You are on page 1of 13

MKM Vol. 01 No.

01 Desember 2006: 38-50

DUKUNGAN SUAMI TERHADAP ISTRI SELAMA MASA KEHAMILAN, PERSALINAN, DAN MASA NIFAS BERDASARKAN ETNIS STUDI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PASIR PANJANG KOTA KUPANG Engelina Nabuasa1 Abstract: A research on husbands support to his wife in pregnancy, child birth and child bed based on the ethnic was conducted in working area of Pasir Panjang Public Health Care (PHC) Kupang City from 1 October to 1 December 2006. PHC of Pasir Panjang was chossen as the location of the research because most of pregnany woman with high risk are in it. The aim of this study is to investigate decision making patterns about pregnancy planing in the family and husbands support to his wife in pregnancy, child birth, and child bed based on the ethnic. The study used design qualitative type and the population that have been taken are the whole husbands which include in group fertile match and have one baby or under five child at least. The result of this study indicated that : (1) There are some kind of decision making patterns such as husband and wife have the same right to make decision, husband have fully power to make decision by him self, both of them have the same right to make decision but with influence from their parent in law; (2) Husbands support in pregnancy are preparate all of equipment was needed include preparation health facility and help his wife to do the high household activity. But there are some husband that offer his responsibility to their parent in law. Apart from that there are husbands activities to protectition his wife from satan or evil; The specific problem that in pregnancy is less of nutrition supply because economic factor; (3) When child birth time, there are husband which always close his wife but some of them are afraid; 4).The positive things was done by husband when child bed time are paticipate in treatment mother and child, carry out household activities, find out and make a traditional herbs in recovery acceleration of his wife. But there are husband that offer that responsibiliy to their parent in law or to mid wife. Keywords: Husbands Support ,Pregnancy, Child Birth And Child Bed PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Kesehatan Reproduksi perempuan termasuk perencanaan kehamilan dan persalinan yang aman secara medis, menjadi perhatian bersama bukan hanya bagi kaum perempuan tapi juga semua pihak. Hal ini disebabkan karena dampaknya luas sekali menyangkut berbagai aspek kehidupan yang menjadi parameter dalam pelayanan kesehatan masyarakat, yang berakhir pada penentuan kualitas penduduk. Beberapa parameter yang menunjukkan kualitas penduduk antara lain Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian bayi. Pelaksanaan hak dan kesehatan reproduksi masih ditandai dengan tingginya kematian ibu hamil, melahirkan dan nifas (AKI) dan bayi (AKB). Indonesia sebagai salah satu negara di ASEAN, mempunyai Angka Kematian Ibu (AKI) karena hamil, melahirkan dan

Staf Pengajar Jurusan Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku FKM Undana

Dukungan Suami Terhadap Istri Selama Masa Kehamilan, Persalinan, Dan Masa Nifas Berdasarkan Etnis

nifas tertinggi yaitu 373 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI,1998), artinya bahwa terdapat sekitar 18.000 perempuan meninggal dunia setiap tahun. Demikian juga Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar 52 per 1.000 kelahiran. Untuk wilayah Kota Kupang, jumlah kematian ibu pada tahun 2003 adalah 46 per 100.000 kelahiran hidup dan mengalami penurunan pada tahun 2004 menjadi 42 per 100.000 kelahiran hidup. Namun demikian bila dibandingkan dengan pencapaian angka nasional, angka ini masih termasuk rendah. Hal ini, untuk Kota Kupang belum tentu hasilnya nyata, karena masih banyak kematian-kematian yang tidak dilaporkan yang mana proses persalinan ditolong oleh bukan tenaga kesehatan (Subdin Kesga,Dinkes Kota Kupang, 2004). Banyak penelitian menunjukkan bahwa tingginya kematian ibu melahirkan bukan saja disebabkan oleh faktor medis tetapi juga oleh faktor non medis, seperti: terbatasnya pengetahuan ibu tentang bahaya kehamilan resiko tinggi; ketidakberdayaan sebagian besar ibu hamil dalam mengambil keputusan untuk dirujuk (Soebandoro,1995) serta tidak adanya akses dan kontrol perempuan dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan hak reproduksi (Nursyahbani,1996). Budaya patriakhi dan sistem mas kawin atau belis yang masih dianut sebagian besar warga sehingga apabila pihak laki-laki telah memenuhi kewajibannya memberikan mas kawin (belis) maka laki-laki cenderung menuntut hak yang belebihan kepada wanita yang ditafsirkannya sudah dibelis sehingga berbagai kekerasan dapat ditimpakan ke istrinya. Hal ini berdampak pada kurangnya partisipasi atau dukungan pria

terhadap pemeliharaan kesehatan reproduksi istri sehingga berdampak pada rendahnya derajat kesehatan ibu dan anak (BPS, 2004) Prevalensi ibu hamil dengan risiko tinggi (Bumil Resti) di Kota Kupang mengalami peningkatan yaitu dari 9,67% pada tahun 2003 menjadi 12,44% pada tahun 2004. Jumlah ibu hamil dengan resiko tinggi terbanyak terdapat di wilayah kerja Puskesmas Pasir Panjang yaitu 22,71% pada tahun 2003, 21,96% pada tahun 2004 dan meningkat menjadi 37,5% pada tahun 2005 (Dinas Kesehatan Kota Kupang,2005). Wilayah kerja Puskesmas Pasir Panjang sebagai bagian wilayah Kota Kupang terdiri atas masyarakat dari berbagai etnis seperti Flores, Sumba, Timor, Alor, Sabu, Rote, dan etnis lainnya yang memiliki latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda. Sprangger (dalam Soekidjo, 2003), menyatakan bahwa kepribadian seseorang ditentukan salah satu nilai budaya yang dominan pada diri orang tersebut dan selanjutnya kepribadian tersebut akan menentukan pola dasar perilaku manusia yang bersangkutan. Dengan demikian kebudayaan merupakan salah satu faktor yang akan menentukan perilaku seseorang. Rumusan masalah yang dikaji dalam penulisan ini bagaimanakah pola pengambilan keputusan dalam keluarga mengenai perencanaan kehamilan dan bagaimanakah dukungan suami terhadap istri selama masa kehamilan, persalinan, dan masa nifas berdasarkan etnis di wilayah kerja Puskesmas Pasir Panjang. Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah mengkaji tentang dukungan suami terhadap istri selama masa kehamilan,

39

MKM Vol. 01 No. 01 Desember 2006: 38-50

persalinan dan masa nifas berdasarkan etnis di wilayah kerja puskesmas Pasir Panjang Kota Kupang dan tujuan khususnya adalah 1). mengetahui tentang pola pengambilan keputusan dalam keluarga mengenai perencanaan kehamilan berdasarkan etnis di wilayah kerja puskesmas Pasir Panjang 2).mengetahui dukungan suami terhadap istri selama masa kehamilan termasuk mmpersiapkan persalinan yang aman berdasarkan etnis di wilayah kerja puskesmas Pasir Panjang 3).Mengetahui dukungan suami terhadap istri pada saat persalinan berdasarkan etnis di wilayah kerja puskesmas Pasir Panjang 4).Mengetahui dukungan suami terhadap istri pada masa nifas berdasarkan etnis di wilayah kerja puskesmas Pasir Panjang Kesehatan Reproduksi Perempuan Kesehatan Reproduksi adalah keadaan kesehatan yang sempurna baik fisik, mental dan sosial dan lingkungan serta bukan sematamata terbebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan system reproduksi, fungsi serta prosesnya (WHO,1992). Kesehatan Reproduksi yang dimaksud adalah kemampuan seorang perempuan untuk memanfaatkan alat reproduksi dan mengatur kesuburannya (fertilitas) dapat menjalani kehamilan dan persalinan secara aman serta mendapatkan bayi tanpa resiko apapun dan selanjutnya mengembalikan kesehatannya dalam batas normal semula (Well Health Mother and Well Born Baby). Ada beberapa pertimbangan mengapa pria/suami harus secara seimbang berperan dalam KB dan Kesehatan Reproduksi, antara lain: (1) Pria/suami merupakan pasangan

dalam proses reproduks; (2) Pria/suami bertanggung jawab secara sosial, moral dan ekonomi dalam membangun keluarga; (3)Pria/suami juga mempunyai hakhak reproduksi yang sama dengan perempuan/isteri; (4)Peran dan tanggung jawab pria/suami langsung maupun tidak langsung dalam KB dan Kesehatan Reproduksi (BKKBN, 1999). Pria dan tanggung jawab kesehatan reproduksi Di indonesia masih sangat jarang ditemukan peran serta pria dalam kesehatan reproduksi. Kurangnya kesadaran pria dalam hal kesehatan reproduksi memang tidak terjadi begitu saja. Ujung permasalahan dari semua itu adalah faktor budaya yang justru memanjakan suami, dalam artian perempuan adalah pendamping setia yang sudah selayaknya bertanggung jawab soal kesehatan reproduksi sendiri. (Gema Partisipasi Pria Nomor 3/III/2004) Pengambilan Keputusan Dalam Keluarga Keputusan yang diambil seseorang, bukan merupakan keputusan yang mendadak, tetapi sudah melalui proses berpikir, atau suatu keputusan yang diambil merupakan hasil seleksi berpikir yang ditentukan oleh keinginan, harapan dan pengalamanpengalaman masa lalu. Itulah yang nantinya akan menentukan bagaimana bentuk dukungan yang akan diberikan oleh seseorang terhadap keputusan yang diambil dan hal ini tidak terlepas dari persepsi yang dimiliki seseorang (Koentjoroningrat, 1985). Saparinah Sadli mengatakan bahwa keseluruhan pengalaman, motivasi, sikap yang relevan dengan

40

Dukungan Suami Terhadap Istri Selama Masa Kehamilan, Persalinan, Dan Masa Nifas Berdasarkan Etnis

stimulus yang berasal dari dalam diri seseorang maupun di luar dirinya, akhirnya terlihat dalam bentuk tindakan/tingkah laku. Untuk memenuhi keinginan atau harapannya seseorang berusaha semaksimal mungkin untuk memberikan dukungan dalam proses reproduksi (kehamilan dan persalinan) yang aman. Menurut Mira Diarsi (1995), masalah kesehatan reproduksi perempuan bertumpu pada dua hal, yakni ketidakberdayaan perempuan untuk mengambil keputusan mengenai apa yang akan dilakukan terhadap tubuhnya, dan kontrol terhadap tubuhnya tidak pada perempuan itu sendiri termasuk kehamilan dan persalinan. Kesehatan Reproduksi perempuan tidak dapat dilepaskan dari kondisi pekerjaan, pendidikan, dan juga karakteristik sosial ekonomi. Ketiga hal ini saling terkait dalam menentukan apakah perempuan mampu dan berdaya membuat keputusan tersebut (Zohra A Baso, 1997). METODE Jenis Penelitian Jenis atau rancang bangun penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif, yaitu jenis penelitian yang bertujuan untuk mengambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi atau berbagai variable yang timbul di masyarakat kemudian menarik kesimpulan sebagai suatu ciri atau gambaran tentang kondisi, situasi ataupun berbagai variable tertentu (Bungin, 2001). Lokasi dan waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Pasir Panjang. Adapun pemilihan

puskesmas Pasir Panjang sebagai lokasi penelitian adalah karena Puskesmas Pasir Panjang memiliki prevalensi ibu hamil dengan resiko tertinggi dibandingkan dengan wilayah puskesmas lainnya. Penelitian dilakukan selama 3 bulan mulai bulan Oktober Desember tahun 2006 Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh seluruh pria yang termasuk dalam kategori PUS (Pasangan Usia Subur) yang ada diwilayah kerja puskesmas Pasir Panjang. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling . Teknik pengumpulan data dan instrument penelitian Data primer dikumpulkan melalui wawancara mendalam kepada para responden. Instrumen yang digunakan adalah pedoman wawancara mendalam, tape recorder dan catatan lapangan (field note). HASIL Gambaran Umum Lokasi Penelitian Puskesmas Pasir Panjang merupakan salah satu fasilitas kesehatan yang terletak di Kecamatan Kelapa Lima dengan luas wilayah keja 22,9 KM2 yang meliputi sepuluh kelurahan yaitu Kelurahan Lasiana, Oesapa, Oesapa Barat, Oesapa Selatan, Kelapa Lima, Pasir Panjang, Nefonaek, Fatubesi, Oeba, dan Tode Kisar. Jumlah penduduk di wilayah kerja puskesmas Pasir Panjang berjumlah 58.961 jiwa dengan rincian jumlah penduduk laki-laki 30.907 jiwa, perempuan 28.054 jiwa dan 14.825 kepala keluarga.

41

MKM Vol. 01 No. 01 Desember 2006: 38-50

Berdasarkan karakteristik pekerjaan sebagian besar penduduk (44,32%) mempunyai pekerjaan sebagai petani, wiraswasta dan buruh. Selain itu pada umumnya (56.58%) penduduk memeluk agama Kristen Protestan dan menurut tingkat pendidikan, yang terbanyak dalah penduduk dengan tingkat pendidikan SLTA yaitu 31,32% (Laporan Tahunan dan Stratifikasi Puskesmas Pasir Panjang, 2004 ) Karakteristik Informan Penelitian Informan dalam penelitian ini adalah seluruh pria yang termasuk dalam kategori PUS (Pasangan Usia Subur), bersedia menjadi informan, berdomisili di wilayah kerja puskesmas Pasir Panjang dan minimal mempunyai 1 (satu) orang anak kandung yang masih bayi/balita. Untuk kepentingan keabsahan data peneliti juga melakukan wawancara dengan istri informan. Jumlah informan dalam penelitian ini adaalah 33 orang informan yang terdiri dari suku Flores, Sumba, Timor, Alor, Sabu dan Rote. Adapun tingkat pendidikan informan juga bervariasi yaitu Perguruan Tinggi, SLTA, SMP, SD dan ada pula yang tidak tamat SD. Mata pencaharian informan meliputi petani, wiraswasta, dan PNS. Pola Pengambilan Keputusan Dalam Keluarga Mengenai Perencanaan Kehamilan Berdasarkan Etnis Di Wilayah Kerja Puskesmas Pasir Panjang Beberapa hal yang ditemukan oleh peneliti mengenai pola pengambilan keputusan dalam keluarga tentang perencanaan kehamilan antara lain: (a)Keputusan dibuat bersama oleh suami dan istri tanpa ada yang dominan diantara

keduanya seperti berdasarkan hasil kutipan wawancara berikut : ya fifty-fifty to ibu, kitong laki-laki sonde bisa putuskan sendiri,istri ju harus iko ko putuskan kan yang melahirkan istri bukan saya (WK,Sabu) Namanya ketong su suami istri dalam satu rumah tangga,suami tidak bisa jalan sendiri dan istri juga tidak bisa jalan sendiri pokok semua harus sama-sama putuskan, apalagi soal melahirkan anak begitu, itu sama-sama tanggung jawab dua orang bukan satu orang lai.. (RR,Flores) Soal begitu harus putuskan sama-sama la..(BB,Alor); (b) Keputusan dibuat bersama oleh suami istri dengan pengaruh suami yang lebih besar. Hal ini terutama disebabkan karena pengaruh nilai anak laki-laki dalam budaya keluarga tersebut seperti hasil kutipan wawancara berikut : Ibu memang kami dua samasama sepakat ibu, kami suami istri memang harus begitu. Tapi sekarang ibu, anak saya perempuan semua dua orang, belom ada yang laki-laki jadi saya masih cari anak laki-laki.soalnya ibu di kami orang Timor ibu kalau tidak ada anak laki-laki orang sonde pandang memang kami karena anggap saja saya tidak ada penerus atau saya mati, jadi saya harus dapat anak lakilaki.(JM,Timor). Informan mempunyai dua anak semuanya berjenis kelamin perempuan (4,3 tahun dan 1,8 tahun) dan sekarang istrinya yang berusia 27 tahun sedang hamil 4 bulan. Sang istri yang duduk disamping suaminya mengakui hal tersebut seperti hasil kutipan wawancara berikut : memang ibu kami sepakat samasama tetapi dia (sambil melihat

42

Dukungan Suami Terhadap Istri Selama Masa Kehamilan, Persalinan, Dan Masa Nifas Berdasarkan Etnis

suaminya dan tertawa) bilang musti dapat anak laki-laki na, jadi saya ikut dia sa ko dia suami dan kepala ini rumah tangga..... (WS,Timor). (c)Keputusan dibuat bersama oleh suami dan istri dengan ada pengaruh dari luar terutama dari mertua. Salah satu hal yang mempengaruhi adalah karena faktor penghormatan terhadap orang tua dan ingin memenuhi harapan orang tua. Begini ibu, b pung ana perempuan yang nomor dua abis yang ini (sambil menunjuk pada anak laki-laki putra sulung) gaga mati pokoknya talalu cantik putih bersih idung tajam lai.Be pung ana meninggal waktu masi umur 6 bulan kena cakar setan, permisi ibu di dia pung blakang ibu ada tanda bekas cakar jari panjangpanjang. Na biasa be pung mama yang koko dia waktu ktg masih tinggal di Rote sana pokoknya mamtua sayang mati itu ana trus ketong pindah datang sini baru be pung ana meninggalKetong ju satu minggu begitu baru kastau mamtua ketong taku mamtua knapa-knapa ko. Waktu ketong kastau, pokoknya mamtua sonde bilang apa-apa lai hanya bilang musti cari ganti kasih dia cucu perempuan.(NT, Rote). Sang istri yang duduk di samping suaminya yang kini berusia 35 tahun sambil menyusui anaknya yang keempat mengakui hal tersebut seperti kutipan wawancara berikut : Mamtua su omong begitu na kitong ana-ana ju harus iko abis orang tua su omomg begitu na, tapi andia sampai sekarang ju belom dapa perempuan, semua empat-empat laki-laki .(DA, Sabu) Hal yang sama juga diungkapkan oleh TS bersama istri (R) berumur

25 tahun yang juga telah mempunyai 3 orang anak laki-laki dan seorang bayi perempuan (2 bulan) seperti hasil kutipan wawancara berikut : Mama bilang semua ana laki-laki jadi harus cari ana perempuan juga supaya ada yang jaga rumah, jadi ketong berusaha kasih senang mama, tetapi ini su dapat ana nona jadi biar barenti su,cukup su ..(TS,Sumba) Dukungan Suami Terhadap Istri Selama Masa Kehamilan Berdasarkan Etnis Di Wilayah Kerja Puskesmas Pasir Panjang Selama hamil dukungan yang sangat diharapkan dari seorang perempuan adalah dari suaminya baik secara fisik dan non fisik. Para suami memberikan dukungan dalam bentuk yang bermacam-macam sebagai bentuk tanggung jawab terhadap istri dan anak, seperti kutipan hasil wawancara berikut : Waktu istri saya bilang dia hamil, saya menyadari kalo sekarang keadaan istri saya beda, maitua ada hamil. Jadi ibu, saya tidak biarkan dia (sambil melihat istrinya) kerja yang berat-berat dan biasa saya juga yang antar di puskesmas Pasir Panjang untuk periksa. Saya kasih uang supaya istri saya siap semua perlengkapan bayi. Kebetulan ibu, saya juga kenal dengan dokter Heru, jadi sudah hubungi memang supaya nanti istri saya melahirkan na di klinik dokter Heru sa. Saya juga cari kasih istri makanan yang waktu ngidam, pokoknya saya berusaha na ibu soalnya orang bilang kalau istri yang ngidam keinginannya tidak dipenuhi nanti anak yang dilahirkan tu ibu dia pung air luda main melele trus (TB,Flores).

43

MKM Vol. 01 No. 01 Desember 2006: 38-50

Persiapan keuangan selama hamil dan persiapan untuk melahirkan merupakan faktor yang perlu diperhatikan pula. Suami sebagai kepala rumah tangga harus bekerja lebih giat untuk mendapat penghasilan yang cukup guna pemenuhan kebutuhan yang semakin bertambah. AB, RR dan JH mengakui bahwa mereka harus bekerja lebih giat untuk menambah penghasilan untuk pemenuhan kebutuhan selama hamil dan persalinan. beta harus kerja extra sonde boleh pamalas ke masih bujang lai cari doi banyak-banyak, sekarang su mo jadi bapa ni, ya harus tanggung jawab to ibu.. (AB, Sabu) sekarang smua-smua harus uang apalai yang menyangkut hamil begitu dong, jadi memang saya harus kerja keras supaya persiapan uang cukup pas hari H.(RR, Flores) Faktor budaya dalam hal ini kepercayaan terhadap hal-hal tertentu juga turut mempengaruhi seseorang dalam berperilaku seperti kutipan hasil wawancara berikut : Ketong pung orang tua dong bilang ibu, supaya ana dong gaga, cantik, putih, bersih pas perut su mulai besar tu ibu, ketong suami harus oles istri pung perut dengan pasir halus. Orang tua bilang supaya bersihkan ana pung kulit yang kotor-kotor supaya ana dong putih bersih. Trus istri selama hamil harus rajin minum air kelapa muda tapi yang kelapa kulit merah supaya ana cantik dan gaga. Orang tua yang omong begitu na ibu jadai ketong percaya sa. Tapi ini betul ibu, ini ibu liat sa be pung ana smua, smua putih bersi abis . (NT,Rote) kalau saya pung istri hamil ibu, saya jaga supaya dia jangan kena

buntinak, jadi di keliling kamar saya taro paku dan besi-besi dong, tambah ganoak, bawang putih, bawang merah dan dia tidak boleh keluar malam, tapi kalau terpaksa harus bawa gunting atau konde rambut pake paku sa.. (DT,Timor) Faktor ekonomi dan kurangnya pengalaman tentang persalinan dalam suatu keluarga menyebabkan mereka harus mencari alternatif lain untuk mmpersiapkan persalinan bagi istrinya seperti hasil kutipan wwancara berikut : saya kan kerja disini ibu, saya harus jaga toko. Jadi kalau istri pung perut su mulai besar begitu sekitar tujuh atau delapan bulan begitu saya su kasi uang bemo supaya dia pi kampung ko melahirkan di sana sa. Di sana ada mama deng sodara yang bisa urus maitua, kebetulan mama ju dukun na biasa mamtua yang tolong orang-orang di sana kalau melahirkan. Saya disini kerja dan memang saya ju tidak tau apa-apa na ibu..(JM,Timor) Keadaan ibu yang sehat, merupakan suatu jaminan sehingga bayi yang dilahirkan juga dalam keadaan sehat. Tentunya hal ini juga dipengaruhi oleh asupan zat gizi yang cukup dan seimbang pada saat hamil karena zat gizi yang dibutuhkan bukan hanya untuk ibu saja tapi yang terpenting adalah juga untuk pertumbuhan dan perkembangan janin yang dikandungnya. Faktor ekonomi keluarga yang kurang memungkinkan menyebabkan kurangnya pemenuhan kebutuhan gizi ibu hamil seperti kutipan hasil wawncara berikut : Tiap hari makan kebiasa, ya kalo ada rejeki baru beli daging sedikitsedikit yang penting ada beras, jadi kalau sonde ada sayur kan

44

Dukungan Suami Terhadap Istri Selama Masa Kehamilan, Persalinan, Dan Masa Nifas Berdasarkan Etnis

bisa makan bubur sa.. (ML,Alor) Kalo ada uang na kami bisa makan enak sedikit ibu, tapi ya ini cari uang saja su susa apalai mau beli yang laen-laen.. (YS,Timor) Makan apa adanya, yang penting ada makan (PR, Sabu) Dukungan Suami Terhadap Istri Selama Masa Persalinan Berdasarkan Etnis Di Wilayah Kerja Puskesmas Pasir Panjang Masa persalinan merupakan masa yang sangat dinantikan sekaligus masa yang mencemaskan karena berkaitan dengan keselamatan ibu dan bayi. Pada sasat melahirkan ada suami yang mendampingi istri, namun ada juga yang hanya menunggu di luar karena berbagai alasan. YL mengaku bahwa pada saat istrinya melahirkan, ia turut membantu dukun dalam proses persalinan Saya harus didalam ibu, karena saya harus bantu dukun untuk dorong anak dari perut atas dengan dua tangan.(YL, Sumba) Lainnya halnya dengan FM yang mendampingi istri pada saat melahirkan supaya istri merasa kuat dan sebagai wujud sayang istri meskiput tidak terlibat secara langsung dalam proses persalinan. Di ruang bersalin saya memang tidak buat apa-apa ibu, tetapi saya di dalam supaya be pung maitua rasa kuat dan bisa muku supaya ana cepat keluar dan memang kalau suami sayang istri harus dampingi istri pada waktu bersalin (FM,Alor) Para suami yang tidak mendampingi istrinya pada saat melahirkan mempunyai alasan yang berbeda, misalnya karena perasaan takut

seperti hasil kutipan wawancara berikut : adu ibu, saya memang takut kalau lia orang melahirkan, saya hanya di luar sa. Pokoknya mereka yang di dalam saya tidak mereka karmana. Nanti kalau su dengar ana pung suara baru saya masuk ko lia. Saya ngeri ibu(YS, Timor) Lain halnya dengan TB yang memang tidak diperbolehkan oleh bidan meskipun ia sendiri berkeinginan untuk mendampingi istrinya pada saat melahirkan Saya suda masuk ikut dalam ruangan ibu, tapi ibu bidan bilang Pa di luar saja, akhirnya ya saya keluar. Saya hanya berdoa di luar. Setelah ana keluar baru saya dipanggil masuk trus liat anak sya baru saya ambil ari-ari dn pergi kubur di belakang rumah(TB, Flores) Sedangkan JM yang bekerja seagai penjaga toko yang telah menyuruh istrinya untuk pulang kampung supaya melahirkan saja di kampung, tentunya tidak pernah mendampingi istrinya karena alasan pekerjaan. Pas istri hami besar kan saya suda suruh untuk ke kampung. Kami pung kampung di Oinlasi sana. Di sana ada mama yang kebetulan dukun juga, sedangkan saya di sini saja kerja cari uang. Nanti kalau istri sudah melahirkan baru ada orang yang kastau saya, baru saya pi Oinlasi. Abis ibu, daripada di pi sana saya juga tidak tau mo buat apa, baru saya juga harus kerja.(JM, Timor) Dukungan Suami Terhadap Istri Selama Masa Nifas Berdasarkan Etnis Di Wilayah Kerja Puskesmas Pasir Panjang

45

MKM Vol. 01 No. 01 Desember 2006: 38-50

Peran suami dan kerabat sangat penting terutama untuk perawatan kesehatan ibu dan bayi. Mengingat kondisi ibu yang masih lemah, para suami yang mengambil alih seluruh pekerjaan rumah tangga, seperti kutipan hasil wawancara berikut : Istrikan masih lemah, jadi sebelum pi kerja semua pekerjaan rumah tangga suda saya kerja memang, bamasak, cuci, sapu, pokoknya semua (UM,Sumba) Saya harus ambil alih kerja rumah tangga termasuk urus anak.(ML,Flores) Selain suami, yang juga mempunyai peran penting adalah kerabat dalam hal ini adalah saudara dan orang tua (mertua) seperti kutipan hasil wawancara berikut : ada mama deng sodara, jadi mereka yang biasa urus istri deng ana termasuk urusan rumah tangga tetapi kalau saya ada waktu dan sudah pulang kerja baru saya bantu-bantu sedikit..(JP,Rote) Selain suami dan kerabat, yang turut mengambil bagian dalam perawatan ibu dan anak pada masa nifas adalah dukun yang menolong melahirkan. Ada dukun ibu yang kasmandi maitua deng ana, saya tidak brani apalai mo pegang bayi.be taku kas jatu itu ana, be hanya kerja dalam rumah sa(HM,Sabu) Tugas suami, selain membantu dalam mengurus ibu dan anak serta melaksanakan pekerjaan rumah tangga adalah mencari ramuan tradisional yang biasa dipakai untuk mandi dan minum dimana bahanbahan ini dipercaya sebagai bahan yang dapat mempercepat pemulihan kesehatan ibu. Saya pi cari akar-akar, pokoknya obat-obat dong, trus saya masak

baru nanti itu air bisa pake mandi deng minum..(YD, Sumba) Supaya ibu cepat kuat, ibu harus minum obat. Ada macam-macam, ada kulit kayu nanti ada campur dengan bumbu-bumbu dapur trus tambah asam sedikit. Itu nanti taro semua di periuk baru kasi mendidih dengan air baru minum atau mandi ju bisa. (TB,Timor). PEMBAHASAN Pola pengambilan keputusan dalam keluarga mengenai perencanaan kehamilan berdasarkan etnis di wilayah kerja puskesmas Pasir panjang Suami sebagai kepala rumah tangga mempunyai hak penuh untuk mengatur bahtera rumah tangga termasuk menyangkut kehamilan dan persalinan. JM (Timor) yang belum mempunyai anak laki-laki sebagai penerus keturunan terus berupaya untuk mendapatkan anak laki-laki agar mendapat pengakuan dan penghargaan dari keluarga dan masyrakat , meskipun ia sendiri telah mempunyai dua anak perempuan yang masih balita. Dalam kebudayaan JM(Timor), nilai anak laki-laki lebih tinggi dari anak perempuan dan sebagai suami yang mempunyai hak untuk terus berupaya mendapatkan anak lakilaki sehingga ia dapat bersifat dominan dalam hal pengambilan keputusan dan pengaturan rumah tangga. Hal tersebut berbeda dengan kebudayaan di daerah barat (Amerika). Sebuah survei yang dilakukan oleh Kaiser Family Foundation di Amerika terhadap dua kelompok responden pria dan wanita, mendapati bahwa wanita merasa lebih bertanggung jawab untuk membesarkan anak

46

Dukungan Suami Terhadap Istri Selama Masa Kehamilan, Persalinan, Dan Masa Nifas Berdasarkan Etnis

dibandingkan pria. Mereka juga mendapati bahwa wanita memiliki pengaruh yang lebih besar dibandingkan pasangannya dalam memutuskan apakah akan memiliki anak atau tidak. Bahkan sepertiga responden pria dan 35% responden wanita mengaku pria kerap kali merasa tersingkir jika topik berkenaan dengan perencanaan kehamilan dan kontrasepsi . Selain suami yang dominan dalam pengambilan keputusan, orangtua atau mertua juga turut mempunyai peranan dalam pengambilan keputusan dalam keluarga seperti yang dipaparkan oleh (NT,Rote dan TS, Sumba). Alasan yang dikemukakan adalah faktor penghargaan dan penghormatan terhadap orangtua. Dalam kajian antropologi, ditemukan bahwa masalah kehamilan dan persalinan tidak selamanya hanya ditentukan oleh suami dan istri yang menantikan kelahiran bayi, melainkan oleh anggota kerabat lainnya yang lebih senior dan mempunyai status yang tinggi dalam keluarga tersebut. Dukungan suami terhadap istri selama masa kehamilan berdasarkan etnis berdasarkan etnis di wilayah kerja puskesmas Pasir panjang Terbentuknya janin dan kelahiran bayi merupakan suatu fenomena yang wajar dalam kelangsungan hidup manusia, namun berbagai kelompok masyarakat dengan kebudayaan di seluruh dunia memiliki aneka persepsi, interprestasi dan respon perilaku dalam menghadapinya dengan berbagai implikasi terhadap kesehatan. Brigette Jordan mengatakan bahwa dalam ukuran ukuran tertentu fisiologi kelahiran secara universal adalah sama

namun proses kelahiran ditanggapi dengan cara yang berbeda-beda oleh aneka kelompok masyarakat (Jordan, 1993 cit Meutia F, 1997). Faktor budaya dalam hal ini kepercayan terhadap hal-hal yang merupakan warisan budaya turut mempengaruhi perilaku suami dalam dukungan terhadap istrinya yang sedang hamil. NT (Rote) mengakui bahwa ia harus mengoles perut istrinya dengan pasir dan istrinya harus rajin minum air kelapa muda supaya anaknya bersih, putih dan cantik. Hal ini sama dengan kebudayaan masyarakat Bandaneira kabupaten Maluku Tengah yang menganggap kelapa muda sebagai makanan yang boleh dimakan oleh ibu hamil dan airnya dianggap baik untuk diminum agar kalau lahir nanti, bayinya menjadi bersih (Meutia S & Hermien Soselisa, 1991). Bentuk dukungan lain adalah berkaitan dengan perlindungan istri terhadap hal-hal gaib dengan menggunakan barang tajam dan bahan-bahan tradisional lainnya seperti yang dituturkan oleh DT (Timor). Aspek supranatural lain dari bahaya yang mengancam kehamilan dan kelahiran bayi juga merupakan kepercayaan yang umum ditemukan pada berbagai suku bangsa di Indonesia adalah keyakinan mengenai roh-roh halus yang suka memangsa bayi atau meyebabkan keguguran kandungan ibu. Pada saat hamil seorang wanita dianggap mudah terkena gangguan yang datang dari unsur gaib atau roh jahat, sehingga terdapat cara-cara budaya untuk menangkalnya. Dalam penelitian Dwi Putro Sulaksono pada masyarakat pinggiran Jakarta kecamatan Cilincing Jakarta Utara, terdapat buburuk (roh jahat sejenis genderuwo) yang menginginkan nyawa bayi serta dapat

47

MKM Vol. 01 No. 01 Desember 2006: 38-50

mengakibatkan sakit panas dan kematiannya. Demikian pula pada masyarakat Aceh, terdapat kepercayaan bahwa wanita hamil rentan terhadap gangguan jin. Karena itu selama hamil, seorang wanita diharuskan mengenakan benda tajam seperti peniti atau membawa pisau lipat, kunci atau paku yang ditakuti jin atau roh halus. Pemenuhan gizi yang seimbang bagi ibu hamil merupakan hal yang cukup sulit bagi para suami pada umumnya terutama bagi mereka yang mempunyai masalah ekonomi dan hal tesebut dialami oleh semua etnis. Keadaan ekonomi yang kurang memungkinkan membuat para ibu pada saat hamil hanya mengkonsumsi makanan apa adanya bahkan keinginan ngidamnya pun kadang tidak dipenuhi oleh suami. Hal ini tentunya akan menimbulkan masalah gizi kurang baik bagi ibu dan bayi yang sangat mempengaruhi keselamatan serta pertumbuhan dan perkembangan bayinya kelak. Dukungan suami terhadap istri pada masa persalinan terhadap istri berdasarkan etnis di wilayah kerja puskesmas Pasir panjang Pada umumnya keluarga terdekat adalah pelaku utama yang mendampingi dukun bayi dan bidan untuk membantu kelancaran persalinan. Jika kelahiran berlangsung di rumah wanita yang melahirkan, pada umumnya para penolong persalinan yang utama dari pihak kerabat terdiri dari ibu dari wanita yang bersalin, mertuanya dan suami dari wanita yang melahirkan tersebut. Adapula yang menyertakan satu orang kerabat wanita lainnya atau lebih misalnya kakak perempuan ibu dari sang wanita

yang melahirkan. Paling sedikit kehadiran kerabat di samping dukun atau bidan berfungsi sebagai pemberi semangat bagi tercapainya ketenangan jiwa bagi calon ibu (Meutia S, 1997) . Tentunya tidak semua suami dapat berbuat seperti ini dan mereka tidak perlu merasa malu. Beberapa suami terlalu takut, khawatir, rewel atau cepat mual jika menghadap persalinan dan memang ada beberapa istri ingin lebih baik suaminya tidak usah hadir pada saat mereka sama sekali terbuka. Keberatan istri harus dihormati. Beberapa pria terlalu pemalu, defensif atau cepat marah jika berada dalam suasana rumah sakit dan istri mereka karena malu oleh sikap suaminya, dapat menjadi lebih rileks jika suaminya menyingkir. Tetapi untuk mereka yang mampu menyaksikan kelahiran anaknya ada pahala khusus, ada rasa kebanggaan, kekaguman, kehalusan dan kesukaan yang membuat suami dan istri merasa dekat sekali dan memulai kembali hubungan mereka sebagai suami istri dan orang tua dengan baik sekali (Brice Pitt, 1996). Dukungan suami terhadap istri pada masa nifas terhadap istri berdasarkan etnis di wilayah kerja puskesmas Pasir Panjang Masa Nifas disebut pula Puerperium awal (puerperium berarti enam minggu setelah melahirkan). Masa nifas adalah saat yang baik untuk beristirahat bagi sang istri (Brice Pitt,1996). Pada masa ini, istri akan lebih memperhatikan bayinya dan tugas-tugas lainnya sangat mustahil untuk dilakukan dengan baik kecuali suami yang melakukan. Suami atau pria yang egois merasa bahwa perawatan bayi adalah urusan istri namun dalam segala hal

48

Dukungan Suami Terhadap Istri Selama Masa Kehamilan, Persalinan, Dan Masa Nifas Berdasarkan Etnis

ingin didahulukan. Hal ini tentunya dapat menimbulkan persoalan yang akan menjadi bagian dari perpecahan dalam rumah tangga. Oleh karena itu, sebagai suami istri dalam keadaan bagaimanapun harus tetap saling membantu dan saling mendukung. Secara tradisional seorang ibu mempunyai ikatan naluriah dengan proses kelahiran. Mempunyai mertua merupakan suatu dukungan yang lebih memberi perhatian, bisa dipercaya dan penuh kasih sayang. Jika hubungan istri dengan ibunya cukup baik, maka ia sudah mempunyai sumber informasi yang tak ternilai. Memang sudah banyak hal yang berubah sejak ibu mertua melahirkan istri tetapi prosesnya tetap sama. Oleh karena itu perlu adanya kesabaran terhadap ibu mertua yang cenderung sangat protektif dan mengikuti anak perempuan yang sedang mengandung. Mereka hanya ingin memastikan bahwa anaknya mendapatkan semua yang diperlukan pada saat dia membutuhkannya (Ron Schultz dan Sam Schultz, 2003) Untuk pemulihan kesehatan istri, hal yang sering dilakukan adalah penggunaan ramuan obat tradisional. Bahan-bahan untuk ramuan obat tradisional diyakini dapat mempercepat pemulihan kesehatan istri dan bahan ini dapat diperoleh dari alam sekitarnya. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Dari hasil penelitian dapat disimpulkan: (1)Terdapat beberapa pola pengambilan keputusan dalam keluarga mengenai perencanan kehamilan yang meliputi keputusan dibuat bersama oleh suami istri tanpa ada dominan diantara keduanya, keputusan dibuat oleh

suami istri dengan pengaruh suami lebih besar, dan keputusan dibuat oleh suami dan istri dengan pengaruh dari luar terutama dari mertua. (2) Dukungan suami terhadap istri selama masa kehamilan pada umumnya berupa persiapan segala perlengkapan yang dibutuhkan,(3) Pada saat persalinan ada suami yang mendampingi istrinya untuk membantu dukun dalam proses persalinan sekaligus memberikan kekuatan pada istrinya; (4) Pada masa persalinan, hal positif yang dilakukan oleh suami adalah membantu melaksanakan pekerjaan rumah tangga, membantu perawatan ibu dan bayi termasuk mencari dan membuat ramuanramuan tradisional yang dipercaya dapat mempercepat pemulihan kesehatan istrinya. Saran Beberapa hal yang dapat disarankan dari penelitian ini adalah (1) Bagi pemerintah kota terutama dinas kesehatan, BKKBN dan pihak terkait lainnya agar meningkatkan program promosi kesehatan terutama menyangkutnya pentingnya partisipasi pria atau suami dalam pemeliharaan kesehatan reproduksi istri terutama pada masa kehamilan, persalinan dan masa nifas; (2) Bagi Puskemas Pasir Panjang agar dapat melakukan penyuluhan kesehatan terutama menyangkut pemenuhan gizi seimbang dalam keluarga dan deteksi dini terhadap kelompok resiko masalah gizi yaitu khususnya pemenuhan gizi ibu dan anak; (3) Bagi pihak kecamatan dan kelurahan setempat agar dapat memotivasi dan memfasilitasi kader kesehatan sehingga dapat meningkatkan kinerja posyandu terutama dalam melakukan penyuluhan dan kunjungan rumah

49

MKM Vol. 01 No. 01 Desember 2006: 38-50

terhadap setiap ibu hamil di wilayah kerjanya masing-masing; 4) Bagi para pria atau suami agar dapat memberikan dukungan positif terhadap istrinya terutama selama masa kehamilan, persalinan dan nifas serta tidak melalaikan tanggung jawabnya terhadap istri. DAFTAR PUSTAKA Anderson, Foster.. Antropologi Kesehatan. Universitas Indonesia Press : Jakarta . 1986 BKKBN.. Kamus Istilah Kependudukan KB dan Keluarga Sejahtera. BKKBN : Jakarta. 2003. BKKBN. Kelangsungan Hidup Ibu, Bayi dan Anak. BKKBN : Jakarta.2003 BKKBN . Gema Partisipasi Pria (Media Informasi dari Kita untuk Kita). Jakarta : BKKBN. 2004. BPS Kota Kupang. Statistik Gender dan Analisis Kota Kupang Propinsi NTT. BPS Kota Kupang. 2004. Effendy,Nasrul..Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. EGC :Yokyakarta 1998 Harono,Djoko cs. Akses Terhadap Pelayanan Kesehatan Reproduksi. Kerjasama antara PPT LPJ dengan AUSAID : Jakarta. 1999 http://www.glorianet.org/keluarga/pri a/priakes.html/Juli/2006.Kesehat an Reproduksi,bukan cuma urusan istri Jacob Azrul Agoest. Antopologi Kesehatan Indonesia Buku Katalog. EGC :Yokyakarta . 1996. Kalangi Nico. Budaya dan Kesehatan. PT Kesaint Bloanc Indah Corp. Jakarta : 1994. Kartasapoetra. Ilmu Gizi, Kesehatan Dan Produktivitas Kerja. Rineka Cipta: Jakarta .2002.

Laporan Tahunan dan Stratifikasi Puskesmas Pasir Panjang, 2004 Manuba, Ida bagus Gde. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Arcan : Jakarta. 1995. Muslang, Fauzi. Memperkenalkan Sosiologi Kesehatan. Universitas Indonesia Press : Jakarta . 1995. Moleong, Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT Remaja Rosdakarya : Bandung. 2005. Niven,Neil. Psikologi Kesehatan Pengantar Untuk Perawat dan Profesional Kesehatan Lain. Penerbit Buku Kedokteran : Jakarta .2000. Notoadmodjo, Soekidjo.. Promosi Kesehatan Teori dan Praktek. Rineka Cipta : Jakarta .2005 Notoadmodjo, Soekidjo .Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta: Jakarta . 2003. Notoadmodjo, Soekidjo. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta : Jakarta .2002. Pitt,Brice.Kehamilan dan Persalinan. Arcan : Jakarta. 1996 Sajogyo Pudjiastuti. Peran Wanita Dalam Perkembangan Masyarakat Desa. CV Rajawali : Jakarta .1985 Schultz Ron, Sam Schultz. Bagaimana Memanjakan Istri Anda Yang Hamil. Arcan : Jakarta. 2003 Sretjiningsih. ASI Petunjuk Nakes. EGC : Yokyakarta .1997.

50

You might also like