You are on page 1of 10

TAFSIR AL-MARAGHI Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Pada Mata Kuliah Membahas Kitab Tafsir Modern

Oleh: Neneng Rohanah Abdul Bari

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT JURUSAN TAFSIR HADIS UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Data Kitab Judul Buku : Tafsir Al-quran Al-Karim, yang lebih dikenal dengan Tafsir Al-Maraghi Penyusun : Syekh Ahmad Musthafa Al-Maraghi Kelahiran : Lahir pada tahun 1300 H/1883 M, Wafat pada tahun 1371 H/1952 M Madzhab : Syafiiy Asy-ary1 Tahun Penyusun: 1361 H-1365 H Tahun Terbit : Tafsir al-Maraghi pertama kali diterbitkan pada tahun 1951 di Kairo. Jumlah Jilid :Pada terbitan yang pertama ini, Tafsir al-Maraghi terdiri atas 30 juz atau dengan kata lain sesuai dengan pembagian juz Alquran. Kemudian, pada penerbitan yang kedua terdiri dari 10 jilid, di mana setiap jilid berisi 3 juz, dan juga pernah diterbitkan ke dalam 15 Jilid, di mana setiap jilid berisi 2 juz. Kebanyakan yang beredar di Indonesia adalah Tafsir al-Maraghi yang diterbitkan dalam 10 jilid. Data-data : jilid 1 surat Al-fatihah ayat:1-surat Ali imran ayat:92 tebal kitab: 219 Jilid 2 surat Ali imran ayat:93-surat Al-Maidah ayat:85 tebal kitab: 216 Jilid 3 surat Al-Maidah ayat:86-surat Alaraaf ayat:87 tebal kitab: 215 Jilid 4 surat Al-Aaraf ayat:88-surat At-Taubah ayat:93 tebal kitab: 188 Jilid 5 surat At-Taubah ayat:94-surat Yusuf ayat:52 tebal kitab: 171 Jilid 6 surat Yusuf ayat:53-surat Al-Kahfi ayat:74 tebal kitab: 183 Jilid 7 surat Al-Kahfi ayat:75-surat Al-Furqan ayat:20 tebal kitab: 167 Jilid 8 surat Al-Furqan ayat:21-surat Al-Ahzab ayat:30 tebal kitab: 160 Jilid 9 surat Al-Ahzab ayat:31-surat Fushilat ayat:46 tebal kitab: 144 Jilid 10 surat Fushilat ayat:47-surat Al-Hadid ayat:29 tebal kitab: 192 Jilid 11 surat Al-Mujadalah ayat:1-surat Annas ayat:6 tebal kitab: 198 A. Pendahuluan Setelah kita mempelajari beberapa kitab-kitab tafsir klasik, sekarang kita beranjak untuk mengetahui dan mempelajari kitab-kitab tafsir kontemporer (modern), seperti yang telah kita bahas sebelumnya mengenai seluk beluk tafsir Al-Manar yang di karang oleh Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha, kini kita akan membahas salah satu kitab tafsir yang merujuk kepada tafsir Al-Manar ini, yaitu membahas kitab Tafsir Al-Maraghi.

B. Pembahasan a. Latar Belakang Mufassir Nama lengkapnya adalah Ahmad Musthafa bin Muhammad bin Abdul Munim alMaraghi. Kadang-kadang nama tersebut diperpanjang dengan kata Beik, sehingga menjadi
1

Muhammad Ali Al-Iyazy, Al-Mufassiruna Hayatuhum wa Manhajuhum Fi At-Tafsir, (Teheran:Waziqaf al-Irsyad alIslamiyyah), 1414, hal.357

Ahmad Musthafa al-Maraghi Beik. Ia berasal dari keluarga yang sangat tekun dalam mengabdikan diri kepada ilmu pengetahuan dan peradilan secara turun-temurun, sehingga keluarga mereka dikenal sebagai keluarga hakim. Al-Maraghi lahir di kota Maraghah, sebuah kota kabupaten di tepi barat sungai Nil sekitar 70 Km di sebelah selatan kota Kairo, pada tahun 1300 H./1883 M. Nama Kota kelahirannya inilah yang kemudian melekat dan menjadi nisbah (nama belakang) bagi dirinya, bukan keluarganya. Ini berarti nama al-Maraghi bukan monopoli bagi dirinya dan keluarganya.2 Ia mempunyai 7 orang saudara. Lima di antaranya laki-laki, yaitu Muhammad Musthafa al-Maraghi (pernah menjadi Grand Syekh Al-Azhar), Abdul Aziz alMaraghi, Abdullah Musthafa al-Maraghi, dan Abdul Wafa Mustafa al-Maraghi. Hal ini perlu diperjelas sebab seringkali terjadi salah pengertian tentang siapa sebenarnya penulis Tafsir alMaraghi di antara kelima putra Mustahafa itu. Kesalahkaprahan ini terjadi karena Muhammad Musthafa al-Maraghi (kakanya) juga terkenal sebagai seorang mufassir. Sebagai mufassir, Muhammad Musthafa juga melahirkan sejumlah karya tafsir, hanya saja ia tidak meninggalkan karya tafsir Alquran secara menyeluruh. Ia hanya berhasil menulis tafsir beberapa bagian Alquran, seperti surah al-Hujurat dan lain-lain. Dengan demikian, jelaslah yang dimaksud di sini sebagai penulis Tafsir al-Maraghi adalah Ahmad Musthafa al-Maraghi, adik kandung dari Muhammad Musthafa al-Maraghi. Masa kanak-kanaknya dilalui dalam lingkungan keluarga yang religius. Pendidikan dasarnya ia tempuh pada sebuah Madrasah di desanya, tempat di mana ia mempelajari Alquran, memperbaiki bacaan, dan menghafal ayat-ayatnya, sehingga sebelum usi 13 tahun ia sudah menghafal seluruh ayat Alquran. Di samping itu, ia juga mempelajari ilmu tajwid dan dasa-dasar ilmu agama yang lain. Setelah menamatkan pendidikan dasarnya tahun 1314 H./1897 M, atas persetujuan orangtuanya, al-Maraghi melanjutkan pendidikannya ke Universitas al-Azhar di Kairo. Ia juga mengikuti kuliah di Universitas Darul Ulum Kairo.3 Dengan kesibukannya di dua perguruan tinggi ini, al-Maraghi dapat disebut sebagai orang yang ulet, sebab keduanya berhasil diselesaikan pada saat yang sama, tahun 1909 M.

Muhammad Ali Al-Iyazy, Al-Mufassiruna Hayatuhum wa Manhajuhum Fi At-Tafsir, (Teheran:Waziqaf al-Irsyad alIslamiyyah), 1414, hal.357 3 Mani Abd Halim Mahmud, penterjmah, Faisal Shaleh dan Syahdianor, Metodologi Tafsir Kajian Komprehensif Metode Para Ahli Tafsir, (Bandung: PT.Raja Grafindo Persada), 2006, hal.328

Di kedua Universitas tersebut, al-Maraghi mendapatkan bimbingan langsung dari tokohtokoh ternama dan ahli di bidangnya masing-masing pada waktu itu, seperti: Syekh Muhammad Abduh, Syekh Muhammad Bukhait al-Muthii, Ahmad Rifai al-Fayumi, dan lain-lain.4 Merekalah antara lain yang menjadi narasumber bagi al-Maraghi, sehingga ia tumbuh menjadi sosok intelektual muslim yang menguasai hampir seluruh cabang ilmu agama. Setelah menamatkan pendidikannya di Universitas al-Azhar dan Darul Ulum, ia terjun ke masyarakat, khususnya di bidang pendidikan dan pengajaran. Beliau mengabdi sebagai guru di beberapa madrasah dengan mengajarkan beberapa cabang ilmu yang telah dipelajari dan dikuasainya. Beberapa tahun kemudian, ia diangkat sebagai Direktur Madrasah Muallimin di Fayum, sebuah kota setingkat kabupaten yang terletak 300 Km sebelah barat daya kota Kairo. Dan, pada tahun 1916, ia diminta sebagai Dosen Utusan untuk mengajar di Fakultas Filial Universitas al-Azhar di Qurthum, Sudan, selama empat tahun. Pada tahun 1920, setelah tugasnya di Sudan berakhir, ia kembali ke Mesir dan langsung diangkat sebagai dosen Bahasa Arab di Universitas Darul Ulum serta dosen Ilmu Balaghah dan Kebudayaan pada Fakultas Bahasa Arab di Universitas al-Azhar. Pada rentang waktu yang sama, al-Maraghi juga menjadi guru di beberapa madrasah, di antaranya Mahad Tarbiyah Muallimah, dan dipercaya memimpin Madrasah Utsman Basya di Kairo. Karena jasanya di salah satu madrasah tersebut, al-Maraghi dianugerahi penghargaan oleh raja Mesir, Faruq, pada tahun 1361 H. Dalam menjalankan tugas-tugasnya di Mesir, al-Maraghi tinggal di daerah Hilwan, sebuah kota yang terletak sekitar 25 Km sebelah selatan kota Kairo. Ia menetap di sana sampai akhir hayatnya. Ia wafat pada usia 69 tahun (1371 H./1952 M.). Namanya kemudian diabadikan sebagai nama salah satu jalan yang ada di kota tersebut. b. Karya-karya Syekh Ahmad Mustafa Al-Maraghi Al-Maraghi adalah ulama kontemporer terbaik yang pernah dimiliki oleh dunia Islam. Selama hidup, ia telah mengabdikan diri pada ilmu pengetahuan dan agama. Banyak hal yang telah ia lakukan. Selain mengajar di beberapa lembaga pendidikan yang telah disebutkan, ia juga mewariskan kepada umat ini karya ilmiyah. Salah satu di antaranya adalah Tafsi-r al-Maraghi,
4

Muhammad Ali Al-Iyazy, Al-Mufassiruna Hayatuhum wa Manhajuhum Fi At-Tafsir, (Teheran:Waziqaf al-Irsyad alIslamiyyah), 1414, hal.358

sebuah kitab tafsir yang muncul pada abad ke 14. 5dan beredar juga dikenal di seluruh dunia Islam sampai saat ini. Karya-karyanya yang lainnya adalah: Al-Hisbat fi al-Islm Al-Wajz fi Ushl al-Fiqh Ulm al-Balghah Muqaddimat at-Tafsr Buhts wa A-r fi Funn al-Balghah; dan Ad-Diynat wa al-Akhlq

Dengan segala kesibukannya, Al-Maraghi menulis karya monumentalnya ini selama kurang lebih 10 tahun. Karena komitmen dan disiplin waktu yang ketat, al-Maraghi mampu menyelesaikan penulisan tafsir ini tanpa mengganggu aktivitas primernya sebagai seorang dosen dan pengajar. Menurut salah satu referensi, ketika al-Maraghi menulis tafsirnya ini, ia hanya membutuhkan waktu istirahat selama 4 jam, sedangkan 20 jam yang tersisa digunakan untuk mengajar dan menulis. c. Motivasi Menulis Tafsir Yang melatarbelakangi ingin menulis tafsir adalah suatu kenyataan yang sempat disaksikan, bahwa kebanyakan orang enggan membaca kitab-kitab tafsir yang ada ditangan sendiri. Dengan alasan kitab-kitab tafsir yang ada sangat sulit dipahami, bahkan diwarnai dengan berbagai istilah yang hanya bisa dipahami oleh orang-orang yang ahli dalam bidang ilmu tersebut. Karenanya dengan ini, termotivasilah diri untuk menulis tafsir dengan sengaja merubah gaya bahasa dan menyajikannya dalam bentuk sederhana dan yang mudah dipahami. Dengan demikian, para pembaca dapat memahami rahasia-rahasia yang terkandung dalam Al-quran tanpa mengeluarkan energi berlebihan dalam memahaminya. 6 Penulisan tafsir ini tidak terlepas dari rasa tanggungjawab dan tuntutan ilmiah Al-Maraghi sebagai salah seorang ulama tafsir yang melihat begitu banyak problema dalama masyarakat kontemporer yang membutuhkan pemecahan. Ia merasa terpanggil untuk menawarkan berbagai solusi alternatif berdasarkan

Teuku M. Hasby As-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Quran dan Tafsir, (Semarang: PT.Pustaka Rizki Putra), 1997, hal.226 6 Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Muqaddimah Tafsir Al-Maraghi, hal.18

makna-makna yang terkandung dalam nash-nash Qurani. Karena alasan ini pula lah tafsir ini tampil dengan gaya modern, yaitu disesuaikan dengan kondisi masyarakat yang sudah maju dan modern.

d. Metode Penulisan Tafsir Dari sisi metodologi, al-Maraghi bisa disebut telah mengembangkan metode baru. Bagi sebagian pengamat tafsir, al-Maraghi adalah mufassir yang pertama kali memperkenalkan metode tafsir yang memisahkan antara uraian global dan uraian rincian, sehingga penjelasan ayat-ayat di dalamnya dibagi menjadi dua kategori, yaitu mana ijma-li dan mana tahlili. Kemudian, dari segi sumber yang digunakan selain menggunakan ayat dan atsar, alMaraghi juga menggunakan rayi (nalar) sebagai sumber dalam menafsirkan ayat -ayat. Namun perlu diketahui, penafsirannya yang bersumber dari riwayat (relatif) terpelihara dari riwayat yang lemah (dhaif) dan susah diterima akal atau tidak didukung oleh bukti-bukti secara ilmiah. Hal ini diungkapkan oleh al-Maraghi sendiri pada muqaddimahnya tafsirnya ini. Al-Maraghi sangat menyadari kebutuhan kontemporer. Dalam konteks kekinian, merupakan keniscayaan bagi mufassir untuk melibatkan dua sumber penafsiran (aql dan naql). Karena memang hampir tidak mungkin menyusun tafsir kontemporer dengan hanya mengandalkan riwayat semata, selain karena jumlah riwayat (naql) yang cukup terbatas juga karena kasus-kasus yang muncul membutuhkan penjelasan yang semakin komprehensif, seiring dengan perkembangan problematika sosial, ilmu pengetahuan, dan teknologi yang berkembang pesat. Sebaliknya, melakukan penafsiran dengan mengandalkan akal semata juga tidak mungkin, karena dikhawatirkan rentan terhadap penyimpangan-penyimpangan, sehingga tafsir itu justru tidak dapat diterima. Namun tidak dapat dipungkiri, Tafsir al-Maraghi sangat dipengaruhi oleh tafsir-tafsir yang ada sebelumnya, terutama Tafsir al-Manar. Hal ini wajar karena dua penulis tafsir tersebut, Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha, adalah guru yang paling banyak memberikan bimbingan kepada Al-Maraghi di bidang tafsir. Bahkan, sebagian orang berpendapat bahwa Tafsir alMaraghi adalah penyempurnaan terhadap Tafsir al-Manar yang sudah ada sebelumnya. Metode

yang digunakan juga dipandang sebagai pengembangan dari metode yang digunakan oleh Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha.7 e. Corak Penafsiran Para mufasir yang mempunyai kecenderungan tersendiri dalam menafsirkan ayat-ayat al Quran itu akan menimbulkan aliran-aliran tafsir al-Quran. Diantaranya ialah tafsir lughawi (adabi), al fiqhi, shufi, Itiqadi, falsafi, ilmi (ashri), ijmai. Menurut Prof. Dr. H. Abdul Djalal HA bahwa aliran tafsir al Quran ada tujuh yakni: tafsir lughawi (adabi), al fiqhi (ahkam), shufi (isyari), Itizali, aqli (falsafi), ilmi (ashri). Dan menurut Prof. Dr. Quraish Shihab, aliran (corak) tafsir ada: corak fiqhiy, shufiy, ilmiy, bayan, falsafiy, adabiy, ijtimaiy. Dari pengertian tersebut, maka tafsir al-Maraghi termasuk : Tafsir lughawi (adabi) : Ialah tafsir yang menitik beratkan pada unsur bahasa, yaitu meliputi segi Irab dan harakat bacaannya, pembentukan kata, susunan kalimat, dan kesusateraan.

f. Pendekatan Pada muqadimmah tafsir ini sudah dijelaskan yaitu memadukan antara pendekatan tradisional-skriptual (naqli), dengan pendekatan rasional (aqli). jadi dengan ini, pada tafsir AlMaraghi ini mengunakan kedua pendekatan tersebut, karena kedua pendekatan ini sangat

berkaitan, disamping adanya dalil-dalil dibutuhkan juga penalaran dalam penafsiran.

g. Sistematika Penulisan Tafsir Sistematika dan langkah-langkah penulisan yang digunakan di dalam Tafsir al-Maraghi adalah sebagai berikut:8 Menghadirkan satu, dua, atau sekelompok ayat yang akan ditafsirkan. Pengelompokan ini dilakukan dengan melihat kesatuan inti atau pokok bahasan. Ayat-ayat ini diurut sesuai tertib ayat mulai dari surah al-Fatihah sampai surah an-Nas (Metode tafsir tahlili). Penjelasan kosa kata (syarh al-mufradat). Yaitu dengan menjelaskan beberapa kosa kata yang sukar menurut ukurannya. Dengan demikian, tidak semua kosa kata dalam sebuah

7 8

Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Muqaddimah Tafsir Al-Maraghi, hal.20 Muhammad Ali Al-Iyazy, Al-Mufassiruna Hayatuhum wa Manhajuhum Fi At-Tafsir, (Teheran:Waziqaf al-Irsyad alIslamiyyah), 1414, hal.360

ayat dijelaskan melainkan dipilih beberapa kata yang bersifat konotatif atau sulit bagi pembaca. Makna ayat sacara umum (Mana al-Ijmali). Dalam hal ini, al-Maraghi berusaha menggambarkan maksud ayat secara global, yang dimaksudkan agar pembaca sebelum melangkah kepada penafsiran yang lebih rinci dan luas ia sudah memiliki pandangan umum yang dapat digunakan sebagai asumsi dasar dalam memahami maksud ayat tersebut lebih lanjut. Menjelaskan Asbabun nuzul Penjabaran dan penjelasan (al-Idhah).

h. Kelebihan dan kekurangan dalam Tafsir Kelebihan: *Dalam memberikan penjelasan, Al-Maraghi berusaha menghindari uraian yang berteletele (al-ithnab). *Menghindari istilah dan teori ilmu pengetahuan yang sukar dipahami. *Gaya bahasa yang mudah, Penjelasan tersebut dikemas dengan bahasa yang sederhana, singkat, padat, serta mudah dipahami dan dicerna oleh akal. *Menyesuaikan bahasa dengan perkembangan zaman. * Selektif dalam memilih kisah-kisah yang terdapat didalam kitab tafsir

Kekurangan: *

i. Kritik dan Pujian dalam Tafsir Pujian: Ali Iyazi menyimpulkan bahwa pembahasan kitab tafsir ini mudah dipahami dan enak dicerna, sesuai dengan kebutuhan masyarakat kelas menengah dalam memahami Al-Quran, serta relevan dengan problematika yang muncul pada masa kontemporer.

j. Sumber dan Rujukan Penafsiran Adapun beberapa sumber dan rujukan dalam penafsiran ini, diantaranya adalah: Tafsir Ibnu Jarir At-thabari Tafsir Al-Kasyaf karya Az-zamakhsyari
8

Tafsir Mafatihul Ghaib karya Fakhruddin Ar-Razy Tafsir Anwarut tanzil karya Imam Al-Baidhawy Tafsir Al-Manar karya Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha Tafsir Bahrul Muhit karya Abu Hayyan Al-Andalusi Tafsir Ruhul Maaniy karya Al-Alusi Tafsir Abi Muslim Al-Ashfahaniy Tafsir Al-Qadi Abi Bakar Al-Baqilaniy Tafsir Al-Katib Assyarbiniy Tafsir Maalim at-tanzil karya imam Al-Baghawy Tafsir Al-Jawahir Tafsir Al-Basit karya An-Naisabury Gharaibul Quran karya Muhammad Al-Qummy Sirah Ibnu Hisyam Lisanul Arab karya Ibnu Mansyur Al-Afriqy Syarah Al-Qamus karya Fairuzzabadi Dan lain sebagainya

C. Penutup Kesimpulan Dari penjelasan diatas, bahwasanya tafsir Al-Maraghi adalah karya Ahmad Mustafa AlMaraghi adik kandung dari Mustafa Al-Maraghi, tafsir ini disusun karena ingin memberikan kemudahan dalam pemahaman Al-quran bagi masyarakat dengan penyajian yang begitu sistematis, gaya bahasa yang mudah dipahami, dan masalah-masalah yang dibahas benar-benar didukung dengan hujjah , bukti-bukti nyata serta berbagai percobaan yang diperlukan. Dan beliau menafsirkan Al-quran ini sesuai dengan Tartibul mushaf yaitu menafsirkan ayat dari surat Al-Fatihah-surat An-Nass, dalam penafsiran beliau menggunakan metode tahlili (analisis), serta pendekatan naqli dan aqli, banyak sumber rujukan yang digunakan dalam penafsiran ini, sehingga mufassir ini memiliki kecenderungan dalam tafsir, dan kecenderungan tafsir ini adalah lughawi/adabi. Meskipun demikian, adapun kelebihan dan kekurangan dalam tafsir ini, dan komentar-komentar sebagai pujian dan kritik. Wallahu alam

DAFTAR PUSTAKA

Hasan Abidu, Yunus, 2007, Tafsir Al-quran Sejarah dan Metode Para Mufassir, (Tangerang: Gaya Media Pratama)

Al-Iyazy Muhammad Ali, 1616, Al-Mufassiruna Hayatuhum wa Manhajuhum Fi At-Tafsir, (Teheran:Waziqaf al-Irsyad al-Islamiyyah)
Mahmud, Mani Abd Halim , 2006, Metodologi Tafsir Kajian Komprehensif Metode Para Ahli Tafsir, (Bandung: PT.Raja Grafindo Persada)

Al-Maraghi, Ahmad Mustafa, 1950, Tafsir Al-Maraghi, (Kairo: Musthafa Al-Babi Al-Halabi) As-Shiddieqy, Teuku M. Hasby , 1997, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Quran dan Tafsir, (Semarang: PT.Pustaka Rizki Putra) Al-Quran dan Terjemahannya,

10

You might also like