You are on page 1of 10

27

BAB IV KEGIATAN PROYEK YANG DIIKUTI

Selama penulis melakukan kerja praktek pada Proyek Pemeliharaan Jalan Keucik Saman Cs Gampoeng Beurawe, keadaan fisik proyek adalah sedang dalam tahap pekerjaan tanah di sebelah bagian kanan jalan yaitu pekerjaan galian biasa. Jadi penulis tidak berkesempatan untuk meninjau pekerjaan tanah dan perkerasan berbutir di sebelah kiri jalan. Dikarenakan pekerjaan pada proyek ini dimulai dengan pekerjaan di sebelah kiri jalan. Kegiatan-kegiatan proyek yang penulis ikuti selama 2 bulan kerja praktek meliputi pekerjaan sebagai berikut: 1. Galian. 2. Timbunan Pilihan 3. Lapisan Pondasi Agregat Kelas B. 4. Lapisan permukaan AC WC (Asphalt Concrete Wearing Course). 4.1 Pekerjaan Galian

Alat-alat yang digunakan dalam pekerjaan ini adalah: 1. Excavator, alat ini digunakan untuk mengangkat tanah hasil galian yang berada dalam lokasi proyek ini, dan dimasukkan ke dalam dump truk. 2. Dump truk, di sini digunakan untuk mengangkut hasil galian tanah yang berada pada lokasi pekerjaan, yang diisi oleh Excavator dan dibuang ketempat pembuangan yang telah ditentukan. Banyaknya dump truk yang digunakan dalam pekerjaan ini adalah 2 buah. 3. Vibrator compact roller, disini digunakan untuk pemadatan lapisan

tanah galian. Banyaknya Vibrator compact roller yang digunakan yaitu 1 buah. Diantara jenis tanah yang harus diperbaiki dalam ruas jalan tersebut adalah tanah dasar karena banyak mengandung tanah liat. Tujuannya untuk mengganti

27

tanah yang tidak stabil/ kuat. Tanah hasil galian tersebut diangkat oleh Excavator dan dimuat ke dalam dump truk lalu dibuang ke daerah yang tidak jauh dari lokasi proyek, kemudian dipadatkan dengan menggunakan Vibrator compact roller yang telah dilapisi dengan material pilihan dengan tebal galian adalah 60 cm. 4.2 Timbunan pilihan

Pekerjaan timbunan dikerjakan sepanjang ruas jalan yang telah di lakukan penggalian, yaitu pada Sta 16 + 000 sampai Sta 16 + 750. Setelah semua dilakukan penimbunan di sepanjang ruas jalan tersebut, ternyata di Sta 16 + 725 sampai Sta 16 + 750 terdapat sedikit masalah pada saat pemadatannya, tanah yang dipadatkan disekitar tersebut permukaannya tidak rata, itu disebabkan karena sehari sebelum saat pada penimbunan material pilihan, cuaca di lokasi itu hujan dan tipe jalan yang menurun membuat air hujan tergenang di sta tersebut, sehingga dilakukan pembongkaran dan memasang geotextile sebagai pemisah antara tanah dasar yang mengandung air/lumpur dengan lapis pondasi/lapisan diatasnya, khususnya material yang digunakan untuk timbunan itu sendiri. Adapun uraian pekerjaannya adalah sebagai berikut: 1. Jenis bahan timbunan Material yang digunakan sebagai timbunan adalah material yang didatangkan dari kawasan Indrapuri yang berjarak + 35 Km dari lokasi pekerjaan. Timbunan yang diklasifikasikan sebagai timbunan pilihan harus terdiri dari bahan tanah, tanah berbatu atau batu berpasir. pada Sta 16 + 725 sampai dengan Sta 16 + 750, Para pekerja membentangkan Geotextile sepanjang 25 m, dengan lebar 2,5 m dengan kedalaman 60 cm. Kemudian dilanjutkan dengan penghamparan material pilihan untuk penimbunan di atas geotextile. 2. Alat, tenaga dan metode kerja Alat merupakan salah satu syarat penting untuk melaksanakan pekerjaan agar proyek tersebut berjalan lancar. Alat yang digunakan dalam pekerjaan ini adalah 3 unit dump truck, 1 unit excavator, 1 unit motor grader, 1 unit vibratory roller dan 1 unit water tank truck. Excavator digunakan sebagai alat menggali dan

27

memuat material ke dalam dump truck. Selanjutnya dump truck membawa material tersebut ke tempat yang akan ditimbun dan menumpuk material tersebut di atas geotextile. Material yang telah di tumpuk tersebut diratakan dengan menggunakan motor grader dan dipadatkan dengan vibratory roller. Pemadatan dilakukan berbarengan dengan penyiraman yang dilakukan oleh water tank truck dengan kadar air yang optimal sehingga badan jalan tersebut benar-benar padat dengan ketebalan 20 cm. Kepadatan dilakukan 6 lintasan. Selain itu, setelah pemadatan berlangsung adanya kegiatan test

kepampatan di lapangan terhadap bagian timbunan yang telah dipadatkan tersebut. Pada umumnya syarat kepampatan tanah adalah 90-100 % kepampatan maksimal yang dicapai di laboratorium. Berbagai cara pengukuran kepampatan di lapangan dan salah satunya adalah dengan Sand Cone. Cara pengukuran ini menggunakan botol transpaan dengan kapasitas satu galon, corong kalibrasi/kerucut dengan diameter 16,51 cm, plat dasar ukuran 70,5 cm2 dengan lubang di tengah 16,51 cm, pasir bersih yang tidak mengandung bahan ikat, timbangan kapsitas 10 kg dan 500 gram, oven, dll. Permukaan/bagian tanah yang akan diperiksa digali dan diukur volume corong, berat isi pasir, berat tanah yang digali dan kadar airnya. Tempatkan alat diatas lobang dan isi dengan pasir sampai berhenti. Akan diperoleh volume tanah sama dengan volume pasir yang diisikan. Sehingga dihitung berat volume tanah dan dapat dihitung kepampatan lapangan.

4.3

Divisi Perkerasan Berbutir

4.3.1

Lapisan pondasi agregat kelas B

Material subbase course adalah bagian material yang terletak diantara lapisan pondasi atas (base course) dan tanah dasar (subgrade). Lapisan pondasi bawah ini merupakan bagian dari konstruksi perkerasan yang menyebarkan beban roda ke tanah dasar. Lapisan ini mempunyai ketebalan 20 cm.

27

Lapisan pondasi bawah yang akan digunakan telah ditentukan yaitu agregat kelas B, komposisi lapisan pondasi agregat kelas B ini adalah batu kali, batu pecah dan abu batu pecah, pasir serta tanah. Lapisan pondasi bawah ini merupakan bagian dari konstruksi jalan raya dimana mutu materialnya dibawah mutu material agregat kelas A, hal ini dikarenakan tekanan yang bekerja pada lapisan ini tidak terlalu besar dibandingkan dengan lapisan pondasi agregat kelas A. 1. Jenis bahan untuk Subbase Lapisan pondasi bawah yang dipakai telah ditentukan yaitu lapisan agregat kelas B yang berupa sirtu (pasir bercampur batu) yang dihasilkan oleh stone crusher. Bahan agregat berasal dari quarry Neuheun, Aceh Besar. 2. Alat, tenaga dan metode kerja Dalam melaksanakan pekerjaan subbase digunakan alat sebagai berikut: - Dump truck sebanyak 8 unit digunakan untuk mengangkut material kelas B dari quarry Indrapuri menuju lokasi proyek. - Motor grader sebanyak 1 unit untuk penghamparan material yang dibawa oleh dump truck. - Vibrator roller, sebanyak 1 unit untuk memadatkan material yang telah dihamparkan oleh motor grader sebelumnya. - Water tank sebanyak 1 unit untuk mengangkut air yang disiramkan pada lapisan yang telah dipadatkan. Agregat diangkut dengan menggunakan dump truck dan ditumpukkan di atas bahan timbunan yang telah dipadatkan. Setelah ditumpuk, agregat dihamparkan dengan motor grader. Tebal lapisan subbase course adalah 20 cm dan dilakukan 2 kali penghamparan. Tumpukan material ini kemudian diratakan dengan menggunakan motor grader. Prinsip kerja alat ini adalah menebarkan agregat dengan posisi blade menyerong, hal ini dimaksudkan agar material tidak menumpuk di tengah blade tetapi tersebar secara merata ke pinggir jalan. Pemadatan permukaan lapisan tersebut berbarengan dengan penyiraman yang dilakukan oleh water tank truck di sepanjang area pemadatan. Pada prinsipnya, pemadatan harus dimulai dari tepi jalan yang terendah ke center (as

27

jalan). Alat pemadat yang digunakan adalah mesin gilas vibrator roller (vibro) dengan bobot 5-8 ton, dengan kecepatan 5 km/jam. Lebar efektif penggilasannya adalah dari lebar perkerasan. Kepadatan dilakukan 8 lintasan. Setelah pemadatan selesai pengawas lapangan melakukan test kepadatan yang dikenal dengan density test. Test ini dilakukan untuk mengetahui ketebalan material yang telah padat. Apabila tebal padat kurang dari 20 cm, maka di daerah itu harus dilakukan penambahan hamparan material, sehingga mencapai tebal sesuai spesifikasi/rencana setebal 20 cm. Pengujian ini dilakukan setiap 50 m. Kemudian setelah selesai test kepadatan dilakukan, para petugas laboratorium dan pegawas lapangan memeriksa kepadatan dan daya dukungnya. Dengan test ini dapat diketahui apakah kadar air agregat sudah mendekati nilai pemeriksaan kadar air semula untuk mencapai kepadatan optimumnya. Kepadatan dicapai dengan 6 lintasan, dan sudah sesuai dengan kepadatan optimum yang telah diuji di laboratorium, maka proses pemadatan untuk lapis pondasi bawah sudah selesai. Proses pekerjaan ini berlangsung selama 2 hari. 4.4. Lapisan Permukaan AC WC (Asphalt Concrete Wearing Course) Pekerjaan ini mencakup pengadaan lapisan padat yang awet dari lapisan pondasi atau cmpuran aspal yang terdiri dari agegat dan bahan aspal yang dicampur di pusat instalansi campuran/AMP (Asphalt Mixing Plant), setelah

menghampar dan memadatkan campuran tersebut diatas pondasi atau permukaan jalan yang telah disiapkan sesuai dengan spesifikasi dan memenuhi garis, ketinggian dan potongan memanjang yang ditunjukkan dalam gambar, dan memenuhi kadar aspal yang cocok, rongga udara, stabilitas, kelenturan dan keawetan ketebalan Laston Lapis Aus (AC-WC). Lokasi pekerjaan ini disepanjang jalan, leveling sudah dilakukan dan permukaan sudah dilapisi dengan lapis perekat, alat yang digunakan disini adalah asphalt finisher, dump truck, tandem roller, pneumatic tired roller, dan alat bantu pekerja aspal, yaitu penggaruk dan perata bagian samping jalan yang tak terjangkau menggunakan alat pemadat.

27

Material aspal beton dibawa dengan menggunakan dump truck dari asphalt mixing plant (AMP) dan dibawa menuju lokasi pekerjaan yang akan dilapisi dengan laston lapis antara aus (AC-WC). Material aspal yang dibawa dump truck dituang ke colbin (asphalt finisher), kemudian dihampar sesuai dengan ketebalan yang ada digambar. Setelah material aspal dihampar dengan menggunakan asphalt finisher dilanjutkan dengan proses pemadatan yang menggunakan tandem roller dan pneumatic tire roller, dengan lintasan yang optimal dan sesuai dengan hasil trial section dilapangan untuk mencapai kepadatan yang optimal. Pelaksanaan pekerjaan pada lapisan permukaan AC-WC : 1. Lapis resap pengikat Lapisan Resap Pengikat harus disemprot hanya pada permukaan yang kering atau mendekati kering, Penyemprotan Lapis Resap Pengikat tidak boleh dilaksanakan waktu angin kencang, hujan atau akan turun hujan. 2. Pelaksanaan penyemprotan Untuk Lapis Resap Pengikat, batas-batas lokasi yang disemprot harus ditandai dengan cat atau benang. Lokasi yang akan disemprot ditandai dengan cat pilox bewarna putih. 3. Pemeliharaan Lapis Resap Pengikat Lalu lintas tidak diijinkan lewat sampai bahan aspal telah meresap dan mengering serta tidak akan terkelupas akibat dilewati roda lalu lintas. 4. Tebal laston AC-WC Laston Lapis Aus AC-WC minimal 4 cm 5. Material lapis pondasi atau lapis aus campuran beraspal panas yang terdiri dari agregat dan bahan aspal yang dicampur secara panas di pusat instalasi pencampuran (AMP). Campuran beraspal dapat terdiri dari agregat, bahan pengisi, bahan aditif, dan aspal. Material berasal dari pusat instalasi pencampuran (AMP) PT. Ayu lestari indah, unit mixing plant & stone crusher. 6. Penghamparan Sebelum memulai penghamparan, sepatu (screed) alat penghampar harus dipanaskan. Campuran beraspal harus dihampar dan diratakan sesuai

27

dengan kelandaian, elevasi, serta bentuk penampang melintang yang disyaratkan. Alat penghampar harus dioperasikan dengan suatu kecepatan yang tidak menyebabkan retak permukaan, koyakan, atau bentuk ketidakrataan lainnya pada permukaan. 7. Pemadat Alat pemadat roda karet harus dari jenis yang disetujui dan memiliki tidak kurang dari sembilan roda yang permukaannya halus dengan ukuran yang sama dan mampu dioperasikan pada tekanan ban pompa (6,0 - 6,5) kg/cm2 atau (85 90) psi pada jumlah lapis anyaman ban (ply) yang sama. Alat pemadat roda baja yang bermesin sendiri dapat dibagi atas dua jenis: Alat pemadat tandem statis Alat pemadat vibrator ganda (twin drum vibratory) 8. Temperatur Aspal Pemasokan campuran aspal ke alat penghampar 130 150 C, suhu hampar pada saat di lapangan 140 C

27

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1

Kesimpulan

Setelah mengikuti kerja praktek selama dua bulan pada Proyek Pemeliharaan Jalan Keucik Saman Cs Gampoeng Beurawe, penulis banyak

memperoleh pengalaman dan pengetahuan lapangan secara langsung. Hal ini dapat menjadi masukan bagi penulis antara pengetahuan yang didapat di lapangan dengan teori yang diperoleh dari perkuliahan maupun literatur-literatur. Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan evaluasi serta hasil pengamatan di lapangan selama penulis mengikuti Kerja Praktek adalah sebagai berikut: 1. Manajemen lalu lintas yang baik dapat menjamin kelancaran pelaksanaan kegiatan proyek, sehingga tidak mengganggu aktivitas kegiatan arus lalu lintas pada jalan dan tidak menimbulkan kerugian bagi pihak lain yang juga menggunakan jalan tersebut pada saat pelaksanaan proyek; 2. Tenaga kerja yang bertanggung jawab serta mempunyai kemampuan kerja dengan latar belakang pengalaman pada pekerjaan suatu proyek merupakan faktor yang dapat menjamin lancar dan suksesnya suatu pelaksanaan kegiatan proyek;

27

3.

Tersedianya peralatan yang lengkap juga dapat menjamin kelancaran pelaksanaan kegiatan proyek;

4.

Pelaksanaan proyek sangat tergantung pada keadaan cuaca dan tersedianya material yang akan digunakan;

5.

Koordinasi yang baik terhadap pengaturan penggunaan peralatan akan mempengaruhi kelancaran pelaksanaan di lapangan;

6.

Kualitas pelaksanaan proyek sangat tergantung dari kualitas perencanaan dan kualitas pengawasan dari proyek tersebut. Maka pengawasan yang baik dapat dijadikan suatu kontrol yang sangat efektif dalam menghindari kecurangan-kecurangan yang terjadi dalam pelaksanaan, sehingga pada 32 yang diharapkan; akhirnya dapat dicapai hasil seperti

7.

Waktu pelaksanaan yang telah direncanakan dalam perencanaan belum tentu sesuai dengan saat pelaksanaannya. Hal ini karena ada pekerjaan yang mundur dari waktu yang telah ditentukan dalam perencanaan dikarenakan faktor-faktor tertentu.

5.2

Saran

Dari hasil kerja praktek yang diikuti pada Proyek Pemeliharaan Jalan Keucik Saman Cs Gamoeng Beurawe, secara keseluruhan pekerjaan di lapangan sudah cukup baik. Namun masih terdapat beberapa kekurangan, dalam hal ini penulis ingin memberikan beberapa saran: 1. Sebaiknya cara pengelolaan proyek perlu direncanakan dengan sebaikbaiknya oleh pelaksana, sehingga pelaksanaan pekerjaan tidak

menyimpang dari apa yang sudah ditetapkan dalam time schedule dan tidak terjadi kejar target pada proyek tersebut. Karena pengelolaan proyek di lapangan sangat menentukan keberhasilan proyek tersebut; 2. Hendaknya semua pihak yang berperan dalam pelaksanaan proyek lebih disiplin melaksanakan tugasnya masing-masing sehingga dapat diperoleh hasil seperti yang direncanakan;

27

3.

Memperketat pengawasan terhadap pekerjaan sehingga yang dilakukan tidak menyimpang dari ketentuan yang disyaratkan dan pengawasan terhadap keselamatan kerja kepada tenaga kerja dengan memberikan jaminan keselamatan seperti jaminan kesehatan sarana keselamatan seperti helm, sarung tangan, sepatu boot, sabuk pengaman dan obat-obatan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim, 2011, Rencana Kerja Pemeliharaan Jalan Keucik Saman Cs, Gampoeng Beurawe, CV.RNR Brotherhood. 2. Asiyanto, 2008, Metode Konstruksi Proyek Jalan, Universitas Indonesia, Jakarta 3. Ervianto, W. I, 2002, Manajemen Proyek Konstruksi, Andi, Yogyakarta 4. Ridha, Hairu, 2010, Laporan Kerja Praktek pada Proyek

Pembangunan Jalan Sultan Alaidin Mahmudsyah Banda Aceh , Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh .

You might also like