You are on page 1of 28

I.

Pendahuluan Otak (encephalon) merupakan pusat sistem saraf (central nervous system) pada vertebrata dan banyak invertebrata lainnya. Otak mengatur dan mengkordinir sebagian besar, gerakan, perilaku dan fungsi tubuh homeostasis seperti detak jantung, tekanan darah, keseimbangan cairan tubuh dan suhu tubuh. Otak merupakan dasar dari kesadaran, persepsi, kesadaran dan emosi. Otak juga bertanggung jawab atas fungsi seperti pengenalan, emosi. ingatan, pembelajaran motorik dan segala bentuk pembelajaran lainnya.1 Sedangkan, sistem saraf adalah sistem organ pada hewan yang terdiri atas sel neuron yang mengkoordinasikan aktivitas otot, memonitor organ, membentuk atau menghentikan masukan dari indra, dan mengaktifkan aksi. Komponen utama dalam sistem saraf adalah neuron yang diikat oleh sel-sel neuroglia, neuron memainkan peranan penting dalam koordinasi. Sistem saraf pada vertebrata secara umum dibagi menjadi dua, yaitu sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Sistem saraf pusat (central nervous system/CNS) berfungsi untuk menerima,memproses, menginterpretasikan, dan menyimpan informasi sensoris yang datang, seperti informasi mengenai rasa, suara, bau, warna, tekanan pada kulit, dan lain-lain. Sistem saraf pusat juga mengirimkan pesan untuk otot, kelenjar, dan organ internal. Sistem saraf pusat ini meliputi otak (ensephalon) dan sumsum tulang belakang (medulla spinalis). Keduanya merupakan organ yang sangat lunak, dengan fungsi yang sangat penting maka perlu perlindungan. Selain tengkorak dan ruas-ruas tulang belakang, otak juga dilindungi 3 lapisan selaput meninges. Sistem saraf perifer (peripheral nervous system/PNS) berfungsi menangani pesan informasi yang masuk dan keluar dari sistem saraf pusat. Sistem saraf perifer meliputi semua bagian dari sistem saraf yang terletak di luar otak dan saraf tulang belakang, sampai dengan saraf di ujung jari tangan dan jari kaki.Sistem saraf perifer terdiri dari sistem saraf somatic, yang berperan dalam sensasi dan gerakan-gerakan volunter; serta sistem saraf otomik yang berperan dalam mengatur berbagai pembuluh darah, kelenjar, dan organ-organ internal. Biasanya sistem saraf otomik berfungsi tanpa adanya kontrol yang disadari. Sistem saraf otomik dibagi menjadi sistem saraf simpatik dan sistem saraf parasimpatik.1,2
1

II.

Pembahasan Sistem saraf tepi

Struktur sistem saraf secara mikroskopik Neuron adalah unit fungsional sistem saraf yang terdiri dari badan sel dan perpanjangan sitoplasma. Unsur terkecil dari susunan saraf adalah sel saraf (neuron). Bagian-bagian neuron dapat dibedakan atas (untuk lebih jelasnya perhatikan pula gambar 1 ) : a. Dendrit, dendrit berasal dari kata Yunani (dendron =pohon, sarna seperti bentuk dendrit). Dendrit merupakan lanjutan dari soma sel yang menerima sebagian besar kontak sinapsis dari neuron-neuron yang lain. Kontak antar neuron ditransmisikan melalui sinapsis. b. Nukleus, inti dari soma sel yang mengandung kromosom. Kromosom terdiri dari rantai DNA (deoxyribo nucleic acid). Kromosom tidak langsung memiliki fungsi tertentu, tetapi ia memiliki fungsi untuk meramu/membuat protein tertentu. Bagian dari kromosom disebut gen yang terdiri dari protein tertentu yang berbeda pada masing-masing individu. c. Membran Sel, membran semipermeable (bisa menyeleksi substansi yang boleh keluarmasuk) yang menyelubungi neuron. Terdiri dari dua lapis molekul lemak (lipid). d. Sitoplasma, cairan bening (seperti jelly) pada bagian dalam neuron dan terdiri dari beberapa organ, antara lain mitochondria yang mengolah substansi makanan, seperti glukosa yang akhirnya digunakan sebagai tenaga bagi sel. e. Soma sel (cell body), bagian neuron yang mengandung nukleus (inti sel) dan dapat diibaratkan sebagai mesin yang bertanggungjawab atas kehidupan sel. f. Axon Hillock, bagian berbentuk kerucut pada pertemuan axon dan soma sel. g. Axon, benang neurit sebagai penghantar impuls yang diselubungi myelin. Axon membawa informasi dari soma sel ke terminal buttons. h. Myelin, lapisan berlemak yang menyelubungi akson. i. Nodes of Ranvier, (baca: rahn vee yay) bagian axon yang tidak diselubungi myelin. j. Terminal Buttons, bagian akhirdari axon yang berbentuk sebagai kancing yang berfungsi melepaskan neurotransmitter (dengan substansi transmitter yang berupa substansi

kimiawi) ke sinapsis. Substansi kimiawi ini mempengaruhi sel penerima,sehingga sel penerima akan menentukan apakah pesan akan diteruskan ke axon atau tidak.3 k. Synaptic Vesicles (Pembuluh Sinapsis), bagian dari molekul neurotransmitter yang berbentuk kantong-kantong kecil; umumnya bersatu di button. l. Synapses (sinapsis), jarak terdekat antara neuron yang satu dengan yang lain dimana sinyal-sinyal kimiawi ditransmisikan. Sinapsis adalah bagian yang menyambungkan terminal button (sebagai sensor) dari sel pengirim ke bagian soma atau membran dendrit sel penerima. m. Axodendritic Synapses, sinapsis antra axon dan dendrite n. Axosomatic Synapses, sinapsis antara axon dan soma sel.4

Gambar 1. Struktur sel saraf Badan sel, atau perikarion, suatu neuron mengendalikan metabolisme keseluruhan neuron. Bagian ini tersusun dari satu nukleus tunggal, badan Nissl dan neurofibril. Dalam satu nuklesus tunggal, ada nukleolus yang menonjol, dan organel lain seperti kompleks Golgi dan mitokondria, tetapi nukleus ini tidak memiliki sentriol dan tidak dapat bereplikasi.Badan Nissl terdiri dari retikulum endoplasma kasar dan ribisom ribosom bebas serta berperan dalam

sintesis protein. Dan neurofibril yaitu neurofilamen dan neurotubulus yang dapat dilihat melalui mikrooskop cahaya jika diberi pewarnaan dengan perak. Dendrit adalah perpanjangan sitoplasma yang biasanya berganda dan pendek, serta berfungsi untuk menghantar impuls ke seluruh tubuh. Permukaan dendrit penuh dengan spina dendrit yang dikhususkan berhubungan dengan neuron lain. Neurofibril dan badan Nissl memanjang ke dalam dendrit. Akson adalah suatu prosesus tunggal, yang lebih tipis dan lebih panjang dari dendrit. Bagian ini menghantar impuls menjauhi badan sel ke neuron lain, ke sel lain (sel otot atau kelenjar), atau ke badan sel neuron yang menjadi asala akson. Akson berasal dari badan sel pada hillock akson, yaitu regia yang tidak mengandung badan nissl. Panjang akson mungkin berukuran kurang dari 1 mm sampai 1 m lebih (1mm = 0,04 inci; 1m = 3,28 kaki). Di bagian ujungnya, sebuah akson dapat bercabang banyak. Percabangan akhir memiliki suatu pembesaran yang disebut kenop sinaptik, terminal presinaptik, atau terminal boutn. Sisi percabangan (kolateral), yang berujung dengan akhir yang sama dengan pembesaran, dapat terjadi di sisi distal. Semua akson dalam sistem saraf perifer dibingkus oleh lapisan schawnn, disebut juga neurilema, yang dihasilkan sel sel schwann. Akson besar (diameter di ats 2m), memiliki lapisan dalam yang disebut mielin, suatu kompleks lipoprotein yang dibentuk oleh membran plasma sel sel schwann. Akson ini, yang tampak berwarna putih, disebut serabut termielinisasi. Pada saraf perifer, sel sel schwann memielinisasi akson dengan cara melingkarinya dalam bentuk gulungan jelly. Mielin berfungsi sebagai insulator listrik dan mempercaepat hantaran impuls saraf. Nodus Ranvier menunjukkan celah antara sel sel schwan yang berdekatan. Celah ini merupakan tempat pada akson dimana mielin dan lapisan schwan terputus, sehingga hanya melapisi sebagian akson. Akson yang berdiameter kecil biasanya tidak termielinisasi dan tertanam pada sitoplasma sel schwan. 5 Saraf adalah kumpulan prosesus sel saraf (serabut) yang terletak diluar SSP. Serabut ini disatukan dan ditunjang oleh jaringan ikat, yang membawa pembuluh darah dan pembuluh limfatik. Saraf perifer lebih kasar dan terdiri dari tiga lapisan jaringan penyangga. Tiap saraf tersusun oleh serabut yang terbungkus oleh endoneurium. Kumpulan dari serabut serabut ini
4

dinamakan fasikulus. Tiap fasikulus dibungkus oleh perineurium. Kumpulan beberapa fasikulus dibungkus menjadi satu oleh jaringgan penyangga yang disebut epineurium yang membentuk saraf atau batang saraf.6

Gambar 2. Struktur saraf Saraf perifer yang keluar dari ganglion spinalis akan terbagi dalam cabang cabang yang disebut rami (ramus dorsalis, ventralis, meningeal dan komunikans). Rami ventralis saraf spinal (kecuali T2-T12) menysusun beberapa kompleks anyaman saraf y6ang disebut plexus. Disini serabut serabut dari berbagai saraf spinal yang berlainan disusun dan dikombinasikan satu sama lain.7

Secara makroskopik sistem saraf tepi terdiri dari sistem saraf sadar(somatic) dan sistem saraf tak sadar (sistem saraf visceral). Sistem saraf sadar mengontrol aktivitas yang kerjanya diatur oleh otak, sedangkan saraf otonom mengontrol aktivitas yang tidak dapat diatur otak antara lain denyut jantung, gerak saluran pencernaan, dan sekresi keringat.7

1. Sistem Saraf Sadar Sistem saraf sadar disusun oleh saraf otak (saraf kranial), yaitu saraf-saraf yang keluar dari otak, dan saraf sumsum tulang belakang, yaitu saraf-saraf yang keluar dari sumsum tulang belakang.

Pada manusia saraf cranial berjumlah 12 pasang, dan terdiri dari : 1. Nervus Olfactorius : Saraf ini berfungsi untuk menghantarkan sensasi bau/ penghidu. Merupakan saraf kranialis yang terpendek. 2. Nervus Opticus : Saraf ini berfungsi utnuk menghantarkan sensasi penglihatan 3. Nervus Oculomotorius : Saraf ini mempersarafi otot yang berfungsi dalam gerakan bola mata dan mengangkat kelopak mata dan bersama nervus II mengatur besar kecilnya pupil 4. Nervus Trochlearis : bersama nervus III dan nervus VI berfungsi mengatur gerakan bola mata 5. Nervus Trigeminus : Saraf ini berfungsi menghantarkan rangsang sensorik/ sensibilitas dari wajah dan selaput lendir mulut dan hidung, sedangkan serabot motoriknya mempersarafi otot-otot pengunyah dan mempersarafi juga kelenjar ludah submaksilaris dan sublingualis 6. Nervus Abduscens : berperan dalam mengatur gerakan bola mata 7. Nervus Facialis : cabang motorik saraf ini mempersarafi otot wajah. Saraf ini juga berfungsi menghantarkan rasa pengecapan dari lidah 2/3 depan, selain itu juga mempersarafi kelenjar ludah sublingalis 8. Nervus Vestibulocochlearis : Saraf ini berfungsi untuk pendengaran dan mengatur keseimbangan 9. Nervus Glossopharyngeus : Serabut motorik mempersarafi otot stilopharyngeus, serabut sensorik menghantarkan sensasi umum dari pharyng, palatum mole, sepertiga belakang lidah, bagian atas tenggorokan, tonsil, tuba auditorius dan cavum tymphani. Sedangkan serabut parasimpatik memperasarfi kelenjar ludah parotis. 10. Nervus Vagus : Bagian motorik dari nervus X ini menuju otot-otot palatum mole dan pharyng. Cabang para simpatik mempersarafi alat-alat viscera dada dan abdomen 11. Nervus Acsesorius : Cabang eksterna atau spinalis mempersarafi otot-otot trapezius dan sternocleidomastoideus, sedangkan cabang interna bersama-sama dengan nervus IX, X ke otot-otot intrinsik laring. 12. Nervus Hypoglossus : saraf ini mempersarafi otot-otot intrinsik lidah.8

GAMBAR 1.1. Saraf cranial Dimana ; a. Tiga pasang saraf sensori, yaitu saraf nomor 1, 2, dan 8 b. lima pasang saraf motor, yaitu saraf nomor 3, 4, 6, 11, dan 12 c. empat pasang saraf gabungan sensori dan motor, yaitu saraf nomor 5, 7, 9, dan 10. Sel saraf sensori (nomor 1, 2, dan 8) Fungsi sel saraf sensori adalah menghantar impuls dari reseptor ke sistem saraf pusat, yaitu otak (ensefalon) dan sumsum belakang (medula spinalis). Ujung akson dari saraf sensori berhubungan dengan saraf asosiasi (intermediet). Sel saraf motor (nomor 3, 4, 6, 11, dan 12) Fungsi sel saraf motor adalah mengirim impuls dari sistem saraf pusat ke otot atau kelenjar yang hasilnya berupa tanggapan tubuh terhadap rangsangan. Badan sel saraf motor berada di sistem

saraf pusat. Dendritnya sangat pendek berhubungan dengan akson saraf asosiasi, sedangkan aksonnya dapat sangat panjang. Sel saraf intermediet (nomor 5, 7, 9, dan 10.) Sel saraf intermediet disebut juga sel saraf asosiasi. Sel ini dapat ditemukan di dalam sistem saraf pusat dan berfungsi menghubungkan sel saraf motor dengan sel saraf sensori atau berhubungan dengan sel saraf lainnya yang ada di dalam sistem saraf pusat. Sel saraf intermediet menerima impuls dari reseptor sensori atau sel saraf asosiasi lainnya. Kelompok-kelompok serabut saraf, akson dan dendrit bergabung dalam satu selubung dan membentuk urat saraf. Sedangkan badan sel saraf berkumpul membentuk ganglion atau simpul Saraf otak dikhususkan untuk daerah kepala dan leher, kecuali nervus vagus yang melewati leher ke bawah sampai daerah toraks dan rongga perut. Nervus vagus membentuk bagian saraf otonom. Oleh karena daerah jangkauannya sangat luas maka nervus vagus disebut saraf pengembara dan sekaligus merupakan saraf otak yang paling penting. Sedangkan, saraf Spinalis terdiri dari 31 pasang saraf yang tersusun secara simetris masingmasing berasal dari medula spinalis melalui 2 buah radiks: radiks sensorik (dorsalis) dan motorik (ventralis). Saraf-saraf ini dibagi secara topografis menjadi 8 pasang saraf cervical (C 1-8), 12 torakal (T 1-12), 5 lumbal (L 1-5), 5 sacral (S 1-5) dan satu coccygeus (C). Neuron-neuron yang menyalurkan hantaran motorik pada bagian perjalanan terakhir yaitu di kornu anterior medula spinalis menuju sel-sel otot skeletal dinamakan Lower Motoneuron. Lower Motoneuron menyusun inti-inti radiks ventralis saraf spinalis.9 Tabel 2. Sistem saraf medula spinalis Jumlah Medula daerah 8 pasang Serviks Kulit kepala, leher dan otot tangan 12 pasang Punggung Organ-organ dalam spinalis Menuju

5 pasang 5 pasang 1 pasang

Lumbal/pinggang Sakral/kelangkang Koksigeal

Paha Otot betis, kaki dan jari kaki Sekitar tulang ekor

Gambar 1.2 Saraf spinalis

Beberapa urat saraf bersatu membentuk jaringan urat saraf yang disebut pleksus. Ada 3 buah pleksus yaitu sebagai berikut: a. Pleksus cervicalis merupakan gabungan urat saraf leher yang mempengaruhi bagian leher, bahu, dan diafragma. b.Pleksus brachialis mempengaruhi bagian tangan. c. Pleksus Jumbo sakralis yang mempengaruhi bagian pinggul dan kaki.10 2. Saraf Otonom Sistem saraf otonom disusun oleh serabut saraf yang berasal dari otak maupun dari sumsum tulang belakang dan menuju organ yang bersangkutan. Dalam sistem ini terdapat
9

beberapa jalur dan masing-masing jalur membentuk sinapsis yang kompleks dan juga membentuk ganglion. Urat saraf yang terdapat pada pangkal ganglion disebut urat saraf pra ganglion dan yang berada pada ujung ganglion disebut urat saraf post ganglion. Sistem saraf otonom dapat dibagi atas sistem saraf simpatik dan sistem saraf parasimpatik. Perbedaan struktur antara saraf simpatik dan parasimpatik terletak pada posisi ganglion. Saraf simpatik mempunyai ganglion yang terletak di sepanjang tulang belakang menempel pada sumsum tulang belakang sehingga mempunyai urat pra ganglion pendek, sedangkan saraf parasimpatik mempunyai urat pra ganglion yang panjang karena ganglion menempel pada organ yang dibantu.

Fungsi sistem saraf simpatik dan parasimpatik selalu berlawanan (antagonis). Sistem saraf parasimpatik terdiri dari keseluruhan nervus vagus bersama cabang-cabangnya ditambah dengan beberapa saraf otak lain dan saraf sumsum sambung.

Tabel Fungsi Saraf Otonom ]Parasimpatik mengecilkan pupil menstimulasi aliran ludah memperlambat denyut jantung membesarkan bronkus menstimulasi sekresi kelenjar pencernaan mengerutkan kantung kemih Simpatik

memperbesar pupil menghambat aliran ludah mempercepat denyut jantung mengecilkan bronkus menghambat sekresi kelenjar pencernaan
10

menghambat kontraksi kandung kemih.11 Secara mikroskopik, pada sistem saraf terdapat bagian- bagian yang sangat vital, antara lain: SERABUT SARAF Yang dimaksudkan serabut saraf yaitu biasanya axon yang memiliki selubung tipis yaitu : neurolema atau selubung Schwann, yang merupakan lembaran protoplasma sel-sel schwann yang berasal dari crista neuralis. Di bawah selubung schwann terdapat selubung mielin. Pada serabut saraf yang bermialin pada jarak tertentu selubung mengecil membentuk simpul yang dinamakan Nodus Ranvier, di mana nerolema juga mengikutinya . Serabut saraf bermialin di perifer agak berbeda dengan yang ada dipusat susunan saraf dalam hal neurolemanya, yaitu diselubungi oleh sel schwann sedang di susunan saraf pusat oleh sel oligodendroglia. Kalau dendrit dibandingkan terhadap axon, maka axon jauh lebih panjang dari pada dendrit. Lagi pula diameter axon relatif tetap sampai ujungnya, sedangkan diameter dendrit akan mengecil apabila menjahui pangkalnya. Ujung axon akan bercabang cabang sebagai pohon dinamakam telodendria. Unsur utama dari axon adalah lanjutan sitopalasma yang dinamakan axoplasma. Sebagai lanjutan sitopalasma dalam axoplasma didapat pula organel : mitokondria, nerofibril dam mikrotubuli namun tidak diketemukan granular endoplasmic reticulum. Sebagai lanjutan dari nerolema axoplasma dibatasi oleh axolema Selubung mielin terdiri atas bahan seperti lemak yang merupakan campuran diantaranya kolesterol, fosfolipid, dan serebrosid. Oleh karena lipid larut selama proses pembuatanya maka didaerah selubung mielin hanya meninggalkan endapan protein sebagai nerokeratin. Sedangkan apabila digunakan asan osmium di daerah selubung mielin terlihat adanya gambaran celah miring sebagai corong yang dinamakan incisura Schmidt lantermann.

11

Dengan pengamatan M.E. selubung mielin menampakan gambaran berlapis-lapis, berikut ini akan menjelaskan bagaimana akan terjadinya selubung tersebut. Terbentuknya selubung mielin didasarkan pada jelly roll hypothesis yang menyatakan bahwa sitoplasma sel schwann yang semula melingkupi axon secara langsung akan berputar berkali-kali dengan axon sebagai sumbunya. Dari terjadinya mielin tersebut nyata bahwa selubung mielin merupakan bagian dari sel schwann, namun secara muda, biasa dikatakan bahwa nerolema adalah badan dari sel schwann dengan inti dan sitoplasma di sekelilingnya, sedangkan selubung mielin berdiri sendiri.

Pada saraf perifer, serabut saraf umumnya dikelompokan sebagai berkas-berkas yang dinamakan saraf. Sebelum merupakan sebagai berkas, disebelah luar dari nerolema dilapisi oleh selubung jaringan pengikat yang berasal mesodermal yang dinamakan endoneurium atau selubung Henle. Serabut-serabut saraf bersama endoneuriumnya bergabung menjadi berkas yang diselubungi oleh jaringan pengikat padat yang dinamakam : perinerium. Yang selanjutnya berkas ini diikat lagi menjadi berkas yang lebih besar lagi oleh jaringan padat yang dinamakan : epinerium. Di dalam berkas yang besar tersebut mungkin tidak ditemukan berkas serabut saraf yang tidak bermielin yang disebut juga serabut lemak. Karena tidak bersulubung mielin maka serabut lemak tidak tampak bersegmen-segmen. Nerolema merupakan selubung atau sarung yang terbentuk oleh deretan sel-sel schwann sepanjang serabut saraf hanya terdiri atas sebuah sel schwann. Sitoplasma di daerah tepi yang tipis akan membentuk tonjolan-tonjolan mengelilingi serabut saraf. Sinapsis Apabila axon di rangsang maka impuls yang terbentuk akan dirambatkan baik kea rah badan sel maupun menjahui badan selnya sampai keujung-ujung yang dinamakan telodendron. Untuk mencapai sel saraf berikutnya diperlukan suatu alat yang disebut sinapsis. Keistimewaan sinapsis ini hanya dapat merambatkan impuls dalam satu arah saja.

12

Dalam perambatan impuls dapat dibedakan sebagai berikut : Axodendritik, dari axon ke dendrite lain. Axosomatik, dari axon ke badan sel lain. Axo-axinik, dari axo ke axon lain. Dendro dendritik, ke dendrite lain. Somato-somatik, antara badan sel saraf.

Kemampuan sebuah sel saraf untuk merambatkan ke sel saraf lainnya berbeda-beda sehingga jumlah sinapsisnya berbeda-beda. Ujung ujung telodendron berbentuk sebagai benjolan kecil yang di namakan boutons terminaux. Lebih sering cabang axon membentuk beberapa sinapsis sepanjang perjalannya sehingga jenis hubungan ini dinamakan : boutons en passage. Apabila di amati pada ujung axon tampak mitokondria dan gelembung-gelembung halus yang dinamakan : gelembung sinaptik. Gelembung sinaptik berisi subtansi, subtansi tersebut dinamakan neurotransmitter, yang dapat berupa sebagai : asetil kholin, neropinefrin, dopamine, serotonin, GABA ( gamma amino butyric acid. AKHIRAN SARAF Ujung ujung tonjolan baik sebagai axon ataupun yang berfungsi sebagai dendrit tidak selalu berhubungan dengan saraf lain melainkan berakhir bebas ataupun berhubungan dengan jenis jaringan lain. Ujung-ujung saraf tersebut dapat mempunyai kemampuan menerima rangsangan dari lingkungannya atau membawa pesan dari saraf untuk lingkungan sebagai jawaban atas rangsangan yang datang. Apabila serabut saraf mampu membawa impuls dari ujung saraf penerima rangsangan menuju kearah pusat susunan
13

saraf, maka serabut saraf demikian dinamakan : serabut saraf aferen. Sebaliknya apabila serabut saraf tersebut membawa impuls sebagai pesan dari pusat susunan saraf untuk akhiran saraf jenis kedua, maka serabut saraf demikian di namakan serabut saraf eferen.

AKHIRAN SARAF AFEREN Ujung dari saraf aferen tersebut dapat berakhir bebas dalam jaringan atau membentuk jaringan khusus yang disebut reseptor. Reseptor dapat membentuk ujung-ujung yang tidak berselebung yang dapat diketemukan pada epitel, jaringan pengikat, otot atau selaput lendir dan kulit. Reseptor pada selaput lendir dan kulit merupakan bagian dari serabut saraf aferen bermealin yang menjelang masuk jaringan epitel akan kehilangan selubung mealin dengan membentuk anyaman yang disebut plexus nervosus. Sel epitel yang berdekatan dengan reseptor dinamakan sel taktil, berfungsi sebagai penerima rangsangan yang berbentuk rabaan. Reseptor yang terdapat disekeliling sel rambut dinamakan reseptor peritrichial. Kecenderungan terjadinya modifikasi sel-sel epitel menjadi satu kesatuan fungsional dengan Termasuk reseptor memberikan ini penamaan misalnya khusus sebagai sebagai sel-sel gemma nero-epitel. gustatoria

kelompok

terdapat

Sebagai alat pengecap di lidah dan organon corti sebagai alat penerima suara. Reseptor yang membentuk bangunan khusus: Bulbus terminalis Reseptor jenis ini berbentuk oval dengan selubung jaringan pengikat tipis sebagai jaringan pengikat tipis sebagai selubung. Bagian dalam dinamakan Bulbus internus terdapat sebuah atau lebih ujung saraf yang telah kehilangan selubung mielinnya. Kadang-kadang ujung saraf tersebut bergulung membentuk glomerulus. Reseptor jenis ini terdapat dalam jaringan pengikat misalnya : bibir, lidah, pipi, langit-langit, rongga hidung, alat kelamin, seperti ujung clitoris dan penis yang semuanya dinamakan sebagai
14

Bulbus terminalis Krause. Apabila terdapat dalam kulit reseptor tersebut berfungsi menerima rangsangan dingin Corpusculum tactilum Meissneri. Reseptor jenis ini biasanya ditemukan pada kulit yang tidak berambut misalnya telapak kaki dan tangan. Berbentuk oval dengan selubung jaringan padat. Bagian dalam diisi selsel jaringan pengikat gepeng yang tersusun sejajar dengan permukaan epitel. Diantara selsel tersebut terdapat ujung-ujung saraf yang telah kehilangan mielin.

Reseptor ini berfungsi menerima rangsangan rabaan halus.

Corpusculum lamellosum Vateri Pacini Reseptor ini berbentuk elips yang tersusun oleh lembaran-lembaran jaringan pengikat secara kosentris seperti kulit bawang. Dalam jaringan pengikat ini terdapat pembuluh darah. Masing-masing lembaran dipisahkan oleh cairan jernih. Di bagian tengah terdapat rongga yang diisi oleh ujung saraf yang telah kehilangan selubung mielin. Reseptor jenis ini terdapat dalam jaringan pengikat di bawah kulit terutama di telapak kaki dan tangan., peritoneum, penis, clitoris, papilla mammae dan sebagainya.

Muscle spindle dan neurotendinal spindle Kalau beberapa reseptor yang telah dibahas menerima rangsangan dari luar sehingga dapat dikelompokan dalam eksteroreseptor, maka kali ini reseptor menerima rangsangan yang ditimbulkan sendiri sehingga dinamakan proprioseptor.

Reseptor ini berbentuk sebagai kumparan sebesar 0,75-1mm terselip diantara serabutserabut otot kerangka atau serabut kolagen dari tendo. Fungsi dari muscle spidle neurotendinal spindle untuk mengetahui sampai seberapa jauh kontraksi otot sedang berlangsung karena adanya keregangan otot akan bertindak sebagai rangsangan. Corpusculum Ruffini

15

Jenis reseptor ini berbentuk sebagai berkas jaringan pengikat yang didalamnya terdapat ujung-ujung saraf yang bercabang-cabang yang berakhir gepeng. Reseptor yang berfungsi menerima rangsangan panas ini terdapat didalam jaringan pengikat di bawah kulit.

Akhiran Saraf Eferen Sebagai jawaban atau tanggapan terhadap impuls yang datang dari perifer melalui serabut saraf afere, maka oleh pusat susunan saraf dikirimkam impuls menjalar melalui serabut saraf eferen ke sel atau organ sasaran. Akhiran saraf eferen tersebut akan membentuk efektor pada organ sasaran. Menurut letaknya akhiran saraf tersebut dikelompokan dalam 2 katagori yaitu : Akhiran saraf somatik eferen. Akhiran saraf visceral eferen. Akhiran saraf somatik eferen terletak pada serabut-serabut otot kerangka yang dinamakan sebagai motor endplate. Pada waktu saraf mendekati serabut otot, sebelum bercabang cabang halus, axonnya akan kehilangan mielin, sehingga cabang-cabang axon yang dekat dengan serabut otot tidak selubung mielin. Dengan pengamatan M.E. pada motor end plate tersebut axonnya hanya ditutupi tipis sitoplasma sel schwann dan ujungnya mendekati sarkolema. Bagian serabut otot didaerah motor endplate menonjol walaupun arah perjalanan miofibril tidak mengikuti penonjolan tersebut. Didaerah yang menonjol ini sarkoma banyak mengandung mitokondria. Oleh karena ujung-ujung saraf seakan sebagai tapak kaki yang menempel pada serabut otot, maka bagian ujung saraf disebut endfoot dan sarkoplasma yang menonjol dinamakan soleplasm.

16

Apabila diperhatikan dengan seksama, maka ujung saraf yang melebar akan masuk ke dalam lekukan dalam sole plasm yang dinamakan gutters (parit). Sarkoma yang merupakan dasar dari parit tersebut melipat-lipat yang dinamakan junctional folds membentuk celah terpisah dari celah sinaptik. Didaerah parit tersebut axeloma dinamakan membran presinaptik dan sakolema dihadapannya dinamakan membran postsinaptik. Akhiran saraf eferen visceral, terletak pada alat alat dalam. Ujung ujung akhiran saraf yang merupakan efektor kehilangan mielin dan membentuk anyaman sekeliling otot polos, otot jantung atau dibawah otot kelenjar. Menurut letaknya efektor tersebut dinamakan : Kardiomotor, pada jantung Viseromotor, pada otot alat dalam Vasomotor, pada otot polos pembuluh darah Pilomotor, pada otot polos folikel rambut Sekretomotor, pada epitel kelenjer.

GANGLION

Yang dimaksud dengan ganglion adalah kumpulan sel-sel saraf yang terdapat di luar sistem saraf pusat. Apabila kumpulan sel-sel saraf terdapat dalam sistem saraf pusat maka dinamakan Nukleus. Biasanya ganglion berbentuk ovoid kecil yang dibungkus oleh jaringan pengikat padat.Ganglion intramural biasanya terdiri dari berapa sel saraf saja dan berada dalam alat-alat dalam, khususnya dinding saluran pencernaan. Semua ganglion intramural termasuk dalam sistem parasimpatik. Berdasarkan struktur dan fungsinya dibedakan 2 jenis ganglion saraf : Ganglion kraniospinal, terdapat pada radix dorsalis N. spinalis dan N. cranialis, dan Ganglion otonom, yang merukan bagian dari sistem saraf otonom.
17

Masing-masing badan sel ganglion atau badan sel saraf dikelilingi oleh selapis sel kuboid yang dinamakan sel kapsel setelit dan selapis tipis jaringan pengikat. Ganglion kraniospinal mempunyai sel ganglion yang termasuk tipe pseudounipoler yang mempunyai tonjolan yang berbentuk huruf T. dua percabangan dari tonjolan tersebut disebut axon dan yang lainnya berfungsi sebagai dendrite. Walaupun berfungsi sebagai dendrit namun strukturnya adalah axon., karena diluar ganglion memiliki selubung mielin.

Bagian dari ganglion lebih banyak sel-selnya dari pada di bagian tengah di mana lebih banyak serabut-serabut saraf. Pada sedian histologi, badan sel ganglion yang berbentuk pseudounipoler tampak gluber dengan inti terletak di tengah. Ganglion otonom biasanya berbentuk sebagai pembesaran pada serabut otonom. Beberapa dari ganglion otonom ini terdapat dalam dinding saluran pencernaan. Ukuran sel saraf dalam ganglion otonom hampir sama sekitar 20-45 mm mempunyai inti relatif besar sebagai gelembung yang terletak eksentrik. Secara faali ganglion otonom dibedakan dalam ganglion simpatik dan ganglion parasimpatik yang tidak dapat dibedakan secara makrofag.11

Degenerasi dan Regenerasi Sistem Saraf. Sel-sel saraf baik pada sistem saraf pusat ataupun sistem saraf perifer sejak sudah dahulu dianggap tidak dapat membelah diri pada individu yang telah selesai perkembangan sistem sarafnya. Hasil-hasil penelitian pada akhir-akhir ini menunjukan bahwa kemungkinan besar sel-sel saraf tersebut masih dapat membelah diri walaupun sangat lamban. Sedangkan tonjolan-tonjolan sel saraf pada sistem saraf pusat apabila mengalami kerusakan sangat sulit dapat tumbuh kembali. Sebaliknya pada sistem saraf perifer penggantian tonjolan saraf berlangsung mudah selama bagian perikarion tidak mengalami kerusakan.

Apabila sebuah saraf mati bersama tonjolan-tonjolannya, maka sel-sel saraf yang berhubungan dengan sel saraf tersebut tidak ikut mati, kecuali untuk sel neuron yang
18

hanya berhubungan dengan sel saraf mati tadi. Peristiwa semacam ini dinamakan Degenerasi transneral.

Keadaan untuk sel-sel glia pada sistem saraf pusat dan sel schwann serta sel satelit ganglion pada sistem saraf perifer berlawanan dengan sel-sel saraf, oleh karena mereka sangat mudah melangsungkan pembelahan sel. Akibatnya kematian sel-sel saraf akan cepat diganti oleh sel-sel glia atau sel schwann atau sel satelit.

Sangatlah perlu untuk membedakan perubahan-perubahan yang berlangsung pada bagian proksimal dan distal dari kerusakan sebuah serabut saraf, sebab bagian proksimal dari kerusakan yang dekat dengan badan sel lebih mudah mengalami degenerasi total.

Kerusakan pada axon akan mengakibatkan perubahan-perubahan dalam perikarion sebagai berikut : - Hilangnya badan Nissl sehingga neroplasma berkurang basofil (khromatolisis) - Membesarnya volume perikarion - Perpindahan inti kedaerah tepi

Bagian sebelah distal dari kerusakan, degenerasi total dialami oleh seluruh axon bersama selubung mielin yang di ikuti oleh pembersihan sisa-sisa degenerasi oleh sel makrofag. Sementara proses ini berlangsung, sel-sel schwann akan membelah diri secara aktif sehingga membentuk batang solid yang mengisi bekas yang dilalui oleh axon. Rangkain sel-sel ini akan bertindak segai pengarah untuk pertumbuhan axon yang bertunas dalam fase perbaikan. Serabut otot yang di persarafi axon yang rusak tampak mengecil.

Sekitar 3 minggu setelah kerusakan serabut saraf, ujung serabut saraf sebelah proksimal dari kerusakan akan tumbuh dan bercabang-cabang sebagai serabut-serabut halus ke arah pertumbuhan sel-sel schwann. Diantara sekian banyak percangan axon beberapa akan terus tumbuh, khususnya yang dapat menerobos rangkain sel-sel schwann untuk mencapai sel efektor, misalnya otot. Apabila celah yang memisahkan bagian proksimal
19

dan bagian distal dari axon cukup lebar atau pada keadaan hilangnya sama sekali bagian distal, misalnya amputasi, maka saraf-saraf sebagian hasil pertumbuhan baru tersebut membentuk gulungan yang menyebabkan rasa sakit. Pembentukan gulungan tersebut diberi nama yang sebenarnya kurang benar sebagai neroma amputasi.

Proses perubahan degeneratif pada bagian distal dari kerusakan dinamakan degenerasi sekunder dari Waller.

Mekanisme Penghantar Impuls Mekanisme hantaran saraf

20

Seperti halnya jaringan komputer, sistem saraf mengirimkan sinyal sinyal listrik yang sangat kecil dan bolak-balik, dengan membawa informasi dari satu bagian tubuh ke bagian tubuh yang lain. Sinyal listrik tersebut dinamakan impuls (rangsangan). Sel-sel di dalam tubuh dapat memiliki potensial membran akibat adanya distribusi tidak merata dan perbedaan permeabilitas dari Na+, K+, dan anion besar intrasel. Potensial istirahat merupakan potensial membran konstan ketika sel yang dapat tereksitasi tidak memperlihatkan potensial cepat. Sel saraf dan otot merupakan jaringan yang dapat tereksitasi karena dapat mengubah permeabilitas membran sehingga mengalami perubahan potensial membran sementara jika tereksitasi. Ada dua macam perubahan potensial membran: 1. Potensial berjenjang yakni sinyal jarak dekat yang cepat menghilang. Potensial berjenjang bersifat lokal yang terjadi dalam berbagai derajat. Potensial ini dipengaruhi oleh semakin kuatnya kejadian pencetus dan semakin besarnya potensial berjenjang yang terjadi. Kejadian pencetus dapat berupa: a. Stimulus b. Interaksi ligan-reseptor permukaan sel saraf dan otot c. Perubahan potensial yang spontan (akibat ketidakseimbangan siklus pengeluaran pemasukan/ kebocoran-pemompaan) Apabila potensial berjenjang secara lokal terjadi pada membran sel saraf atau otot, terdapat potensial berbeda di daerah tersebut. Arus (secara pasif )mengalir antara daerah yang terlibat dan daerah di sekitarnya (di dalam maupun di luar membran). Potensial berjenjang dapat menimbulkan potensial aksi jika potensial di daerah trigger zone di atas ambang. Sedangkan jika potensial di bawah ambang tidak akan memicu potensial aksi. Daerah-daerah di jaringan tempat terjadinya potensial berjenjang tidak mempunyai bahan insulator sehingga terjadi kebocoran arus dari daerah aktif membran ke cairan ekstrasel (CES) sehingga potensial semakin jauh semakin berkurang. Contoh potensial berjenjang: a. Potensial pasca sinaps b. Potensial reseptor c. Potensial end-plate d. Potensial alat pacu

21

2. Potensial aksi merupakan pembalikan cepat potensial membran akibat perubahan permeabilitas membran. Potensial aksi berfungsi sebagai sinyal jarak jauh. Istilah-istilah dalam potensial aksi: a. Polarisasi (potensial istirahat). Membran memiliki potensial dan terdapat pemisahan muatan berlawanan. b. Depolarisasi. Potensial lebih kecil daripada potensial istirahat (menuju 0 mV) c. Repolarisasi. Proses untuk kembalinya muatan muatan ion seperti keadaan sebelumnya. d. Hiperpolarisasi. Potensial lebih besar daripada potensial istirahat (potensial lebih negatif dan lebih banyak muatan yang dipisah dibandingkan dengan potensial istirahat). Selama potensial aksi, depolarisasi membran ke potensial ambang menyebabkan serangkaian perubahan permeabilitas akibat perubahan konformasi saluran-saluran gerbangvoltase. Perubahan permeabilitas ini menyebabkan pembalikan potensial membran secara singkat, dengan influks Na+ (fase naik; dari -70 mV ke +30 mV) dan efluks K+ (fase turun: dari puncak ke potensial istirahat). Sebelum kembali istirahat, potensial aksi menimbulkan potensial aksi baru yang identik di dekatnya melalui aliran arus sehingga daerah tersebut mencapai ambang. Potensial aksi ini menyebar ke seluruh membran sel tanpa menyebabkan penyusutan. Cara perambatan potensial aksi: a. Hantaran oleh aliran arus lokal pada serat tidak bermielin. Potensial aksi menyebar di sepanjang membran b. Hantaran saltatorik yang lebih cepat di serat bermielin. Impuls melompati bagian saraf yang diselubungi myelin. Pompa Na+-K+memulihkan ion-ion yang berpindah selama perambatan potensial aksi ke lokasi semula secara bertahap untuk mempertahankan gradien konsentrasi. Bagian membran yang baru saja dilewati oleh potensial aksi tidak mungkin dirangsang kembali sampai bagian tersebut pulih dari periode refrakternya. Periode refrakter memastikan perambatan satu arah potensial aksi menjauhi tempat pengaktifan semula. Potensial aksi timbul secara maksimal sebagai respon terhadap rangsangan atau tidak sama sekali (all or none). Variasi kekuatan rangsang dlihat dari variasi frekuensi, bukan dari variasi kekuatan (besarnya) potensial aksi.

Neurotransmitter 1. Asetikolin
22

Struktur asetilkolin yang relative sederahana, yaitu ester asetil dari kolin. Sebagian besar terdapat dalam vesikel vesikel kecil, bening dalam konsentrasi tinggi di tonjolan tonjolan akhir neuron yang melepaskan asetilkolin (neuron koligernik). Asetilkolin dengan konsentrasi tinggi berada di korteks serebri, thalamus, dan nucleus basalis forebrain. Sedangkan untuk enzim yang berperan dalam metabolism asetilkolin yaitu choline asetyltranferase dan acetylcholinesterase. 2. Norepinefrin dan epinefrin Transmitter kimiawi yang dijumpai di hampir semua ujung saraf postganglion simpatis adalah norepinefrin (levarterenol). Tersimpan di tonjolan tonjolan sinaptik neuron yang mensekresikannya dalam vesikel vesikel kecil yang berinti padat. Norepinefrin dengan derivate metilnya yaitu epinefrin dihasilkan oleh kelenjar medulla adrenal, tetapi epinefrin bukan perantara kimia di ujung ujung saraf postganglion simpatis.5 Setiap neuron dalam perjalanannya mempunyai verikositis multiple dan tampaknya varikositis ini merupakan tempat pelepasan norepinefrin. Di jaringan otak juga terdapat neuron neuron penghasil norepinefrin.5 Obat obat yang menaikkan kadar norepinefrin ekstrasel otak dapat menyebabkan naiknya mood, sedangkan obat obat yang menurunkan kadar norepinefrin menyebabkan depresi. 3. Histamine Badan sel neuron neuron histaminergik terdapat di nucleus tuberomamilaris hypothalamus posterior, sedangkan akson aksonnya berpencar ke seluruh bagian otak, termasuk korteks serebri dan medulla spinalis.5 Dengan demikian, system histaminergik menyerupai system noradrenergic, adrenergic, dopaminergisk, dan serotonergik dengan penyebaran sedikit sel ke seluruh bagian SSP. Pada dasarnya, fungsi dari histamine ini belum jelas. 4. Dopamine Di dalam sel sel kecil yang berfluoresensi kuat (SIF) di ganglia autonomic dan di bagian tertentu jaringan otak, sintesis katekolamin berhenti pada dopamine, dan
23

katekolamin ini disekresi sebagai transmitter sinaptik. Terjadi pengambilan kembali dopamine secara aktif melalui transporter yang bergantung pada NA+ dan Cl-. Dopamine mengalami metabolism menjadi senyawa yang tidak aktif oleh MAO dan COMT dengan cara analog dengan penghambatan norepinefrin.5 Lima reseptor dopamine yang berbeda telah mengalami klonasi, dan sebagian berbentuk multiple. Seluruhnya berpasangan dengan protein G dengan tujuh domain transmembran. Reseptor D1 dan D5 keduanya meningkatkan kadar AMP tetapi mempunyai penyebaran yang berbeda di jaringan otak. Reseptor reseptor D2, D3, D4 semuanya menurunkan kadar cAMP, tetapi mereka pun mempunyai penyebaran yang agak berbeda. 5. Serotonin Serotonin tedapat dengan kadar tertinggi dalam trombosit dan saluran cerna yaitu pada sel enterokromafin dan plexus mientrikus. Dalam jumlah sedikit terdapat di jaringan otak dan retina. Pada otak khususnya berada pada batang otak (nucleus ruber). Serotonin di bentuk dalam tubuh melalui hidroksilasi dan dekarboksilasi asam amino essensial triptofan.5 Dalam keadaan normal, hidroksilasi tersebut tidak mengalami saturasi. Karena itu, peningkatan masukan triptofan dalam makanan dapat meningkatkan kandungan serotonin otak. Setelah dilepaskan oleh neuron neuron serotonergik, sebagian besar serotonin tersebut diambil kembali melalui mekanisme ambilan aktif dan diinaktivasi oleh MAO untuk membentuk untuk membentuk asam 5-hidroksi-indolasetat yang merupakan metabolit utama serotonin dalam kemih.

6. Peptide opioid Otak dan saluran cerna memiliki reseptor reseptor yang berkaitan dengan morfin. Penelitian ligand endogen reseptor reseptor tersebut menemukan adanya dua
24

pentapeptida yang sangat berkaitan dinamakan enkefalin, yang berkaitan dengan reseptor reseptor opioid tersebut. Satu mengandung metionin (met-enkefalin), sedangkan yang satu mengandung leusin (leu-enkefalin). Keduanya dan berbagai peptide lain yang berikatan dnegan reseptor opioid dinamakan peptide opioid.12

25

Kesimpulan

Hipotesis diterima, lidah terasa berat, susah digerakkan, tubuh sebelah kanan kesemutan dan lemas dikarenakan adanya gangguan pada system saraf, khususnya gangguan pada system saraf perifer. Karena, structural terdasar system saraf perifer adalah reseptor sensorik yang menerima rangsang dari dalam dan luar tubuh serta akhiran motorik yang bertugas mempersarafi efektor(serabut otot atau kelenjar). System saraf perifer sendiri dibagi menjadi 2 sistem yakni system saraf somatic(sadar) yang mengirim informasiinformasi dari pancaindra ke otot- otot yang menjalankan gerak sadar dan system saraf visceral(tidak sadar) yang mengatur aktivitas kelenjar- kelenjar dan organ- organ dalam tubuh. Jadi, secara keseluruhan system saraf tepi adalah suatu kumpulan neuron yang menghubungkan sistem saraf pusat dengan kelenjar- kelenjar, otot- otot, dan reseptorreseptor sensorik.

26

Daftar Pustaka 1. Wade, C. & Tavris, C.. Psikologi: Jilid 1. 2007 Jakarta: Penerbit Erlangga 2. Sherwood L. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC; 2001. p.78-100 3. aSnell RS. Neuroanatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Edisi ke-5. Jakarta: EGC; 2001.p.54-8;106-9 4. Tanjung A. Kamus lengkap bahasa Indonesia. Jakarta: Media Center Mitra Pressindo; 2005. 410. 5. Junqueira LC, Carneiro J. Histologi dasar. Edisi 10. Jakarta: EGC; 2007. 6. Ibrahim N. Neurophysiology. Bahan Kuliah Modul Neurosains FKUI. 2010 7. Anonim. Knowledge Anatomi. 2006. Progam animasi anatomi 8. Pratiwi, DA. Biologi 2. 2003. Jakarta. Erlangga 9. Semiun, Yustinus. Kesehatan Mental 1.2002. Jakarta: Penerbit Kanisius 10. Singgih SA. Sistem saraf sebagai sistem pengendali tubuh. Departemen Ilmu Faal FKUI. Jakarta. 2005. 11. Widyastuti P, editor. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC, 2003. 12. Satyanegara. Ilmu bedah saraf. Edisi IV. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2010.

27

28

You might also like