You are on page 1of 16

MAKALAH KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN RHINITIS

Disusun :
GUNTUR SUNYATA P 27220011 176

POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA JURUSAN KEPERAWATAN 2012/2013

Asuhan Keperawatan Anak dengan Rhinitis

1. TINJAUAN PUSTAKA A. DEFINISI Rhinitis adalah peradangan selaput lendir hidung. (Dorland, 2002). Rhinitis adalah istilah untuk peradangan mukosa. Rinitis adalah suatu inflamasi membran mukosa hidung dan mungkin dikelompokkan baik sebagai rinitis alergik atau nonalergik. Rinitis non-alergik paling sering disebabkan oleh infeksi saluran nafas atas, termasuk rinitis viral (Common cold) dan rhinitis nasal dan bacterial. Terjadi sebagai akibat masuknya benda asing kedalam hidung, deformitas structural, neoplasma, dan massa. Rhinitis mungkin suatu menifestasi alergi, dimana kasus ini disebut sebagai rhinitis alergik. (Smeltzer, Suzanne C. 2002. Hal 547-548). Menurut sifatnya dapat dibedakan menjadi dua: 1. Rhinitis akut (coryza, commond cold) merupakan peradangan membran mukosa hidung dan sinus-sinus aksesoris yang disebabkan oleh suatu virus dan bakteri. Penyakit ini dapat mengenai hampir setiap orang pada suatu waktu dan sering kali terjadi pada musim dingin dengan insidensi tertinggi pada awal musim hujan dan musim semi. 2. Rhinitis kronis adalah suatu peradangan kronis pada membran mukosa yang disebabkan oleh infeksi yang berulang, karena alergi, atau karena rinitis vasomotor. 1. Klasifikasi Rinitis 2. Rinitis alergi musiman(Hay Fever) Biasanya terjadi pada musim semi.Umumnya disebabkan kontak dengan allergen dari luar rumah, seperti benang sari dari tumbuhan yang menggunakan angin untuk penyerbukannya, debu dan polusi udara atau asap.
2

B. ETIOLOGI Rhinitis alergi adalah penyakit peradangan yang diawali oleh dua tahap sensitisasi yang diikuti oleh reaksi alergi. Reaksi alergi terdiri dari dua fase yaitu : 1. Immediate Phase Allergic Reaction, berlangsung sejak kontak dengan allergen hingga 1 jam setelahnya 2. Late Phase Allergic Reaction, reaksi yang berlangsung pada dua hingga empat jam dengan puncak 6-8 jam setelah pemaparan dan dapat berlangsung hingga 24 jam. a. Rinitis alergi yang terjadi terus menerus (perennial) Disebabkan bukan karena musim tertentu ( serangan yang terjadi sepanjang masa (tahunan)) diakibatkan karena kontak dengan allergen yang sering berada di rumah misalnya kutu debu rumah, bulu binatang peliharaan serta bau-bauan yang menyengat. b. Rhinitis Non AlergiRhinitis non allergi disebabkan oleh : infeksi saluran napas (rhinitis viral dan rhinitis bakterial, masuknya benda asing kedalam hidung, deformitas struktural, neoplasma, dan massa, penggunaan kronik dekongestan nasal, penggunaan kontrasepsi oral, kokain dan anti hipertensif. C. PATOFISIOLOGI Terdapat hipersekresi kelenjar serosa pada mukosa traktus respiratoris terutama pada mukosa hidung dan sinus, metaplasia epitel bersilia dan peninggian relative sel cangkir. Membrana propria hidung dan sinus menjadi sembab dan terdiri dari cairan interstitium. Sel jaringan interstitium membentuk serbukkan seluler yang terdiri dari sel plasma, limfosit, monosit, dan eosinofil. Endotel pembuluh darah membengkak sehingga permeabilitasnya meninggi diikuti eksudasi serosa. (Perawatan Anak Sakit: Ngastiyah, 2003) Patofisiologi rhinitis adalah terjadinya inflamasi dan pembengkakkan mukosa hidung, sehingga menyebabkan edema dan mengeluarkan secret hidung. Rhinitis persisten (menetap) mengakibatkan sikatrik fibrosa pada jaringan pengikat dan antropi kelenjar yang mengeluarkan lendir atau ingus.
3

Terdapat hipersekresi kelenjar serosa pada mukosa traktus respiratoris terutama pada mukosa hidung dan sinus, metaplasia epitel bersilia dan peninggian relative sel cangkir. Membrana propria hidung dan sinus menjadi sembab dan terdiri dari cairan interstitium. Sel jaringan interstitium membentuk serbukkan seluler yang terdiri dari sel plasma, limfosit, monosit, dan eosinofil. Endotel pembuluh darah membengkak sehingga permeabilitasnya meninggi diikuti eksudasi serosa. (Perawatan Anak Sakit: Ngastiyah, 2003) Patofisiologi rhinitis adalah terjadinya inflamasi dan pembengkakkan mukosa hidung, sehingga menyebabkan edema dan mengeluarkan secret hidung. Rhinitis persisten (menetap) mengakibatkan sikatrik fibrosa pada jaringan pengikat dan antropi kelenjar yang mengeluarkan lendir atau ingus. Terdapat hipersekresi kelenjar serosa pada mukosa traktus respiratoris terutama pada mukosa hidung dan sinus, metaplasia epitel bersilia dan peninggian relative sel cangkir. Membrana propria hidung dan sinus menjadi sembab dan terdiri dari cairan interstitium. Sel jaringan interstitium membentuk serbukkan seluler yang terdiri dari sel plasma, limfosit, monosit, dan eosinofil. Endotel pembuluh darah membengkak sehingga permeabilitasnya meninggi diikuti eksudasi serosa. (Perawatan Anak Sakit: Ngastiyah, 2003) Patofisiologi rhinitis adalah terjadinya inflamasi dan pembengkakkan mukosa hidung, sehingga menyebabkan edema dan mengeluarkan secret hidung. Rhinitis persisten (menetap) mengakibatkan sikatrik fibrosa pada jaringan pengikat dan antropi kelenjar yang mengeluarkan lendir atau ingus. Terdapat hipersekresi kelenjar serosa pada mukosa traktus respiratoris terutama pada mukosa hidung dan sinus, metaplasia epitel bersilia dan peninggian relative sel cangkir. Membrana propria hidung dan sinus menjadi sembab dan terdiri dari cairan interstitium. Sel jaringan interstitium membentuk serbukkan seluler yang terdiri dari sel plasma, limfosit, monosit, dan eosinofil. Endotel pembuluh darah membengkak sehingga permeabilitasnya meninggi diikuti eksudasi serosa. (Perawatan Anak Sakit: Ngastiyah, 2003) Patofisiologi rhinitis adalah terjadinya inflamasi dan pembengkakkan mukosa hidung, sehingga menyebabkan edema dan mengeluarkan secret hidung. Rhinitis persisten (menetap)
4

mengakibatkan sikatrik fibrosa pada jaringan pengikat dan antropi kelenjar yang mengeluarkan lendir atau ingus. Terdapat hipersekresi kelenjar serosa pada mukosa traktus respiratoris terutama pada mukosa hidung dan sinus, metaplasia epitel bersilia dan peninggian relative sel cangkir. Membrana propria hidung dan sinus menjadi sembab dan terdiri dari cairan interstitium. Sel jaringan interstitium membentuk serbukkan seluler yang terdiri dari sel plasma, limfosit, monosit, dan eosinofil. Endotel pembuluh darah membengkak sehingga permeabilitasnya meninggi diikuti eksudasi serosa. (Perawatan Anak Sakit: Ngastiyah, 2003) Patofisiologi rhinitis adalah terjadinya inflamasi dan pembengkakkan mukosa hidung, sehingga menyebabkan edema dan mengeluarkan secret hidung. Rhinitis persisten (menetap) mengakibatkan sikatrik fibrosa pada jaringan pengikat dan antropi kelenjar yang mengeluarkan lendir atau ingus. Terdapat hipersekresi kelenjar serosa pada mukosa traktus respiratoris terutama pada mukosa hidung dan sinus, metaplasia epitel bersilia dan peninggian relative sel cangkir. Membrana propria hidung dan sinus menjadi sembab dan terdiri dari cairan interstitium. Sel jaringan interstitium membentuk serbukkan seluler yang terdiri dari sel plasma, limfosit, monosit, dan eosinofil. Endotel pembuluh darah membengkak sehingga permeabilitasnya meninggi diikuti eksudasi serosa. (Perawatan Anak Sakit: Ngastiyah, 2003) Patofisiologi rhinitis adalah terjadinya inflamasi dan pembengkakkan mukosa hidung, sehingga menyebabkan edema dan mengeluarkan secret hidung. Rhinitis persisten (menetap) mengakibatkan sikatrik fibrosa pada jaringan pengikat dan antropi kelenjar yang mengeluarkan lendir atau ingus. Terdapat hipersekresi kelenjar serosa pada mukosa traktus respiratoris terutama pada mukosa hidung dan sinus, metaplasia epitel bersilia dan peninggian relative sel cangkir. Membrana propria hidung dan sinus menjadi sembab dan terdiri dari cairan interstitium. Sel jaringan interstitium membentuk serbukkan seluler yang terdiri dari sel plasma, limfosit, monosit, dan eosinofil. Endotel pembuluh darah membengkak sehingga permeabilitasnya meninggi diikuti eksudasi serosa. (Perawatan Anak Sakit: Ngastiyah, 2003)
5

Patofisiologi rhinitis adalah terjadinya inflamasi dan pembengkakkan mukosa hidung, sehingga menyebabkan edema dan mengeluarkan secret hidung. Rhinitis persisten (menetap) mengakibatkan sikatrik fibrosa pada jaringan pengikat dan antropi kelenjar yang mengeluarkan lendir atau ingus.

D. PATHWAY

E . MANIFESTASI KLINIK 1. Bersin berulang-ulang, terutama setelah bangun tidur pada pagi hari (umumnya bersin lebih dari 6 kali). 2. Hidung tersumbat. 3. Hidung meler. Cairan yang keluar dari hidung meler yang disebabkan alergi biasanya bening dan encer, tetapi dapat menjadi kental dan putih keruh atau kekuning-kuningan jika berkembang menjadi infeksi hidung atau infeksi sinus. 4. Hidung gatal dan juga sering disertai gatal pada mata, telinga dan tenggorok. 5. Badan menjadi lemah dan tak bersemangat. Gejala klinis yang khas adalah terdapatnya serangan bersin yang berulang-ulang terutama pada pagi hari, atau bila terdapat kontak dengan sejumlah debu. Sebenarnya bersin adalah mekanisme normal dari hidung untuk membersihkan diri dari benda asing, tetapi jika bersin sudah lebih dari lima kali dalam satu kali serangan maka dapat diduga ini adalah gejala rhinitis alergi. Gejala lainnya adalah keluar ingus (rinore) yang encer dan banyak. Hidung tersumbat, mata gatal dan kadang-kadang disertai dengan keluarnya air mata. Tanda dan gejala rinitis adalah rongesti nasal, nafas nasal (purulen dengan renitis bakterialis ) gatal pada nasal, dan bersin-bersin. Sakit kepala dapat saja terjadi, terutama jika terdapat juga sinusitis. (Smeltzer, Suzanne C. 2002. Hal 548).

F .PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan kadar IgE pada serum serta hitung jenis oesinofil pada spesimen sekret hidung. 2. Pemeriksaan in vivo

Dilakukan dengan uji kulit (skin test) yaitu, prick test maupun patch test.
8

G. KOMPLIKASI 1. Polip hidung. Rinitis alergi dapat menyebabkan atau menimbulkan kekambuhan polip hidung. 2. Otitis media. Rinitis alergi dapat menyebabkan otitis media yang sering residif dan terutama kita temukan pada pasien anak-anak. 3. Sinusitis kronik 4. Otitis media dan sinusitis kronik bukanlah akibat langsung dari rinitis alergi melainkan adanya sumbatan pada hidung sehingga menghambat drainase

H. DIAGNOSA BANDING Diagnosis banding dari rhinitis ini adalah : a. rhinitis vasomotor b. sinusitis c. rhinitis medikamentosa I. PENCEGAHAN Beberapa langkah/tips berikut ini dapat membantu anda bahkan jika anda tidak tahu jenis pollen apa yang membuat anda alergi. Jika anda tahu tipe pollen apa yang membuat anda alergi itu lebih bagus lagi. Tetaplah berada di dalam ruangan/rumah pada waktu pollen sangat banyak di udara. Umumnya pollen sedikit di udara hanya beberapa saat setelah matahari terbit. Mereka kemudian jumlahnya makin banyak dan paling banyak pada tengah hari dan sepanjang siang. Jumlahnya kemudian berkurang menjelang matahari terbenam. Tutuplah jendela dan pintu, baik pada siang maupun malam hari. Gunakan AC untuk membantu mengurangi jumlah pollen yang masuk ke dalam rumah anda. Jangan gunakan kipas dengan buangan keluar (exhaust fan) karena dapat membawa lebih banyak pollen masuk ke dalam rumah anda. Potonglah rumput di halaman rumah sesering mungkin. Cegah membawa pulang pollen masuk ke rumah setelah anda bepergian:
9

- Segeralah mandi dan ganti baju dan celana yang anda pakai di luar. - Keringkan pakaian anda dengan mesin pengering, jangan jemur di luar. Berliburlah ke tempat lain pada saat musim pollen sedang berlangsung di tempat anda ke tempat di mana tanaman yang membuat anda alergi tidak tumbuh. Jangan keluar rumah pada saat hujan atau hari berangin. Hindari aktivitas yang membat anda terpapar dengan mold, seperti berkebun (terutama saat bekerja dengan kompos), memotong rumput. Buanglah jauh-jauh dari rumah anda daun-daun yang berguguran, potongan rumput, dan kompos. Di daerah yang berudara lembab mold di dalam rumah dapat mencetuskan serangan asthma, rhinitis alergika dan dermatitis alergika. Beberapa langkah berikut dapat membantu: Bersihkan kamar mandi, bathtubs, shower stalls, shower curtains, dan karet-karet jendela paling sedikit sebulan sekali dengan disinfektan atau cairan pemutih. Gunakan pemutih dengan hatihati, karena dapat membuat hidung anda teriritasi. Jika hidung anda teriritasi, gejala alergi anda dapat memburuk. Rumah harus ada aliran udara yang baik dan kering. Gunakan exhaust fan di kamar mandi dan dapur. Jangan gunakan karpet. Oleh karena orang dewasa menghabiskan 1/3 waktu mereka dan anak-anak menghabiskan dari waktu mereka di kamar tidur, maka penting agar tidak ada alergen di kamar tidur. Jangan gunakan kasur, bantal dan guling yang diisi dengan kapuk.

J. PENATALAKSANAAN Penatalaksanaan rinitis tergantung pada penyebab,yang mungkin diidentifikasi dengan riwayat kesehatan komplit dan menanyakan pasien dengan kemungkinan pemajanan terhadap allergen di rumah, lingkunan, atau di tempat kerja. Jika gejala menunjukkan ringitis alergik, mungkin dilakukan pemeriksaan untuk mengidentifikasi kemungkinan allergen. Terapi obat-obatan termasuk antihistamin, dekongestan, kortikosteroid topical, dan natrium kromolin. Obat-obatan

10

yang resepkan biasanya digunakan dalam beberapa kombinasi, tergantung pada gejala pasien.( Smeltzer, Suzanne C. 2002. Hal 548). Pasien dengan rinitis alergik diinstruksikan untuk menghindari alergen atau iritan, seperti debu, asap, bau, tepung, sprei, atau asap tembakau . Sprei nasal salin mungkin dapat membantu dalam menyembuhkan membrane mukosa, melunakan sekresi yang kering, dan menghilangkan iritan. Untuk mencapai kesembuhan maksimal, pasien diinstruksikan untuk menghembuskan hidung sebelum memberikan obat apapun ke dalam rongga hidung. Pengobatan bersifat individual karena reaksi alergis tidak selalu sama pada tiap individu. Obat yang biasa diberikan adalah : 1. Antihistamin, kortikosteroid, dan obat tetes hidung vasokontriktor. 2. Pengobatan spesifik tehadap alergen tertentu setelah uji kerentanan.

11

2. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Rhinitis 1. A. PENGKAJIAN 1. Identitas (Nama, jenis kelamin, umur , bangsa ) 2. keluhan utama : Bersin-bersin, hidung mengeluarkan sekret, hidung tersumbat, dan hidung gatal 3. Riwayat peyakit dahulu: Pernahkan pasien menderita penyakit THT sebelumnya. 4. Riwayat keluarga : Apakah keluarga adanya yang menderita penyakit yang di alami pasien 5. Pemeriksaan fisik : Inspeksi : permukaan hidung terdapat sekret mukoid Palpasi : nyeri, karena adanya inflamasi f. Pemeriksaan penunjang : Pemeriksaan nasoendoskopi Pemeriksaan sitologi hidung Hitung eosinofil pada darah tepi Uji kulit allergen penyebab

B.

DIAGNOSA

1. Bersihan jalan nafas tidak efektiif b.d akumulasi mucus 2. Gangguan pola istirahat b.d penyumbatan pada hidung 3. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d Nafsu makan menurun
12

C. INTERVENSI no Diagnosa keperawatan 1 Tujuan jalanIntervensi Auskultasi Catat Rasional bunyiObstruksi jalan napas

Bersihan jalan nafas Bersihan tidak efektiif b.d nafas akumulasi mucus DS : efektif Kh

kembali napas.

adanya dan dapat atau tak di

bunyi napas, mis ; mengi, manevestasikan adanya : krekels, ronki bunyi adventisius. Adanya dan beberapa dapat pada atau atau akut. dapat napas

DO : hidung meler, menujukkan bersin-bersin, klien perilaku bernapas mulut. untuk -

melalui memperbaiki bersihan nafas. Mis mengeluarkan sekret

Kaji/pantau frekuensi derajat ditemukan

jalan pernapasan

penerimaan : selama adanya stres infeksi

Penafasan

melambat dan frekunsi ekspirasi memanjaga

inspirasi memendek. Peningian tempat Kaji pasien untuk mempermudah kepala tidur fungsi dengan

posisi yang nyaman mis : pernapasan

peninggian kepala tempat mengunakn grafitasi tidur, duduk pada Pencetus tipe reaksi

persandaran tempat tidur.Pertahankan

polusi alergi pernapasan yang mentreger

lingkungan minimum mis dapat : debu asap dan bulu episode akut
13

bantal berhubunggan kondisi individu tingkatkan

yang denganhidrasi membantu menurunkan kekentalan masukan sekret, mempermudah

caian 3000 /hari sesuai pengeluaran. jantung, memberikan air hangat. 2 Gangguan istirahat pola Perbaikan polab.d tidur Tentukan kebiasanMengakaji perlunya mengidentifikasi

atau tidur

biasanya

dan dan

penyumbatan pada istirahat hidung DS : Kh : Klien -

perubahan yang terjadi Berikan tempat tidurnyaman

intervensi yang tepat Meningakatkkan tridur dukungan

tampak yang

dan kenyamanan

klien mengatakan bisa tidur susah tidur. Tidak

beberapa milik pribadi serta sering mis : bantal, guling. Buat rutinitas tidur-

fisiologis/psikologis bila rutinitas

Klien mengatakan terbangun padamata berair tak ada malam hari henti-hentinya DO : bersin-bersin hidung meler

baru yang dimasukkan barumenggandung dalam pola lama dan ling aspek kungan baru. kebiasaan dan sebanyak lama,stres yang dapat

ansietas

berhubungan berkurang Tingkatkan regimen-

Meningkatkan efek

kenyamanan waktu tidur relaksasi. . instruksikan tindakanrelaksasi. Berikan sedative sesuaiindikasi 3 Gangguan kurang kebutuhan nutrisi Nutrisi Jelaskan makan tentangMembantu menginduksi tidur Membantu pasien

agar mudah beristirahat Dengan pemahaman akan lebih

dari terpenuhi sesuai manfaat b.d dengan

bila klien

dikaitkan dengan kondisi kooperatif


14

mengikuti

Nafsu menurun Ds :

makan kebutuhan tubuh klien Kh : nafsu -

klien saat ini Anjurkan agar klien-

aturan Untuk menghindari

memakan makanan yang makanan yang justru dapat proses klien. Lakukan dan ajarkanHigiene oral yang akan nafsu mengganggu penyembuhan

mengatakan

Nafsu makan tersedia di RS membaik

makan menurun Do : -

Keadaan umum membaik-

Klien tampak perawatan mulut sebelum baik mau makan dan sesudah makan serta meningkatkan sebelum dan sesudah makan klien

intervensi/periksaan peroral. tingkakan lingkungan yang menenangkan untukmakana adalah

makan dengan teman jika bagian dari peristiwa memungkinkan. sosial, dan nafsu makan dapat Berikan meningkat

makanan dengan sosialisasi Makanan dapat hangat

dalam keadaan hangat

meningkatkan

berikan selingan biskuit,

makanan nafsu makan. keju,membantu memenuhi dan

(mis; sup,

buah- kebutuhan tersedia meningkatkan pemasukan tentang-

buahan)yang dalam 24 jam Kolaborasi

Meningkatkan pemenuhan sesuai

pemenuhan diet klien

dengan kondisi klien

15

DAFTAR PUSTAKA

Cohen JL, Anatomi dan Fisiologi Laring. Dalam BOIES-Buku Ajar Penyakit THT.Edisi ke6.Jakarta:EGC,1997,369-76 Corwin, Elizabeth J. (2000). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta:EGC Doenges Marilynn E, dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta : EGC Dorland, WA. Newman. 2002. Kamus Kedokteran Dorland Edisi 29. Jakarta: EGC Lismidar, dkk. Proses Keperawatan, 1990, Universitas Jakarta. Ngastiyah. Perawatan Anak Sakit, Kedokteran EGC, Jakarta. Smeltzer, suzanne C. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC

16

You might also like