Professional Documents
Culture Documents
Hampir seluruh kota besar di Indonesia memiliki alun-alun atau lapangan luas
yang terletak di jantung kota sebagai tempat warga berkumpul dan berinteraksi
dengan sesamanya. Yogyakarta terkenal dengan alun-alun utara dan selatan yang
berada di sekitar keraton Yogyakarta, Jakarta terkenal dengan silang monasnya,
lapangan luas dengan tugu berlapis emas di puncaknya yang menjadi ikon kota
Jakarta.
Di atas lapangan ini berbagai kegiatan dan interaksi antar warga digelar. Pagi
hari hingga matahari mulai menyengat, anak-anak sekolah hingga orang dewasa
menggunakan Karebosi sebagai tempat mencari keringat. Mulai dari bermain
sepakbola, sepak takraw, bola basket, tennis hingga yang hanya berjogging ria.
Selain itu Karebosi juga diisi para pedagang kaki lima yang menggelar berbagai
dagangan. Dalam beberapa kesempatan, Karebosi juga selalu menjadi tempat
menggelar upacara resmi seperti HUT Kemerdekaan RI atau HUT ABRI. Sore hari.
Karebosi kembali bergairah bersama para pecinta olahraga. Apalagi bila kesebelasan
PSM, kebanggan kota Makassar sedang menggelar latihan di sudut Selatan lapangan
Karebosi, karena itu sepakbola dan Karebosi adalah satu kesatuan yang tidak bisa
dipisahkan.
Berbagai sisi negatif Karebosi menjadi alasan utama bagi pemerintah kota
Makassar untuk mengubah wajah Karebosi. Tahun ini, pemerintah kota Makassar
berisiatif memperbaikinya. Usul ini sebenarnya sudah dilempar jauh-jauh hari
sebelumnya saat pemerintah kota menggelar sayembara revitalisasi Karebosi. Setelah
tertunda lama, akhirnya ada investor yang berminat mengelola ruang publik yang
nyaris menjadi satu-satunya yang tersisa di kota Makassar.
Niat baik pemerintah kota ini serentak mengundang pro dan kontra.
Penyebabnya tak lain karena investor yang mengelola revitalisasi Karebosi ini adalah
investor pemilik mall MTC yang berada di sebelah Utara Karebosi. Investor milik
pengusaha lokal ini sebelumnya juga sudah mengambil satu aset pemerintah kota di
seberang mall untuk dijadikan lahan parkir.
Kesepakatan itulah yang membuat “berang” banyak warga kota yang merasa
memiliki lapangan Karebosi. Sebab, materi perjanjian kerja sama tersebut sudah
melenyapkan posisi Karebosi sebagai milik umum, sebagai sarana publik, walaupun
yang dikomersilkan itu adalah bangunan dan ruang di bawah tanah.
B. Perumusan Masalah
a. Sejauh mana Hukum Agraia Indonesia mengatur mengenai hak guna ruang di
bawah tanah?
tersebut?