You are on page 1of 4

Coblos Versus Centang/Contreng Pemilu kali ini dilakukan dengan membubuhkan tanda centang/contreng menggunakan pulpen dengan sebuah

alasan mulia, yakni anggapan mencontreng adalah cara yang lebih cerdas dibandingkan mencoblos. Namun perlu diketahui, dampak utama dari diberlakukannnya sistem mencentang/mencontreng disamping pembengkakan biaya karena mengganti sebatang paku dengan sebuah pulpen, juga kesulitan yang akan muncul ketika penghitungan suara dilakukan yang berimplikasi kepada masalah waktu. Anda bisa membayangkan, melihat sebuah centangan/contrengan dibandingkan melihat sebuah coblosan pada kertas yang cukup besar. Sistem coblos sangat mudah terlihat, sementara sistem centang/contreng membutuhkan ketelitian mata yang jauh lebih melelahkan. Apalagi dengan kondisi pulpen yang sudah tipis dan di gores pada foto atau gambar yang sewarna dengan pulpennya. Dibutuhkan mata dan penerangan yang baik untuk bisa melihat semua itu dengan teliti. Hal ini masih ditambah lagi dengan ketentuan sah atau tidak sahnya hasil centangnya/contrengnya, bentuk centang/contreng, letak centang/contreng dan jumlah centangan/contrengan. Hal ini semakin menjadi masalah ketika sosialisasi kepada masyarakat sebagai calon pemilih kurang memadai. Akibatnya muncul potensi suara tidak sah sebesar 21% akibat bentuk contreng. Banyak iklan para Caleg yang bisa dilihat di sepanjang jalan dan juga di beberapa kendaraan umum memberikan contoh posisi centang/contreng keluar dari kotaknya. Saya tidak tahu pasti apakah hal tersebut bisa dianggap sah atau tidak jika dilakukan saat pemilihan nanti. Jika ternyata diputuskan bahwa mencentang/mencontreng hingga goresannya keluar dari kotak adalah tidak sah, maka banyak Caleg turut menanggung dosa karena memberikan contoh yang tidak benar dalam iklan-iklannya. KPU dalam hal ini tidak tinggal diam, peraturan KPU Nomor 35 Tahun 2008 tentang pedoman teknis tata cara pemungutan dan penghitungan suara dalam pemilu legislatif akan segera direvisi untuk mengakomodasi kemungkinan pemberian tanda lain seperti silang atau garis datar. Permasalahannya, bagaimana dengan sosialisasi revisi tersebut? Cukupkah waktunya? mengingat pelaksanaan pemilu sudah tinggal hitungan hari. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) tahun 1995, bahasa yang benar adalah Centang, bukan Contreng. Lembar Suara Versus Bilik Pemungutan suara Lembar suara dalam Pemilu 2009 berukuran sangat besar sebagai akibat dari jumlah partai yang sangat banyak (Pemilu Legislatif 2009 memiliki 38 partai peserta). Ukuran

yang besar ini ternyata tidak disesuaikan dengan besarnya bilik tempat pemungutan suara dilakukan. Silakan lihat gambar yang saya ambil dalam salah satu simulasi Pemilu dibawah ini.

Kertas yang besar dengan lipatan yang tidak mudah. Berbagai hal akan muncul sebagai dampak dari ukuran bilik yang kecil yang sudah tentu akan merugikan berbagai pihak. Setiap pemilih membutuhkan waktu yang cukup lama untuk membuka dan menutup lembar suara kedalam bentuk lipatan yang benar. Akibatnya, antrian akan menjadi panjang dan membuat TPS mengalami kesulitan tutup pada jam yang sudah disepakati. Ada beberapa pemilih yang membuka lembar suara sambil memegang pulpen. Akibatnya bisa terjadi coretan tidak sengaja yang bisa membuat lembar suara tersebut menjadi tidak sah! Coretan tersebut terjadi lagi-lagi akibat membuka lembar suara yang besar didalam bilik yang kecil. Pada beberapa daerah pilih, lembar suara tidak hanya besar, tetapi juga terdiri dari dua lembar suara. Tentu hal ini semakin membuat pemilih merasa kesulitan, baik saat membuka, melipat bahkan memasukannya kedalam kotak suara. Penghitungan Manual Versus Penghitungan Elektronik

Entah kenapa, para perancang Undang-undang Pemilu di negara kita ini benar-benar tidak mau mempercayai teknologi. Buktinya, Indonesia tetap memilih menggunakan hitungan manual di abad informasi saat ini. Hitungan secara eletronik diperkenankan, tetapi yang menjadi patokan tetap hitungan manual yang yang hasilnya bisa memakan waktu satu bulan. Padahal selain masalah waktu yang jika dinilai dengan uang adalah sulit, penggunaan IT juga akan memangkas biaya secara signifikan tentu dengan catatan jika dibuat dengan benar. Oleh sebab itu, tidak berlebihan kiranya jika bangsa Indonesia mulai memikirkan untuk menggunakan IT dalam pemungutan suara di tahun 2014 seperti yang telah dilakukan oleh banyak negara maju di dunia. Penggunaa IT dalam pemilu berikutnya bukan hanya membicarakan masalah waktu dan biaya, namun juga sesuatu yang lebih penting yakni masalah transparansi hasil Pemilu. Excel Versus DBMS Bahan dasar dari sebuah pemungutan suara tidak lain adalah pemilihnya. Artinya data pemilih sangat memegang peranan atas kesuksesan atau tidaknya sebuah Pemilu. Sayangnya, lagi-lagi IT kurang dimanfaatkan untuk hal ini. Data-data pemilih disimpan dalam file Excel yang memiliki beragam format yang sudah tentu menyulitkan dalam pemeliharaannya. Pemeliharaaan sulit otomatis membuat kualitas data menjadi kurang baik. Inilah salah satu yang membuat DPT memiliki banyak masalah dan membuat KPU berwacana untuk mengubah DPT menjelang Pemilu digelar. Memelihara data pemilih sebanyak 171 juta dari 33 propinsi bukan lah perkara mudah, apalagi dilakukan menggunakan sistem semi manual seperti yang dilakukan KPU saat ini. Diperlukan sebuah sistem dengan DBMS yang baik sehingga pemeliharaannya jauh lebih mudah dan tentu akan menghasilkan kualitas data yang jauh lebih baik. Saya tidak percaya jika tidak ada satu pun SDM Indonesia yang mampu membuat ini semua dengan biaya yang relatif murah. Akhir Kata Banyak hal yang membuat saya pesimis bahwa Pemilu Legislatif tahun ini akan berjalan lancar, diawali dari penggantian coblos menjadi contreng, jumlah partai yang sangat banyak yang berimplikasi kepada banyak hal, mutu dari Data Pemilih Tetap hingga minimnya penggunaan IT dalam mempersiapkan salah satu pesta demokrasi terbesar di dunia ini. Namun apa boleh buat, the show must go on, tidak ada alasan untuk mundur dan kita semua hanya bisa berharap, berdoa dan membantu sebisanya agar Pemilu 2009 berjalan sukses. Amin.

http://riyogarta.com/2009/02/19/berbagai-permasalahan-pada-pemilu-2009/

You might also like