You are on page 1of 12

Nama : Ibu sapinah Usia : 71 tahun Anamnesis : Nyeri kaki dan lengan kiri sudah dua tahun selain

itu pasien sering mengeluh pusing nafsu makan berkurang tenggorokan terasa panas riwayat penyakit dahulu dan keluarga disangkal. Pemeriksaan fisik : kesadaran komposmetis, keadaan umum pasien tidak tampak kesakitan. Tanda vital BB 31Kg, tekana darah 170/110 mmHg pemeriksaan neuromuskular kekuatan otot didapatkan 4 Diagnosis Banding : Hipertensi, atritis rematoid Penatalaksanaan farmakologi : captopril, antasida, vitamin B1 dan B12

GERIATRIC ASSESSMENT CENTER ACTIVITIES OF DAILY LIVIN PHYSICAL SELF-MAINTENANCE SCALE No Activity 1 TOILET 4 Cares for self at toilet completely, no incontinence 3 Needs to be reminded, or needs help in cleaning self, or has rare (weekly at most) accidents 2 Soiling or wetting while asleep, more than once a week 1 Soiling or wetting while awake, more than once a week 0 No control of bowels or bladder 2 FEEDING 4 Eats without assistance 3 Eats with minor assistance at meal times, with help preparing food or with help in cleaning up after meals 2 Feeds self with moderate assistance and is untidy 1 Requires extensive assistance for all meals 0 Does not feed self at all and resists efforts of others to feed him 3 DRESSING 4 Dresses, undressed and selects clothes from own wardrobe 4 4 Value 4

3 Dresses and undresses self, with minor assistance 2 Needs moderate assistance in dressing or selection of clothes 1 Needs major assistance in dressing but cooperated with efforts of other to help 0 Completely unable to dress self and resists efforts of others to help 4 GROOMING 4 Always neatly dressed and well-groomed, without assistance 3 Grooms self adequately, with occasional minor assistance 2 Needs moderate and regular assistance or supervision in grooming 1 Needs major assistance in dressing but cooperates with efforts of others to help 0 Actively negates all efforts to others to maintain grooming 5 PHYSICAL AMBULATION 4 Goes about .grounds or city 3 Ambulates within residence or about one block distant 2 Ambulates with assistance of (check one): another person, railing, cane, walker,or wheelchair: gets in and out without help needs help in getting in and out 1 Sits unsupported in chair or wheelchair, but cannot propel self without help 0 Bedridden more than half the time 6 BATHING 4 Bathes self (tub, shower, sponge bath) without help 3 Bathes self, with help in getting in and out of tub 2 Washes face and hands only, but cannot bathe rest of body 1 Does not wash self but is cooperative with those who bathe him 0 Does not travel at all 7 RESPONSIBILITY FOR OWN MEDICATION 2 Is responsible for taking medication in correct dosage at correct time 1 Takes responsibility if medication is prepared in advance in separate dosages 0 Does not try to wash self, and resists efforts to keep him clean 2 4 4 4

SCORE

GERIATRIC ASSESSMENT CENTER SCALE FOR INSTRUMENTAL ACTIVITIES OF DAILY LIVING No Acitvity 1 ABILITY TO USE TELEPHONE 3 Operates telephone on own initiative; looks up and dials numbers, etc. 2 Dials a few well known numbers 1 Answers telephone but does not dial 0 Does not use telephone at all 2 SHOPPING 3 Takes care of all shopping needs independently 2 Shops independently for small purchases 1 Needs to be accompanied on any shopping trip 0 Needs to have meals prepared and served 3 Value 1

FOOD PREPARATION 3 Plans, prepares and serves adequate meals independently 2 Prepares adequate meals if supplied with ingredients 1 Heats and serves prepared meals, or prepares meals but does not maintain adequate diet 0 Needs to have meals prepared and served

HOUSE KEEPING 4 Maintains house alone or with occasional assistance (e.g., heavy-work domestic help)` 3 Performs light daily tasks such as dish-washing and bed-making 2 Performs light daily tasks but cannot maintain acceptable \ level of cleanliness 1 Needs help with all home maintenance tasks 0 Does not participate in any housekeeping tasks

LAUNDRY 2 Does personal laundry completely 1 Launders small items; rinses socks, stockings, etc. 0 All laundry must be done by others

MODE OF TRANSPORTATION 4 Travels independently on public transportation or drives own car 3 Arranges own travel via taxi, but does not otherwise use public transportation 2 Travels on public transportation when assisted or accompanied by another 1 Travel limited to taxi or automobile, with assistance of another 0 Does not travel at all

RESPONSIBILITY OF OWN MEDICATION 2 Is responsible for taking medication in correct dosages at correct time 1 Takes responsibility if medication is prepared in advance in separate dosages 0 Is not capable of dispensing own medication

ABILITY TO HANDLE FINANCE 2 Manages financial matters independently (budgets, write checks, pays rent and bills, goes to Bank) collects and keeps track of income 1 Manages day-to-day purchases, but needs help with banking, major purchases, etc. 0 Incapable of handling money SCORE

Dari hasil home visite Ny.Sapinah 77 tahun, secara keseluruhan masih dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan baik, meskipun ada beberapa aktivitas yang dia tidak dapat melakukannya karena hal tersebut merupakan larangan dari anakanaknya dan hal itu merupakan bentuk perhatian dari anak-anaknya untuk seorang ibu (Ny. Sapinah).

1.1 Hipertensi 1. Definisi Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya mmHg. Istilah tradisional tentang hipertensi ringan dan sedang gagal menjelaskan pengaruh utama tekanan darah tinggi pada penyakit kardiovaskuler. Sehingga The Joint National Committee on Detection, Evalution, and Treatment of High Blood Pressure membuat suatu klasifikasi baru (Sylvia, 2006).

Tabel 2.1. Klasifikasi Hipertensi Kategori Normal Normal Tinggi Hipertensi Tingkat 1 (ringan) Tingkat 2 (sedang) Tingkat 3 (berat) 140-159 160-179 180 (Sumber Sylvia, 2006) 90-99 100-109 110 Sistolik (mmHg) <130 130-139 Diastolik (mmHg) <85 85-89

2. Epidemiologi Hipertensi mengenai seluruh bangsa di dunia dengan insidensi yang bervariasi. Akhir-akhir ini insidensi dan prevalensi meningkat dengan makin bertambahnya usia harapan hidup. Di Amerika Serikat dikatakan bahwa pada populasi kulit putih usia 50-69 tahun prevalensinya sekitar 35% yang meningkat menjadi 50% pada usia diatas 69 tahun. Penelitian pada 300.000 populasi berusia 65-115 tahun (rata-rata 82,7 tahun) yang dirawat di institusi lanjut usia didapatkan prevalensi hipertensi pada saat mulai dirawat sebesar 32%. Dari penderita ini 70% diberikan obat anti hipertensi dan sudah mengalami komplikasi akibat penyakitnya, diantaranya, penyakit jantung koroner (26%), penyakit jantung kongestif (22%) dan penyakit

serebrovaskuler (29%) (Darmojo, 2009). 3. Jenis-jenis Hipertensi pada Lanjut Usia

Berdasarkan klasifikasi dari JNC-VI maka hipertensi pada lanjut usia dapat dibedakan (Darmojo, 2009) : a. Hipertensi sistolik saja (Isolated Systolic Hypertension), terdapat pada 612% penderita diatas usia 60 tahun, terutama pada wanita. Insidensi meningkat dengan bertambahnya umur. b. Hipertensi diastolik (Diastolic Hypertension), terdapat antara 12-14% penderita diatas usia 60 tahun, terutama pada pria. Insidensi menurun dengan bertambahnya umur. c. Hipertensi sistolik-diastolik: terdapat pada 6-8% penderita >60 tahun, lebih banyak pada wanita. Meningkat dengan bertambahnya umur. Hipertensi diklasifikasikan 2 tipe penyebab: (Rilantono, 2002) a. Hipertensi esensial (primer atau idiopatik) Penyebab pasti masih belum diketahui. Riwayat keluarga obesitas diet tinggi natrium lemak jenuh dan penuaan adalah faktor pendukung. b. Hipertensi sekunder akibat penyakit ginjal atau penyebab yang terindentifikasi lainya. 4. Etiologi Menurut Darmojo (2009), penyebab hipertensi pada lanjut usia adalah: a. Penurunanya kadar renin karena menurunya jumlah nefron akibat proses menua. Hal ini menyebabkan suatu sirkulus vitiosus: hipertensi glomerelo-sklerosis-hipertensi yang berlangsung terus menerus. b. Peningkatan sensitivitas terhadap asupan natrium dengan bertambahnya usia. c. Semakin sensitif terhadap peningkatan atau penurunan kadar natrium. d. Penurunan elastisitas pembuluh darah perifer akibat proses menua akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer yang mengakibatkan hipertensi sistolik. e. Perubahan ateromatous akibat proses menua menyebabkan disfungsi endotel yang berlanjut pada pembentukan berbagai sitokin dan subtansi kimiawi lain yang kemudian meyebabkan reabsorbsi natrium di tubulus ginjal, meningkatkan proses sklerosis pembuluh darah perifer dan keadaan lain berhubungan dengan kenaikan tekanan darah.

5.

Patofisiologi Hipertensi pada Lanjut Usia Mekanisme dasar peningkatan tekanan sistolik sejalan dengan peningkatan usia terjadinya penurunan elastisitas dan kemampuan meregang pada arteri besar. Tekanan aorta meningkat sangat tinggi dengan penambahan volume intravaskuler yang sedikit menunjukan kekakuan pembuluh darah pada lanjut usia. Secara hemodinamik hipertensi sistolik ditandai penurunan kelenturan pembuluh arteri besar resistensi perifer yang tinggi pengisian diastolik abnormal dan bertambah masa ventrikel kiri. Penurunan volume darah dan output jantung disertai kekakuan arteri besar menyebabkan penurunan tekanan diastolik. Lanjut usia dengan hipertensi sistolik dan diastolik output jantung, volume intravaskuler, aliran darah ke ginjal aktivitas plasma renin yang lebih rendah dan resistensi perifer. Perubahan aktivitas sistem syaraf simpatik dengan bertambahnya norepinephrin menyebabkan penurunan tingkat kepekaan sistem reseptor beta adrenergik pada sehingga berakibat penurunan fungsi relaksasi otot pembuluh darah (Sylvia, 2006). Lanjut usia mengalami kerusakan struktural dan fungsional pada arteri besar yang membawa darah dari jantung menyebabkan semakin parahnya pengerasan pembuluh darah dan tingginya tekanan darah (Sylvia, 2006).

6.

Gejala Menurut Lanny Sustrani (2004) gejalagejala hipertensi antara lain sakit kepala, takikardi, sulit bernafas setelah bekerja keras atau mengangkat beban kerja, mudah lelah, penglihatan kabur, wajah memerah, epistaksis, sering buang air kecil terutama di malam hari telingga berdering (tinitus) dan dunia terasa berputar. Cara yang tepat untuk meyakinkan seseorang memiliki tekanan darah tinggi adalah dengan mengukur tekanan darahnya.

7.

Faktor Resiko a. Kepekaan tubuh terhadap garam (NaCI) Sekitar 60% pengidap hipertensi esensial sensitif terhadap asupan garam. Hal ini terjadi karena jumlah garam yang meningkat dalam darah akan menyebabkan pengeluaran air dari sel ke darah (efek tekanan osmotis) untuk menyeimbangkan kadar garam antara sel dan aliran darah sehingga tekanan darah

meningkat. Pengaruh kelebihan garam ditentukan oleh jumlah kelebihan garam dalam makanan dan status fungsi ginjal (Agoes, 2010). Jika garam dan air meningkat disekitar sel, kelebihan tersebut akan ditarik ke darah untuk selanjutnya difiltrasi oleh ginjal. Ginjal membuang kelebihan garam dan air dari darah, dan dikeluarkan melalui urine. Jika ginjal bermasalah, cairan akan menumpuk di sekitar sel dan plasma. Karena jantung merupakan pompa yang mendorong darah ke seluruh tubuh, kelebihan volume plasma

menyebabkan jantung bekerja ekstra dan tekanan darah akan meningkat karena terdapat tambahan tekanan pada dinding pembuluh. Akhirnya, kerja jantung dapat melemah atau gagal karena kelelahan. (Agoes, 2010) b. Peran renin Renin merupakan enzim yang dihasilkan makula densa dan memiliki mekanisme kerja yang berlawanan dengan kerja aldosteron (Agoes, 2010). c. Genetik Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang paling kompleks dengan pola pewarisan berdasar genetik mencapai 30%. Dalam hal ini, peningkatan tekanan darah merupakan ekspresi fenotipe. Lebih dari 50 gen yang berkaitan dengan hipertensi telah diteliti dan jumlah tersebut masih terus bertambah (Agoes, 2010). Hipertensi dapat disebabkan oleh mutasi gen tunggal yang diperoleh sesuai hukum Mendel. Di Amerika Serikat, warga keturunan kulit hitam (Afrika) lebih banyak mengidap hipertensi sistolik. Di Indonesia dengan berbagai suku, angka kejadian hipertensi lebih rendah pada individu keturunan Jawa ketimbang pada individu keturunan Sunda dan Minang (Agoes, 2010). d. Umur Akibat pertambahan umur dan proses penuaan, serabut kolagen di pembuluh darah dan dinding arteriol bertambah sehingga dinding pembuluh tersebut mengeras. Dengan berkurangnya elastisitas ini, daerah yang dipengaruhi tekanan sistolik akan menyempit sehingga tekanan darah rata-rata meningkat (Agoes, 2010). e. Kegemukan dan obesitas

Orang gemuk (pertambahan berat badan karena peningkatan volume otot, tulang, lemak, dan air), dan pengidap obesitas (pertambahan berat badan karena pertambahan lemak), dapat mengalami prahipertensi. Anak-anak yang menjadi gemuk sebelum berumur 18 tahun memiliki kecenderungan untuk mengalami prahipertensi (Agoes, 2010). 8. Penegakkan Diagnosis Pada anamnesis, dokter akan menanyakan gejala-gejala yang disebutkan sebelumnya kepada pasien. Selanjutnya, pemeriksaan fisis dilakukan dengan mengukur berat badan, tekanan darah sambil memperhatikan tanda-tanda fisik lainnya. Umumnya, penyebab hipertensi sekunder tidak dapat dihindarkan. Di pihak lain, pada hipertensi primer, aktivitas fisik yang teratur, pembatasan garam dalam diet, pola diet yang sehat, pemeliharaan berat badan, dan menghindari penggunaan rokok dapat memperbaiki keadaan tersebut (Agoes, 2010). Tes yang digunakan untuk mencari penyebab hipertensi sekunder ditujukan untuk mengetahui derajat kerusakan organ/jaringan (jantung, mata dan ginjal). Diabetes dan kadar kolesterol juga perlu diketahui untuk mengantisipasi komplikasi lanjutan penyakit kardiovaskular yang mungkin terjadi (Agoes, 2010). Pemeriksaan darah berupa pengukuran kadar kreatinin (salah satu parameter fungsi ginjal) dilakukan untuk mengetahui kerusakan ginjal sebagai akibat atau penyebab hipertensi. Pemeriksaan lainnya adalah pengukuran kadar elekrolit (natrium, kalium), glukosa (risiko diabetes melitus), dan kolesterol (Agoes, 2010). Pemeriksaan protein urine dilakukan untuk mengetahui penyakit ginjal atau untuk membuktikan terjadinya kerusakan ginjal akibat hipertensi (Agoes, 2010). Elektrokardiogram (EKG) dilakukan untuk mengetahui adanya

kerusakan/gangguan di jantung akibat hipertensi. EKG juga menunjukkan penebalan otot jantung (hipertrofi ventrikel kiri) atau terjadinya penyakit jantung (gangguan konduksi sampai infark) (Agoes, 2010). Foto rontgen dada dilakukan untuk melihat tanda pembesaran jantung atau gagal jantung (Agoes, 2010). 9. Penatalaksanaan

Penanganan hipertensi pada umumnya dimaksudkan untuk mencapai tekanan darah dalam batas-batas normal atau 130/80 mmHg. Pada pengidap diabetes atau penyakit ginjal menahun, besar tekanan darah yang dianjurkan sebaiknya berada di bawah 130/80 mmHg (Agoes, 2010). Cara penatalaksanaan dibedakan atas cara nonmedikamentosa, terapi dengan agen antihipertensi dan terapi dengan cara lain (Agoes, 2010). a. Nonmedikamentosa: Perubahan Gaya Hidup Olahraga. Penurunan berat badan dan olahraga aerobik yang teratur dapat mencegah terjadinya hipertensi ringan dan sedang. Olahraga yang teratur akan memperbaiki aliran darah dan membantu mengurangi frekuensi denyut jantung dan tekannn darah. Upanya ini sangat efektif dalam menurunkan tekanan darah walaupun terapi dengan obat-obatan masih diperlukan bagi pasien dengan hipertensi derajat sedang atau berat untuk menurunkan tekanan darahnya sampai ke tingkat yang aman (Agoes, 2010). Restriksi natrium. Pembatasan natrium (garam dapur) terbukti efektif menurunkan tekanan darah pada 60% pasien. Banyak orang menggunakan garam pengganti untuk mengurangi asupan garam dapur (Agoes, 2010). Pendekatan diet. Hal ini dilakukan dengan pendekatan DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension), yaitu mengonsumsi makanan yang kaya akan buah, rendah lemak atau bebas lemak hewani. Pola diet ini cukup efektif menangani hipertensi berdasarkan riser NIH (National Institute of Health) di Amerika Serikat (Agoes, 2010). Penghentian konsumsi alkohol dan rokok. Penghentian konsumsi rokok dan alkohol terbukti dapat menurunkan tekanan darah. Meskipun mekanismenya tidak diketahui, tekanan darah dapat meningkat (terutama sistolik) setelah mengonsumsi rokok dan alkohol. Menghentikan penggunaan rokok pada pengidap hipertensi penting untuk mengurangi risiko beberapa penyakit yang dapat dipicu oleh hipertensi, seperti stroke dan serangan jantung. Konsumsi kopi juga meningkatkan tekanan darah untuk sementara, tetapi tidak menyebabkan hipertensi kronis (Agoes, 2010). Menghindari stres. Terapi relaksasi seperti meditasi, menghindari stres lingkungan, menghindari bunyi yang terlalu keras dan cahaya berintensitas terang

merupakan cara tambahan untuk menurunkan tekanan darah. Metode "Jacobson's Progressive Muscle Relaxation''dan "biofeedback" juga digunakan, terutama alat untuk mengatur pernapasan. Efektivitas terapi ini tentu sangat bergantung pada sikap dan kepatuhan pasien (Agoes, 2010). b. Medikamentosa Terdapat beberapa golongan antihipertensi yang dengan berbagai cara berfungsi sebagai penurun tekanan darah. Penurunan tekanan darah sebesar 5-6 mmHg dapat menurunkan risiko stroke sebesar 40%, PJK sebesar 15-20% dan juga mengurangi kemungkinan terjadinya demensia, gagal jantung, dan angka kematian akibat penyakit kardiovaskular (Agoes, 2010). Tujuan penatalaksanaan adalah mencapai tekanan darah kurang dari 140/90 mmHg dan lebih rendah lagi pada pengidap diabetes atau penyakit ginjal. Setiap tambahan obat dapat menurunkan tekanan darah sistol sebesar 5-10 mmHg sehingga lebih dari satu obat diperluknn untuk mencapai kontrol tekanan darah yang adekuat. Inhibitor enzim pengonversi-angiotensin (ACE inhibitor) atau antagonis reseptor-II angiotensin menunjukkan keunggulan dari agen

antihipertensi lain-nya (Agoes, 2010).

c.

Terapi Cara Lain Khiropraktik. Terapi cara ini dilakukan melalui perbaikan pada ruas tulang belakang, terutama pada posisi tulang atlas leher. Perbaikan langsung terlihat pada terapi minggu pertama sampai dengan minggu kedelapan (The Journal of Human Hypertension). Terjadi penurunan rata-rata 17 mmHg untuk tekanan sistolik dan 10 mmHg untuk tekanan diastolik, yang identik dengan hasil terapi yang dicapai dengan menggunakan dua macam obat antihipertensi. Cara pengobatan ini dilakukan dengan penekanan dan tarikan jari jemari tangan pada ruas tulang belakang tersebut atau dengan bantuan alat yang digetarkan oleh arus listrik. Tujuannya adalah memperbaiki dan mengembalikan posisi tulang belakang atau ligamen ke posisi normalnya. Tulang belakang sebagai pusat saraf motorik

dan otonom berperan dalam timbulnya berbagai keluhan penyakit, termasuk hipertensi (Agoes, 2010). Sebelum terapi diberikan, pasien perlu ditanyakan mengenai gejala dan keluhan yang dialaminya, ada tidaknya tanda-tanda osteoporosis atau patah tulang dan riwayat trauma yang mencederai tulang punggung. Khiropraktik menjadi pilihan pengobatan alternatif antara lain karena efek samping obat antihipertensi yang mengganggu atau semata-mata karena kebosanan pasien dengan penggunaan obat biasa dan ingin mencoba cara lain (Agoes, 2010). 10. Prognosis Secara keseluruhan, hipertensi tidak dapat disembuhkan. Namun dengan penatalaksanaan yang tepat, hipertensi dapat dikontrol. Terapi dengan kombinasi modifikasi gaya hidup dan obat antihipertensi biasanya dapat menjaga tekanan darah dalam kisaran yang tidak akan merusak jantung atau organ lain. Kunci dalam menghindari komplikasi serius hipertensi adalah mendeteksi dan menanganinya sebelum kerusakan terjadi (Agoes, 2010).

You might also like