You are on page 1of 17

VISI (2009) 17 (2) 207 - 216VISI (2009) 17 (2) 207 - 216VISI (2009) 17 (2) 207 216VISI (2009) 17 (2)

207 - 216VISI (2009) 17 (2) 207 - 216VISI (2009) 17 (2) 207 - 216 Pemanfaatan Lignin dari Lindi Hitam Sebagai Bahan Baku Perekat Lignin Resorsinol Formaldehida (LRF) Ridwanti Batubara ABSTRACT
The glue of lignin is glue from plants is used to plywood glue. The purpose of this research is utilization of waste pulp (form of black liquor) to get of lignin and used as base substance of glue. Methode is used by two stage, there are isolation lignin and make the LRF glue. The result of research indication that lignin content is 5,012%. For result tests of to acidity and gelatin time of glue have as according to used standar, however to solid content are not condense, viscosity and density of LRF glue which in test not yet fulfilled Standar Nasional Indonesia (SNI). As a whole the quality of yielded by LRF glue not yet fulfilled SNI. ------------Keywords: black liquor, glue, lignin, resorcinol, formaldehide.

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Buangan yang dihasilkan dari proses pembuatan pulp pada HTI di Indonesia ini pada dasarnya belum dimanfaatkan dengan baik, yang sebenarnya memiliki daya guna yang lebih, ditambah lagi dengan perkembangan industriindustri di Indonesia belakangan ini yang semakin meningkat, hal ini memicu buangan yang kurang mendapat perhatian oleh setiap orang dalam jumlah yang tidak sedikit. Buangan dari pabrik pulp pada umumnya berupa padatan, cairan dan gas yang sangat berbahaya bagi manusia maupun lingkungan. Pada pengolahan buangan hasil produksi pulp, sudah cukup banyak orang yang melakukan penetralan/memulihkan buangan hasil produksi pulp menjadi buangan yang tidak berbahaya lagi bagi manusia maupun lingkungan, tetapi untuk pemanfaatan yang lebih berdaya guna belum menjadi perhatian dari banyak orang.

1 _____________
ISSN 0853 02031

_____________
ISSN 0853 02031

_____________
ISSN 0853 02031

_____________
ISSN 0853 02031

_____________
ISSN 0853 02031

_____________
ISSN 0853 0203

VISI (2009) 17 (2) 207 - 216VISI (2009) 17 (2) 207 - 216VISI (2009) 17 (2) 207 216VISI (2009) 17 (2) 207 - 216VISI (2009) 17 (2) 207 - 216VISI (2009) 17 (2) 207 - 216 Lignin yang berasal dari lindi hitam merupakan buangan dari pembuatan pulp yang telah digunakan sebagai bahan perekat dimulai dari pemasakan kayu dengan proses sulfit. Pemanfaatan lignin dari lindi hitam didasari pada pengurangan ketergantungan terhadap kebutuhan perekat sintetik sebagai hasil olahan asal minyak bumi yang merupakan sumber daya yang tidak terbarukan, mengurangi pencemaran lingkungan dan merupakan usaha untuk menekan biaya produksi pembuatan perekat (Nimz, 1983 dalam Santoso dan Jasni, 2003). Pada pembuatan perekat lignin dari lindi hitam ini, penggunaan resorsinol formaldehida dimungkinkan untuk digunakan. Resorsinol formaldehida memiliki kelebihan-kelebihan, diantaranya baunya kurang bila dibandingkan dengan phenol formaldehida, lebih cepat mengeras pada temperatur rendah, lebih aktif dari fenol formaldehida, tahan terhadap pengaruh cuaca, kelembaban tinggi, direbus air, suhu tinggi dan biodeteriorasi serta penggunaan untuk eksterior, untuk perkapalan, struktural dan untuk marine construction (Ruhendi et al, 2007). Pada dasarnya lindi hitam yang berasal dari industri pulp dengan menggunakan proses kraft (pemasakan pulp dengan menggunakan bahan kimia) belum ada penelitian lebih lanjut untuk melihat kandungan ligninnya, sehingga perlu dilakukan penelitian terhadap lindi hitam tersebut untuk pemisahan lignin dan memanfaatkan lignin tersebut sebagai perekat. 2.1. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk: menghitung banyaknya kandungan lignin yang terdapat pada lindi hitam (Black Liquor) dari proses kraft dan potensinya sebagai bahan baku perekat, serta menguji kualitas perekat Lignin Resorsinol Formaldehida (LRF) dengan bahan baku lignin dari lindi hitam PT. Toba Pulp Lestari yang menggunakan proses kraft. II. METODOLOGI 2.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Tahun 2008. Tempat penelitian di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk (pengambilan sampel), Laboratorium Teknologi Hasil

2 _____________
ISSN 0853 02032

_____________
ISSN 0853 02032

_____________
ISSN 0853 02032

_____________
ISSN 0853 02032

_____________
ISSN 0853 02032

_____________
ISSN 0853 0203

VISI (2009) 17 (2) 207 - 216VISI (2009) 17 (2) 207 - 216VISI (2009) 17 (2) 207 216VISI (2009) 17 (2) 207 - 216VISI (2009) 17 (2) 207 - 216VISI (2009) 17 (2) 207 - 216 Hutan Departemen Kehutanan dan Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian, Universitas Sumatera Utara. 2.2. Metode Penelitian 1. Persiapan Contoh Uji Lindi hitam yang merupakan cairan sisa pemasak dari pembuatan pulp diambil dan disaring, untuk memisahkan larutan pemasak pulp dari serat-serat kayu yang tersisa. 2. Isolasi Lignin Isolasi lignin dari sisa larutan pemasak pulp dilakukan dengan memasukkan 200 ml larutan sisa pemasak kedalam erlenmeyer dan ditetesi dengan asam sulfat 2 N, dengan perlahan-lahan (1 ml per menit) sampai larutan sisa menunjukkan pH 2. Penurunan pH dimaksudkan agar lignin yang semula larut akan mengendap, karena terjadinya reaksi kondensasi. Larutan pemasak ini kemudian disentrifus dengan kecepatan 2.500 rpm dengan waktu 25 menit. Endapan lignin yang terbentuk dilarutkan dengan larutan NaOH 0,1 N dan disaring. Selanjutnya larutan lignin diendapkan lagi dengan penambahan asam sulfat, dilakukan kembali seperti diatas. Metode pemisahan ini disebut dengan pengendapan berulang (reprepitasi). Endapan lignin yang diperoleh lalu dicuci dengan air panas dan terakhir dengan air dingin sampai air pencuci tak asam lagi. Hal ini dapat diketahui dengan menghitung pH air pencuci tersebut. Lignin ini kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu sekitar 500C, lalu dihaluskan dan diayak dengan menggunakan saringan 100 mesh. Lignin yang diperoleh, siap untuk digunakan sebagai bahan perekat. Rendemen dinyatakan dalam persen bobot (gram) per volume larutan sisa pemasak (ml). 3. Pembuatan Perekat Lignin Resorsinol Formaldehida Komposisi aplikatif perekat lignin resorsinol formaldehida adalah pada resin yang bernisbah mol lignin (L) : resorsinol (R) : formaldehida (F) = 1 : 0,5 : 2 ; 1 : 0,3 : 2 ; dengan kadar aditif 1,5% dari resin padatnya. Penggunaan variasi resorsinol pada pembuatan ini, pada dasarnya ingin melihat keefektifan mana yang

3 _____________
ISSN 0853 02033

_____________
ISSN 0853 02033

_____________
ISSN 0853 02033

_____________
ISSN 0853 02033

_____________
ISSN 0853 02033

_____________
ISSN 0853 0203

VISI (2009) 17 (2) 207 - 216VISI (2009) 17 (2) 207 - 216VISI (2009) 17 (2) 207 216VISI (2009) 17 (2) 207 - 216VISI (2009) 17 (2) 207 - 216VISI (2009) 17 (2) 207 - 216 paling baik. Resorsinol ini juga digunakan untuk membantu formaldehida dalam bereaksi dengan lignin (Ruhendi et al, 2007). 4. Pengujian Kualitas Perekat a. Berat jenis b. Derajat keasaman (pH) Pengukuran pH dilakukan dengan pHmeter c. Kandungan padatan yang tidak menguap d. Kekentalan (Viskositas) Kekentalan perekat diukur dengan menggunakan viskometer e. Masa gelatinasi (Citraningtyas, 2002). 2.3. Analisis Data Analisa data yang dilakukan berupa penghitungan rendemen lignin dari lindi hitam pulp kraft dengan rumus sebagai berikut:

output Rendemen (%) = input x 100%q


Hasil pengujian yang diperoleh dari penelitian kemudian di bandingkan dengan mutu perekat Fenol Formaldehida cair. Mutu Fenol Formaldehida cair untuk perekat kayu lapis dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Persyaratan mutu fenol formaldehida cair untuk perekat kayu lapis No Parameter Satuan Persyaratan 1 Bentuk Cair 2 Kenampakan Merah kehitaman dan bebas dari kotoran 10,0-13,0 3 pH (250C) 130-300 4 Kekentalan (250C) cps 1,165-1,200 5 Berat Jenis (250C) 40-45 6 Sisa Penguapan % 0 30 7 Masa Gelatinasi (100 C) Menit III. HASIL DAN PEMBAHASAN

4 _____________
ISSN 0853 02034

_____________
ISSN 0853 02034

_____________
ISSN 0853 02034

_____________
ISSN 0853 02034

_____________
ISSN 0853 02034

_____________
ISSN 0853 0203

VISI (2009) 17 (2) 207 - 216VISI (2009) 17 (2) 207 - 216VISI (2009) 17 (2) 207 216VISI (2009) 17 (2) 207 - 216VISI (2009) 17 (2) 207 - 216VISI (2009) 17 (2) 207 - 216 3.1. Rendemen Berdasarkan hasil isolasi lignin dari lindi hitam, maka persen rendemen lignin yang diperoleh adalah sebesar 5,012%. Nilai output ini di dapat dari hasil isolasi lignin dari lindi hitam seberat 120,3 gram dibandingkan dengan volume atau input bahan baku sebesar 2000 ml atau setara dengan 2400,2 gram. Rendemen yang diperoleh dari lindi hitam ini sebesar 5,012%, dimana lignin yang diperoleh dari perpaduan beberapa macam kayu. Kayu yang dipergunakan pada saat lindi hitam ini diperoleh tersusun dari kayu ekaliptus, pinus dan mangium. Perpaduan antara beberapa kayu inilah yang mempengaruhi besarnya rendemen lignin yang diperoleh dari lindi hitam karena setiap kayu memiliki kandungan lignin yang berbeda-beda. Lignin pada pinus yang merupakan kayu lunak ( softwood) berkisar antara 25-30%, sedangkan pada ekaliptus dan mangium yang merupakan kayu keras berkisar antara 18-25%. Perpaduan jenis kayu dan faktor dari umur kayu saat di panen (biasanya yang masih berumur muda, berkisar umur 3-5 tahun, dimana pada umur 3-5 tahun tersebut pembentukan kayu tersebut masih sedikit menghasilkan lignin kayu) yang berpengaruh terhadap rendemen lignin yang diperoleh. Untuk lebih jelasnya perbedaan lignin kayu dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Persentase perbandingan lignin Kayu lunak (%) Kayu keras (%) Kayu Kulit Kayu Kulit Lignin 25-30 40-55 18-25 40-50 Polisakarida 66-72 30-48 74-80 32-42 Ekstraktif 2-9 2-25 2-5 5-10 Sumber: Harkim dan Rowe (1971) dalam Haygreen dan Bowyer (1996).

Perekat LRF (Lignin Resorsinol Formaldehida) dalam beberapa hal, kopolimer lignin resorsinol formaldehida yang dibuat pada berbagai komposisi
nisbah mol, yang selanjutnya disebut resin LRF. Resin LRF yang diperoleh memiliki sifat fisis berupa cairan berwarna coklat kehitaman dan berbau khas fenol. Warna yang dihasilkan diduga berasal dari perpaduan lignin isolat dengan resorsinol yang merupakan senyawa fenolik mengandung 1 gugus hidroksi

5 _____________
ISSN 0853 02035

_____________
ISSN 0853 02035

_____________
ISSN 0853 02035

_____________
ISSN 0853 02035

_____________
ISSN 0853 02035

_____________
ISSN 0853 0203

VISI (2009) 17 (2) 207 - 216VISI (2009) 17 (2) 207 - 216VISI (2009) 17 (2) 207 216VISI (2009) 17 (2) 207 - 216VISI (2009) 17 (2) 207 - 216VISI (2009) 17 (2) 207 - 216 tambahan pada inti aromatik, membentuk posisi meta (Pizzi dalam Santoso, 2003). Berdasarkan SNI fenol resorsinol formaldehida bentuk dari perekat lignin resorsinol formaldehida sudah sesuai dengan standar yaitu berbentuk cair. Selain itu kenampakan perekat juga sudah sesuai yaitu berwarna merah kehitaman. 3.2. Kandungan Padatan yang tidak Menguap Nilai rata-rata dari kandungan padatan yang tidak menguap dengan perbedaan dalam penggunaan resorsinol dapat dilihat pada Gambar 1. Nilai rata-rata kadar padatan perekat Lignin Resorsinol Formaldehida yang dihasilkan adalah 46,80% dan 49,06%. Dari data diatas untuk LRF (1:0,5:2) dan LRF (1:0,3:2) tidak sesuai dengan standar karena hasil yang diperoleh lebih besar dari standar PF yang mensyaratkan yaitu sebesar 40-45%. Bila dilihat pada penelitian sebelumnya (Santoso, 2003) juga tidak berbeda jauh hasil yang diperoleh dari penelitian di atas, yaitu 32,08% dan 38,11%. Hasil yang diperoleh, perbandingan resorsinol dalam pembuatan perekat ini menunjukkan dengan bertambahnya resorsinol maka bertambah pula kandungan padatan yang tidak menguap. Hal ini juga terbukti dari penelitian sebelumnya yang dari perbandingan resorsinol 0,3-1,1 peningkatan padatannya dari 32,08-43,17 (Santoso 2003). Meningkatnya resin padat, mengindikasikan bahwa penambahan resorsinol semakin menambah sempurnanya reaksi kopolimerisasi, sehingga molekul-molekul yang terkandung dalam resin makin meningkat. Dengan demikian diharapkan akan semakin banyak molekul-molekul perekat yang akan bereaksi dengan kayu ketika berlangsung proses perekatan, sehingga tercipta keteguhan rekat yang lebih baik.
Kandungan padatan yang tidak menguap (%)

6 _____________
ISSN 0853 02036

_____________
ISSN 0853 02036

_____________
ISSN 0853 02036

_____________
ISSN 0853 02036

_____________
ISSN 0853 02036

_____________
ISSN 0853 0203

VISI (2009) 17 (2) 207 - 216VISI (2009) 17 (2) 207 - 216VISI (2009) 17 (2) 207 216VISI (2009) 17 (2) 207 - 216VISI (2009) 17 (2) 207 - 216VISI (2009) 17 (2) 207 - 216

Gambar 1. Histogram kandungan padatan yang tidak menguap. Menurut Vick dalam Santoso (2003), ikatan rekat maksimum dapat dicapai jika perekat membasahi semua permukaan adheren sehingga terjadi kontak antara molekul perekat dan molekul kayu, dengan demikian daya tarik antarmolekul antara kayu dan perekat dapat lebih sempurna. Jadi peningkatan kadar resin padat cenderung meningkatkan kualitas perekatan. 3.3. Berat Jenis Nilai rata-rata dari berat jenis perekat lignin resorsinol formaldehida yang dibuat dengan lignin sebagai binder dapat dilihat pada Gambar 2. Adapun berat jenis perekat LRF (1:0,5:2) yaitu sebesar 1,15 dan untuk LRF (1:0,3:2) nilai berat jenisnya 1,14 tidak memenuhi standar fenol formaldehida yang mensyaratkan berat jenis berkisar antara 1,165-1,200, akan tetapi memenuhi untuk penelitian yang dilakukan sebelumnya yang hasilnya berkisar antara 1,161,29 (Santoso, 2003).

7 _____________
ISSN 0853 02037

_____________
ISSN 0853 02037

_____________
ISSN 0853 02037

_____________
ISSN 0853 02037

_____________
ISSN 0853 02037

_____________
ISSN 0853 0203

VISI (2009) 17 (2) 207 - 216VISI (2009) 17 (2) 207 - 216VISI (2009) 17 (2) 207 216VISI (2009) 17 (2) 207 - 216VISI (2009) 17 (2) 207 - 216VISI (2009) 17 (2) 207 - 216

Gambar 2. Histogram berat jenis. Berat jenis resin perekat cenderung meningkat dengan bertambahnya mol resorsinol, hal ini sesuai dengan Cowd dalam Santoso (2003), yang mengemukakan bahwa pengembangan kekristalan diikuti oleh peningkatan massa jenis. Namun dalam Santoso (2003), penambahan resorsinol sampai 1,1 mol masih belum menyamai kadar resin padat perekat PRF. 3.4. Gelatinasi Masa gelatinasi adalah waktu yang dibutuhkan perekat untuk mengental atau menjadi gel sehingga tidak dapat ditambahkan lagi dengan bahan lain dan siap untuk direkatkan (Salomon, 1967 dalam Meda, 2006 diacu dalam Ruhendi et al, 2007) .Nilai rata-rata masa glatinasi untuk perekat lignin resorsinol formaldehida ini dapat dilihat pada Gambar 3.
Waktu Glatinasi (menit)

8 _____________
ISSN 0853 02038

_____________
ISSN 0853 02038

_____________
ISSN 0853 02038

_____________
ISSN 0853 02038

_____________
ISSN 0853 02038

_____________
ISSN 0853 0203

VISI (2009) 17 (2) 207 - 216VISI (2009) 17 (2) 207 - 216VISI (2009) 17 (2) 207 216VISI (2009) 17 (2) 207 - 216VISI (2009) 17 (2) 207 - 216VISI (2009) 17 (2) 207 - 216

Gambar 3. Histogram waktu gelatinasi (menit). Gelatinasi pada hasil yang diperoleh telah memenuhi standar, dimana hasil rata-rata yang di peroleh lebih panjang yaitu 94,33 dan 102,67 menit, hal ini juga sesuai dengan penelitian sebelumnya yang bernilai 125-140 menit (Santoso, 2003). Hasil di atas sesuai untuk standar fenol formaldehida yang syaratnya >30 menit. Waktu tergelatin mewakili pot life resin. Resin LRF yang dibuat memiliki waktu tergelatin lebih panjang daripada perekat PF yang digunakan sebagai pembanding. Hal ini mengisyaratkan bahwa resorsinol yang terikat pada lignin yang dimetiolasi pada kondisi basa sehingga terbentuk rantai cabang, seperti yang dikutip dari Pizzi (1994) dalam Santoso (2003). Hal ini berakibat terbatasinya kekristalan LRF, sehingga resin tersebut lebih amorf daripada PF. 3.5. Nilai pH (Keasaman) Nilai rata-rata pH perekat lignin resorsinol formaldehida dari seluruh percobaan yang dilakukan pH tersebut memiliki rata-rata 10,67 (Gambar 4).

9 _____________
ISSN 0853 02039

_____________
ISSN 0853 02039

_____________
ISSN 0853 02039

_____________
ISSN 0853 02039

_____________
ISSN 0853 02039

_____________
ISSN 0853 0203

VISI (2009) 17 (2) 207 - 216VISI (2009) 17 (2) 207 - 216VISI (2009) 17 (2) 207 216VISI (2009) 17 (2) 207 - 216VISI (2009) 17 (2) 207 - 216VISI (2009) 17 (2) 207 - 216 Dalam pembuatan lignin resorsinol formaldehida ini ditambahkan NaOH yang berfungsi sebagai katalis untuk mempercepat reaksi antara lignin, resorsinol dan formaldehida. Menurut Pizzi dalam Citraningtyas (2002), kenaikan pH diatas 3 mengakibatkan proses pereaksian semakin cepat. Hal ini terjadi karena katalis NaOH tersebut menyebabkan pengaktifan lignin dengan resorsinol dan formaldehida. Adapun hasil yang diperoleh pH sebesar 10,67 sesuai untuk standar fenol formaldehida yang syaratnya pH 10,0-13,0 begitu juga dengan penelitian sebelumnya yang memperoleh pH 11 (Santoso, 2003).

pH (Keasaman)

Gambar 4. Histogram nilai pH (Keasaman). 3.6. Viskositas Viskositas atau kekentalan dari perekat lignin resorsinol formaldehida untuk nilai rata-rata masanya dapat dilihat pada Gambar 5. Viskositas atau kekentalan pada hasil yang diperoleh belum memenuhi standar, dimana hasil ratarata yang di peroleh adalah 0,936 dan 1,002 poise begitu juga penelitian

10 _____________
ISSN 0853 020310

_____________
ISSN 0853 020310

_____________
ISSN 0853 020310

_____________
ISSN 0853 020310

_____________
ISSN 0853 020310

_____________
ISSN 0853 0203

VISI (2009) 17 (2) 207 - 216VISI (2009) 17 (2) 207 - 216VISI (2009) 17 (2) 207 216VISI (2009) 17 (2) 207 - 216VISI (2009) 17 (2) 207 - 216VISI (2009) 17 (2) 207 - 216 sebelumnya yang diperoleh 1,0 poise (Santoso ,2003). Hal ini dapat dilihat dari fenol formaldehida yang mensyaratkan viskositas sebesar 1,30-3,00 poise atau 130-300 cps.
Viskositas (poise)

Gambar 5. Histogram Viskositas (poise). Viskositas resin LRF dibuat relatif tidak terpengaruh dengan bertambahnya mol resorsinol, dan diupayakan lebih encer daripada perekat PF, dengan tujuan agar memiliki pot-life lebih lama. Parameter ini bukan merupakan besaran yang diukur, melainkan target akhir dari reaksi. Kondisi ini diciptakan karena menurut Maloney dalam Santoso (2003), resin yang berkadar padat tinggi dengan viskositas sesuai akan membuatnya mampu menembus pori kayu dengan baik dan membentuk ikatan yang optimum, sehingga dihasilkan daya rekat yang memuaskan. Fakta di lapangan seringkali menunjukkan bahwa perekat yang viskositasnya tinggi, pot-lifenya lebih singkat dan akan lebih cepat mengeras daripada yang encer, sehingga kualitas perekatannya relatif rendah. Berdasarkan hasil yang diperoleh bahwa untuk kandungan padatan yang tidak menguap, masa gelatinasi dan juga viskositas lebih rendah dari standar yang

11 _____________
ISSN 0853 020311

_____________
ISSN 0853 020311

_____________
ISSN 0853 020311

_____________
ISSN 0853 020311

_____________
ISSN 0853 020311

_____________
ISSN 0853 0203

VISI (2009) 17 (2) 207 - 216VISI (2009) 17 (2) 207 - 216VISI (2009) 17 (2) 207 216VISI (2009) 17 (2) 207 - 216VISI (2009) 17 (2) 207 - 216VISI (2009) 17 (2) 207 - 216 digunakan. Hasil pH lebih basa dari pH standar, untuk kesesuaian standar yang digunakan menurut Santoso (2003), ada kecenderungan bahwa semakin tinggi jumlah mol resorsinol, kadar resin padat LRF semakin meningkat, demikian pula dengan waktu terbentuknya gel (gelatinous time) semakin lama. Selain itu juga pH yang tidak sesuai dengan standar yang digunakan tetap masih bisa digunakan karena masih sesuai untuk interaksi antara perekat dengan kayu (pH 8-11). Data hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 3 di bawah ini.

Tabel 3. Data hasil pengujian dengan pembanding PF


No 1 2 Pengujian Bentuk Kenampakan Satuan LRF 1:0,3:2 Cair Merah kehitaman 10,67 0,936 1,1422 46,798 94,33 LRF 1:0,5:2 Cair Merah kehitaman 10,67 1,002 1,1505 49,06 102,67 Fenol Formaldehida Cair Merah kehitaman dan bebas dari kotoran 10,0-13,0 1,30-3,00 poise atau 130-300 cps 1,165-1,200 40-45 >30

3 4 5 6 7

pH (250C) Kekentalan (250C) Berat Jenis (250C) Sisa Penguapan Masa Gelatinasi (1000C)

Poise % Menit

Hasil yang diperoleh dari perbandingan beda mol resorsinol tidak berbeda jauh dari hasil pengujian, namun dapat dilihat dari data yang diperoleh bahwa LRF (1:0,5:2) lebih mendekati standar yang digunakan dibandingkan dengan LRF (1:0,3:2) walaupun beda antara keduanya juga tidak jauh. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Santoso (2003) yang dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Data penelitian yang dilakukan oleh Santoso

12 _____________
ISSN 0853 020312

_____________
ISSN 0853 020312

_____________
ISSN 0853 020312

_____________
ISSN 0853 020312

_____________
ISSN 0853 020312

_____________
ISSN 0853 0203

VISI (2009) 17 (2) 207 - 216VISI (2009) 17 (2) 207 - 216VISI (2009) 17 (2) 207 216VISI (2009) 17 (2) 207 - 216VISI (2009) 17 (2) 207 - 216VISI (2009) 17 (2) 207 - 216
Pengujian Keadaan Waktu tergelatin (menit) Kadar resin padat (%) Viskositas (2510C) (poise) Keasaman (pH) Bobot jenis 1:0,3:2 (+) 125 32,08 1,0 Nisbah mol lignin : resorsinol : formaldehida 1:0,5:2 1:0,7:2 1:0,9:2 1:1,1:2 (+) (+) (+) (+) 128 131 140 136 38,11 1,0 43,28 1,1 45,49 1,2 43,17 1,2 Pembanding PRF (+) 85 57,03 3,4

11,0 1,16

11,0 1,16

11,0 1,18

11,0 1,29

11,0 1,28

8,0 1,15

Sumber: Santoso, 2003 Keterangan : (+) Cairan berwarna coklat sampai hitam berbau khas

IV. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. Kesimpulan Lignin yang diperoleh dari lindi hitam sebesar 5,012%. Hasil pengujian kualitas perekat berupa bentuk, kenampakan telah sesuai dengan standar begitu juga dengan masa gelatinasi dan pH, akan tetapi untuk pengujian yang lain belum memenuhi standar Fenol Formaldehida. 4.2. Saran Penelitian yang akan membuat perekat LRF dengan menggunakan lignin dari lindi hitam sebaiknya melakukan pengaplikasian terhadap contoh uji agar dapat dilihat kualitas dari perekat tersebut melalui pengujian contoh uji lebih lanjut tersebut. DAFTAR PUSTAKA Citraningtyas, E.R. 2002. Kualitas Tanin Kulit Kayu Akasia (Acacia mangium Willd) dan Pemanfaatannya Sebagai Bahan Perekat . Jurusan Teknologi Hasil Hutan. Fakultas Kehutanan. IPB, Bogor.

13 _____________
ISSN 0853 020313

_____________
ISSN 0853 020313

_____________
ISSN 0853 020313

_____________
ISSN 0853 020313

_____________
ISSN 0853 020313

_____________
ISSN 0853 0203

VISI (2009) 17 (2) 207 - 216VISI (2009) 17 (2) 207 - 216VISI (2009) 17 (2) 207 216VISI (2009) 17 (2) 207 - 216VISI (2009) 17 (2) 207 - 216VISI (2009) 17 (2) 207 - 216 Haygreen, J. G dan J. L. Browyer. 1996. Hasil Hutan dan Ilmu Kayu. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Ruhendi, S., D. N. Koroh, F. A. Syamani, H. Yanti, Nurhaida, S. Saad, dan T. Sucipto. 2007. Analisis Perekatan Kayu. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Santoso, A, 2003. Sintesis dan Pencirian Resin Lignin Resorsinol Formaldehida untuk Perekat Kayu Lamina. Skripsi Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor. Santoso, A dan Jasni. 2003. Daya Tahan Garis Rekat LRF Pada Kayu Lamina Manii Terhadap Serangan Rayap Kayu Kering. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kayu Tropis Vol. 1, No. 1.

14 _____________
ISSN 0853 020314

_____________
ISSN 0853 020314

_____________
ISSN 0853 020314

_____________
ISSN 0853 020314

_____________
ISSN 0853 020314

_____________
ISSN 0853 0203

VISI (2009) 17 (2) 207 - 216VISI (2009) 17 (2) 207 - 216VISI (2009) 17 (2) 207 216VISI (2009) 17 (2) 207 - 216VISI (2009) 17 (2) 207 - 216VISI (2009) 17 (2) 207 - 216

RIWAYAT HIDUP (CV) I. IDENTITAS 1.1. Nama Lengkap (dengan gelar) 1.2. Jabatan Fungsional 1.3. NIP/NIK/No. Identitas lainnya 1.4. Tempat dan Tanggal Lahir 1.5. Alamat Rumah 1.6. 1.7. 1.8. 1.9. 1.10 . 1.11 Nomor Telepon/Fax Nomor HP Alamat Kantor Nomor Telepon/Fax Alamat e-mail Mata Kuliah yg diampu Ridwanti Batubara, S.Hut, M.P (Perempuan) Lektor 132 296 841 Sipirok, 15 Februari 1976 Jl.Karya Karya Jaya Gang Eka Murni No. 9A Medan Johor Medan, Sumatera Utara -0813-70602255 Departemen Kehutanan, Fakultas Pertanian, Univ.Sumatera Utara Jl. Tri Dharma Ujung No.1 Kampus USU Medan 20155 061-8220605/ 061-8201920 ridwantibb@yahoo.com 1. Kimia Kayu 2. Anatomi dan Identifikasi Kayu 3. Pengawetan Kayu 4. Hama dan Penyakit Hasil Hutan 5. Pulp dan Kertas 15 _____________
ISSN 0853 020315

_____________
ISSN 0853 020315

_____________
ISSN 0853 020315

_____________
ISSN 0853 020315

_____________
ISSN 0853 020315

_____________
ISSN 0853 0203

VISI (2009) 17 (2) 207 - 216VISI (2009) 17 (2) 207 - 216VISI (2009) 17 (2) 207 216VISI (2009) 17 (2) 207 - 216VISI (2009) 17 (2) 207 - 216VISI (2009) 17 (2) 207 - 216

II. RIWAYAT PENDIDIKAN 2.1. Program: S1 2.2. Nama PT Institut Pertanian Bogor 2.3. Bidang Ilmu 2.4. Tahun Masuk 2.5. Tahun Lulus 2.6. Judul Skripsi/ Tesis/Disertasi Deteriorasi Kayu 1994 1999 Anatomi dan Aktivitas Enzim Selulase dalam Saluran Pencernaan Rayap Tanah Macrotermes gilvus Hagen dan Captotermes curvignathus Holmgren

2.7. Nama Pembimbing/ Promotor

Prof. Dr. Ir. Dodi Nandika, MS Ir. Hendra Adijuwana, MST

S2 Universitas Mulawarman Kimia Kayu 2003 2006 Identifikasi Sifat Ekstrak Kulit Kayu Medang Hitam (Cinnamomum porrectum) Sebagai Bahan Pengawet Kayu (Pembimbing : Dr. Ir. Enih Rosamah, M. Sc. dan Dr. Ir. Edi Budiarso) Dr. Ir. Enih Rosamah, M. Sc Dr. Ir. Edi Budiarso.

S3 -

Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Jl. Tridharma Ujung No.1 Kampus USU Medan 16 _____________
ISSN 0853 020316

_____________
ISSN 0853 020316

_____________
ISSN 0853 020316

_____________
ISSN 0853 020316

_____________
ISSN 0853 020316

_____________
ISSN 0853 0203

VISI (2009) 17 (2) 207 - 216VISI (2009) 17 (2) 207 - 216VISI (2009) 17 (2) 207 216VISI (2009) 17 (2) 207 - 216VISI (2009) 17 (2) 207 - 216VISI (2009) 17 (2) 207 - 216

Email: ridwantibb@yahoo.com Utilization of Lignin from Black Liquor as Glue Raw Materials Lignin Resorcinol Formaldehide Perekat lignin merupakan perekat yang berasal dari tumbuh-tumbuhan yang digunakan sebagai bahan perekat kayu lapis. Tujuan dari penelitian ini adalah memanfaatkan limbah pulp (berupa lindi hitam) untuk mendapatkan lignin dan digunakan sebagai bahan baku perekat. Metode yang dilakukan dengan dua tahapan, yaitu pengisolasian lignin dan pembuatan perekat LRF. Hasil penelitian menunjukkan rendemen yang diperoleh sebesar 5,012%. Hasil pengujian derajat keasaman dan masa gelatinasi sudah sesuai dengan standar yang digunakan, akan tetapi untuk kandungan padatan tidak menguap, kekentalan perekat dan berat jenis perekat LRF yang di uji belum memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI). Secara keseluruhan kualitas perekat LRF yang dihasilkan belum memenuhi SNI. Kata kunci: lindi hitam, perekat, lignin, resorsinol, formaldehida.

17 _____________
ISSN 0853 020317

_____________
ISSN 0853 020317

_____________
ISSN 0853 020317

_____________
ISSN 0853 020317

_____________
ISSN 0853 020317

_____________
ISSN 0853 0203

You might also like