You are on page 1of 23

REFRAT PEDODONSIA

KELAINAN OKLUSI PADA GIGI ANAK

Disusun Oleh : Morika Latersia Sebayang Nadya Candra Lupita R. Magistra Prinka Prirahadi (2012 - 16 - 092) (2012 - 16 - 093) (2012 - 16 - 0 ) (2012 - 16 - 0 )

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA) JAKARTA 2013

BAB I PENDAHULUAN

Gigi sulung atau dikenal juga dengan sebutan gigi susu pada anak-anak, berperan penting untuk perkembangan rahang dan pertumbuhan gigi tetap. Gigi sulung memiliki fungsi sebagai penunjuk jalan dan memberi ruang kepada gigi tetap untuk erupsi apabila gigi sulung sudah tanggal pada waktunya, dimana gigi tetap tersebut berada dibawah gigi sulung. Gigi sulung perlu dirawat sejak dini agar anak tidak mengalami gangguan tumbuh kembang gigi, di samping mempertahankan keadaan gigi yang normal, sehingga saat dewasa memperoleh oklusi gigi yang harmonis, fungsional, dan estetis. 1 Oklusi merupakan berkontaknya gigi geligi rahang atas dengan permukaan gigi geligi rahang bawah pada saat kedua rahang tersebut menutup. Oklusi pada anak baik pada gigi sulung maupun gigi tetap selalu berubah (dinamis) sesuai tumbuh kembang anak. Perkembangan oklusi masa gigi sulung sering mengalami gangguan yang dapat mempengaruhi hubungan oklusi gigi tetap. Hampir sebagian besar penderita kelainan oklusi disebabkan karena masalah gigi sewaktu kecil. Salah satunya adalah karies yang tidak dirawat dan melakukan kebiasaan buruk pada saat balita seperti mengemut makanan, minum susu dalam botol dot menjelang tidur dan mengisap jari. Oklusi gigi adalah salah satu unsur yang penting, apabila terjadi suatu kelainan oklusi atau maloklusi maka akan menyebabkan masalah lain yang lebih berat dan perlu diwaspadai. 1 Tahap perkembangan gigi yang paling penting untuk diperhatikan adalah pada masa transisi antara gigi sulung ke gigi tetap karena dapat menyebabkan timbulnya kelainan susunan gigi atau maloklusi. Maloklusi adalah bentuk hubungan rahang atas

dan bawah yang menyimpang dari bentuk standar yang diterima sebagai bentuk yang normal, maloklusi dapat disebabkan karena tidak ada keseimbangan dentofasial. Keseimbangan dentofasial ini tidak disebabkan oleh satu faktor saja, tetapi beberapa faktor saling mempengaruhi. Faktor-faktor yang mempengaruhi adalah keturunan, lingkungan, pertumbuhan dan perkembangan, etnik, fungsional, patologi.1,2 Berdasarkan hasil penelitian Faruk Hoesin, maloklusi kelas I merupakan tipe maloklusi yang paling banyak dialami oleh anak-anak. Kelainan yang sering terjadi pada maloklusi kelas I ada bermacam-macam antara lain crowding, spacing, deepbite, crossbite, openbite dan protusif bimaksiler (Premkumar, 2008). Perawatan kelainankelainan tersebut biasanya dilakukan pada kelompok usia remaja atau kadang-kadang dewasa. Pemilihan alat dan perlunya ekstraksi harus dipertimbangkan berdasarkan kasus individual.3 Sangat penting untuk menanamkan pengertian dan kebiasaan menjaga kesehatan mulut dan gigi sedini mungkin. Tindakan pencegahan untuk mecegah timbulnya maloklusi dapat dimulai sejak masa gigi sulung, dengan menjaga kebersihan rongga mulut agar tidak terjadi karies atau gigi tanggal sebelum waktunya. Pengamatan perkembangan oklusi perlu dilakukan sejak periode gigi sulung dan gigi bercampur. Pengamatan kebiasaan buruk dan menghentikanya pada saat yang tepat dapat mencegah munculnya maloklusi di kemudian hari.1 Untuk mencegah serta mengetahui adanya kelainan oklusi pada gigi anak dan tindakan yang harus dilakukan maka sebaiknya diperlukan pemahaman mengenai definisi, etiologi dan perawatan beberapa jenis maloklusi yang dibahas didalam makalah ini.

BAB II KELAINAN OKLUSI ( MALOKLUSI ) 2.1 Definisi Maloklusi Keadaan disharmoni dentofasial yang dikenal dengan nama maloklusi merupakan suatu kelainan hubungan antara satu gigi dengan gigi lain pada satu rahang dengan antagonisnya. Lengkung terluar (arch perimeter) susunan gigi atas umumnya lebih besar di banding lengkung terluar susunan gigi bawah. Dewanto (2004) mengatakan bahwa maloklusi adalah oklusi gigi geligi yang menyimpang dari ideal dan penyimpangan tersebut merupakan ciri-ciri maloklusi yang sangat bervariasi baik pada individu maupun kelompok populasi.2 2.2 Etiologi Maloklusi Etiologi maloklusi dibagi atas dua golongan yaitu faktor luar atau faktor umum dan faktor dalam atau faktor lokal. Hal yang termasuk faktor luar yaitu herediter, kelainan kongenital, perkembangan atau pertumbuhan yang salah pada masa prenatal dan posnatal, malnutrisi, kebiasaan jelek, sikap tubuh, trauma, dan penyakit-penyakit dan keadaan metabolik yang menyebabkan adanya predisposisi ke arah maloklusi seperti ketidakseimbangan kelenjar endokrin, gangguan metabolis, penyakit-penyakit infeksi.3 Hal yang termasuk faktor dalam adalah anomali jumlah gigi seperti adanya gigi berlebihan (dens supernumeralis) atau tidak adanya gigi (anodontis), anomali ukuran gigi, anomali bentuk gigi, frenulum labii yang abnormal, kehilangan dini gigi desidui, persistensi gigi desidui, jalan erupsi abnormal, ankylosis dan karies gigi.3

2.3 Akibat dari Maloklusi Kelainan pada oklusi dapat mengakibatkan terjadinya gangguan pada pengunyahan, bicara serta estetik. Gangguan pengunyahan yang terjadi yaitu dapat berupa rasa tidak nyaman saat mengunyah, terjadinya rasa nyeri pada TMJ dan juga mengakibatkan nyeri kepala dan leher. Pada gigi yang berjejal dapat mengakibatkan kesulitan dalam pembersihan. Tanggalnya gigi-gigi akan mempengaruhi pola pengunyahan misalnya pengunyahan pada satu sisi, dan pengunyahan pada satu sisi ini juga dapat mengakibatkan rasa sakit pada TMJ.3 Maloklusi dapat mempengaruhi kejelasan bicara seorang anak. Apabila ciri maloklusinya berupa disto oklusi akan terjadi hambatan mengucapkan huruf p dan b. Apabila ciri maloklusinya berupa mesio oklusi akan terjadi hambatan mengucapkan huruf s, z, t, dan n.3 Maloklusi dapat mempengaruhi estetis dari penampilan anak. Penampilan wajah yang tidak menarik mempunyai dampak yang tidak menguntungkan pada perkembangan psikologis anak, apalagi pada saat usia masa remaja. Dibiase menyatakan beberapa kasus maloklusi pada anak remaja sangat berpengaruh terhadap psikologis dan perkembangan sosial yang disebabkan oleh penindasan yang berupa ejekan atau hinaan dari teman sekolahnya. Pengalaman psikis yang tidak menguntungkan dapat sangat menyakitkan hati sehingga remaja korban penindasan tersebut akan menjadi sangat depresi.3

BAB III KELAINAN OKLUSI PADA GIGI ANAK A. Crossbite Gigitan bersilang atau Cross bite merupakan malrelasi bukolingual dari gigi maksila dan mandibula dimana satu gigi atau lebih pada maksila terletak lebih ke lingual daripada gigi mandibula (Millet dan Welbury, 2000). Ada dua jenis crossbite berdasarkan letak gigi yang terlibat di dalam lengkung, yaitu crossbite anterior dan crossbite posterior.2 A.1. Crossbite anterior Crossbite anterior disebut juga gigitan silang, merupakan kelainan posisi gigi anterior rahang atas yang lebih ke lingual daripada gigi anterior rahang bawah. Istilah gigi yang terkunci sering digunakan untuk crossbite anterior. Crossbite anterior dapat dijumpai pada anak terutama pada periode gigi bercampur. Kasus ini sering menjadi keluhan pasien oleh karena menimbulkan penampilan yang kurang menarik, disamping itu dapat mengakibatkan terjadinya trauma oklusi.2 Prevalensi crossbite anterior pada gigi sulung hanya sedikit yang telah dilaporkan. Crossbite anterior yang muncul pada periode gigi sulung sebaiknya segera dikoreksi sebelum berkembang menjadi maloklusi yang lebih parah sehingga perawatan lebih sulit dilakukan.3 Insiden crossbite anterior memiliki distribusi etnik yang kuat (10% dari populasi Jepang). Sim (1977) menyatakan bahwa 10% dari seluruh populasi anak menunjukkan beberapa tipe crossbite. Ia sering mengamati bahwa crossbite anterior,

posterior atau kombinasinya terlihat di antara saudara kandung dalam satu keluarga yang membuktikan bahwa kekuatan genetik mempengaruhi keberadaannya. 4 Crossbite anterior dapat mengakibatkan :4 Abrasi yang berlebihan dari gigi anterior RA dan RB, ditandai dengan adanya pengikisan enamel pada permukaan labial dan lingual dari gigi yang terlibat. Biasanya dijumpai kelainan patologis periodonsium berupa inflamasi gingiva. Gigi anterior yang tumbuh berjejal. Gangguan fungsional pada pergerakan rahang bawah dan gangguan pertumbuhan rahang bawah. Pergeseran RB ke anterior yang terjadi secaraterus menerus dapat merobah pola pertumbuhan wajah. Maloklusi ini didiagnosa sebagai maloklusi klas I tipe 3, juga seringdisebut dengan crossbite anterior sederhana yang biasanya melibatkan tidak lebih dari dua gigi.

Gambar: Crossbite Klasifikasi Crossbite anterior yang dijumpai dalam berbagai kasus dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok, yaitu crossbite anterior dental, fungsional dan skeletal.

1. Crossbite Anterior Dental Crossbite anterior dental adalah crossbite anterior yang terjadi karena anomali gigi. Ditandai dengan adanya satu atau lebih gigi anterior rahang atas yang linguoversi sehingga terkunci di belakang gigi anterior rahang bawah pada saat oklusi sentris. Maloklusi ini didiagnosia sebagai maloklusi klas I tipe 3 , juga sering disebut juga dengan crossbite anterior sederhana yang biasanya melibatkan tidak lebih dari dua gigi. Crossbite anterior dental adalah maloklusi yang disebabkan oleh faktor lokal yang mengganggu posisi erupsi normal gigi anterior RA. 2. Crossbite Anterior Fungsional Crossbite anterior fungsional adalah crossbite anterior yang terjadi karena anomali fungsional dimana otot-otot rahang menggerakkan rahang bawah kedepan dan mengunci segmen anterior dalam hubungan crossbite. oklusi sentries. Crossbite anterior fungsional menunjukkan pergeseran rahang bawah yang disebabkan hambatan oklusi seperti kontak premature sehingga mengakibatkan terjadinya crossbite anterior dengan melibatkan banyak gigi anterior. Crossbite Anterior Skeletal Crossbite anterior skeletal adalah crossbite anterior yang terjadi karena anomali skeletal. Ditandai dengan pertumbuhan rahang bawah yang berlebihan dibanding rahang atas sehingga rahang bawah terlihat maju kedepan (prognatik). Hubungan molar yang dijumpai adalah hubungan klas III Angle dengan melibatkan ke-enam gigi anterior yang mengalami crossbite. Crossbite anterior dental dan fungsional yang tidak segera dirawat dapat berkembang menjadi crossbite anterior skeletal.

3.

Perawatan Crossbite anterior sederhana yang mengenai satu atau dua gigi dan disertai adanya ruangan yang cukup untuk menggerakkan gigi keluar dari hubungan yang crossbite dapat dilakukan perawatan dengan prosedur sederhana menggunakan dataran penuntun seperti tongue blade, inclined plane dan stainless steel crown (SSC) yang dipasang terbalik. Tongue Blade Sebagai pengungkit yang digunakan saat insisivus rahang atas masih dalam keadaan erupsi, dimana arahnya menuju lingual insisivus rahang bawah. Pasien dan orang tua di instruksikan untuk menekan tongue blade dengan tangan ke bawah dan ujung lain dipasang diantara insisivus rahang atas dan insisivus rahang bawah. Penekanan dilakukan dua puluh kali sebelum makan. Jika metode ini tidak berhasil dalam waktu satu atau dua minggu, dilakukan perawatan yang lain.

Incline Plane Jika jumlah gigi pada lengkung rahang atas tidak cukup untuk menahan piranti

lepas, dapat digunakan sebuah inclined plane yang disemen ke gigi insisivus bawah. Plane ini dapat dibuat dari akrilik atau logam cor, dan harus bersudut kira-kira 45 derajat. Peralatan ini dapat menyebabkan trauma dan seharusnya tidak digunakan lebih dari beberapa minggu.

Stainless Steel Crown (SSC) SSC dijadikan pilihan untuk merawat maloklusi crossbite anterior yang

sederhana karena dapat menghasilkan tekanan resiprokal yang akan menggerakkan gigi. Ketika SSC dipasangkan secara terbalik pada gigi anterior rahang atas yang terkunci, permukaan labial dari mahkota berfungsi sebagai dataran penuntun yang akan membawa gigi yang terkunci kehubungan overjet dan overbite yang normal. A.2. Crossbite posterior Crossbite posterior atau gigitan silang posterior adalah hubungan bukolingual yang abnormal antara satu atau lebih gigi rahang atas dengan satu atau lebih gigi rahang bawah, ketika kedua rahang berada dalam relasi sentrik. Variasi hubungan bukolingual gigi posterior yang dapat terjadi adalah gigitan silang bukal dan gigitan silang lingual. Gigitan silang lingual lebih sering ditemukan daripada gigitan silang bukal. Gigitan silang lingual adalah satu atau beberapa gigi atas berada di sebelah lingual dari gigi bawah, sedangkan gigitan silang bukal adalah tonjol lingual gigi posterior atas seluruhnya berada di sebelah bukal tonjol bukal gigi bawah (gambar 1).

Gambar 1. Hubungan transversal gigi molar pertama (Moyers 1973). a. Hubungan buko-lingual molar yang normal; b. Gigitan silang bukal c. Gigitan silang lingual d. Gigitan silang lingual total

Gigitan silang posterior bisa melibatkan satu gigi atas dan satu gigi bawah ataupun melibatkan seluruh gigi posterior pada satu sisi atau kedua sisi pada kedua rahang. Jumlah gigi yang terlibat menunjukkan tingkat keparahan kelainan yang terjadi. Jumlah gigi yang sedikit biasanya dihubungkan dengan tingkat keparahan yang lebih rendah dan sebaliknya 3 Klasifikasi Dari pengamatan saat oklusi sentrik, gigitan silang posterior dapat dibedakan menjadi dua kategori yaitu unilateral dan bilateral. Gigitan silang posterior unilateral biasanya disebabkan oleh lengkung rahang atas yang sedikit lebih sempit daripada lengkung rahang bawah. Pada kondisi ini, seringkali terjadi penyimpangan mandibula ke arah lateral pada saat menutup sehingga terjadi pergeseran garis median mandibula ke sisi rahang yang mengalami gigitan silang. Adanya penyimpangan fungsional mandibula ke arah lateral tersebut menunjukkan bahwa gigitan silang posterior yang terjadi sebenarnya adalah gigitan silang posterior bilateral. Gigitan silang posterior unilateral yang tidak disertai penyimpangan fungsional mandibula saat menutup dari relasi sentrik keoklusi sentrik adalah gigitan silang posterior unilateral sejati. Gigitan silang posterior bilateral adalah suatu gigitan silang posterior yang terjadi simetris padasisi kiri dan kanan. Biasanya disebabkan oleh lengkung basal rahang atas lebihsempit daripada lengkung rahang bawah. Lintasan penutupan mandibula dariistirahat ke keadaan oklusi tidak disertai penyimpangan ke arah lateral sehingga juga tidak disertai adanya pergeseran garis median. Gigitan silang posterior dapat juga diklasifikasikan menjadi 3 tipe, yaitu tipe dental, muskuler, dan skeletal.

Dental crossbite posterior Pada tipe dental, terjadi tipping lokal pada satu atau beberapa gigi. Gigitan

silang yang terjadi tidak berhubungan dengan ukuran atau bentuk tulang basal dan biasanya disertai penyimpangan fungsional mandibula untuk mencapai oklusi sentrik. Tipe dental seringkali disebabkan oleh kurangnya ruang pada lengkung gigi. Bisa juga disebabkan oleh adanya persistensi gigi molar sulung, yang membelokkan arah erupsi premolar sehingga lebih ke bukal atau ke lingual.4 Fungsional crossbite posterior Pada tipe muskuler/fungsional, terjadi posisi adaptif muskuler dari mandibula akibat adanya hambatan oklusal. Gigitan silang posterior tipe muskuler terjadi karena adanya penyimpangan fungsional mandibula ke lateral pada saat oklusi sentrik, 2 gigi berdesakan, dan erupsi gigi yang tidak teratur. Tipe ini mempunyai gambaran klinis yang mirip dengan tipe dental, tetapi gigi tidak tipping pada tulang alveolar. Penyesuaian muskuler lebih berperan daripada malposisi gigi. 4 Skeletal crossbite posterior Tipe skeletal disebabkan oleh perkembangan tulang maksila atau mandibula yang asimetris, ataupun akibat disharmoni lebar lengkung maksila dan mandibula. Penyebabnya adalah keturunan ataupun trauma yang mengganggu perkembangan normal pada sisi rahang yang terkena trauma. Disharmoni lengkung maksila dan mandibula biasanya akibat adanya penyempitan maksila bilateral. Penyempitan maksila bisa terjadi oleh karena faktor genetik, kebiasaan mengisap ibu jari dan bernafas melalui mulut. 4

Perawatan Secara umum, etiologi, klasifikasi dan usia pasien merupakan faktor yang saling berkaitan dalam menentukan perawatan maloklusi.4 Perawatan yang dilakukan pada gigitan silang posterior tipe dental adalah mendapatkan ruang pada lengkung geligi. Caranya dengan ekspansi ataupun stripping interproksimal, sehingga gigi dapat kembali ke posisi yang benar. Cara tersebut dapat dikombinasikan dengan penggunaan elastik ataupun dengan pegas yang ditanam pada plat akrilik Gigitan silang posterior tipe fungsional/muskuler pada fase gigi sulung ataupun pergantian, dapat dikoreksi dengan cara grinding oklusal. Pada fase gigi permanen, grinding oklusal cukup efektif, namun untuk mencapai hasil yang lebih baik perlu dilakukan perawatan dengan alat. Perawatan gigitan silang posterior akibat penyempitan maksila bilateral diperlukan ekspansi maksila. Pada kasus yang ringan, dapat digunakan alat Hawley yang ditambahi sekrup ekspansi ataupun dengan quad helix, terutama bagi pasien muda dalam fase gigi sulung dan pergantian. Pada kasus yang lebih berat, perawatan dilakukan dengan teknik RME. Gigitan silang posterior yang disebabkan oleh pertumbuhan asimetris tulang merupakan kasus yang paling sulit dirawat. Pada gigitan silang unilateral sejati, bila dilakukan ekspansi maksila untuk melebarkan lengkung atas secara bilateral, maka sisi rahang yang normal akan berubah menjadi gigitan silang bukal. Perawatan yang lebih tepat pada kasus tersebut adalah dengan menggunakan cross elastik unilateral ataupun dilakukan ekspansi unilateral dengan tindakan bedah.

Gb 2.1 Posterior Crossbite (Ersoy and Gliedman, 2004) B. Ectopic Erupsi ektopik merupakan gangguan erupsi lokal pada masa gigi bercampur, yaitu erupsi gigi permanen yang terjadi dalam keadaan sedemikian rupa sehingga mengakibatkan resorpsi sebagian atau seluruhnya dari akar gigi sulung tetangganya. Etiologi dari erupsi ektopik menurut Kurol dan Bjerklin (1983) tidak diketahui dengan pasti, tetapi terdapat fakto-faktor yang berhubungan dengan erupsi ektopik seperti; inklinasi mesial dan ukuran yang lebih besar dari rata-rata gigi geligi tetap. Young mengklasifikasikan erupsi ektopik menjadi 2 tipe, yaitu: A. Erupsi Ektopik Reversibel Erupsi ektopik tipe reversibel atau kasus jump ditandai dengan suatu kondisi yang tidak terlalu parah dimana gigi molar tetap dapat membebaskan dirinya dari bawah gigi molar sulung dan erupsi dalam posisi normal tanpa intervensi. Pada kasus ini gigi molar tetap secara spontan membebaskan dirinya dan erupsi kearah oklusal.

B.

Erupsi Ektopik Ireversibel Pada erupsi dengan tipe ireversibel, gigi tetap molar satu berada dalam posisi

terkunci sampai diberikan perawatan satu berada dalam posisi terkunci sampai diberikan perawatan atau tanggalnya gigi molar sulung secara spontan. C. Crowding Crowding adalah keadaan berjejalnya gigi di luar susunan yang normal. Hal ini terjadi karena kurangnya ruang untuk semua gigi agar berjajar teratur dalam rahang. Sehingga gigi dapat salah arah atau pindah posisi. Crowding terjadi ketika ada ketidaksesuaian gigi-geligi dengan ukuran rahang atau ketika gigi-gigi lebih besar dari ruang yang tersedia di rahang. Crowding mungkin disebabkan oleh gigi susu yang tanggal terlalu awal atau terlambat, pertumbuhan gigi yang tidak benar, adanya supernumerary teeth, adanya kebiasaan buruk ataupun karena faktor keturunan. Tanda awal terjadinya crowding pada masa gigi campuran biasanya pada saat erupsi gigi insisiv permanen. Kekurangan ruang dapat terjadi dengan berbagai cara, mulai dari rotasi gigi insisiv secara ringan hingga ketidakteraturan dari susunan gigi insisivus yang menyebabkan susunan gigi nampak sangat tidak rapi.5,6 Ada tiga tingkatan derajat keparahan crowding : 5,6 C.1. Crowding ringan Crowding ringan adalah pada saat terdapat gigi yang sedikit berjejal, biasanya pada gigi rahang bawah, dianggap sebagai suatu variasi yang normal, dan kadang masih belum dibutuhkan perawatan. Biasanya pada anak sering terdapat celah pada midline gigi hal ini pun masih dianggap normal bila celah yang terbentuk tidak berlebihan atau terlalu besar. Celah yang besar dapat

terjadi karena berbagai hal, salah satunya karena posisi fasiolingual gigi insisiv. Jika terlihat adanya celah yang besar pada susunan gigi geligi dan tampak susunan gigi insisiv flare, namun over bitenya diperkirakan tidak akan menjadi penghambat dari pergerakan gigi maka alat removable dapat digunakan sebagai perawatannya.

Gambar : Crowding ringan 6 C.2. Crowding sedang Crowding sedang adalah ketika terjadi ketidaksesuaian ukuran antara lengkung rahang dan lengkung gigi kurang dari 5 mm. Hal ini juga disesuikan dengan profil wajah. Jika profil wajah lurus, dan posisi bibir dan gigi insisiv sedikit retrusif maka dapat digunakan alat ekspansi untuk membuat lengkung rahang cukup untuk tempat gigi-gigi permanen. Crowding ini biasanya terjadi akibat hilangnya ruang setelah pencabutan atau premature loss. Jika kehilangan ruang mencapai 3 mm dapat digunakan alat removable dan lingual arch yang aktif.

Gambar : Crowding sedang 6

C.3. Crowding parah Crowding parah adalah dimana ketidaksesuaian antara lengkung rahang dan lengkung gigi telah lebih dari 5 mm. Crowding ini dapat diperbaiki dengan generalized arch expansion atau dengan pencabutan dari gigi tertentu dan untuk meciptakan pergerakan bodily maka digunakan juga alat ortodontik cekat. Namun pencabutan disini tidak selalu harus dilakukan, pencabutan dilakukan bila dengan menggunakan alat ekspansi rahang masih tetap sulit terjadi pergerakan yang diharapkan, sehingga ruang masih tetap kurang dan gigi masih nampak crowding. Jika ruang yang didapat telah cukup barulah digunakan alat ortodontik cekat untuk menggerakan gigi-gigi ke posisi yang sesuai.

Gambar : Crowding parah 6 D. Hubungan Insisif D.1. Open Bite Anterior Open bite adalah keadaan adanya ruangan insisal dari gigi saat rahang atas dan rahang bawah dalam keadaan oklusi sentrik. Anterior open bite terjadi karena rahang atas yang sempit, gigi depan inklinasi ke depan dan gigi posterior supra oklusi, sedangkan klas II Angle divisi I disebabkan karena kebiasaan buruk atau keturunan. Pada perawatan anak dengan gigi open bite pertama-tama perlu dihilangkan dahulu kebiasaan buruknya karena bila gigi dirawat namun anak masih melakukan kebiasaan buruknya itu perawatan ini

tidak akan berhasil. Perawatan pada open bite anterior ini adalah dengan posisi gigi insisivus mandibula harus bebas dari lempeng akrilik agar dapat terjadi ekstrusi dan gigi posterior diharapkan dapat terjadi intrusi dan labial bow dalam keadaan aktif, kontak pada 1/3 gingival gigi. 5

Gambar : Perawatan dengan open bite bionator 7 D.2. Deep Bite Deep bite adalah suatu keadaan dimana jarak menutupnya bagian insisal insisivus maksila terhadap insisal insisivus mandibula dalam arah vertikal melebihi 2-3 mm. Pada kasus deep bite, gigi posterior sering linguoversi atau miring ke mesial dan insisivus madibula sering berjejal, linguo versi, dan supra oklusi. Deep bite ini biasanya berhubungan dengan perkembangan rahang

secara vertikal. Hal ini terlihat pada penderita dengan gigitan dalam dimana terdapat reduksi atau pengurangan dalam panjangnya muka. Perawatan pada

anak penderita deep bite adalah dengan posisi gigi geligi insisivus diharapkan dapat intrusi dan pada daerah oklusal lempeng akrilik dari gigi posterior diasah sehingga terjadi ekstrusi. Labial bow dalam keadaan aktif dan kontak pada 1/3 insisal gigi. 5,8,9

Gambar : Anterior bite plane 9 D.3. Anterior Protrusif Protrusi adalah gigi yang posisinya maju ke depan. Protrusi dapat disebabkan oleh faktor keturunan, kebiasaan jelek seperti menghisap jari dan menghisap bibir bawah, mendorong lidah ke depan, kebiasaan menelan yang salah serta bernafas melalui mulut. Insisivus protusif dalam pertumbuhan gigi campuran adalah masalah estetika yang serius. Protusif gigi insisivus tidak hanya kurang menarik tetapi juga lebih rentan terhadap trauma gigi dibandingkan gigi insisivus dengan angulasi yang normal. perawatan biasanya dilakukan dengan menggeser gigi insisivus ke arah lingual menjadi ke posisi yang lebih sesuai jika overbite tidak menjadi penghalang yang mendalam. Perawatan ini digunakan untuk kelainan dental, bukan kelainan skeletal. Kelainan skeletal harus dirujuk ke spesialis untuk modifikasi pertumbuhan. Dalam beberapa kasus, gerakan bodily dari gigi diperlukan untuk memperbaiki protusi gigi insisivus. Alat fungsional yang digunakan merupakan kombinasi aktivator dengan posterior high-pull headgear, facebow direkatkan langsung ke aktivator. 5

Gambar : Anak dalam perawatan giginya yang protrusive 10

BAB III RINGKASAN Pada masa pertumbuhan gigi geligi anak terutama pada masa gigi campuran perlu diperhatikan berbagai hal yang dapat mempengaruhi erupsi gigi anak dan perkembangan erupsinya. Karena banyak hal yang dapat menjadi penyebab kelainankelainan oklusi gigi anak yang disebabkan karena adanya kesalahan selama masa erupsinya. Beberapa kebiasaan buruk yang biasanya dapat dimaklumi atau diabaikan oleh para orang tua kadang justru menjadi penyebab timbulnya kelainan-kelainan tersebut. Tidak hanya itu, faktor keturunanpun dapat mempengaruhi adanya kelainan oklusi pada seorang anak. Beberapa kelainan yang dibahas disini adalah crossbite yaitu gigitan silang, erupsi ektopik yaitu pertumbuhan diluar lengkung rahang, crowding yaitu kondisi gigi yang berjejal, open bite yaitu gigitan terbuka, deep bite yaitu gigitan dalam, dan protrusif yaitu gigi anterior yang lebih maju. Keseluruhannya dapat mulai terjadi dimasa gigi campuran. Kelainan-kelainan tersebut bila masih ringan mungkin belum terlihat mengganggu atau berbahaya, namun bila dibiarkan akan terus berkembang dan semakin parah. Kelainan-kelainan ini juga dapat dilihat dan diwaspadai dengan cara melihat apakah gigi anak cenderung berada di posisi tidak semestinya atau tidak. Kelainan-kelainan tersebut akan lebih mudah diperbaiki bila penanganan atau perawatannya dilakukan sedini mungkin. Dengan terapi yang berbeda-beda berdasarkan masalah giginya jika kelainan ini terdeteksi dan ingin dirawat sedini

mungkin maka kelainan oklusi gigi ini dapat dihilangkan. Dan segala resiko atau akibat dari kelainan oklusi gigi inipun dapat dihindari.

DAFTAR PUSTAKA 1. Koch, Goran. et.al. 1991. Pedodontic: a clinical approach. 1st Edition. Denmark. Hal : 275 - 288 2. http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/127470-R22-PH-177Hubungan%20perilaku-Pendahuluan.pdf. Diunduh : 19 Mei 2013 3. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/18207/4/Chapter%20II.pdf. Diunduh : 19 Mei 2013 4. http://www.scribd.com/doc/122769079/Crossbite-Anterior-Dan-CrossbitePosterior. Diunduh : 19 Mei 2013 5. Pinkham, JR. et.al. 2005. Pediatric Dentistry. 4th Edition.USA : Elsevier Saunders. Hal : 618-621, 631-647 6. http://www.scribd.com/doc/110679455/crowded. Crowding. Diunduh : 19 Mei 2013 7. http://kiefeorthopaeden-groupiuspassagen.de. Open Bite Bionator. Diunduh : 19 Mei 2013 8. http://childrensdentalcare.us/faqs/orthodontics/ortho-appliances. Anterior Bite Plane. Diunduh : 19 Mei 2013 9. http://www.scribd.com/doc/111568545/Etiologi-Palatal-Bite. Bite. Diunduh : 19 Mei 2013 10. http://www.barronbraces.com/dento.html. Head Gear. Diunduh : 19 Mei 2013 Etiologi Deep

You might also like