You are on page 1of 5

PENDAHULUAN

1. Definisi dan Prevalensi Kolik renal adalah nyeri yang disebabkan oleh obstruksi akut di ginjal, pelvis renal atau ureter oleh batu. Nyeri ini timbul akibat peregangan, hiperperitalsis, dan spasme otot polos pada sistem pelviokalises ginjal dan ureter sebagai usaha untuk mengatasi obstruksi. Istilah kolik sebetulnya mengacu kepada sifat nyeri yang hilang timbul (intermittent) dan bergelombang seperti pada kolik bilier dan kolik intestinal namun pada kolik renal nyeri biasanya konstan. Nyeri dirasakan di flank area yaitu daerah sudut kostovertebra kemudian dapat menjalar ke dinding depan abdomen, ke regio inguinal, hingga ke daerah kemaluan. Nyeri muncul tiba-tiba dan bisa sangat berat sehingga digambarkan sebagai nyeri terberat yang dirasakan manusia seumur hidup. Kolik renal sering disertai mual dan muntah, hematuria, dan demam, bila disertai infeksi. Di USA, pasien dengan kolik renal memegang andil dalam 1 juta kunjungan ke emergensi setiap tahun dan 1 dari 1000 pasien kolik renal dirawat inap. Di salah satu rumah sakit di Italia, kolik renal didiagnosis pada 1% kasus; 21,6% di antaranya merupakan kasus rekuren; rasio pria-wanita sebesar 1,4-1. Insidennya lebih tinggi pada usia 25 hingga 44 tahun. Di Indonesia, belum ada data epidemiologis tentang pasien yang datang dengan keluhan kolik renal namun angka kejadian batu ginjal, sebagai penyebab kolik renal, tahun 2005 berdasarkan data yang dikumpulkan dari rumah sakit di seluruh Indonesia adalah sebesar 37.636 kasus baru, dengan jumlah kunjungan sebesar 58.959 orang. Sedangkan jumlah pasien yang dirawat adalah sebesar 19.018 orang, dengan jumlah kematian adalah sebesar 378 orang. 2. Faktor-Faktor Penyebab Faktor yang menyebabkan terjadinya kolik renal adalah batu ginjal (nephrolithiasis). Batu ginjal umumnya tanpa gejala kecuali batu tersebut sudah berada di kaliks, pelvis renal, atau ureter. Pembentukan batu ginjal diduga berhubungan dengan gangguan aliran urin, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan keadaan-keadaan lain yang belum terungkap (idiopatik). Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya batu ginjal pada seseorang yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik, yaitu faktor yang berasal dari tubuh manusia itu sendiri, terdiri dari faktor genetik,

keturunan, usia, ras dan jenis kelamin. Faktor ekstrinsik, yaitu faktor yang berasal dari lingkungan sekitar, antara lain adalah faktor geografi, iklim, asupan air, diet dan pekerjaan. Ditinjau dari teori Blum, faktor risiko yang mempengaruhi terbentuknya batu ginjal dibedakan menjadi empat faktor yaitu faktor biologi, faktor lingkungan, faktor perilaku, dan faktor pelayanan kesehatan. Tabel. Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya batu ginjal dan timbulnya renal kolik Faktor biologi Faktor (misalnya hiperkalsiuria hiperoksaluria peranan 25% sebesarFaktor lingkungan Faktor perilaku Faktor kesehatan genetik- Iklim (insiden batu - Diet tinggi protein, ginjal dan pada lebih tinggipurin, kalsium dan pengetahuan kesehatan Kurangnya temperaturgaram Minimnya petugas dalam sarana pelayanan

lingkungan yang lebih - Diet rendah sitrat Letak

diagnosis dan terapi

primer) memegang tinggi/ musim panas) - Kebiasaan minum (beberapa daerah yangoksalat) saluran lebih disebut

geografissoftdrink/soda (tinggi penunjang diagnostik - Tidak adanya program yang adekuat dalam

Faktor keturunan menunjukkan insiden - Obesitas (terdapatnya riwayat batu batu ginjal pada yang keluarga seseorang

kemih - Kurangnya asupan air. proses skrining awal tinggi - Pekerjaan yang lebih penyakit daerahbanyak duduk daerah - Kurang aktifitas dan

dibandingkan

meningkatkan risiko lain batu ginjal sebesar dan dua kali lipat)

terkena stone belt (sabuk batu)olah raga. Indonesia - Perilaku sering dalammenahan BAK sabuk batu - Penggunaan obat antasida dan diuretika golongan thiazide kelamin menderita jangka panjang termasuk

- Usia (puncak usia daerah onset adalah 20-40 tersebut. tahun) Jenis (risiko

batu ginjal pada pria sekitar 10% dengan rasio 3:1) - Ras (insiden batu pria-wanita

ginjal lebih tinggi pada orang kulit putih dibandingkan dengan orang kulit hitam) 3. Faktor yang paling berperan Faktor yang sangat berperan dalam renal kolik adalah faktor pelayanan kesehatan. 4. Akar-akar permasalahan Minimnya pengetahuan petugas kesehatan dan kurang tersedianya sarana diagnostik yang memadai menyebabkan keterlambatan dan kekeliruan dalam menegakkan diagnosis batu ginjal berdasarkan gejala kolik renal sehingga penatalaksanaan yang diberikan kurang optimal. 5. Akar masalah utama Faktor pelayanan kesehatan yang menjadi masalah utama dalam kasus renal kolik adalah minimnya pengetahuan petugas kesehatan dan kurang tersedianya sarana diagnostik yang memadai. Petugas kesehatan kesulitan menegakkan diagnosis batu ginjal pada pasien yang datang dengan keluhan kolik renal. Lokasi nyeri kolik renal berpindah-pindah berdasarkan letak batu di saluran kemih dan menyebar ( referred pain) ke bagian tubuh lain, juga sering disertai gejala lain seperti mual, muntah dan ada darah dalam urin. Gejala dan tanda ini dapat membingungkan petugas kesehatan sehingga salah mendiagnosis misalnya sebagai kolesistitis, pankreatitis, ulkus peptikum, appendisitis, dan divertikulitis, atau, khusus untuk wanita; ruptur kista ovarium, kehamilan ektopik terganggu, penyakit radang panggul, dan dismenore. Penunjang diagnostik seperti pemeriksaan laboratorik dan radiologik yang memadai juga belum tersedia secara merata di pusat-pusat kesehatan primer. Dengan adanya berbagai masalah ini keluhan kolik renal tidak ditangani dengan optimal sehingga penyebabnya tidak teratasi dan hanya sembuh secara simptomatik, padahal penyakit batu ginjal sering berulang (angka kekambuhan rata-rata 7% per tahun atau kurang lebih 5% dalam 10 tahun) dan dapat menimbulkan komplikasi seperti hidronefrosis, urosepsis, bahkan gagal ginjal permanen. 6. Rencana program kegiatan

Pilihan program untuk meningkatkan pengetahuan petugas kesehatan antara lain: 1) Mengadakan seminar atau kuliah bagi petugas kesehatan mengenai cara penegakan diagnosis dan penatalaksanaan batu ginjal pada pasien dengan keluhan kolik renal. 2) Menyebarkan leaflet-leaflet berisi informasi terbaru tentang kolik renal dan batu ginjal kepada para petugas kesehatan. 3) Memberi usulan tentang program kerja kepada dinas kesehatan yaitu mengadakan seminar atau kuliah mengenai kolik renal dan batu ginjal bagi para petugas kesehatan dan meningkatkan ketersediaan sarana diagnostik yang memadai. Dari beberapa program kegiatan di atas, pilihan terbaik adalah memberikan seminar atau kuliah bagi petugas kesehatan mengenai cara penegakan diagnosis dan penatalaksanaan batu ginjal pada pasien dengan keluhan kolik renal. Dengan pembekalan ini diharapkan petugas kesehatan dapat menyingkirkan diagnosis banding dari keluhan kolik renal berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik serta melakukan pemeriksaan penunjang yang diperlukan sehingga diagnosis batu ginjal dapat ditegakkan dengan cepat dan tepat. Petugas kesehatan juga diharapkan dapat memberikan penatalaksanaan yang optimal apakah pasien membutuhkan terapi medikamentosa, yang berarti pasien dapat dipulangkan disertai nasihat untuk mengubah perilaku yang meningkatkan risiko batu ginjal, atau terapi invasif/pembedahan, yang berarti pasien perlu menjalani pemeriksaan lanjutan dan dirujuk ke pusat kesehatan yang lebih tinggi.

Daftar Pustaka

Bahdarsyam. Spektrum bakteriologik pada berbagai jenis batu saluran kemih bagian atas. [online] 2003 [cited on Mei 14 2010]. Available from: URL: http://www.USUdigitallibrary/patologiklinik/FKUSU.pdf

Cupisti A, Pasquali E, Lusso S, Carlino F, Orsitto E, Melandri R. Renal colic in Pisa emergency department: epidemiology, diagnostics and treatment patterns. [online] 2008 Apr 24 [cited on Mei 14 2010]. Available from: URL: http://www.ncbi.literature/pubmed.htm Glatter RD. Renal colic and dietary recommendation. [online] 2009 Oct 15 [cited on Mei 14 2010]. Available from: URL: http://www.medscapeemergencymedicine. htm Leslie SW. Nephrolithiasis, acute renal colic. [online] 2010 Feb 26 [cited on Mei 14 2010]. Avalable from: URL: http://www.emedicinespecialties/urology/stone.htm Purnomo BB. Batu saluran Kemih. Dalam: Dasar-dasar urologi. Edisi kedua. Jakarta: Sagung Seto; 2007. p. 57-66. Tidy C. Renal colic. [online] 2010 Apr 19 [cited on Mei 14 2010]. Available from: URL: http://www.patientUK/home/patientplus/renalcolic.htm

You might also like