You are on page 1of 10

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I

PEMBUATAN DAN CARA EVALUASI CREAM

ZETACORT

Disusun oleh : Nama No. mahasiswa Tgl. Praktikum Hari Dosen pengampu : Linus Seta Adi Nugraha : 09.0064 : 30 April 2010 : Jumat : Anasthasia Pujiastuti , S.Farm., Apt

LABORATORIUM TEKNOLOGI FARMASI AKADEMI FARMASI THERESIANA SEMARANG 2010

PEMBUATAN DAN CARA EVALUASI CREAM

1.

Tujuan

Mengenal dan memahami cara pembuatan dan evaluasi bentuk sediaan cream.

2.

Dasar Teori

Krim adalah sediaan setengah padat, berupa emulsi mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar. Ada dua tipe krim, tipe minyak-air dan tipe air-minyak. Stabilitas krim rusak, jika terganggu sistem campurannya, terutama disebabkan perubahan suhu dan perubahan komposisi disebabkan penambahan salah satu fase secara berlebih atau pencampuran dua tipe krim jika zat pengemulsinya tidak tercampurkan satu sama lain. Pengenceran krim hanya dapat dilakukan jika diketahui pengencer yang cocok yang harus dilakukan dengan teknik aseptik. Krim yang sudah diencerkan harus digunakan dalam waktu satu bulan. Pemilihan zat pengemulsi harus disesuaikan dengan jenis dan sifat krim yang dikehendaki. Sebagai zat pengemulsi dapat digunakan, emulgid, lemak bulu domba, setaseum, setilalkohol, stearilalkohol, TEA, sterat, natrium stearat, amonium stearat. (Anonim, 1979) Untuk krim tipe A/M digunakan Sabun polivalen, span, adeps lanae, cholesterol, cera. Untuk krim tipe M/A digunakan sabun monovalen seperti Tea stearat, natrium stearat, kalium stearat, ammonium stearat, tween, natrium laurylsulfat, kuning telur, gelatinum, caseinum, CMC, pectinum, emulgidum. Untuk penstabil krim ditambah zat antiokasidan dan zat pengawet. Zat pengawet yang sering digunakan adalah Nipagin 0,120,18%, Nipasol 0,02-0,05%.

3.

Formula I Hidrokortison asetat Nipagin Propilen glycol Emulgide Aqua ad 2,5% 0,1% 15% 20% 100 II 2,5% 0,1% 15% 25% 100

4.

Pemerian

Hidrokortison Starat Serbuk hablur, putih atau hampir putih, tidak berbau, rasa tawar kemudian pahit. Praktis tidak larut dalam air, sukar larut dalam etanol (95%) P dan dalam kloroform. Khasiat : Kortikosteorid (Anonim, 1979)

Nipagin Serbuk hablur halus, putih, hampir tidak berbau, tidak mempunyai rasa kemudian agak membakar diikuti rasa pedas. Larut dalam 500 bagian air, dalam 20 bagian air mendidih, 3,5 bagian eter (95%), dan dalam 3 bagian aseton, larut dalam eter dan larut dalam alkali hidroksida, larut dalam 60 bagian gliserol. Khasiat : Bahan pengawet (Anonim, 1979)

Propilenglikol Cairan kental, jernih, tidak berwarna. Rasa khas, praktis tidak berbau, menyerap air pada udara lembab. Dapat bercampur dengan air, dengan aceton, dengan kloroform. Larut dalam eter dan dalam beberapa minyak esensial, tetapi tidak dapat bercampur dengan minyak lemak. Khasiat : Bahan tambahan (Anonim, 1995)

Emulgide Kristal butiran-butiran warna putih sampai putih kekuningan Khasiat : Bahan tambahan

5.

Perhitungan Bahan Formula I : Hidrokortison asetat Nipagin Propilen glycol Emulgide Aqua ad = 2,5% x 100 = 2,5 gram = 0,1% x 100 = 0,1 gram = 15% x 100 = 15 gram = 20% x 100 = 20 gram = 100 gr

Formula II: Hidrokortison asetat Nipagin Propilen glycol Emulgide Aqua ad = 2,5% x 100 = 2,5 gram = 0,1% x 100 = 0,1 gram = 15% x 100 = 15 gram = 25% x 100 = 25 gram = 100 gr

6.

Cara Kerja

Masukan emulgide dan sebagian aqua dalam cawan, panaskan di atas penangas air sampai mencair, angkat dan dinginkan sampai kira-kira suhu 50oC

Tambahkan propilenglikol, pada campuran 1, aduk homogen

Larutkan nipagin dalam air panas

Masukan hidrokortison asetat dalam mortir, larutkan dengan sebagian aqua

Masukan larutan Nipagin, aduk homogen. Tambahkan campuran 1 dan cukupkan dengan sisa aqua.

Aduk sampai homogen

Simpan cream dalam wadah untuk percobaan selanjutnya

7.

EVALUASI CREAM

1. Uji daya sebar cream 2. Uji daya lekat cream 3. Uji kemampuan proteksi 4. Uji homogenitas cream 5. Uji pH

8.

PEMBAHASAN

Problema dan Penyelesaiannya

Pada pembuatan cream kali ini, masalah yang ditemui adalah pada zat aktifnya. Zat aktifnya adalah Hidrokortison asetat yang tidak larut dalam air ataupun lemak. Sehingga pembuatan cream kali ini mengikuti aturan pembuatan salep nomor 3. Aturan tersebut menghendaki pembuatan salep yang mengandung bahan yang tidak larut dalam air ataupun lemak dibuat dengan cara menggerus bahan terebut hingga halus, lalu diayak dengan menggunakan B40, baru kemudian dicampur dengan basis. Pada saat penggerusan, harus dipastikan bahwa bahan tersebut sudah mempunyai ukuran partikel yang kecil. Hal ini supaya pada saat pemakaian, cream tidak mengiritasi kulit. Saat pembuatan cream, bahan-bahan yang perlu dilebur, harus dilebur sampai merata. Bahan-bahan yang telah dilebur itu harus ditunggu sampai mencapai suhu kira-kira 50oC. Hal ini untuk mencegah tidak

tercampurnya bahan-bahan lain yang tidak ikut dilebur, dalam praktek kali ini adalah zat aktifnya. Selain itu, pendinginan ini juga bertujuan untuk membentuk massa cream yang cukup viskositasnya, sehingga tidak terlalu encer. Pada saat pendinginan, sebaiknya massa cream terus-menerus diaduk agar tidak mengeras dan bisa mudah dicampur. Selain itu, cream ini juga mengandung air, sehingga perlu penambahan bahan pengawet. Bahan pengawet yang digunakan pada praktek kali ini adalah Nipagin dengan kadar 0,1%.

A. Uji daya sebar cream 1. 2. Timbang 0,5 g cream, letakan di tengah kaca bundar. Letakan kaca penutup di atas massa cream setelah kaca penutup itu ditimbang. 3. Ukur diameter cream yang menyebar (dengan mengambil panjang rata-rata diameter dari beberapa sisi). 4. Tambahkan 50 g beban tambahan, diamkan selama 1 menit dan ulangi langkah (3), tambah terus beban hingga 200 g. 5. Gambarkan dalam grafik hubungan antara beban dan luas cream yang menyebar.

B. Uji daya lekat cream 1. Letakan cream secukupnya di atas obyek glass yang telah ditentukan luasnya 2. Letakan obyek glass yang lain di atas cream tersebut. Tekan dengan beban 1 kg selama 5 menit 3. 4. 5. 6. 7. Lepaskan beban seberat 1 kg Pasang obyek glass pada alat uji Catat waktunya hingga kedua obyek glass terlepas Ulangi sebanyak 3 kali Lakukan tes untuk formula cream yang lain dengan masing-masing 3 kali percobaan.

C. Uji kemampuan proteksi 1. Ambilah sepotong kertas saring (10 x 10 cm). Basahi dengan larutan phenophtalein untuk indikator. Setelah itu kertas

dikeringkan 2. Olesilah kertas tersebut dengan cream yang akan dicoba (satu muka) seperti lazimnya orang mempergunakan cream 3. Sementara itu pada kertas saring yang lain buat satu area (2,5 x 2,5 cm) dengan pembatas parafin padat yang dilelehkan 4. 5. 6. Tempelkan kertas (3) pada kertas (2) Tetesi atau basahi dengan KOH 0,1 N Amati timbulnya noda kemerahan pada sebelah kertas yang dibasahi dengan larutan phenolphtalein pada waktu 15; 30; 45; 60 detik, 3; 5 menit. 7. Lakukan percobaan untuk cream yang lain.

D. Uji homogenitas cream 1. 2. 3. Letakan 0,5 gram sediaan pada obyek glass Tutup dengan obyek glass yang lain Amati homogenitasnya menggunakan lup.

Data Hasil Praktikum 1. Data uji daya sebar cream Beban pertama yaitu kaca benda dengan berat 139.6 gr, dibiarkan selama 1 menit diameternya adalah 5,2 cm dan 5,2 cm. Setelah itu diberikan beban tambahan 50 gr (total beban 189,6) dan dibiarkan selama 1 menit diameternya adalah 6,3 cm dan 6 cm. Setelah diberikan beban tambahan lagi sebanyak 50 gr (jadi total beban 239,6 gr) dan dibiarkan selama 1 menit diameternya adalah 6,5 cm dan 6 cm.

Setelah diberikan beban tambahan lagi sebanyak 50 gr (jadi total beban 189,6 gr) dan dibiarkan selama 1 menit diameternya adalah 7 cm dan 6,7 cm. Kemudian ditambah lagi beban 50 gr (jadi total beban 339,6 gr) dan dibiarkan selama 1 menit, diameternya adalah 7 cm dan 7 cm. Ini menunjukkan bahwa daya sebar cream baik dengan melihat peningkatan diameter setelah memberikan beban ke massa cream.
8 6 5,2 4 2 0 139,35 gr 6,85 7

6,15

6,25

189,6 gr

239,6 gr

289,6 gr

339,6 gr

Gambar 8.1. Grafik hubungan antara beban dengan diameter sebar cream

2.

Data uji daya lekat cream Setelah menunggu selama 30 menit cream yang diletakkan di antara 2 kaca arloji dan di letakan tergantung pada alat uji menunjukkan hasil bahwa kaca arloji sebagai penutup bagian bawah tidak jatuh sehingga uji daya rekat tidak dilanjutkan. Dari data tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa daya lekat cream baik.

3.

Data uji kemampuan proteksi cream Uji ini dilakukan dengan menggunakan kertas saring berukuran 10 cm x 10 cm dibasahi dengan indikator

phenolphthalein kemudian dikeringkan, olesi kertas dengan cream yang akan dicoba kemudian kertas saring lain berukuran 2.5cm x 2.5 cm ditaruh diatas kertas saring dengan pembatas / pada pinggir kertas saring yang kedua diberi paraffin cair.

Kemudian kertas saring yang kecil ditetesi dengan KOH 0.1N. Akan terbentuk nnoda kemerahan dari indicator

phenolptalein. Pengamatan timbulnya noda kemerahan pada kertas saring yang dibasahi larutan phenolptalein : Pada waktu 15 detik warna merah dari indikator phenolptalein tidak keluar dari kertas saring berukuran kecil Pada waktu 30 detik => tidak keluar Pada waktu 45 detik => tidak keluar Pada waktu 60 detik => tidak keluar Pada waktu 3 menit Pada waktu 5 menit => tidak keluar => tidak keluar

Hal ini menunjukan bahwa daya proteksi cream yang dibuat sudah baik.

4.

Data uji homogenitas cream Uji homogenitas cream dengan meletakkan cream pada obyek glass kemudian obyek glass lain sebagai penutup dan diamati dengan lup, setelah pengamatan menunjukkan hasil bahwa cream homogen yaitu tidak terlihatnya butiran-butiran dari zat aktif, hal ini menunjukan bahwa zat aktif telah tersebar secara merata atau telah tercampur merata dalam cream.

9.

KESIMPULAN 1. Pembuatan cream yang mengandung obat yang tidak larut dalam lemak ataupun air, sebaiknya digerus terlebih dahulu sampai halus. 2. Pada saat setelah peleburan basis, basis cream sebaiknya didinginkan terlebih dahulu untuk mencegah zat aktif rusak, atau hal-hal lain yang tidak dinginkan, seperti tidak homogen, terlalu encer, dan lain-lain. 3. Pada saat pembuatan cream yang mengandung air, sebaiknya ditambah dengan bahan pengawet.

10.

DAFTAR PUSTAKA

Anief M., 2000, Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek, UGM Press, Yogyakarta. Anief M., 1987, Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek, UGM Press, Yogyakarta. Anonim, 1995 Farmakope Indonesia, IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, III, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Ansel, H. C., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, ed 4, Universitas Indonesia, Jakarta. Wade, Weller, 1994, Handbook of Pharmaceutical Exipients, The Pharmaceutical Press, London.

Semarang, 30 April 2010

Linus Seta Adi Nugraha

You might also like