You are on page 1of 7

Tabel 3.

Tatalaksana Hipertensi Menurut JNC 7

Klasifikasi Tekanan Darah Normal Prehipertensi

TDS (mmHg)

TDD (mmHG)

Perbaikan Pola Hidup

Terapi Obat Awal Tanpa Dengan Indikasi yang Indikasi yang Memaksa Memaksa

<120 120-139

dan <80 atau 80-90

Dianjurkan ya Tidak indikasi obat Obat-obatan untuk indikasi yang memaksa Obat-obatan untuk indikasi yang memaksa obat antihipertensi lain (diuretika, ACEI, ARB, BB, CCB) sesuai kebutuhan

Hipertensi derajat 1

140-159

atau 90-99

ya

Diuretika jenis Thiazide untuk sebagian besar kasus, dapat dipertimbang ka n ACEI, ARB, BB, CCB atau kombinasi

Hipertensi derajat 2

160

atau 100

ya

Kombinasi 2 obat untuk sebagian besar kasus umumnya diuretika jenis Thiazide dan ACEI atau ARB atau BB atau CCB

2.3 Pemantauan Terapi Hipertensi Pasien yang telah mulai mendapat pengobatan harus datang kembali untuk evaluasi lanjutan dan pengaturan dosis obat satu bulan sekali sampai target tekanan darah tercapai. Setelah tekanan darah tercapai dan stabil, kunjungan selanjutnya dengan interval 3-6 bulan, tetapi frekuensi kunjungan ini juga ditentukan oleh ada tidaknya komorbiditas seperti gagal jantung, penyakit yang berhubungan seperti diabetes, dan kebutuhan akan pemeriksaan laboratorium. Untuk pemantauan terapi penyakit jantung hipertensi, pasien harus datang 2minggu sekali untuk evaluasi lanjutan dan pengaturan dosis obat. Beberapa strategi untuk meningkatkan kepatuhan pada pengobatan, seperti empati dokter akan meningkatkan kepercayaan, motivasi dan kepatuhan pasien, selain itu dokter juga harus mempertimbangkan latar belakang budaya kepercayaan pasien serta sikap pasien terhadap pengobatan, serta pasien juga harus diberi tahu hasil pengukuran tekanan darah, target yang masih harus dicapai, rencana pengobatan selanjutnyaserta pentingnya mengikuti rencana tersebut. Hal ini ditujukan agar kerjasama dalam proses pengobatan dapat berjalan dengan baik.

Penyebab hipertensi resisten: 1. Pengukuran tekanan darah yang tidak benar 2. Dosis belum memadai 3. Ketidakpatuhan pasien dalam penggunaan obat antihipertensi 4. Ketidakpatuhan pasien dalam memperbaiki pola hidup a. Asupan alkohol berlebih b. Kenaikan berat badan berlebih 5. Kelebihan volume cairan tubuh a. Asupan garam berlebih b. Terapi diuretika tidak cukup c. Penurunan fungsi ginjal berjalan progresif 6. Adanya terapi lain a. Masih menggunakan bahan/obat lain yang meningkatkan tekanan darah b. Adanya obat lain yang mempengaruhi atau berinteraksi dengan kerja obat antihipertensi 7. Adanya penyebab hipertensi lain/sekunder Jika dalam enam bulan target pengobatan (termasuk target tekanan darah) tidak tercapai, harus dipertimbangkan untuk melakukan rujukan ke dokter spesialis atau subspesialis. Bila selain hipertensi ada kondisi lain yang membuat tatalaksana hipertensi sulit diatasi, maka rujukan ke dokter spesialis seperti konsultan nefrologi jika pasien mengalami penurunan fungsi ginjal dan berisiko mengalami penurunan fungsi ginjal yang cepat atau diagnosis dan prognosis pasien diragukan.1 Berikut beberapa pilihan obat antihipertensi untuk pasien dengan keadaan penyakit penyerta tertentu.

Tabel 4. Pilihan Obat Antihipertensi untuk Kondisi Tertentu

Indikasi yang Memaksa Gagal Jantung Pasca Infrak Miokard Risiko Penyakit Pembuluh Darah Koroner Diabetes Penyakit Ginjal Kronis

Pilihan Terapi Awal Diuretik, BB, ACEI, ARB. Aldo BB, ACEI, Aldo Ant Diuretik, BB, ACEI, CCB Diuretik, BB, ACEI, ARB, CCB ACEI, \

Pencegahan stroke berulang

Diuretik, ACEI

2.2.7. Prognosis Risiko komplikasi tergantung pada seberapa besar hipertrofi ventrikel kiri. Semakin besar ventrikel kiri, semakin besar kemungkinan kompilkasi terjadi. Pengobatan hipertensi dapat mengurangi kerusakan pada ventrikel kiri. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa obat- obatan tertentu seperti ACE-Inhibitor, Beta-blocker, dan diuretik spinorolakton dapat mengatasi hipertropi ventrikel kiri dan memperpanjang kemungkinan hidup pasien dengan gagal jantung akibat penyakit jantung hipertensi. Bagaimanapun juga, penyakit jantung hipertensi adalah penyakit yang serius yang memiliki risiko kematian mendadak. ( Peter L. 2004 ).

BAB III KESIMPULAN


Penyakit jantung hipertensi adalah suatu penyakit yang berkaitan dengan dampak sekunder pada jantung karena hipertensi sistemik yang lama dan berkepanjangan. Sampai saat ini prevalensi hipertensi di Indonesia berkisar antara 5-10%. Sejumlah 85-90% hipertensi tidak diketahui penyebabnya atau disebut sebagai hipertensi primer (hipertensi esensial atau idiopatik). Hanya sebagian kecil hipertensi yang dapat ditetapkan penyebabnya (hipertensi sekunder). Tekanan darah tingi adalah faktor resiko utama bagi penyakit jantung dan stroke. Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan penyakit jantung iskemik ( menurunnya suplai darah untuk otot jantung sehingga menyebabkan nyeri dada atau angina dan serangan jantung) dari peningkatan suplai oksigen yang dibutuhkan oleh otot jantung yang menebal. Patofisiologi dari penyakit jantung hipertensi adalah satu hal komplek yang melibatkan banyak faktor yang saling mempengaruhi, yaitu hemodinamik, struktural, neuroendokrin, seluler, dan faktor molekuler. Di satu sisi, faktor-faktor ini memegang peranan dalam perkembangan hipertensi dan komplikasinya, di sisi lain peningkatan tekanan darah itu sendiri dapat memodulasi faktor-faktor tersebut. Diagnosis penyakit jantung hipertensi didasarkan pada riwayat, pengkuran tekanan darah, pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan laboratorium. Penatalaksanaan penyakit jantung hipertensi meliputi perubahan gaya hidup (non farmakologi), yaitu Implementasi gaya hidup yang mempengaruhi tekanan darah memiliki pengaruh baik pada pencegahan maupun penatalaksanaan hipertensi. Modifikasi gaya hidup yang meningkatkan kesehatan direkomendasikan bagi individu dengan prehipertensi dan sebagai tambahan untuk terapi obat pada individu hipertensif dan terapi farmakologi (diuretik, penyekat sistem renin angiotensin, antagonis aldosteron, penyekat beta, penyekat adrenergik, penyekat kanal kalsium, vasodilator direk (langsung)). Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa obat-obatan tertentu seperti ACE-Inhibitor, Beta-blocker, dan diuretik spinorolakton dapat mengatasi hipertropi ventrikel kiri dan

memperpanjang kemungkinan hidup pasien dengan gagal jantung akibat penyakit jantung hipertensi.

You might also like