You are on page 1of 36

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Guru merupakan faktor utama dalam proses pendidikan, walaupun fasilitas pendidikannya lengkap dan canggih, namun bila tidak ditunjang oleh keberadaan guru yang berkualitas, maka mustahil akan menimbulkan proses belajar dan pembelajaran yang maksimal. Guru sebagai pelaksana pendidikan nasional merupakan faktor kunci. Peningkatan prestasi belajar siswa akan dipengaruhi oleh kualitas proses pernbelajaran di kelas oleh karena itu untuk meningkatkan prestasi belajar siswa, proses

pembelajaran di kelas harus berlangsung dengan baik, berdaya guna dan berhasil guna Proses pembelajaran akan berlangsung dengan baik apabila didukung oleh guru yang mernpunyai kompetensi dan kinerja yang tinggi. Karena guru merupakan ujung tombak dan pelaksana terdepan pendidikan anak-anak di sekolah, dan sebagai pengembang kurikulum. Guru yang mempunyai kinerja yang baik akan mampu menumbuhkan semangat dan motivasi belajar siswa yang lebih baik, yang pada akhirnya akan mampu meningkatkan kualitas pembelajaran. Banyak faktor yang mempengaruhi kinerja guru, diantaranya kepemimpinan kepala sekolah dan sikap profesional guru itu sendiri. Profesionalitas guru dibangun melalui penguasaan profesionalitasprofesionalitas yang secara nyata diperlukan dalam meyelesaikan pekerjaan. Profesionalitas-profesionalitas penting jabatan guru tersebut

adalah

profesionalitas

dibidang

substansi

atau

bidang

studi,

profesionalitas bidang pembelajaran, profesionalitas bidang pendidikan nilai dan bimbingan serta profesionalitas dibidang hubungan dan pelayanan/ pengabdian masyarakat. Seorang guru yang profesional akan mempunyai kemampuan dalam mengajar dengan baik. Guru tersebut akan memberikan ilmu pengetahuan kepada siswa secara profesional pula. Dengan keprofesionalannya ini seorang guru akan mempunyai kinerja yang baik dalam proses belajar mengajar sehingga akan meningkatkan pretasi siswa. Tanggung jawab guru dalam proses belajar mengajar di sekolah ditandai dengan upaya tidak segera puas atas hasil yang dicapainya, selalu mencoba mencari cara-cara baru guna mengatasi setiap hambatan yang ada dan mengadakan penyempurnaan-penyempurnaan cara

melaksanakan tugas sehingga menjadi lebih baik, dan merasa malu apabila ternyata kegiatan-kegiatan yang dilakukan itu gagal tidak dapat dilakukan. Kondisi ini menunjukkan bahwa guru tersebut mempunyai tingkat profesionalitas yang tinggi dalam proses belajar mengajar

tersebut. Profesionalitas yang tinggi ini akan menyebabkan ia mempunyai kinerja yang tinggi pula dalam proses belajar mengajar tersebut. Sebuah institusi sekolah dipimpin oleh seorang, baik itu sebagai pemimpin bagi para guru, maupun sebagai manajer atau pemimpin dalam manajemen sekolah. Kepala sekolah merupakan sosok sentral dalam peningkatan mutu kualitas pendidikan di sekolah karena tugas dan fungsi .

Kepala sekolah harus mampu bertindak sebagai manajer dan pemimpin yang efektif. Sebagai manajer ia harus mampu mengatur agar semua potensi sekolah dapat berfungsi dan berjalan secara optimal. Hal ini dapat dilakukan jika kepala sekolah mampu melaksanakan fungsifungsi manajerial dengan baik yang melingkupi Perencanaan,

Pengorganisasian, Pengarahan, Pengawasan. Pola kepemimpinan kepala sekolah yang top down atau

instruksional yang selama ini diterapkan selama era sentralistik, kini sudah tidak relevan lagi dipraktekkan dalam konteks desentralisasi

pendidikan/sekolah. Kepala sekolah saatnya mampu mengambil inisiatif dalam memimpin atau mengelola sekolahnya. Terkait dengan cara kepemimpinan kepala sekolah, para ahli pendidikan sepakat, salah satu metode kepemimpinan yang relevan diterapkan dalam konteks desentralisasi pendidikan adalah gaya

kepemimpinan mampu mengarahkan guru dan staf untuk mencapai tujuan sekolah. Yakni, suatu cara yang memungkinkan semua potensi yang ada di sekolah dapat berfungsi secara optimal. Organisasi sekolah membutuhkan pemimpin yang mempunyai gaya kepemimpinan yang mengutamakan pemberian kesempatan yang

mendorong semua unsur atau elemen sekolah (guru, siswa, pegawai/staf, orangtua siswa, masyarakat sekitar dan lainnya) untuk bekerja atas dasar sistem nilai (values system) yang luhur, sehingga semua unsur yang ada

di sekolah tersebut bersedia untuk berpartisipatif secara optimal dalam mencapai visi sekolah. Seorang kepala sekolah harus dapat memiliki sikap menghargai ide-ide baru, cara dan metode baru, serta praktik-praktik baru yang dilakukan para guru dalam proses kegiatan belajar mengajar (KBM) di sekolahnya. Kepala sekolah yang menginginkan kemajuan sangat senang jika guru melaksanakan penelitian tindakan kelas atau classroom action research. Sebab, dengan penelitian kelas, seorang guru akan mampu menutup gap antara wacana konseptual dengan realitas empirik. Dengan demikian, guru akan dapat menemukan solusi atas persoalan keseharian yang dihadapinya selama proses KBM berlangsung di kelas. Jika hal ini terjadi, maka ia akan mampu memecahkan sendiri persoalan yang muncul dari praktik profesionalnya. Dengan kondisi ini kepemimpinan kepala sekolah akan

mengarahkan guru untuk dapat melaksanakan proses belajar mengajar dengan baik. Proses belajar mengajar yang terlaksana dengan baik menunjukkan bahwa kinerja guru juga baik. Kinerja yang baik ini akan memberikan kinerja sekolah yang baik pula. Setelah memperhatikan latar belakang peneliti merasa tertarik

untuk melakukan penelitian berdasarkan permasalahan di atas yaitu bagaimana Pengaruh kepemimpinan kepala sekolah dan profesionalitas

terhadap

kinerja guru

pada Sekolah dasar kecamatan Sanga Desa

Kabupaten Musi Banyuasin .

1.2. Perumusan Masalah Adapun masalah yang akan diselesaikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah Kepemimpinan kepala sekolah dan Profesionalitas guru secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap Kinerja guru Sekolah dasar kecamatan Sanga Desa Kabupaten Musi

Banyuasin? 2. Apakah Kepemimpinan kepala sekolah berpengaruh signifikan terhadap Kinerja guru Sekolah dasar kecamatan Sanga Desa

Kabupatenanga Musi Banyuasin? 3. Apakah Profesionalitas guru berpengaruh signifikan terhadap Kinerja guru Sekolah dasar kecamatan Sanga Desa Kabupaten Musi Banyuasin ?

1.3. Tujuan dan Manfaat 1. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Kepemimpinan kepala sekolah dan Profesionalitas guru secara bersama-sama terhadap Kinerja guru Sekolah dasar kecamatan Sanga Desa Musi Banyuasin

2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Kepemimpinan kepala sekolah terhadap Kinerja guru Sekolah dasar kecamatan Sanga Desa Kabupaten Musi Banyuasin 3. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Profesionalitas guru terhadap Kinerja guru Sekolah dasar kecamatan Sanga Desa

Kabupaten Musi Banyuasin

2. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1. Memberi informasi sebagai masukan bagi pihak Sekolah

dasar kecamatan Sanga Desa Kabupaten Musi Banyuasin dalam meningkatkan dan mengembangkan kepemimpinan kepala

sekolah, dan Profesionalitas 2. Digunakan sebagai masukan bagi masyarakat umum, ataupun akademis dalam mendalami ilmu manajemen pendidikan, serta peningkatan kepemimpinan kepala sekolah dan profesionalitas guru. 3. Berguna sebagai bahan penelitian lanjutan dengan objek

penelitian yang sama.

1.4. Ruang Lingkup Penelitian Untuk menghindari terjadinya penyimpangan pada pembahasan penelitian ini maka peneliti membatasi hanya pada pengaruh

Kepemimpinan kepala sekolah dan Profesionalitas terhadap Kinerja guru Sekolah dasar kecamatan Sanga Desa Kabupaten Musi Banyuasin.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kepemimpinan Pemimpin memiliki peranan yang dominan dalam sebuah

organisasi. Peranan yang dominan tersebut dapat mempengaruhi moral kepuasan kerja keamanan, kualitas kehidupan kerja dan terutama tingkat prestasi suatu organisasi. Sebagaimana dikatakan Handoko (2002: 293) bahwa pemimpin juga memainkan peranan kritis dalam membantu kelompok organisasi, atau masyarakat untuk mencapai tujuan mereka. Kemampuan dan ketrampilan kepemimpinan dalam pengarahan adalah faktor penting efektifitas manajer. Bila organisasi dapat mengidentifikasikan kualitas yang berhubungan dengan kepemimpinan kemampuan

mengidentifikasikan perilaku dan tehnik-tehnik kepemimpinan efektif, Kepemimpinan dalam bahasa inggris tersebut leadership berarti . being a leader power of leading . atau the qualities of leader (Oxford Edvanced Dictionary of English: 1990: 281) atau dapat diartikan kepemimpinan itu adalah kekuatan atau kualitas seseorang pemimpin dalam mengarahkan apa yang dipimpinnya untuk mencapai tujuan. Seperti halnya manajemen, kepemimpinan atau leadership telah didefinisikan oleh banyak para ahli antaranya mengemukakan bahwa kepemimpinan manajerial dapat

didefinisikan sebagai suatu proses mengarahkan pemberian pengaruh

pada

kegiatan-kegiatan

dari

sekelompok

anggota

yang

salain

berhubungan dengan tugasnya. Kepemimpinan adalah bagian penting manjemen, tetapi tidak sama dengan manajemen. Kepemimpinan merupakan kemampuan yang dipunyai seseorang untuk mempengaruhi orang lain agar bekerja mencapai tujuan dan sasaran. Manajemen mencakup kepemimpinan tetapi juga mencakup fungsi-fungsi lainnya seperti perencanaan, peng organisasian , pengawasan dan evaluasi. Kepemimpinan atau leadership dalam pengertian umum menunjukkan suatu proses kegiatan dalam hal memimpin, membimbing, mengontrol perilaku, perasaan serta tingkah laku terhadap orang lain yang ada dibawah pengawasannya. Disinilah peranan kepemimpinan berpengaruh besar dalam

pembentukan perilaku bawahan. Handoko (2002: 295) kepemimpinan merupakan kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain agar mencapai tujuan dan sasaran. Menurut Handoko (2002: 298), ada beberapa pendekatan

kepemimpinan yang diklasifikasikan sebagai pendekatan-pendekatan kesifatan, perilaku, dan situasional. Pendekatan pertama memandang kepemimpinan sebagai suatu kombinasi sifat-sifat yang tampak.

Pendekatan kedua

bermaksud

mengidentifikasikan perilaku-perilaku

(behaviours) pribadi yang berhubungan dengan kepemimpinan yang efektif. Kedua pendekatan ini mempunyai anggapan bahwa seorang individu yang memiliki sifat-sifat tertentu atau memperagakan perilaku-

perilaku tertentu akan muncul sebagai pemimpin dalam situasi kelompok apapun dimana ia berada. Pendekatan ketiga yaitu pandangan situasional tentang kepemimpinan. Pandangan ini menganggap bahwa kondisi yang menentukan efektifitas kepempimpinan bervariasi dengan situasi yakni tugas-tugas yang dilakukan, keterampilan dan pengharapan bawahan, lingkungan organisasi, pengalaman masa lalu pemimpin dan bawahan dan sebagainya. Pandangan ini telah menimbulkan pendekatan

contingency pada kepemimpinan yang bermaksud untuk menetapkan faktor-faktor situasional yang menentukan seberapa besar efektifitas situasi gaya kepemimpinan tertentu. Locke (Jurnal Pendidikan Network) melukiskan kepemimpinan sebagai suatu proses membujuk (inducing) orang-orang lain menuju sasaran bersama. Definisi tersebut mencakup tiga elemen berikut: 1. Kepemimpinan merupakan suatu konsep relasi (relational concept). Kepemimpinan hanya ada dalam proses relasi dengan orang lain (para pengikut). Apabila tidak ada pengikut, maka tidak ada pemimpin. Tersirat dalam definisi ini adalah premis bahwa para pemimpin yang efektif harus mengetahui bagaimana membangkitkan inspirasi dan berrelasi dengan para pengikut mereka. 2. Kepemimpinan merupakan suatu proses. Agar bisa memimpin, pemimpin harus melakukan sesuatu. Seperti telah diobservasi oleh John Gardner (Jurnal Pendidikan

10

Network) kepemimpinan lebih dari sekedar menduduki suatu otoritas. Kendati posisi otoritas yang diformalkan mungkin sangat mendorong proses kepemimpinan, namun sekedar menduduki posisi itu tidak menandai seseorang untuk menjadi pemimpin. 3. Kepemimpinan harus membujuk orang-orang lain untuk mengambil tindakan. Pemimpin membujuk pengikutnya melalui berbagai cara, seperti menggunakan otoritas yang terlegitimasi, menciptakan model (menjadi teladan), penetapan sasaran, memberi imbalan dan hukum, restrukturisasi

organisasi, dan mengkomunikasikan visi. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka pengertian pemimpin yang efektif dalam hubungannya dengan bawahan adalah pemimpin yang mampu meyakinkan mereka bahwa kepentingan pribadi dari bawahan adalah visi pemimpin, serta mampu meyakinkan bahwa mereka mempunyai andil dalam mengimplementasikannya. Kepala sekolah berasal dari dua kata yaitu Kepala dan Sekolah kata kepala dapat diartikan ketua atau pemimpin dalam suatu organisasi atau sebuah lembaga. Sedang sekolah adalah sebuah lembaga di mana menjadi tempat menerima dan memberi pelajaran. Jadi secara umum kepala sekolah dapat diartikan pemimpin sekolah atau suatu lembaga di mana temapat menerima dan memberi pelajaran. Wahjosumidjo (2002:83) mengartikan bahwa:

11

Kepala sekolah adalah seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas tambahan untuk memimpin suatu sekolah di mana diselenggarakan proses belajar mengajar, atau tempat di mana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran. Sementara Rahman (2006:106) mengungkapkan bahwa Kepala sekolah adalah seorang guru (jabatan fungsional) yang diangkat untuk menduduki jabatan structural (kepala sekolah) di sekolah. Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah adalah sorang guru yang mempunyai kemampuan untuk memimpin segala sumber daya yang ada pada suatu sekolah sehingga dapat didayagunakan secara maksimal untuk mencapai tujuan bersama. Untuk menilai kepemimpinan kepala sekolah maka dapat dilihat dari indikator kompetensinya berdasarkan Perturan Menteri Pendidikan Nasional No. 13 tahun 2007 yaitu : A. Kompetensi Kepribadian ; memiliki integritas kepribadian yang kuat sebagai pemimpin, memiliki keinginan yang kuat dalam pengembangan diri sebagai kepala sekolah, bersikap terbuka dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi, mampu mengendalikan diri dalam menghadapi masalah dalam pekerjaan sebagai kepala sekolah, memiiki bakat dan minat jabatan sebagai pemimpin pendidikan: B. Kompetensi Manajerial; mampu menyusun

perencanaan sekolah, mampu mengembangkan organisasi

12

sekolah, memimpin guru dan staf, mampu mengkomunikasikan visi, misi, tujuan, sasaran, dan program strategis sekolah kepada keseluruhan guru dan staf, mampu mengelola sarana dan prasarana sekolah, mampu mengelola hubungan sekolah masyarakat. C. Kompetensi Kewirausahaan : menciptakan

inovasi bagi pengembangan sekolah, bekerja keras untuk mencapai keberhasilan sekolah, memilikia motivasi yang kuat D. Kompetensi Supervisi :mampu melakukan

supervisi sesuai prosedur dan teknik-teknik yang tepat, Mampu melakukan monitoring, evaluasi dan pelaporan program

pendidikan sesuai dengan prosedur yang tepat, E. dengan orang Kompetensi Sosial : Terampil bekerja sama lain berdasarkan prinsip yang saling

menguntungkan dan memberi manfaat bagi sekolah, Mampu berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan, Memiliki kepekaan sosial terhadap orang atau kelompok lain.

2.2. Profesionalitas Profesionalitas itu adalah seseorang yang dipercaya memiliki kemampuan khusus untuk melakukan satu bidang kerja dengan hasil kualitas yang tinggi berdasarkan pengalaman dan pengetahuannya tentang objek pekerjaannya tersebut (Muhammad; 2002; 15).. Atau dapat

13

juga dikatakan bahwa profesionalitas adalah orang yang memiliki kemampuan khusus dalam bidang tertentu (Muhammad; 2002; 15). Profesionalitas guru dapat didefinisikan sebagai Guru profesional adalah guru yang mampu membelajarkan peserta didiknya tentang pengetahuan yang dikuasainya dengan baik. (Agung; 2003: Jurnal Ekofeum Online). Sedangkan menurut ahli lain (Sudarwan: 2002; 23) profesionalitas berarti komitmen para anggota suatu profesi untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya dan secara terus menerus mengembangkan strategi-strategi yang digunakan dalam melakukan pekerjaan sesuai profesinya. Khusus untuk jabatan guru telah disusun oleh Nasional Educatian Association (Sudarwan; 2002; 37) adalah : 1. Jabatan yang melibatkan kegiatan intelektual. 2. Jabatan yang menggeluti suatu batang tubuh ilmu yang khusus. 3. Jabatan yang memerlukan latihan dalam jabatan yang

berkesinambungan. 4. Jabatan yang memerlukan persiapan profesional yang lama. 5. Jabatan yang menjanjikan karir hidup dan keanggotaan yang permanen. 6. Jabatan yang memerlukan standard nya sendiri. 7. Jabatan yang lebih mementingkan layanan diatas keuntungan pribadi.

14

8. Jabatan yang mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat. Mengingat tugas dan tanggung jawab guru yang begitu kompleks maka guru sebagai suatu pekerjaan profesi harus memiliki persyaratan -persyaratannya. Adapun persyaratan-persyaratan profesi itu sebagai berikut (Muhammad: 2002: 15). 1. Menuntut adanya ketrampilan yang berdasarkan konsep dan teori ilmu pengetahuan yang mendalam . 2. Menekankan pada suatu keahlian dalam bidang tertentu sesuai dengan bidang profesinya. 3. Menuntut adanya tingkat pendidikan keguruan yang memadai. 4. Adanya kepekaan terhadap dampak kemasyarakatan dari

pekerjaan yang dilaksanakan. Disamping itu juga selain persyaratan tersebut masih terdapat 3 (tiga ) persyaratan lagi yaitu (Muhammad: 2002: 15). . 1. Mempunyai kode etik sebagai acuan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya 2. Memiliki klien / objek layanan yang yang. seperti guru dengan muridnya 3. Diakui oleh masyarakat karena diperlukan jasanya di masyarakat Sementara itu dilain pihak masyarakat menuntut Profesionalitas dalam rangka peningkatan mutu pendidikan. Pandangan yang ideal

15

mengenai Profesionalitas oleh Sudarminta (Muhammad; 2002: 24) direfleksikan dalam citra guru masa depan yaitu guru yang : 1. Sadar dan tanggap akan perubahan zaman 2. Berkualifikasi profesional 3. Rasional, demokrasi dan berwawasan nasional 4. Bermoral tinggi, beriman Sejak dulu dan mudah-mudahan sampai masa yang akan datang, guru menjadi panutan masyarakat tentu saja memmpunyai tugas-tugas dalam kehidupan sehari-hari. (Muhammad 2002: 15) .mengelompokan

tugas guru menjadi 3 (tiga ) jenis tugas guru . 1. Guru merupakan tugas profesi yang meliputi mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar berarti meneruskan dan

mengembangkan ilmu pengetahuan dan Teknologi. Sedangkan melatih berarti mengembangkan siswa . 2. Guru merupakan tugas kemanusiaan.Di sekolah guru harus dapat menjadikan dirinya sebagi orang tua kedua. la harus mampu menank simpati sehingga menjadi idola para siswanya. 3. Guru merupakan tugas kemasyarakatan menempatkan guru pada tempat yang terhormat dilingkunganya. karena dari seorang guru diharapkan dalam masyarakat dapat memperoleh Ilmu pengetahuan mencerdaskan kehidupan bangsa menuju ketrampilan-ketrampilan pada

rangka

16

pembentukan manusia seutuhnya Selaras dengan pendapat pribadi,

yang berdasarkan Pancasila maka Guru dan mempunyai dan

diatas

kedudukan

sebagai

pengajar

pendidik,

pembimbing guru adalah manusia yang sebagai individu. Kepribadian guru itu meliputi aspek

memiliki kepribadian

jasmaniah,

rohaniah,

intelektual, sosial, emosional dan moral.selain itu guru mempunyai peran ganda baik sebagai pengajar maupun pendidik. Disamping itu juga guru sebagai pembimbing yang membantu memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi peserta didiknya. Guru yang memegang peranan penting dalam menentukan tingkat keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan, oleh karena itu profesionlisme guru sangat diperlukan dalam membentuk generasi penerus yang cerah dimasa yang akan datang. Profesionalitas guru dibangun melalui penguasaan

profesionalitas-profesionalitas yang secara nyata diperlukan dalam meyelesaikan pekerjaan. Menurut (Purwanto 2000: 2) menyatakan profesionalitas-profesionalitas penting jabatan guru tersebut adalah profesionalitas dibidang substansi atau bidang studi, profesionalitas bidang pembelajaran, profesionalitas bidang pendidikan nilai dan

bimbingan serta profesionalitas dibidang hubungan dan pelayanan/ pengabdian masyarakat.

17

Menurut Surachmad (Purwanto 2000: 5) dinyatakan bahwa Profesionalitas itu harus memiliki: 1. Profesionalitas Personal, yaitu memiliki sikap kepribadian yang mantap. 2. Profesionalitas Sosial, yaitu menunjukan kemampuan

berkomunikasi dengan orang lain. 3. Kemampuan memberikan layanan kemanusian, yaitu

mengutamakan nilai

kemanusian dari benda/material.

Sedangkan menurut Agung (Haryono; 2003) menyatakan bahwa guru yang profesional harus memiliki kemampuan ,sifat dan sikap profesional. Kemampuan profesional meliputi. 1. Menguasai strategi. 2. Mengelola kelas. 3. Melaksanakan penilaian. 4. Mempersiapkan pengajaran. 5. Menguasai bahan pelajaran. 6. Menggunakan media. 7. Menguasai landasan kependidikan. 8. Mengelola interaksi belajar. 9. Melakukan administrasi sekola: 10. Melakukan penelitian sederhana.

18

b. Sifat dan sikap profesional meliputi. 1. Fleksibel. 2. Bersikap terbuka. 3. Berdiri sendiri. 4. Peka 5. Tekun. 6. Realistik. 7. Melihat kedepan. 8. Rasa ingin tahu. 9. Ekspresif 10. Menerima diri. Profesi guru menurut Undang-Undang Nomor 14 tentang Guru dan Dosen harus memiliki prinsip-prinsip profesional seperti tercantum pada pasal 5 ayat 1, yaitu; Profesi guru dan dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang memerlukan prinsip-prinsip profesional sebagai berikut: 1. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa dan idealisme

Memiliki kualifikasi pendidikan dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugasnya. 2. Memiliki kepemimpinan yang diperlukan sesuai dengan bidang tugasnya dan mematuhi kode etik profesi.

19

3. Memiliki

hak

dan

kewajiban

dalam

melaksanakan

tugas.

Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan Kinerja kerjanya. 4. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan profesinya secara berkelanjutan. 5. Memperoleh perlindungan hukurn dalam rnelaksanakan tugas profesisionalnya. 6. Memiliki organisasi profesi yang berbadan hokum Dalam upaya meningkatkan profesionalitasnya pada akhirnya ditentukan oleh para guru. Menurut Purwanto (2000:4) manyatakan ada (5) lima hal dalam meningkatkan profesionalitas. 1. Memahami tuntutan standard profesi yang ada dalam rangka menghadapi persaingan global, mengikuti tuntutan perkembangan profesi dan tuntutan masyarakat akan pelayanan yang lebih baik.

2. Mencapai kualifikasi dan profesionalitas yang dipersyaratkan dengan jalan inservice training dan berbagai upaya lain untuk memperoleh sertifikasi. 3. Membangun hubungan kesejawatan yang baik dan luas

termasuk organisasi profesi sehingga dapat belajar untuk mencapai sukses dan mengikuti apa yang telah dilakukan sejawatnya. 4. Memiliki etos kerja yang mengutamakan pelayan yang bermutu tinggi.

20

5. Mengadopsi inovasi atau mengembangkan kreativitas dalam memanfaatkan teknologi komunikasi dan informasi agar senantiasa tidak ketinggalan dalam kemampuan menyelenggarakan

pembelajaran. Berdasarkan profesionalitas uraian guru diatas dapat disimpulkan. Bahwa sosial,

seorang

berupa

profesionalitas

profesionalitas personal dalam memberikan layanan sebagai seorang profesional. Pengembangan profesional guru dimaksudkan untuk memenuhi tiga kebutuhan yang sungguhpun memiliki keragaman yang jelas. terdapat banyak kesamaan. Pertama, kebutuhan sosial untuk meningkatkan kemampuan sistem pendidikan yang efisien dan manusiawi, serta melakukan adaptasi untuk penyusunan kebutuhan-kebutuhan sosial. Kedua. kebutuhan untuk menemukan cara-cara untuk membantu staf pendidikan dalam rangka mengembangkan pribadinya secara luas. Dengan demikian, guru dapat mengembangkan potensi sosial dan potensi akademik generasi muda dalam interaksinya dengan alam lingkungannya. Ketiga, kebutuhan untuk mengembangkan dan mendorong keinginan guru untuk menikmati dan mendorong kehidupan pribadinya, seperti halnya dia membantu siswanya dalam mengembangkan keinginan dan keyakinan untuk memenuhi tuntutan pribadi yang sesuai dengan potensi dasamya (Sudarwan; 2002; 43).

21

Kebutuhan

pertama.

terkait

langsung

dengan

kepedulian

kemasyarakatan guru di tempat mereka berdomisili. Kebutuhan kedua terkait dengan spirit dan moral guru di sekolah tempat mereka bekerja.Kebutuhan ketiga, dan mungkin yang paling penting adalah sebagai proses seleksi untuk menentukan mutu guru-guru yang akan disertakan dalam berbagai kegiatan pelatihan dan penjenjangan jabatan. Masih rendahnya tingkat Profesionalitas saat ini disebabkan oleh faktor-faktor yang berasal dari internal guru itu sendiri dan faktor lainnya yang berasal dari luar (Haryono; 2003). Faktor-faktor tersebut antara lain: a. Penghasilan yang diperoleh guru belum mampu memenuhi kebutuhan hidup harian keluarga secara mencukupi. Oleh karena itu, upaya untuk menambah pengetahuan dan informasi menjadi terhambat karena dana untuk untuk membeli buku, berlangganan koran, internet tidak tersedia. Bahkan, untuk memenuhi kebutuhan dapur harus juga melakukan kerja sampingan lainnya. b. Kurangnya minat guru untuk menambah wawasan sebagai upaya meningkatkan tingkat profesionalitas sebab bertambah atau

tidaknya pengetahuan serta kemampuan dalam melaksanakan tugas rutin tidak berpengaruh terhadap pendapatan yang

diperolehnya. Kalaupun ada, hal itu tidak seimbang dengan pengorbanan yang telah dikeluarkan. c. Meledaknya jumlah lulusan sekolah guru dari tahun ke tahun

22

Untuk mengukur profesionalitas guru maka dapat dilihat dari kompetensinya berdasarkan pasal 8 UU RI Nomor 14 Tahun 2005 yang mengatakan bahwa guru memiliki kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional dan komptensi sosial. Adapun kompetensi-kompetensi tersebut jika dijarkan adalah sebagai berikut : a. Kompetensi pedagogik atau kemampuan pengelolaan pembelajaran, meliputi pemahaman peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan pengembangan potensinya. b. Kompetensi kepribadian, sebagai individu yang peserta didik untuk mengaktualisasikan

mantap, stabil, dewasa, arif, berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik serta berakhlak mulia. c. Kompetensi profesional, yaitu kemampuan guru

dalam penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam. d. Kompetensi sosial dalam hal berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik dan

masyarakat sekitar

2.3. Kinerja

23

Menurut Faustino (2001:71), kinerja adalah catatan outcome yang dihasilkan dari fungsi pekerjaan tertentu selama satu periode tertentu. Untuk mengetahui tingkat kinerja pegawai yang dilakukan penilaian kinerja. Bernandin dan Russel (Robbins: 2006: 267) mendefisikan penilaian kinerja sebagai suatu cara untuk mengukur kontribusi dari individu-individu anggota organisasi kepada organisasinya. Dilihat dari titik acuannya, penilaian kinerja dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu : a. Penilaian kinerja berdasarkan hasil yaitu merumuskan kinerja berdasarkan tujuan organisasi atau mengukur hasil-hasil. b. Penilaian kinerja berdasarkan perilaku yaitu mengukur sarana pencapaian sasaran dan bukannya hasil akhir. Dalam praktek, tipe ini banyak dipakai pada pekerjaan yang melibatkan aspek-aspek kualitatif. c. Penilaian kinerja berdasarkan judgement yaitu menilai kinerja berdasarkan deskripsi perilaku yang spesifik. Dimensi-dimensi dibawah ini biasanya menjadi perhatian dari tipe penilaian ini yaitu : 1). Kuantitas pekerjaan: jumlah kerja yang dilakukan dalam suatu periode. 2). Kualitas pekerjaan: mutu kerja yang dicapai berdasarkan syarat-syarat yang ditetapkan. 3). Pengetahuan mengenai pekerjaan. 4). Kreativitas dalam melaksanakan pekerja. 5). Kesediaan untuk bekerjasama.

24

6). Keandalan: kesadaran dan dapat dipercaya dalam hal kehadiran dan penyelesaian kerja. 7). Inisiatif: semangat untuk melaksanakan tugas-tugas baru. 8). Kualitas personal: kepribadian, kepemimpinan, keramahtamahan dan integritas pribadi. Dalam melakukan penilaian kinerja, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu: a. Keterkaitan pekerjaan dan spesifikasi pekerjaan, pengukuran tugas yang dilaksanakan dan disesuaikan dengan pekerjaan yang diuji. b. Mengukur hanya perilaku yang dapat dilihat. c. Sesuaikan standar-standar penilaian. d. Hindarkan subyektifitas. e. Dilakukan pada selang waktu yang tepat. f. Diperbaharui secara teratur. g. Tingkatkan partisipasi bawahan. Menurut Simamora (2003:305), persyaratan yang harus dipenuhi agar suatu sistem penilaian kinerja dapat dikatakan efektif adalah relevansi antara standar kinerja dan tujuan organisasi, sensitivitas dalam membedakan pegawai yang efektif dengan yang tidak efektif, konsitensi penilaian, dukungan dari orang-orang yang menggunakannya dan praktis. Dalam penilaian kinerja guru terdapat 8 dimensi yang dapat dinilai (Rusman, 2011; 99-100) yaitu :

25

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Kemampuan membuka pelajaran Sikap guru Penguasaan bahan ajar Kegiatan belajar mengajar Kemampuan menggunakan media pembelajaran Evaluasi pembelajaran kemampuan menutup kegiatan pembelajaran Tindak lanjut

2.4. Kerangka Pemikiran Kerangka pemeikiran menjelaskan gambaran penelitian yang akan dilaksanakan. Dimana suatu variabel yang terlibat akan menjadi input dan output merupakan variabel dependen. Kerangka pemikiran dapat

digambarkan pada gambar 2.1. dibawah ini : Gambar. 2.1. Kerangka Pemikiran

2.6. Hipotesis

26

Hipotesis dalam penelitian ini mengacu kepada tiga aspek yang mendasar yaitu Kinerja guru, kepemimpinan kepala sekolah, dan Profesionalitas. Berdasarkan permasalahan dan kajian teori maka penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut : 1. Diduga Kepemimpinan kepala sekolah dan Profesionalitas guru secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap Kinerja guru Sekolah dasar kecamatan Ngulak Kabupaten Musi Banyuasin 2. Diduga Kepemimpinan kepala sekolah berpengaruh signifikan terhadap Kinerja guru Sekolah dasar kecamatan Ngulak

Kabupaten Musi Banyuasin secara parsial 3. Diduga Profesionalitas guru berpengaruh signifikan terhadap Kinerja guru Sekolah dasar kecamatan Ngulak Kabupaten Musi Banyuasin secara parsial

27

BAB III METODE PENELITIAN

3.1.

Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian exploratif (penjelasan), yaitu

menjelaskan pengaruh dan hubungan antara variabel-variabel bebas yang terdiri dari : kepemimpinan (X1) dan profesionalitas (X2) dengan variabel terikat yaitu kinerja guru (Y), serta untuk menguji hipotesis-hipotesis yang telah dirumuskan. Seluruh data yang diperoleh akan diproses dan diolah dengan suatu analisa kuantitatif. 3.2. Populasi dan Sampel Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas; obyek/subyek yang mempuyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Supranto, 2003; 76). Metode penarikan sample dengan menggunakan metode

simple random sampling (Umar : 2002: 128). Untuk menentukan besarnya sampel digunakan metode slovin dengan tingkat kesalahan 0,1, sehingga didapat hasil sebagai berikut (Umar : 2002: 141-142): n = N /(1 + N e2)

28

Dimana : n = ukuran sampel N = ukuran populasi e = tingkat kesalahan yang digunakan 3.3. Metode Pengambilan Data Adapun teknik pengumpulan data adalah sebagai berikut : 1. Observasi, Yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara langsung terhadap aktivitas organisasi yang diteliti, sehingga dapat membuat catatan-catatan yang objektif. 2. Kuesioner, yaitu metode pengumpulan data dengan memberikan beberapa pertanyaan kepada responden penelitian. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer didapat primer yang dikumpulkan adalah melalui kuesioner. Adapun data kinerja, kepemimpinan, dan

profesionalitas. Adapun teknik pengambilan datanya adalah dengan menggunakan kuesioner. Sedangkan data sekunder didapat dari berbagai sumber kepustakaan maupun data-data guru sekolah Dasar kecamatan Sanga Desa Kabupaten Musi Banyuasin 3.4. Operasionalisasi dan Pengukuran Variabel Uraian dari masing-masing variabel penelitian ini adalah sebagai berikut:

29

1. Variabel Kepemimpinan Untuk menilai kepemimpinan kepala sekolah maka dapat dilihat dari indikator kompetensinya berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 13 tahun 2007. Untuk mengukur

kepemimpinan akan digunakan cara penilaian yang masing-masing pertanyaan diberi bobot sebagai berikut: Sangat Baik Baik Cukup Tidak baik Sangat Tidak baik =5 =4 =3 =2 =1

Secara rinci operasionalisasi variabel Kepemimpinan dapat dilihat pada tabel dibawah ini Tabel 3.1. Operasionalisasi Variabel Kepemimpinan Kepala Sekolah
Variabel Dimensi Kepemimpinan (X1) Kompetensi Kepribadian ; Indikator memiliki integritas kepribadian yang kuat sebagai pemimpin, memiliki keinginan yang kuat dalam pengembangan diri sebagai kepala sekolah, bersikap terbuka dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi, mampu mengendalikan diri dalam menghadapi masalah dalam pekerjaan sebagai kepala sekolah, memiiki bakat dan minat jabatan sebagai pemimpin pendidikan mampu menyusun perencanaan sekolah, mampu mengembangkan organisasi sekolah, memimpin guru dan staf, mampu engkomunikasikan visi, misi, tujuan, sasaran, dan program strategis sekolah kepada keseluruhan guru dan staf, mampu mengelola sarana dan prasarana sekolah, Skala

Ordinal

Kompetensi Manajerial;

30

Kompetensi Kewirausahaan Kompetensi Supervisi Kompetensi Sosial

mampu mengelola hubungan sekolah masyarakat. menciptakan inovasi bagi pengembangan sekolah, bekerja keras untuk mencapai keberhasilan sekolah, memiliki motivasi yang kuat mampu melakukan supervisi sesuai prosedur dan teknik-teknik yang tepat, Mampu melakukan monitoring, evaluasi dan pelaporan program pendidikan sesuai dengan prosedur yang tepat Terampil bekerja sama dengan orang lain berdasarkan prinsip yang saling menguntungkan dan memberi manfaat bagi sekolah, Mampu berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan, Memiliki kepekaan sosial terhadap orang atau kelompok lain

Ordinal

Ordinal

Ordinal

Sumber : Perturan Menteri Pendidikan Nasional No. 13 tahun 2007

2. Variabel Profesionalitas Profesionalitas adalah komitmen para anggota suatu profesi untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya dan secara terus menerus mengembangkan strategi-strategi yang digunakan dalam melakukan pekerjaan sesuai profesinya (Haryono; 2003). Secara rinci operasionalisasi variabel profesionalitas dapat dibawah ini dilihat pada tabel

31

Tabel 3.2. Operasionalisasi Variabel Profesionalitas


Variabel Profesionalitas (X2) Dimensi Kompetensi pedagogik Indikator pemahaman peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan potensinya sebagai individu yang mantap, stabil, dewasa, arif, berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik serta berakhlak mulia kemampuan guru dalam penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar Skala Ordinal

Kompetensi kepribadian

Ordinal

Kompetensi professional, Kompetensi sosial

Ordinal

Ordinal

Sumber : Pasal 8 UU RI Nomor 14 Tahun 2005 Instrumen untuk melihat profesionalitas diberikan kepada masingmasing responden. Adapun penilaian dari instrument ini adalah dengan memberi bobot sebagai berikut : 5 4 3 2 1 = Sangat baik = Baik = Cukup = Tidak baik = Sangat Tidak baik

32

3. Variabel Kinerja Bernandin dan Russel (Robbins: 2006: 267) mendefisikan penilaian kinerja sebagai suatu cara untuk mengukur kontribusi dari individu-individu anggota organisasi kepada organisasinya. Adapun penilaian dari

instrument ini adalah dengan memberi bobot sebagai berikut : 5 4 3 2 1 = Sangat baik = Baik = Cukup = Tidak baik = Sangat Tidak baik Tabel 3.3. Operasionalisasi Variabel Kinerja
Variabel Kinerja Dimensi Kemampuan membuka pelajaran Sikap guru ajar Ketrampilan merespon pertanyaan Ketepatan dalam mengalokasi waktu Penggunaan media ajar Ketepatan menggunakan media ajar Meningkatkan perhatian siswa dalam pembelajaran Relevansi penilaian Penggunaan bentuk dan ragam penilaian Kesesuaian penilaian dengan RPP Meninjau kembali materi yang diberikan Memberika kesempatan siswa beranya Kemampuan menyimpulkan Indikator Menarik Memberikan motivasi Menyampaikan tujuan belajar Kejelasan artikulasi suara Antusiame dalam mengajar Mobilitas posisi mengajar Kejelasan dalam menjelasakan Kejelasan dalam memberikan contoh Wawasan yang luas Kesesuaian metode dengan bahann Skala Ordinal Ordinal Ordinal

Penguasaan bahan ajar Kegiatan belajar mengajar

Ordinal

Kemampuan menggunakan media Evaluasi pembelajaran

Ordinal

Ordinal

Kemampuan menutup kegiatan pembelajaran

Ordinal

33

Tindak lanjut

Kemampuan memberikan tugas Kemampuan menginformasikan materi selanjutnya Memberikan motivasi

Ordinal

Sumber : Rusman, 2011

3.5. Teknik Analisis Data Dalam pelaksanaan pengolahan dan analisis data akan digunakan alat bantu software komputer yaitu SPSS ver. 15. Sebelum dilakukan analisis maka instrument penelitian harus dilakukan uji coba. Uji coba instrumen penelitian ini meliputi: 1. Validitas Instrumen Uji Validitas yang diperlukan agar diperoleh instrumen yang valid artinya instrumen yang tepat untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Uji Validitas dapat dilakukan dengan cara mengkorelasikan skor tiap butir dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor pertanyaan yang dijawab oleh responden. Sebelum kuisioner digunakan untuk dua jenis validitas mengumpulkan data, terlebih dahulu diuji validitasnya, dengan menggunakan rumus teknik korelasi item total Product moment. Skor setiap pertanyaan yang diuji validitasnya dikorelasikan dengan skor total seluruh item. Jika koefisien korelasi dibanding dengan nilai r product moment lebih besar maka item tersebut valid. 2. Reliabilitas Instrumen

34

Pengujian reliabilitas instrument ini dilakukan dengan internal consistency dengan teknik belah dua ( Split half) yaitu pengujian reliabilitas internal yang dilakukan dengan membelah item-item intrumen menjadi dua kelompok (ganjil dan genap) kemudian

ditotal, dicari korelasinya dan selanjutnya dianalisis dengan metode Alpha Cronbach. Dalam SPSS, apabila Cronbach yang diperoleh lebih besar 0,6 intrumen dinyatakan reliable Adapun analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Analisis Analisis Statistik Deskriptif statistik menjelaskan atau menggambarkan berbagai

karakteristik data. Adapun yang akan dilihat dari sini adalah distribusi frekuensi dari masing-masing variabel. 2. Analisi Statistik Inferensial Dalam menjelaskan pengaruh antara variabel independen terhadap dependen, model yang digunakan adalah model analisis regresi, yang dapat dinyatakan sebagai berikut. (Umar, 2004: 188). = a + b1X1+ b2X2 Dimana: Y = Kinerja a = Konstanta (kondisi dimana kinerja tidak ada kepemimpinan dan Profesionalitas) b1 = koefisien regresi Kepemimpinan kepala sekolah b2 = koefisien regresi profesionalitas

35

X1 X2

= Kepemimpinan kepala sekolah = profesionalitas Secara umum rumus dari regresi di atas adalah sebagai berikut :

Untuk mengetahui tingkat keeratan hubungan antara variabel independen secara bersamaan dan variabel dependen maka digunakan alat ukur korelasi berganda (R), sedangkan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen secara bersamaan terhadap

variabel dependen akan dilihat dari R 2. Kemudian untuk melihat keeratan hubungan secara individu antara variabel independen dan variabel dependen digunakan alat ukur korelasi parsial (r). Selanjutnya akan dilakukan uji hipotesis dengan kriteria sebagai berikut : Ho : b = 0, tidak ada pengaruh antara variabel kepemimpinan transformasional dan profesionalitas terhadap Kinerja guru

Sekolah dasar kecamatan Ngulak Kabupaten Musi Banyuasin. Ha : b 0, ada pengaruh antara variabel kepemimpinan transformasional dan profesionalitas terhadap Kinerja guru

Sekolah dasar kecamatan Ngulak Kabupaten Musi Banyuasin Untuk menganalisi data maka dilakukan uji hipotesis, yaitu uji t dan uji F. Uji t digunakan untuk menguji secara parsial sedangkan uji F digunakan untuk menguji secara bersamaan.

36

You might also like