiga masih disertai SI. Karena sifat kelainannya sistemik, maka selalu didahului gejala prodromal, misalnya sakit di daerah otot atau sendi, suhu badan subfebris, sukar menelan, malaise, anoreksia dan sefalgia. Kelainan yang timbul dapat mengenai kulit (75%), selaput lendir (30%), kelenjar (50%) dan alat-alat

17

dalam (10%). Kelainan Kulit 1. Makula berwarna merah terang yang disebut roseola sifilitika, dengan distribusi menyebar hampir di seluruh tubuh tanpa rasa gatal. Tetapi akhir-akhir ini kasus dengan gatal makin sering dijumpai. Makula dapat berakhir dengan hipopigmentasi (leukoderma sifilitika) atau berlanjut dengan papula. 2. Papula dengan berbagai bentuk dan variasi, misalnya : a. papula dengan susunan arsiner, sirsiner, polisiklik b. papula diskret pada telapak kaki dan tangan c. papula korimbiformis d. kondilomata lata e. papula dengan folikulitis 3. Papulaskuamosa seperti psoriasis (psoriasis sifilitika), papulakrustosa seperti frambusia (frambusia sifilitika). 4. Pustula, biasanya bersifat destruktif dan timbul pada keadaan umum yang buruk (lues maligna). Kelainan pada selaput lendir Berupa mucous patch, berbentuk bulat, kemerahan dan dapat menjadi ulkus. Biasanya terdapat pada mukosa bibir, pipi, laring, tonsil, dan dapat juga pada mukosa genitalia. Kelainan pada kelenjar Berupa pembesaran kelenjar dengan sifat seperti pada SI dan umumnya mengenai seluruh kelenjar getah bening superfisialis (limfadenopati generalisata). Kelainan pada organ-organ lain kuku : onikia, rapuh dan buram mata : uveitis anterior, korioretinitis, iridosiklitis tulang: periostitis hepar : hepatomegali, hepatitis Stadium Laten Dini Pada kelainan laten dini yang terjadi kurang dari 2 tahun sejak mulainya infeksi,

18

tidak ditemukan tanda-tanda klinis dan hanya dapat diketahui dari basil serologi (S.T.S) yang positif. Keadaan ini umumnya ditemukan pada pemeriksaan premarital, donor darah, seleksi tenaga kerja indonesia (TKI), atau pemeriksaan kehamilan. Wanita hamil pada stadium ini dapat menularkan penyakitnya pada janin, sehingga diperlukan pemeriksaan pada ibu dan ayah bila ada kontak dengan penderita sifilis. Stadium Rekuren Gejala klinis yang timbul biasanya seperti bentuk SII, tetapi lebih setempat. Kadang dapat juga timbul kelainan seperti SI pada tempat inokulasi pertama yang disebut Chancre redux. Stadium Laten Lanjut Disebut laten lanjut bila terjadi lebih dari 2 tahun sejak dimulainya infeksi. Tidak terdapat gejala klinis dan hanya dapat diketahui dari basil S.T.S yang positif. Lamanya masa laten ini dapat bertahun-tahun, bahkan seumur hidup. Stadium III (Sifilis Tersier) Kelainan timbul 3-10 tahun sesudah stadium I. Pada masa sekarang sifilis stadium III sangat jarang dijumpai. Lesi III ini disebut juga sifilis lanjut benigna oleh karena belum membahayakan kehidupan. Secara umum lesi SIII dapat menyerang : - Struktur pembungkus badan: kulit, mukosa, subkutis - Struktur penyangga tubuh: tulang, sendi, otot, ligamen dan lain-lain. Bagian tubuh yang paling sering terkena ialah kulit (70%), mukosa (10,3%) dan tulang (9,6%). Kelainan yang khas berupa gumma, yaitu infiltrat sirkumskrip kronis yang cenderung mengalami pengejuan (perlunakan) dan bersifat destruktif. Bila melunak akan menghasilkan ulkus gumosum bersifat yang serpiginosa. SIII pada alat dalam paling sering menyerang hepar. Gumma bersifat multipel dan jika sembuh terjadi fibrosis dan retraksi membentuk lobuslobus tak teratur yang disebut hepar lobatum. Alat dalam lain yang dapat terserang adalah kelenjar parotis, esofagus, lambung, limpa, pankreas, ginjal, jantung, kandung kemih, serviks uterus, payudara, testis dan lain-lain.

19

TRIKOMONIASIS Trikomoniasis adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh serangan protozoa parasit Trichomonas vaginalis. Trichomoniasis merupakan infeksi yang biasanya menyerang saluran genitourinari; uretra adalah tempat infeksi yang paling umum pada laki-laki, dan vagina adalah tempat infeksi yang paling umum pada wanita. Trikomoniasis dapat menyebabkan seseorang kehilangan hari kerjanya karena adanya rasa yang tidak enak yang disebabkannya, sehingga infeksi ini seharusnya tidak diabaikan begitu saja. Adanya kejadian infeksi gabungan dengan PMS lain penting untuk diperhatikan pada saat membuat diagnosis trikomoniasis. Trikomoniasis merupakan masalah bagi penderitanya karena gejala dan kemungkinan komplikasi yang disebabkannya. Patofisiologi : Pada gadis-gadis sebelum usia pubertas, dinding vagina yang sehat tipis dan hypoestrogenic, dengan pH lebih besar dari 4,7, pemeriksaan dengan pembiakan (kultur) akan menunjukkan beberapa mikroorganisma. Setelah gadis menjadi dewasa, dinding vagina menebal dan laktobasilus menjadi mikroorganisma yang dominan, PH vagina menurun hingga kurang dari 4,5. Laktobasilus penting untuk melindungi vagina dari infeksi, dan laktobasilus adalah flora dari vagina yang dominan (walaupun bukan merupakan stau-satunya flora vagina). Masa inkubasi sebelum timbulnya gejala setelah adanya infeksi bervariasi antara 3-28 hari. Selama terjadinya infeksi protozoa Trichomonas vaginalis, trikomonas yang bergerak-gerak (jerky motile trichomonads) dapat dilihat dari pemeriksaan dengan sediaan basah. PH vagina naik, sebagaimana halnya dengan jumlah lekosit polymorphonuclear (PMN). Lekosit PMN merupakan mekanisme pertahanan utama dari pejamu (host/manuasia), dan mereka merespon terhadap adanya substansi kimiawi yang dikeluarkan trichomonas. T vaginalis merusak sel epitel dengan cara kontak langsung dan dengan cara mengeluarkan substansi sitotoksik. T vaginalis
20

juga menempel pada protein plasma pejamu, sehingga mencegah pengenalan oleh mekanisme alternatif yang ada di pejamu dan proteinase pejamu terhadap masuknya T vaginalis. Jenis kelamin: Trikomoniasis terdapat baik pada laki-laki maupun perempuan, namun lebih sering ditemukan pada perempuan. Pada laki-laki, gejala adanya trikomoniasis bervariasi dari tidak ada gejala (asimtomatik/karier) sampai uretritis, prostatitis, atau epididymoorchitis. Perempuan juga dapat merupakan karier asimptomatis, namun umumnya gejala akan menunjukkan adanya proses peradangan (lihat bagian klinis di bawah). Usia : Trikomoniasis lebih sering terjadi pada laki-laki dan perempuan yang aktif seksual baik remaja maupun dewasa. Keluhan : Perempuan

Pasien dengan trikomoniasis mungkin merasakan gatal-gatal atau rasa panas pada vagina. Kemungkin juga ada keputihan yang berbau tidak normal (busuk). Rasa sakit sewaktu berhubungan seksual mungkin juga merupakan keluhan utama yang dirasakan klien dengan trikomoniasis. Keputihan abnormal yang purulen, berbusa atau berdarah kemungkinan terjadi juga. Keputihan yang berbusa yang dianggap sebagai tanda klasik dari trikomoniasis hanya terjadi pada 12% dari klien yang mengalami infeksi ini. Pasien dengan trikomoniasis dapat juga mengalami perdarahan pasca sanggama dan nyeri perut bagian bawah. Laki-laki

Kebanyakan infeksi trikomoniasis pada laki-laki asimptomatik. Mungkin ada keluhan nyeri pada saat kencing, nyeri pada uretra, testis atau nyeri perut bagian bawah.

21

Tanda Fisik: Perempuan

Pada pemeriksaan panggul dengan spekulum, tanda-tanda trikomoniasis diantaranya colpitis macularis (disebut sebagai strawberry cervix); keputihan yang purulen yang dapat berwarna putih krem, kuning, hijau atau abu-abu, keputihan yang berbusa, erythema vagina dan vulva. Colpitis macularis dan keputihan yang berbusa bersama-sama memiliki spesifisitas 99% dan secara sendiri-sendiri memiliki nilai prediksi positif (positive predictive value) 90% dan 62%. Yang menarik, penelitian yang dilakukan oleh Wolner-Hanssen dkk. Menemukan bahwa pemeriksaan dengan mata telanjang (tanpa bantuan alat) menemukan colpitis macularis hanya 1,7% dari klien dengan trikomoniasis sedangkan pemeriksaan dengan bantuan kolposkopi mendapatkan colpitis macularis sebanyak 70% dari pasien yang menderita trikomoniasis yang dipastikan diagnosisnya dengan pemeriksaan sediaan basah. Sebagian besar dari gejala-gejala yang disebutkan di atas tidak spesifik untuk infeksi trikomoniasis dan dapat terjadi pada berbagai infeksi vagina dan serviks yang lain. Sehingga jika hanya bergantung pada pemeriksaan fisik saja banyak klien dengan trikomoniasis akan tidak terdiagnosis. Diagnosis pasti trikomoniasis dapat ditegakkan dengan adanya protozoa berflagel yang terlihat dari pemeriksaan sediaan basah, Papanicolaou (Pap) smears, atau media kultur. Laki-laki

Kebanyakan laki-laki yang terinfeksi trikomoniasis tidak ada tanda fisik. Pada beberapa kasus, laki-laki dengan infeksi ini mungkin menunjukkan adanya discharge dari penis. Beberapa kasus yang lain mungkin ada tanda-tanda prostatitis atau epididymitis. Bayi baru lahir perempuan: T vaginalis yang didapat pada saat melewati jalan lahir dapat menyebabkan keputihan pada bayi pada minggu-minggu pertama kehidupannya. Anak-anak sebelum usia pubertas Anak-anak sebelum usia pubertas yang terkena trikomoniasis akan menunjukkan gejala yang mirip dengan gejala pada klien remaja dan dewasa.

22

Adanya T vaginalis pada anak-anak sebelum pubertas harus dicurigai kemungkinan adanya kekerasan seksual. Etiologi : T vaginalis adalah protozoa dengan flagela. Rata-rata masa inkubasi adalah 1 minggu namun dapat bervariasi antara 4-28 hari. Trikomoniasis umumnya merupakan penyakit menular seksual. Risiko untuk terkena infeksi ini tergantung pada aktifitas seksual klien. Faktor risiko terjangkitnya T vaginalis termasuk hal berikut ini : a. Jumlah pasangan seks selama hidupnya b. Pasangan seksual saat ini c. Tidak memakai kondom saat hubungan seksual d. Memakai kontarsepsi oral (pil KB)

Pemeriksan laboratorium: Lakukan pemeriksaan laboratorium untuk klien yang memiliki gejala-gejala vaginitis. Berbagai pemeriksaan dapat dilakukan dengan cepat dan dengan fasilitas laboratorium sederhana. Dasar dari pemastian diagnosis adalah pemeriksaan-pemeriksaan yang dilakukan untuk mengeluarkan penyebab lain yang mungkin juga menyebabkan keluhan pada pasien. pH vagina

Penentuan pH vagina dengan cara menempelkan swab dengan sekresi vagina pada kertas pH paper dengan nilai antara 3.5-5.5. pH vagina normal secara praktis menunjukkan diagnosis trikomoniasis negatif. pH lebih dari 4.5 ditemukan pada trikomoniasis dan vaginosis bacterial. Tes Whiff

Tes ini memeriksa adanya amine dengan menambahkan KOH pada discharge vagina

23

dan membaui adanya bau seperti bau ikan, tes ini berguna untuk menyingkirkan kemungkinan vaginosis bakterial. Saat ini telah ada pemeriksaan pH Vagina dan tes whiff yang dikombinasikan dalam satu bentuk tes dengan tanda negatif positif. Sediaan Basah (Wet mount)

Pemeriksaan dengan sediaan garam basah melalui mikrokoskop terhadap secret vagina yang diusapkan pada objek glass dapat mengidentifikasi protozoa yang berbentuk seperti tetesan air, berflagela, dan bergerak. Pemeriksaan ini juga dapat menemukan clue cells (tanda adanya penyakit vaginosis bacterial). Rasio sel darah putih (lekosit) terhadap sel epitel juga dapat dihitung. Sensitivitas pemeriksaan ini mencapai 40-60%. Sedangkan spesifisitas dapat mencapai 100% jika sediaan garam basah segera dilihat di bawah mikroskop. Pap smear

Sensitivitas untuk mendeteksi sama dengan pemeriksaan sediaan garam basah, yaitu 40-60%. Sedangkan spesifisitas mencapai 95-99% untuk petugas-petugas yang sudah terlatih. Pemeriksaan lain Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan untuk mendeteksi adanya trikomoniasis yaitu pemeriksaan biakan (kultur) secret vagina, direct immunofluorescence assay, dan Polymerase chain reaction (PCR) Jika ditemukan trikomoniasis maka harus dilakukan juga pemeriksaan untuk PMS lain seperti sifilis, Neisseria gonorrhoeae, Chlamydia trachomatis, HIV, hepatitis B, dan hepatitis C. Infeksi gabungan dengan gonore cukup tinggi. Komplikasi : Trikomoniasis dapat menyebabkan komplikasi-komplikasi pada kehamilan. Adanya T vaginalis pada populasi anak dapat untuk memprediksi kemungkinan adanya kekerasan seksual pada anak.

24

HERPES SIMPLEKS

Definisi Infeksi akut yang disebabkan oleh virus herpws simpleks (virus herpes hominis) tipe I atau tipe II yang ditandai oleh adanya vesikel yang berkelompok di atas kulit yang sembab dan eritomatosa pada daerah dekat mukokutan, sedangkan infeksi dapat berlangsung baik primer maupun rekurens(1). Epidemiologi Penyakit ini tersebar kosmopolit dan menyerang baik pria maupun wanita dengan frekuensi yang tidak berbeda. Infeksi primer oleh virus herpes simpleks (V.H.S.) tipe I biasanya dimulai pada usia anak-anak,sedangkan inveksi VHS tipe II biasanya terjadi pada dekade II atau III, dan berhubungan dengan peningkatan aktivits seksual. Etiologi VHS tipe I dan II merupakan virus herpes yang merupakan virus DNA. Pembagian tipe I dan II berdasarkan karakteristik pertumbuhan pada media kultur, antigenic marker, dan lokasi klinis (tempat predileksi). Patologi dan Gejala Klinis Infeksi VHS ini berlangsung dalam 3 tingkat,yaitu : 1. Infeksi primer 2. Fase laten 3. Infeksi rekurens

Infeksi primer Tempat predileksi VHS tipe I di daerah pinggang ke atas terutama di

25

daerah mulut dan hidung, biasanya dimulai pada masa anak-anak. Inokulasi dapat terjadi secara kebetulan, misalnya kontak kulit pada perawat, dokter gigi, atau pada orang yang menggigit jari (herpetic Whitlow). Virus ini juga sebagai penyebab herpes ensefalitis. Infeksi primer oleh VHS tipe II mempunyai tempat predileksi di daerah pinggang ke bawah, terutama di daerah genital, juga dapat menyebabkan herpes meningitis dan infeksi neonatus. Daerah predileksi ini sering kacau karena adanya cara hubungan seksual seperti oro-genital, sehingga herpes yang terdapat di daerah genital kadangkadang disebabkan oleh VHS tipe I sedangkan di daerah mulut dan rongga mulut dapat disebabkan oleh VHS tipe II. Infeksi primer berlangsung lebih lama dan lebih berat, kira-kira 3 minggu dan sering disertai gejala sistemik, misalnya demam, malese dan anoreksia, dan dapat ditemukan pembengkakan kelenjar getah bening regional. Kelainan klinis yang dijumpai berupa vesikel yang berkelompok di atas kulit yang sembab dan eritematosa, berisi cairan jernih dan kemudian menjadi seropurulen, dapat menjadi krusta dan kadang-kadang mengalami ulserasi yang dangkal, biasanya sembuh tanpa sikatriks. Pada prabaan tidak terdapat indurasi. Kadang-kadang dapat timbul infeksi sekunder sehingga memberi gambaran yang tidak jelas. Umumnya didapati pada orang yang kekurangan antibodi virus herpes simpleks. Pada wanita ada laporan yang mengatakan bahwa 80% infeksi VHS pada genitalia eksterna disertai infeksi pada serviks. Fase laten Fase ini berarti pada penderita tidak ditemukan gejala klinis, tetapi VHS dapat ditemukan dalam keadaan tidak aktif pada ganglion dorsalis. Infeksi rekurens Infeksi ini berarti VHS pada ganglion dorsalis yang dalam keadaan tidak aktif, dengan mekanisme pacu menjadi aktif dan mencapai kulit sehingga menimbulkan gejala klinis. Mekanisme pacu itu dapat berupa trauma fisik

26

(demam, infeksi, kurang tidur, hubungan seksual, dan sebagainya), trauma psikis (gangguan emosional, menstruasi), dan dapat pula akibat jenis makanan dan minuman yang merangsang. Gejala klinis yang timbul lebih ringan daripada infeksi primer dan berlangsung kira-kira 7 sampai 10 hari. Sering ditemukan gejala prodormal local sebelum timbul vesikel berupa rasa panas, gatal, dan nyeri. Infeksi rekurens ini dapat timbul pada tempat yang sama (loco) atau tempat lain/tempat di sekitarnya (non loco).

KESIMPULAN

Berdasarkan keluhan pasien berupa keluar cairan dari alat kelaminnya sudah sejak 3 hari yang lalu disertai rasa sakit pada waktu BAK, juga dari hasil pemeriksaan didapatkan pus yang keluar dari OUE yang jumlahnya banyak, dan pus berwarna hijau kemerahan yang kental, maka kelompok kami menyimpulkan bahwa diagnosis pasti dari pasien ini adalah Gonore. Seperti yang telah ketahui sebelumnya bahwa Gonore adalah salah satu penyakit yang paling umum ditularkan dari satu orang ke orang lain melalui aktivitas seksual. Sehingga prognosis Ad Sanationam kelompok kami Dubia ad Bonam karena penyakit ini bisa timbul kembali apabila penderita tetap melakukan hubungan seksual dengan wanita yang bukan pasangannya. Untuk itu, terapi edukasi pada penderita penyakit menular seksual seperti ini sangat penting. Pengobatan gonore juga sebaiknya dalam pengawasan dokter agar pengobatan berlangsung dengan tepat untuk mencegah terjadinya resistensi kuman.

27

DAFTAR PUSTAKA

1. Purnomo BB. Dasar dasar urologi. Anatomi Sistem Urologi. 2th ed. Jakarta:

CV Sagung; 2003. p. 11-2.


2. Djuanda A, Hamzah M, Aisha S. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 5th ed.

FKUI: Jakarta,2007; p. 127-46 3. American Academy of Pediatrics: Trichomonas vaginalis infections. In: Red Book. 2000: 588-589. 4. Yule A, Gellan MC, Oriel JD, Ackers JP: Detection of Trichomonas vaginalis antigen in women by enzyme immunoassay.
5. National Library of Medicine Getaway. Gonorrhea. Available at ::

http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/gonorrhea.html. [update : November 18th 2011]. Accessed on November 24th 2011.

28

6. Mayo

Clinic.

Syphilis.

Available

at

http://www.mayoclinic.com/health/syphilis/DS00374. [update : December 14th 2010]. Accessed on November 23rd 2011. 7. National Library of Medicine Getaway. Trichomoniasis. Available at : http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/trichomoniasis.html . [update : August 17th 2011]. Accessed on November 24th 2011.

29

You might also like