You are on page 1of 12

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul SEJARAH TELAGA NGEBEL Makalah ini berisikan tentang informasi SEJARAH TELAGA NGEBEL atau yang lebih khususnya membahas asal usul telaga ngebel Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang telaga ngebel Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Selur, 27 Oktober 2012

Penyusun

DAFTAR ISI

Kata pengantar .................................................................................. iii Daftar isi............................................................................................. Iv Letak .................................................................................................. 1 Sejarah ngebel .................................................................................... 6 Penutup .............................................................................................. 12

Telaga Ngebel

Ponorogo tak hanya terkenal dengan budaya reognya.....namun juga terkenal memiliki obyek wisata yang terkenal yaitu Telaga Ngebel. Telaga yang ada diponorogo ini memiliki keunikan tersendiri, bila dibandingkan dengan telaga-telaga lain yang ada diwilayah Jawa Timur. Telaga indah yang cukup luas ini, dikelilingi dengan rimbunnya pepohonan lereng gunung.

Dinamakan Telaga Ngebel karena berada diwilayah kecamatan Ngebel. Terletak 24 km ke arah Timur Laut Ponorog. Telaga Ngebel berada di lereng gunung Wilis dengan ketinggian 734 meter DPL dan suhu 22-23 derajat Celsius. Dengan luas permukaan sekitar 1,5 km telaga Ngebel dikelilingi olen jalan sepanjang 5 km. Kawasan ini memiliki panorama yang menakjubka, udara yang sejukdengan kondisi alam yang masih perawanyang menyimpan sejuta potensi untuk digali. Disini bisa dijumpai aneka buah-buahan seperti: durian,manggis, pundung dsb. Di dalam telaga disebar aneka jenis ikan satu diantaranya termasuk varietas ikan yang dilindungi yaitu ikan Hampala atau penduduk local menamakannya ikan Ngongok. Bagi yang ingin menginap tersedia pula penginapan yang dikelola PEMDA dan swasta.

Menurut legenda yang berkembang di masyarakat, telaga Ngebel terbentuk berdasarkan kisah seekor ular naga yang bernama Baru

Klinting. Sang Ular saat bermeditasi secara tak sengaja di potongpotong oleh masyarakat sekitar untuk dimakan. Secara ajaib, sang ular menjelma menjadi anak kecil yang kemudian mendatangi masyarakat dan membuat sayembara untuk mencabut lidi yang ditancapkan di tanah. Tak satupun berhasil melakukannya. Kemudian, dia sendirilah yang akhirnya mencabut lidi tersebut dan dari lubang bekas lidi tersebut keluarlah air yang kemudian menjadi mata air yang menggenang dan menjadi telaga Ngebel.

Konon telaga Ngebel mempunyai peran penting dalam sejarah Kabupaten Ponorogo karena salah seorang pendiri Kabupaten Ponorogo, batoro katong, Sebelum melakukan syiar agam Islam di Kabupaten Ponorogo menyucikan diri terlebih dahulu di suatu mata air di dekat telaga Ngebel yang saat ini dikenal sebagai Sumber/Kucur Batoro.

Obyek wisata Telaga Ngebel memang layak untuk dikunjungi, kedaan disekitar telaga pun begitu asri dan indah. Dengan suasana yang disajikan telaga ngembel, mungkin bisa mengusir kepenatan dan rasa lelah yang Anda alami sehari-hari.

Sejuk dan teduh. Itulah kesan pertama yang akan dilontarkan oleh siapa saja tatkala pertama kali memasuki kawasan Telaga Ngebel, Kabupaten Ponorogo. Berhamparkan air yang jernih nan tenang, telaga ini berhiaskan pohon-pohon tua di tepiannya. Dan ini bisa menjadi penawar lelah para wisatawan setelah mereka melewati jalan berliku, naik-turun, untuk menuju objek wisata ini.

Ngebel sendiri berasal dari bahasa Jawa, ngembel atau berair. Karena, jaman dahulu, ada seorang Warai atau orang yang sakti ilmu kanuragan dan ilmu agamanya melewati suatu daerah di kawasan Ponorogo dan melihat fenomena tanah yang berair itu. Maka sang Warai pun berujar; Ana sak wijining jaman, tlatah iki kasebut Ngembel_Suatu saat daerah ini bernama Ngembel Tapi karena lidah yang salah kaprah dalam waktu yang lama dan turun temurun, maka Ngembel pun berubah menjadi Ngebel.

Dongeng tersebut adalah sebagai berikut.

Jaman dahulu kala, ada sepasang suami istri yang tinggal di suatu kampung yang melahirkan anak seekor ular naga. Naga itu diberi nama BARU KLINTING. Melihat keanehan wujud Baru Klinting ini, mereka tak berani tinggal di kampung tersebut karena takut menjadi bahan gunjingan tetangga.Mereka pun mengungsi ke puncak gunung untuk mengasingkan diri dan memohon pada dewa agar mengembalikan rupa putra mereka ke wujud manusia.

Doa itu pun didengar. Syarat yang harus dilakukan oleh Baru Klinting adalah melakukan pertapaan selama 300 tahun dengan cara melingkarkan tubuhnya di gunung Semeru. Sayang, panjang tubuhnya kurang sejengkal untuk bisa melingkari seluruh gunung. Maka, untuk menutupi kekurangan itu, ia menyambungkan/ menjulurkan lidahnya hingga menyentuh ujung ekornya.

Rupanya, syarat untuk menjadi manusia tak hanya itu. Dewa meminta sang Ayah agar memotong lidah Baru Klinting yang sedang bertapa tersebut. Baru Klinting yang bersemedi tak menolak toh demi kebaikannya agar menjadi manusia.

Saat waktu bertapa hampir selesai, ada kepala kampung yang akan menikahnya anaknya. Kepala kampung pun sibuk mempersiapkan segala sesuatunya, terlebih lagi soal hidangan. Konon, mereka akan menggelar

pesta pernikahan yang sangat mewah dan sangat besar. Untuk menutupi kekurangan bahan makanan, secara sukarela warga pun membantu berburu di hutan. Ada yang mencari buah-buahan, ranting/ kayu bakar hingga hewan buruan seperti rusa, kelinci, maupun ayam hutan.. Sudah beberapa lama warga berburu,namun tak mendapatkan hasil buruan apapun. Tanpa sengaja, ada segolongan warga yang istirahat karena lelah berburu mengayunkan parangnya pada pokok pohon tumbang. Namun, alangkah kagetnya mereka ternyata parang itu malah berlumuran darah. Dari pokok pohon tumbang itu mengucur darah segar. Bahkan, mereka baru sadar kalau yang mereka tebas tadi bukan pohon tumbang tetapi ular raksasa/ ular naga. Melihat hal ini, warga pun beramai-ramai mengambil dagingnya untuk dimasak dalam pesta pernikahan tersebut.

Hari pesta pernikahan anak kepala kampung adalah hari berakhirnya pertapaan Baru Klinting. Benar saja, naga itu berubah wujud menjadi anak kecil. Sayangnya, si anak mengalami kesusahan dalam berbicara karena lidanya dipotong sebagai syarat menjadi manusia. Tak hanya itu, tubuhnya penuh dengan borok yang membusuk lantaran saat bertapa tubunya disayat-sayat untuk diambil dagingnya oleh warga sebagai bahan pesta.

Anak itu kelaparan dan memohon agar diberi makanan. Namun, tak satu pun warga yang memedulikannya. Warga malah mengejek dan mengusir anak kecil itu. Melihat nasib anak itu, seorang wanita tua

merasa kasihan dan membawanya pulang. Lalu si anak diberi makan dengan lauk berupa daging yang diterima dari pesta kepala kampung. Si anak pun makan dengan lahap tapi dia tak mau memakan daging itu.

Bu, tadi saya pikir sudah tak ada lagi orang baik di kampung ini. Rupanya, masih ada orang seperti Anda. Bu tolong siapkan lesung (kayu tempat menumbuk padi) bila terjadi sesuatu ibu segeralah naik lesung tersebut Begitu pesan Baru Klinting selesai makan. Si wanita tua itu pun menuruti ucapan Baru Klinting tanpa banyak pertanyaan kenapa, Lalu, Baru Klinting pun kembali ke tempat pesta.

Wahai warga semua, lihatlah di tanganku. Aku memiliki sekerat daging. Jika kau mampu memenangkan sayembara yang kuadakan, maka ambillah daging ini. Namun, jika kalian tak mampu, maka berikanlah semua daging yang kalian masak padaku ucap Baru Klinting.

Warga pun mencoba satu persatu tapi semuanya tak mampu mencabut sebatang lidi tersebut. Sayangnya, warga tetap tak mau mengembalikan daging yang telah mereka masak.

Lihatlah ketamakan kalian wahai manusia. Lihatlah ketidak pedulian kalian pada sesama, pada manusia yang cacat sepertiku. Bahkan kalian tidak mau mengembalikan hakku! Ketahuilah, daging yang kalian masak itu adalah dagingku saat aku menjadi ular naga.

Maka, kalian berhak mendapatkan balasan setimpal! Baru Klinting pun segera mencabut lidi tersebut.

Keanehan pun terjadi. Dari lidi itu mengucur air, terus menerus hingga menenggelamkan kampung tersebut.

Genangan air itupun berubah menjadi telaga, Sedang orang tua yang memberi makan baru klinting selamat karena naik lesung. Bahkan sejak itu pula, Baru Klinting berubah lagi menjadi ular dengan melingkarkan tubuhnya di dasar telaga yang bentuknya menyempit di bagian bawah itu.Saat ini, telaga itu masuk daerah Ngebel sehingga terkenal dengan telaga Ngebel.

Cerita ini merupakan sejarah telaga ngebel sebagai salah satu icon dan tujuan wisata para wisatawan di kabupaten PONOROGO semoga menjadi bermanfaat bagi yang membacanya dan semoga dijadikan ilmu pengetahuan.

PENUTUP KESIMPULAN Ponorogo tak hanya terkenal dengan budaya reognya.....namun juga terkenal memiliki obyek wisata yang terkenal yaitu Telaga Ngebel. Terletak 24 km ke arah Timur Laut Ponorog. Telaga Ngebel berada di lereng gunung Wilis dengan ketinggian 734 meter DPL dan suhu 22-23 derajat Celsius.Dengan luas permukaan sekitar 1,5 km telaga Ngebel dikelilingi oleh jalan sepanjang 5 km. Cerita asal mula telaga ngebel berawal dari sebuah sayembara untuk mencabut lidi. Dan akhirnya dari lidi tersebut menjadi genangan air sampai membentuk telaga.

You might also like